You are on page 1of 24

SERBUK BERUJUNG MAUT 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BBELAKANG
Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental
spiritual manusia seutuhnya lahir maupun batin. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan
dikalangan masyarakat. Hal ini sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin lama semakin berkembang dengan pesat, dan salah satu yang
paling marak saat ini adalah Masalah Narkotika dan Psikotropika.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika
dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang
memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran,
sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak
menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran
dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas
khususnya generasi muda.
Peredaran Narkotika dan Psikotropika secara tidak bertanggung jawab sudah
semakin meluas di kalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin
mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang banyak menggunakan Narkotika dan
Psikotropika adalah kalangan generasi muda yang merupakan harapan dan tumpuan
bangsa di masa yang akan datang. Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya
dikota-kota besar saja, tapi sudah sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik
Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial
ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur
antara 1524 tahun. Tampaknya generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan
gelap NAPZA.
SERBUK BERUJUNG MAUT 2

Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan dampaknya terhadap
ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda. Sektor kesehatan memegang peranan
penting dalam upaya mengatasi masalah ini.






























SERBUK BERUJUNG MAUT 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
JENIS-JENIS NAPZA
A. GOLONGAN NARKOTIKA
1. Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,
dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
2. Narkotika Golongan I I :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan (Contoh : morfin, petidin).
3. Narkotika Golongan I I I :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I,
yaitu Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain - Ganja
atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta
kokain, daun koka.










SERBUK BERUJUNG MAUT 4


B. GOLONGAN PSIKOTROPIKA
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sidroma
ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi,
shabu, LSD).
2. Psikotropika Golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. ( Contoh amfetamin,
metilfenidat atau ritalin).
3. Psikotropika Golongan III :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam).
4. Psikotropika Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh :
diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide,
nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :
- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu.
- Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil
koplo dan lain-lain.
- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

SERBUK BERUJUNG MAUT 5

Pemakai psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan
pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih
buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan
berbagai macam penyakit serta kelainan fisik kelainan fisik maupun psikis
si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.
C. ZAT ADIKTIF LAINNYA
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan
narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam
tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)
Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, Kamput.)
2. I nhalansia
Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.


SERBUK BERUJUNG MAUT 6

Bahan/obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan
sebagai berikut :
Sama sekali dilarang : Narkotika golongan I dan Psikotropika
Golongan I.
Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.
Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat
digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan
bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini
termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang),
hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk :
Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.



SERBUK BERUJUNG MAUT 7

PENGATURAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DALAM
PERUNDANG-UNDANGAN

Landasan hokum yang berupa peraturan perundang-undangan dan konvensi
yang sudah diratifikasi cukup banyak, di antaranya adalah :
a. UU Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
b. UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
c. UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
d. PP Nomor 1 Tahun 1980 tentang ketentuan Penanaman
Papaver, Koka dan Ganja.
e. Keputusan Presiden Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengawasan
dan Pengendalian Minuman Beralkohol.
f. UU Nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi
Tunggal Narkotika 1961.
g. Konvensi Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan
Psikotropika 1988
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
196/Men.Kes./SK?VIII/1997 tentang Penetapan Alat-alat dan
Bahan-bahan sebagai barang di Bawah Pengawasan.










SERBUK BERUJUNG MAUT 8

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 SKENARIO
Serbuk berujung maut

