You are on page 1of 11

MODUL 12

Bahasa Sugestif berbasis NLP

TUJUAN
• Melihat potensi bahasa sebagai alat untuk mempengaruhi manusia.
• mengenal bentuk bahasa yang paling tepat untuk mempengaruhi manusia.
• Mengetahui dan membedakan berbagai implementasi bahasa sebagai alat
sugesti.

PERKIRAAN WAKTU
60 menit

PERLENGKAPAN
ƒ Gambar-gambar/foto bahasa tubuh
BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR

Bahasa Sugestif

Di dunia ini orang-orang yang memiliki gol atau memiliki masalah seringkali
melakukan teknik yang namanya afirmasi. Yakni berdiri di depan kaca, dan
mengucapkan kata-kata berulang kali untuk menyemangati diri sendiri. Misalnya,
“Saya orang sukses, hi dup saya sangat berarti”.
Mengapa mereka melakukan hal itu? Karena, pikiran sadar alias otak kirinya
sudah tidak ma mpu memecahkan persoalannya sendiri, sehingga ia berusaha
melakukan sugesti dengan cara seperti itu. Tapi apakah cara seperti itu akan
berhasil? Mungkin ya, namun peluangnya kecil sekali. Karena saat mereka
melakukan afirmasi itu, pikirannya sendiri akan menyabotase atas apa yang
dikatakannya. Mulutnya mengatakan “Saya sukses”, na mun pikirannya mengatakan
“Apa iya, kayaknya sulit tuh…”.
Fenomena menyabotase diri ini sebenarnya tidak akan terjadi apabila orang
itu tahu cara melakukan afirmasi dengan benar. Saat seseorang melakukan afirmasi
di depan kaca yang terjadi adalah ia dalam kondisi “sadar”, artinya otak kiri lebih
berperan dari otak kanan. Nah, dalam kondisi ini otak kiri sesuai tugasnya akan
melakukan “screening” atas informasi yang masuk ke otak. Ia akan menganalisa,
menggunakan data dan logika sesuai fungsinya. Jadi, otak kiri adalah bagian otak
yang berfungsi apabila kondisi kita sedang sadar.
Beda halnya dengan otak kanan. Otak kanan terutama akan aktif jika
manusia sedang rileks. Semakin ia rileks semakin otak kanan bisa bekerja dengan
baik. Otak kanan tidak memiliki fungsi analitis, ia lebih berfungsi secara kreatif dan
mudah disugesti. Dari sini kita tahu bahwa sugesti akan lancar apabila kita
menyasar otak kanan, bukan otak kiri. Pertanyaannya bagaimana cara menyasar
otak kanan?
Ada dua jawaban. Yang pertama adalah, lakukan afirmasi pada kondisi
rileks, sehingga otak kiri tidak terlalu aktif. Lakukan saat mengantuk mau tidur atau
pas bangun tidur, atau lakukan rileksasi dulu secara sengaja. Cara yang kedua
adalah dengan menggunakan bahasa-bahasa sugestif, yakni bahasa yang punya
kekuatan sugesti karena kema mpuannya untuk langsung menembus otak kanan
tanpa terlalu direcoki otak kiri.
Bahasa sugestif biasanya menggunakan bahasa yang mengandung kekuatan
presuposisi hipnotik, yakni asumsi yang terselubung (dengan sengaja) dan
keberadaan asumsinya tidak bisa dikenali oleh alam sadar/otak kiri secara alamiah.
Menariknya bahasa hipnotik ini tidak saja bisa dipakai pada diri sendiri, namun juga
bisa dipakai pada orang lain.
Perlu dicatat di sini, bahwa hipnotis bukanlah ilmu gaib. Hipnotis adalah
ilmu komunikasi menggunakan kalimat tertentu, di dukung dengan intonasi tertentu
dan bahasa tubuh yang sesuai. Di masyarakat dewasa ini, kata hipnotis
mengandung makna peyoratif, yaitu dianggap sebuah il mu yang menggunakan
kekuatan gaib atau mahluk halus. Jelas ini salah kaprah.
Ada banyak cara mengakses efek hipnotis ini. Selain berbagai teknik induksi
klasik (memakai bandul, teknik shock, teknik interupsi pola, teknik fokus, dll ), ada
juga yang menggunakan pola-pola bahasa tertentu. Hipnotis yang menggunakan
pola bahasa dikenal sebagai pendekatan modern dan disebut aliran Ericksonian,
atau dalam terminologi NLP disebut Milton Model. Yakni model bahasa hipnotik
yang dikembangkan oleh orang berna ma Milton Erickson.
Perbedaan mendasarnya adalah, teknik induksi klasik menempatkan subyek
pada kondisi submisif (tidak berdaya, kalah power) karena cara yang dipakai adalah
direct dan autoritarian. Sebaliknya teknik Ericksonian menggunakan pendekatan
indirect dan permisif , yakni memberikan kebebasan bagi subyek untuk bereaksi
terhadap kata-kata si hipnotist.
Pendekatan Ericksonian saat ini lebih populer, karena bisa dipakai di luar
kondisi teraputis. Artinya, karena metodenya yang halus dan menggunakan bahasa,
maka prosesnya bisa dilakukan tanpa sepengetahuan si subyek. Sekalipun untuk
mencapai tataran ini kita harus sangat menguasai pola-pola bahasa linguistik yang
level lanjut.
Secara sederhana, ada dua pendekatan teknik Eriksonian. Pertama
menggunakan pola bahasa tertentu sehingga alam sadar terlalu “sibuk” atau
“menjadi bingung”. Pada saat yang sama si penghi pnotis mengatakan kalimat
tertentu yang akan langsung menembus bawah sadar.
Cara kedua adalah, mengatakan pola bahasa tertentu yang keberadaannya
memang tidak terdeteksi oleh alam sadar. Inilah yang di depan tadi disebut sebagai
bahasa yang mengandung k ekuatan presuposisi hipnotik, yakni penggunaan asumsi
yang terselubung (dengan sengaja) dan keberadaan asumsinya tidak bisa dikenali
oleh alam sadar/otak kiri secara alamiah.
Dari dua cara diatas, akan banyak diturunkan berbagai teknik hipnosis
berbasis pola kata. Dalam bahasa awam metode ini juga disebut il mu sugesti, atau
sugestologi. Apa manfaatnya hal ini dalam advokasi?
Sudah diketahui bersama, tidak semua dagangan yang bagus di dunia ini
akan langsung laku. Diperlukan teknik pemasaran yang sama bagus-nya dengan
kualitas dagangan kita. Tidak semua isu advokasi yang bagus menurut kita, akan
terlihat/terasa/terdengar bagus bagi stakeholder . Kemampuan kita membi ngkai
dagangan akan menjadi skil yang berguna untuk suksesnya sebuah advokasi.
Ringkasan Alur Sesi
Topik Tujuan Alat Bantu Metode Waktu
1. Cipta Suasana • Membangun suasana (state of mind ). • Kisah 5”
• Menjelaskan tujuan sesi. • Ceramah

