You are on page 1of 6

Contoh therapy generalis

No Diagnosa Pasien Keluarga


SP 1 SP 2 SP 3 SP 4 SP 1 SP 2 SP 3
1. Halusinasi Membantu pasien
mengenal
halusinasinya,
menjelaskan cara
mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien
mengontrol halusinasi
dengan cara
menghardik halusinasi.
Melatih pasien
mengontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap bersama orang
lain.
Melatih pasien
mengontrol halusinasi
dengan melaksanakan
aktivitas terjadwal.
Melatih pasien
minum obat secara
teratur.
Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
pengertian halusinasi,
jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda
dan gejala halusinasi,
dan cara-cara merawat
pasien halusinasi.
Melatih keluarga praktik
merawat pasien langsung
di hadapan pasien.
Memberi kesempatan
kepada keluarga untuk
memperagakan cara
merawat pasien dengan
halusinasi langsung di
hadapan pasien.
Membuat
perencanaan
pulang bersama
keluarga
2. Berduka
kompleks

3. DPD Mendiskusikan
pentingnya kebersihan
diri, cara-cara merawat
diri dan melatih pasien
tentang cara-cara
perawatan kebersihan
diri.
Melatih pasien
berhias (Laki-laki:
berpakaian, menyisir
rambut dan bercukur.
Perempuan:
berpakaian, menyisisr
rambut dan berhias).
Melatih pasien makan
secara mandiri
(menjelaskan cara
mempersiapkan makan,
menjelaskan cara makan
yang tertib, menjelaskan
cara merapikan peralatan
makan setelah makan,
praktik makan sesuai
dengan tahapan makan
yang baik).
Mengajarkan pasien
melakukan
BAB/BAK secara
mandiri
(menjelaskan
tempat BAB/BAK
yang sesuai,
menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK,
menjelaskan cara
membersihkan
tempat BAB/BAK).
Memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga
tentang masalah
perawatan diri dan cara
merawat anggota
keluarga yang
mengalami masalah
defisit perawata diri.
Melatih keluarga cara
merawat pasien.
Membuat
perencanaan
pulang bersama
keluarga.
4. Isos Membina hubungan
saling percaya,
membantu pasien
mengenal penyebab
isolasi sosial, membantu
pasien mengenal
manfaat berhubungan
dan kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain dan
mengajarkan pasien
berkenalan.
Mengajarkan pasien
berinteraksi secara
bertahap (berkenalan
dengan orang
pertama: perawat)
Melatih pasien
berinteraksi secara
bertahap (berkenalan
dengan orang kedua).
Memberikan pendidikan
kesehatan kepada
keluarga mengenai
masalah isolasi sosial,
penyebab isolasi sosial,
dan cara merawat
pasien isolasi sosial.
Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat pasien isolasi
sosial langsung dihadapan
pasien.
Membuat
perencanaan
pulang bersama
keluarga.
5. Regimen
terapeutik
tdk efektif


6. Waham Membina hubungan
saling percaya;
mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara
memenuhi kebutuhan;
mempraktikkan
pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.
Mengidentifikasi
kemampuan positif
pasien dan membantu
mempraktikkannya.
Mengajarkan dan melatih
cara minum obat yang
benar.
Membina hubungan
saling percaya dengan
keluarga;
mengidentifikasi
masalah menjelaskan
proses terjadinya
masalah; dan membantu
pasien untuk patuh
minum obat.
Melatih keluarga cara
merawat pasien.
Membuat
perencanaan
pulang bersama
keluarga.
7. RBD Melindungi pasien dari
percobaan bunuh diri.
Percakapan dengan
keluarga untuk
melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri.