Jo, Seorang Pemuda baru saja kehilangan seorang sahabat. Sahabat Jo meninggal
akibat overdosis kokain. Usia Jo kini sudah 25 tahun. Sejak SMA mereka bersahabat.
Beberapa jenis zat psikoaktif dan alkohol sudah sangat akrab dengan mereka berdua yang
notabene berasal dari keluarga broken home. Semua berawal dari merokok, kemudian
mencoba ganja dan seterusnya hingga akhirnya ia kehilangan sahabat. Mereka sama-sama
menikmatinya, mulai dari dosis kecil, sedang hingga besar bahkan sampai overdosis. Saat
kejadian Jo sedang sama-sama menikmati serbuk haram tersebut. Bersyukur keluarga
Jo sadar dan sangat terbuka, menerima kembali Jo apa adanya, meskipun sekarang harus
menerima kenyataan bahwa anak mereka harus hidup di panti rehabilitasi.
Di tempat rehabilitasi, Jo sering mengamuk, berteriak, cenderung menyakiti orang
lain dan diri sendiri. Nafas cepat, denyut jantung meningkat dan meminta untuk segera
diberikan serbuk favoritnya. Jo sudah berada didunianya sendiri. Baginya tiada
kesenangan lain selain bisa mendapatkan apa yang sudah merenggut nyawa sahabatnya.
Seperti singa kelaparan, mengamuk mencari makan. Jika singa bisa makan apa saja asal
daging, lain dengan Jo. Ia hanya ingin kokain.

3.2 TERMINOLOGI
Kokain : merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka Erythroxylon
coca, yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk
setempat untuk mendapatkan efek stimulan.
Panti rehabilitasi : merupakan tempat untuk memulihkan atau menyembuhkan
seorang pasien pasca operasi atau pasien pengidap narkoba.





SERBUK BERUJUNG MAUT 9

3.3 PERMASALAHAN
1) Apakah dampak broken home pada remaja?
J awab : Sebagian besar seorang remaja yang berasal dari keluarga broken home tidak
lagi mendapatkan perhatian dari orang tuanya sehingga ia akan dengan mudah masuk
dalam pergaulan bebas, seperti menggunakan narkoba, seks bebas dan lain-lain.
Seorang remaja yang depresi akibat perceraian orang tuanya bisa saja melampiaskan
seluruh kekesalannya dengan mengkonsumsi minuman alkohol dan narkoba yang
akan membuat ia merasa lebih tenang.

2) Apakah penyebab dari penyalahgunaan zat psikoaktif?
J awab : Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari penyalahgunaan zat
psikoaktif, antara lain : 1) Faktor dari individu itu sendiri. Seseorang yang memiliki
iman yang lemah akan mudah tergoda untuk mencoba hal-hal yang negatif. Awalnya
hanya mencoba dan berakhir dengan kecanduan. 2) Faktor lingkungan, baik
lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan. Seseorang yang tidak
mendapatkan perhatian dari orang tua dan keluarganya (broken home, orang tua sibuk
bekerja) akan mudah terjerumus dalam pergaulan yang bebas, seperti seks bebas dan
menggunakan narkoba. Seseorang yang berteman dengan pecandu narkoba dan tidak
mampu menolak ajakan temannya menggunakan narkoba juga dapat menjadi pecandu
narkoba.

3) Apakah yang menyebabkan nafas dan denyut jantung Jo meningkat?
J awab : kokain yang dikonsumsi Jo akan merangsang lebih banyak stimulan, dimana
stimulan itu merangsang kerja saraf simpatris yang kemudian akan mengeluarkan
neurotransmiter yang akan membuat nafas dan denyut jantung Jo meningkat.

4) Bagaimanakah mekanisme dalam tubuh Jo sehingga Jo membutuhkan kokain
dalam dosis yang lebih besar?
J awab : hal ini disebbkan karena toleransi tubuh yang membutuhkan dosis yang kebih
besar untuk merasakan kenikmatan yang sama dengan dosis yang pertama dia
gunakan



SERBUK BERUJUNG MAUT 10

5) Mengapa gejala timbul saat Jo berada di panti rehabilitasi?
J awab : Karena saat Jo berada dalam panti rehabilitasi Jo tidak diizinkan untuk
mengkonsumsi zat tersebut (putus zat), dimana keadaan putus zat tersebut akan
menimbulkan gejala-gejala seperti diskenario.

6) Apa saja kegiatan atau fungsi dari panti rehabilitasi?
J awab : Memperbaiki gizi pasien dengan mutu yang baik dalam jumlah yang
memadai, memulihkan kebugaran jasmani pasien dan membantu membangkitkan
kembali kepercayaan diri pasien.

7) Seperti apakah edukasi yang diberikan dokter untuk pasien dan keluarga
pasien?
J awab : memberikan semangat dan motivasi kepada pasien dan keluarga gunanya
agar pasien tetap percaya diri, menyarankan keluarga pasien agar tidak mengucilkan
pasien, menyarankan keluarga agar mengajak pasien lebih dekat dengan Tuhan Yang
Maha Esa, serta menyarankan keluarga untuk mengajak pasien memperdalam minat
dan bakat pasien agar pasien fokus pada hal-hal yang menjadi hobinya, dengan begitu
diharapkan pasien menjadi lupa dengan keinginannya menggunakan narkoba.

3.4 INTOKSIKASI AKUT ZAT PSIKOAKTIF
A. DEFINISI
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat
penggunaan alcohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respons psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi akan berkurang dengan
berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi
penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi
semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi.






SERBUK BERUJUNG MAUT 11

B. PEDOMAN DIAGNOSTIK INTOKSIKASI AKUT MENURUT PPDGJ-
III
Intoksikasi akut sering dikaitkan dg: tingkat dosis zat yg digunakan (dose-
dependent), individu dg kondisi organik tertentu yg mendasarinya
(misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yg dalam dosis kecil dapat
menyebabkan efek intoksikasi berat yg tidak proporsional.
Disinhibisi yg ada hubungannya dg konteks sosial perlu dipertimbangkan
(misalnya disinhibisi perilaku pada pesta atau upacara keagamaan)
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yg timbul akibat
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi : gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respons psikofisiologis lainnya. intensitas intoksikasi berkurang dg
berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi
penggunaan zat lagi. Dg demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi
semula, kecuali jika ada jaringan yg rusak atau terjadi komplikasi lainnya.

C. TANDA DAN GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA
SKENARIO
1. Kokain
Kokain memiliki efek yang mirip dengan amfetamin. Kokain terdapat
dalam bentuk serbuk yang dihirup melalui hidungatau disuntikkan secara
langsung ke dalam pembuluh darah vena (mainlining). Jika direbus dengan
natrium bikarbonat, kokain berubah menjadi bentuk bebas yang disebut
pecahan kokain (crack cocaine). Akibat pemanasan ini terbentuk uap
kokain yang bisa dihirup. Pecahan kokain bekerja secepat kokain yang
disuntikkan secara intravena. Kokain menimbulkan efek kesiagaan yang
tinggi,euforia (kegembiraan yang sangat) dan tenaga yang luar biasa jika
disuntikkan melalu intravena atau dihirup. Pemakai kokain berat dan
orang-orang yang menyuntikkan kokain melalui pembuluh darah atau
menghirup uapnya adalah orang-orang yang paling mungkin mengalami
ketergantungan.


SERBUK BERUJUNG MAUT 12


ZAT TANDA / GEJALA

INTOKSIKASI PUTUS ZAT
Kokain Takhikardia
Dilatasi Pupil

Meningkatnya
Tekanan
Darah
Berkeringat
Tremor
Mual ,
Muntah
Menungkatnya
Suhu Tubuh
Aritnia
Halusinasi
Visual
Sinkope
Nyeri
Dada
Euforia
Agitasi
Psikomotor
Agresif
Waham
Kebesaran
Halusinasi
Mulut
Kering
Percaya
Diri
Meningkat
Nafsu
Makan
Menurun
Panik
Keletihan
Insomnia
atau
Hypersomnia
Agitasi
Psikomotor
Ide Bunuh
Diri dan
Paranoid
Mudah
Tersinggung
atau Iritabel
Perasaan
depresif