8. HDR
kronik
Mendiskusikan
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
pasien, membantu
pasien menilai
kemampuan yang masih
dapat digunkan,
membantu pasien
memilih/menetapkan
kemampuan yang akan
dilatih, melatih
kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah
dilatih dan rencana
harian.
Melatih pasien
melakukan kegiatan
lain yang sesuai
dengan kemampuan
pasien. Latihan dapat
dilanjutkan untuk
kemampuan lain
sampai semua
kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan
yang dimiliki akan
meningkatkan harga
diri pasien.
Mendiskusikan masalah
yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien
di rumah, menjelaskan
tentang pengertian,
tanda dan gejala harga
diri rendah,
menjelaskan cara
merawat pasien
denganh harga diri
rendah,
mendemonstrasikan
cara merawat pasien
dengan harga diri
rendah, dan memberi
kesempatan kepada
keluarga untuk
mempraktikkan cara
merawat.
Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat pasien harga diri
rendah langsung pada
pasien.
Membuat
perencanaan
pulang bersama
keluarga.
9. Kerusakan
komunika
si verbal

10. RPK Membina hubungan
saling percaya,
mengidentifikasi
penyebab marah, tanda
dan gejala yang
dirasakan, perilaku
kekerasan yang
dilakukan, akibat dan
cara mengendalikan
perilaku kekerasan
dengan cara fisik
Membantu pasien
latihan
mengendalikan
perilaku kekerasan
dengan cara fisik
kedua (evaluasi
latihan nafas dalam,
latihan
mengendalikan
perilaku kekerasan
dengan cara fisik
Membantu pasien latihan
mengendalikan perilaku
kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi
jadwal harian tentang dua
cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan,
latihan mengungkapkan
rasa marah secara verbal:
menolak dengan baik,
meminta dengan baik,
Bantu pasien latihan
mengandalikan
perilaku kekerasan
secara spiritual
(diskusikan hasil
latihan
mengendalikan
perilaku kekerasan
secara fisik dan
sosial/verbal,
latihan beribadah
Memberikan pendidikan
kesehatan kepada
keluarga tentang cara
merawat pasien perilaku
kekerasan di rumah
(diskusikan masalah
yang dihadapi keluarga
dalam merawat pasien,
diskusikan bersama
keluarga tentang
perilaku kekerasan:
Melatih keluarga
melakukan cara-cara
mengendalikan
kemarahan (evaluasi
pengetahuan keluarga
tentang marah, anjurkan
keluarga untuk
memotivasi pasien
melakukan tindakan yang
telah diajarkan oleh
perawat, ajarkan keluarga
Membuat
perencanaan
pulang bersama
keluarga.
pertama (latihan nafas
dalam).
kedua: pukul kasur
dan bantal),
menyusun jadwal
kegiatan harian cara
kedua.
mengungkapkan perasaan
dengan baik), susun
jadwal latihan
mengungkapkan marah
secara verbal.
dan berdoa, buat
jadwal latihan
ibadah/berdoa.
penyebab, tanda dan
gejala, perilaku yang
muncul, dan akibat dari
perilaku tersebut,
diskusikan bersama
keluarga kondisi pasien
yang perlu segera
dilaporkan kepada
perawat, seperti
melempar atau
memukul benda/orang
lain.
untuk memberikan pujian
kepada pasien jika pasien
dapat melakukan kegiatan
tersebut secara tepat,
diskusikan bersama
keluarga tindakan yang
harus dilakukan jika
pasien menunjukkan
gejala-gejala perilaku
kekerasan).
11. Tdk
efektif
regimen
terapeutik
keluarga



Rujukan:
Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC





















MATRIX SP RISIKO
(Dari Bukunya Prof Budi)

NO DIAGNOSA PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 2 SP 3 SP 4 SP 1 SP 2 SP 3 SP 4
1. Berduka
2. Keputusasaan
3. Ansietas
4. Ketidakberdayaan
5. Risiko penyimpangan
perilaku sehat

6. Gangguan citra tubuh
7. Koping tidak efektif
8. Koping keluarga tidak efektif
9. Sindrom post trauma
10. Penampilan peran tidak efetif
11. HDR situasional
























MATRIX SP SEHAT
(Dari Bukunya Prof Budi)

NO DIAGNOSA PASIEN KELUARGA
SP 1 SP 2 SP 1 SP 2
1. Kesiapan peningkatan
perkembangan infant
Menjelaskan perilaku bayi yang normal
& menyimpang serta cara
menstimulasinya
Mendemonstrasikan dan melatih
keluarga untuk mengembangkan rasa
percaya bayi terhadap orang lain
2. Kesiapan peningkatan
perkembangan todler
Menjelaskan perkembangan psikososial
kanak-kanak yang normal dan
menyimpang serta cara
menstimulasinya
Mendemonstrasikan dan melatih
keluarga untuk menstimulasi
kemandirian kanak-kanak
3. Kesiapan peningkatan
perkembangan pra sekolah
Menjelaskan perkembangan psikososial
anak pra sekolah yang normal &
menyimpang serta cara
menstimulasinya
Mendemonstrasikan dan melatih
keluarga untuk menstimulasi
perkembangan anak serta
merencanakan tindakan
4. Kesiapan peningkatan
perkembangan sekolah
Membina hubungan saling percaya
dengan keluarga serta menjelaskan ciri
perkembangan anak usia sekolah yang
normal dan menyimpang
Membina hubungan saling percaya
dengan anak, mendemonstrasikan dan
mendiskusikan cara yang akan
dilakukan keluarga untuk menstimulasi
perkembangan psikososial anak usia
sekolah
5. Kesiapan peningkatan
perkembangan remaja
Membina hubungan saling percaya
dengan remaja, menjelaskan ciri
perkembangan psikososial remaja yang
normal dan menyimpang,
mendemonstrasikan dan melatih cara
mencapai perkembangan remaja yang
normal, dan menyususn rencana
tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial remaja yang normal.
Membina hubungan saling percaya
dengan keluarga, menjelaskan ciri
perkembangan psikososial remaja yang
normal dan menyimpang,
mendemonstrasikan dan melatih cara
mencapai perkembangan remaja yang
normal dan menyusun rencana tindakan
untuk mencapai perkembangan
psikososial remaja yang normal.

6. Kesiapan peningkatan
perkembangan dewasa
muda
Membina hubungan saling percaya,
menjelaskan ciri perkembangan
psikososial dewasa muda yang normal
dan menyimpang dan cara mencapai
perkembangan psikososial dewasa
muda yang normal.
Membina hubungan saling percaya
dengan keluarga, mendiskusikan
karakteristik perkembangan psikososial
dewasa muda dan cara
menstimulasinya, dan membuat rencana
untuk mengembangkan kemampuan
psikososial.

7. Kesiapan peningkatan
perkembangan dewasa
Menjelaskan ciri perkembangan
psikososial dewasa yang normal dan
menyimpang, cara mencapai
perkembangan psikososial dewasa yang
normal dan menjelaskan tindakan untuk
mencapai perkembangan psikososial
dewasa yang normal.
Membina hubungan saling percaya
dengan keluarga yang mempunyai
anggota keluarga dewasa, menjelaskan
ciri perkembangan individu dewasa
normal dan menyimpang dan cara
menstimulasinya.

8. Kesiapan peningkatan
perkembangan lansia
Membina hubungan saling percaya
dengan lansia dan keluarga,
menjelaskan karakteristik
perkembangan psikososial lansia yang
normal dan menyimpang, menjelaskan
cara mencapai perkembangan
psikososial lansia yang normal dan
melakukan tindakan untuk mencapai
perkembangan psikososial lansia yang
normal.
Menjelaskan perilaku lansia yang
menggambarkan perkembangan
psikososial yang normal dan
menyimpang, cara memfasilitasi
perkembangan psikososial lansia,
melakukan tindakan untuk
memfasilitasi perkembangan
psikososial lansia, dan merencanakan
stimulasi untuk mengembangkan
kemampuan psikososial lansia.

9. Kesiapan peningkatan
perkembangan bumil

10.
11.

You might also like