SERBUK BERUJUNG MAUT 13

2. Ganja
Daun ganja (juga kembangnya) berasal dari tanaman perdu Cannabis
sativa. Bahan aktifnya berasal dari tanaman ganja yang bersifat adiktif,
disebut delta tetra hidrokannabinol (THK) yang hanya larut dalam lemak.
Karena tidak dapat larut dalam air, THK tinggal lama didalam lemak
jaringan (termasuk jaringan lemak otak, sehingga menyebabkan brain
damage). Gambaran klinis disebakan ganja tergolongan kombinasi antara
CNS-depresant, stimulansia dan halusinogenik. Di Indonesia, ganja
disebut dengan cimek, gelek, maribuana, hashish. Bentuk umumnya:
serpihan daun atau kembang ganja yang diperjual belikan-belikan bentuk
lintingan, gram-graman, kilo-kiloan hingga berton-ton. Dikenal juga
bentuk lain yaitu : budha stick dan minyak ganja.






SERBUK BERUJUNG MAUT 14


ZAT
TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
KANABI
S
(Ganja,
Marijuan
a,
Hashis)
Tremor
Takhikardi
Mulut Kering
Nistagmus
Keringat
Banyak
Gelisah
Mata Merah
Ataksia
Sering
Kencing
Fugsi
Sosial/pekerja
an terganggu
Percaya diri
meningkat
Perasaan
melambung
Disorientasi
Depersonalisa
si
Gangguan
daya ingat
jangka pendek
Halusinasi
visual/penden
garan
Emosi labil,
bingung
Waham kejar
dan paranoia,
ilusi, cemas,
depresi, panik
serta takut
mati
Pusing, mual,
diare, haus
dan nafsu
makan
meningkat
Perubahan
proses pikir,
inkoheren dan
asosiasi
longgar
Merasa
identitas diri
berubah
Insomia
Mual
Mialgia
Cemas
Gelisah
Mudah
tersinggung
Demam
Berkeringat
Nafsu makan
menurun
Foto fobia
Depresif
Bingung
Menguap
Diare
Kehilangan
berat badan
Tremor



SERBUK BERUJUNG MAUT 15

3. Alkohol
Pengguna alkohol dengan ketergantungan disebut juga alkoholisme.
Alkohol adalah zat yang memproduksi efek ganda pada tubuh: pertama
adalah efek depresan yang singkat dan kedua adalah efek agitasi pada
susunan saraf pusat yang berlangsung enam kali lebih lama dari efek
depresannya.Kesadaran atas kedua efek ini sangat tergantung pada kondisi
susunan saraf pusat pada saat penggunaan alkohol berlangsung. Dengan
demikian efek penggunaan alkohol juga tergantung pada seting lingkungan
penggunaan dan kepribadian orang yang bersangkutan.Masalah alkohol
menyolok dibeberapa wilayah Indonesia. Media massa memuat
beritabeberapa orang meninggal dalam acara pesta alkohol akibat
penggunaan alkohol lokal,atau didapatkan dalam populasi tertentu
penggunaan alkohol yang sulit dihentikan.

Menurut Jellinek progresifitas alkoholisme terbagi dalam 3 fase :

Fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi terhadap alkohol,
amnesia,timbulnya rasa bersalah karena mengonsumsi alkohol dan
terhadap perilakuyang diakibatkannya.
Fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap
kebiasaanmengonsumsi alkohol, perubahan kepribadian,
kehilangan teman dan pekerjaan.
Fase kronis ditandai kebiasaan mengonsumsi alkohol di pagi hari,
tremor serta halusinasi.Berbagai kondisi yang mandasari gangguan
penggunaan NAPZA akanmempengaruhi jenis pengobatan yang
akan diberikan kepada pasien, kebijakanuntuk merawat dan
memulangkan pasien, hasil yang diharapkan, sumber dayamanusia
yang akan memberikan pelayanan, dan sikap terhadap perilaku
pasien



SERBUK BERUJUNG MAUT 16

ZAT
TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI PUTUS ZAT
ALKOHOL Ringan : Euforia, cadel,
kantuk, Ataksia
Berat : Stupor, Koma,
Bradikardia, Hipotensi,
Hipotermia, Kejang
Sangat Berat : Reflek
negatif
G. Kesadaran
G. Kognitif
G. Afektif dan Perilaku
Halusinasi, ilusi
Kejang
Gemetar
Mual / Muntah
Muka Merah
Conjunctiva Merah
Kelemahan umum
Insomnia
Lemas, marah
(Iritabel)
Berkeringat
Hipertensi
Rindu dengan
minuman alkohol










SERBUK BERUJUNG MAUT 17

4. Rokok
Tembakau mengandung suatu senyawa proaktif yang disebut
nikotin.Nikotin berasal dari nama Jean Nicot, orang yang
memperkenalkan manfaat nikotin dalam bidang medis. Efek negatif dari
beberapa bahan kimia yang berasal dari rokok adalah sebagai berikut :

a) Karbon monoksida (CO) .
o Zat ini merupakan gas yang sangat beracun.
o Gas karbon monoksida mudah terikat pada hemoglobin, sehingga
mengurangi kemampuan darah mengikat oksigen dan membuat
jantung akan bekerja lebih keras.
o Keracunan gas CO dapat menyebabkan kematian.

b) PAH, dapat menyebabkan kanker.

c) Tar dan resin

o Suatu cairan berwarna kuning kecoklatan.Keduanya dapat
menumpuk dan mengganggu kerja paru-paru.
o Sekitar 30 jenis senyawa yang terdapat dalam tar dapat
menyebabkan kanker.
o Tar dan resin juga dapat membuat sistim pernapasan teriritasi,
sehingga sesak napas.

d) Nikotin
o Bersifat racun. Zat inilah yang menyebabkan adiksi dalam rokok.
o Nikotin dapat menstimulan susunan saraf pusat.
o Kadar nikotin dalam sebatang rokok berkisar antara 1% sampai
4%.Sedangkan kadar nikotin yang masuk ke paru-parau sekitar
0,25 mg dari setiap batang rokok yang di hisap.
o Dosis fatal nikotin pada manusia adalah 60 mg.


SERBUK BERUJUNG MAUT 18

3.5 SINDROMA KETERGANTUNGAN

A. DEFINISI
Kondisi fenomena psikologis dalam bentuk keinginan kuat untuk
mengkonsumsi dan kesulitan mengendalikan perilaku (Sugesti).
ketergantungan menjadi 2 jenis,meliputi :
Ketergantungan psikologis adalah kondisi ketergantungan yang
ditandaidengan stimulasi kognitif dan afektif yang mendorong konatif
(perilaku).Stimulasi kognitif tampak pada individu yang selalu
membanyangkan,memikirkan dan merencanakan untuk dapat
menikmati zat tertentu. Stimulasiafektif adalah rangsangan emosi yang
mengarahkan individu untuk merasakan kepuasan yang pernah dialami
sebelumnya. Kondisi konatif merupakan hasil kombinasi dari stimulasi
kognitif dan afektif. Dengandemikian ketergantungan psikologis
ditandai dengan ketergantungan padaaspek-aspek kognitif dan afektif.
Katergantungan fisiologis adalah kondisi ketergantungan yang
ditandaidengan kecenderungan putus zat. Kondisi ini seringkali tidak
mampudihambat atau dihalangi pecandu mau tidak mau harus
memenuhinya.Dengan demikian orang yang mengalami
ketergantungan secara fisiologisakan sulit dihentikan atau dilarang
untuk mengkonsumsinya.

B. Kriteria DSM-IV-TR untuk ketergantungan zat
Suatu pola maladaptif penggunaan zat, yang menimbulkan hendaya
atau penderitaan yang secara klinis signifikan, yang dimanifestasikan oleh tiga
(atau lebih) hal berikut, terjadi dalam periode 12 bulan yang sama:
1. Toleransi, seperti didefenisikan salah satu di bawah ini:
a. Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk mencapai
intoksikasi atau efek yang diinginkan.
b. Penurunan efek yang sangat nyata dengan berlanjutnya penggunaan zat
dalam jumlah yang sama.

SERBUK BERUJUNG MAUT 19

2. Putus zat, seperti didefenisikan salah satu di bawah ini:
a. Karakteristik sindrom putus zat untuk zat tersebut (mengacu kriteria A
dan B untuk keadaan purus zat dari suatu zat spesifik)
b. Zat yang sama (atau berkaitan erat) dikonsumsi untuk meredakan atau
menghindari gejala putus zat
3. Zat sering dikonsumsi dalam jumlah lebih besar atau dalam periode yang
lebih lama dari seharusnya.
4. Terdapat keinginan persisten atau ketidakberhasilan upaya untuk
mengurangi atau mengendalikan aktivitas penggunaan zat.
5. Menghabiskan banyak waktu melakukan aktivitas yang diperlukan untuk
memperoleh zat (cth., mengunjungi banyak dokter atau berkendara jarak
jauh), menggunakan zat (cth., merokok seperti kereta api), atau untuk
pulih dari efeknya.
6. Mengorbankan atau mengurangi aktivitas reaksional, pekerjaan, atau sosial
yang penting karena penggunaan zat.
7. Penggunaan zat berlanjut meski menyadari masalah fisik atau psikologis
rekuren yang dialami mungkin disebabkan atau dieksaserbasi zat tersebut
(cth., saat ini menggunakan kokain walau menyadari adanya depresi
terinduksi kokain atau minum berkelanjutan meski mengetahui bahwa
ulkus akan menjadi lebih parah dengan mengonsumsi alkohol).

C. Kriteria PPDGJ-III untuk Sindrom ketegantungan
a. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi)
untuk menggunakan zat psikoaktif.
b. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk
sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang
menggunakan.
c. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat
atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas
atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis
dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya
gejala putus zat.

SERBUK BERUJUNG MAUT 20

d. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif
yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya
diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat
ditemukan pada individu yang ketergantungan alkohol dan opiad yang
dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya
atau mematikan bagi pengguna pemula).
e. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minta lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk
pulih dari akibatnya.
f. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum
alkohol yang berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu
periode penggunaan zat yang berta, atau hendaya fungsi kognitif
berkaitan dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk
memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
Dalam konsep kedokteran, ketergantungan NAPZA merupakan
gangguan yang menunjukkan adanya perubahan dalam proses kimiawi
otak sehingga memberikan efek ketergantunagn (craving, withdrawal,
tolerance). Sedang penyalahgunaan dikaitkan dengan tingkah laku
bereksperimentasi, mengalamsi rasa kecewa, perilaku membangkang,
masalah keuangan dan self medication. Dalam masyarakat, kedua istilah
tersebut sering disalahtafsirkan. Pada umumnya seseorang mengalami
penyalahgunaan NAPZA, belum tentu menderita ketergantungan.





SERBUK BERUJUNG MAUT 21

3.6 DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : GANGGUAN KLINIS KONDISI LAINNYA YANG
MUNGKIN MERUPAKAN FOKUS PERHATIAN KLINIS
AKSIS II : GANGGUAN KEPRIBADIAN RETARDASI MENTAL
AKSIS III : KONDISI MEDIS UMUM
AKSIS IV : PROBLEM PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
AKSIS V : PENILAIAN FUNGSI SECARA GLOBAL
DIAGONISIS MULTIAKSIAL PADA SKENARIO
AXIS 1 : F.14, Gangguan Akibat Ketergantungan Kokain.
AXIS 2 : Z.03.2 ( NONE )
AXIS 3 : TIDAK ADA
AXIS 4 : Karena adanya broken home
AXIS 5 : 20-11 (( bahaya mencederai diri sendiri/orang lain, disabilitias sangat
berat dalam berkomunuikasi dan mengurus diri sendiri )

3.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Umum Kondisi Kegawatdaruratan PenggunaanNAPZA:
Tindakan terfokus pada masalah penyelamatan hidup (life threatening) melalui
prosedur ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan menjaga tanda-tanda vital.
Bila memungkinkan hindari pemberian obat-obatan, karena dikhawatirkan akan ada
interaksi dengan zat yang digunakan pasien. Apabila zat yang digunakan pasien sudah
diketahui, obat dapat diberikandengan dosis yang adekuat.
Merupakan hal yang selalu penting untuk memperoleh riwayat penggunaan zat
sebelumnya baik melalui auto maupun alloanamnesa (terutama dengan pasangannya).
Bila pasien tidak sadar perhatikan alatalat atau barang yang ada pada pasien.
Sikap dan tata cara petugas membawakan diri merupakan hal yang penting khususnya
bila berhadapan dengan pasien panik, kebingungan atau psikotik
Terakhir, penting untuk menentukan atau meninjau kembali besaran masalah
penggunaan zat pasien.

SERBUK BERUJUNG MAUT 22

3.8 EDUKASI
1. PENDEKATAN KOMUNIKASI
Pemberian semangat untuk mengubah sikap yang positif
Mengajak hidup sehat
Perlu juga diberikan pendekatan moralistik
2. PENDEKATAN EDUKASI AFEKTIF
Pengembangan personal dan sosial
Mengembangkan keterampilan yang dimilikinya.
3. PENDEKATAN ALTERNATIF
Mendukung segala macam aktifitas yang dilakukan dan dibutuhkan
Memberikan kesempatan utuk mengembangkan inisiatif sendiri untuk
beraktifitas.
4. PENDEKATAN KETAHANAN SOSIAL
Berani untuk menolak
Mengatasi problem dan setres.
Mengembangkan kemampuan verbal dan non verbal.











SERBUK BERUJUNG MAUT 23

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh Jo pada kasus diatas, maka
kelompok kami mendiagnosa Jo mengalami Sindroma Ketergantungan Zat Psikoaktif,
yaitu kokain. Dimana tanda dan gejala pada pengguna kokain sama dengan yang
dialami Jo, antara lain peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan nafas
meningkat, selain itu tanda yang menonjol adalah Jo mengalami gejala ingin
menyakiti diri sendiri dan orang lain. Dengan diagnosis multiaksial : AXIS 1 : F.14,
Gangguan Akibat Ketergantungan Kokain, AXIS 2 : Z.03.2 ( NONE ), AXIS 3 :
TIDAK ADA, AXIS 4 : Karena adanya broken home, AXIS 5 : 20-11 ( bahaya
mencederai diri sendiri/orang lain, disabilitias sangat berat dalam berkomunuikasi dan
mengurus diri sendiri. Penyembuhan Jo tergantung pada dirinya sendiri, edukasi dari
keluarga dan terapi yang dilakukan pada panti rehabilitas.


















SERBUK BERUJUNG MAUT 24

DAFTAR PUSTAKA
1) Martono, Lydia Harlina, dkk. 2000. Penanggulangan Terpadu Penyalahgunaan
Narkoba Berbasis Remaja. Jakarta : Pedoman bagi Penyusun Program dan Pelaksana
Lapangan Lembaga Pemerintah dan Masyarakat.
2) M. Arief Hakim. 2004. Bahaya Narkoba Alkohol : Cara Islam Mengatasi, Mencegah
dan Melawan, Bandung : Nuansa.
3) Maslim R. 2001. ed. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat. in
PPDGJ-III. Jakara : Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajawa.
4) Sadock BJ, Sadock VA. 2012. Gangguan Terkait Zat edited by Muttaqin H,
Sihombing Retna NE. in Kaplan&Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2
nd
ed. Jakrta :
EGC.
5) Sofyan, Ahmadi, 2007. Narkoba Mengincar Anak Anda Panduan bagi Orang tua,
Guru, dan Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan
Remaja. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

You might also like