2. Permainan • Menunjukkan bahwa kata-kata memiliki kek uatan 5”


Sugesti sugesti.
• Mengajak peserta mengalami sugesti secara sederhana.

3. Materi Teknik • Mempelajari 10 kalimat persuasi. Bahan presentasi • Ceramah 40”


Sugesti • Mempraktakkan 10 konteks advokasi. • Praktak
langsung
4. Diskusi • Membuka wacana untuk memperluas pemaha man. 10”
PROSES LENGKAP
No Kegiatan Keterangan
1 Cipta Suasana
• Berdiri di depan, ucapkan kalimat pembukaan yang positif,
hangat, apresiatif segar dan mantap.
• Ajukan beberapa pertanyaan hipnotik untuk memancing.
o Misalnya, “Semuanya sudah menggunakan name
tag?”
• Ceritakan dengan gaya berkisah cerita tentang “Orang mati
dalam mobil es yang rusak.”
2 Per mainan Sugesti
• Lakukan permainan kata untuk menunjukkan efek
sugesti/hipnotik:
• Katakan, “Kita akan bermain tanya jawab, tolong setiap kali
saya bertanya dijawab dengan keras dan bersama-sama.
Setuju?”
• “Setiap pertanyaan hanya dijawab dengan satu kata saja!”
• Tanyakan: ”Benda seperti tulang tipis yang ada di ujung jari
manusia disebut?” Æ Peserta akan menjawab “Kuku….”
• Tanyakan: ”Anaknya anak kita, disebut apa?” Æ “Cucu…”
• Ok pertanyaan terakhir, jawab cepat “Sapi minumnya apa???”
Æ peserta akan menjawab Æ “Susu!”
• Katakan: “Kok Susu? Bukannya sapi minumnya air?”
3 Pertanyaan Pengarah Karena
• Apa penyebab orang menjawab susu bukan air? terbawa efek
• Apalagi contoh lain di percakapan sehari-hari? sugesti dari
bunyi suara
yang mirip
sebelumnya.
4 Penjelasan Materi Sugesti
• Jelaskan materi mengenai sugesti.
• Berikan contoh-contoh yang relevan dan situasional.
• Jika perlu gunakan potongan koran, potongan film sebagai
bahan ilustrasi.
5 Praktak Langsung
• Pada setiap contoh, peserta langsung di minta
memraktakkan dengan cara menulis satu kalimat yang
menggunakan kata yang diajarkan. Sebaiknya contoh
aplikasinya langsung pada persoalan advokasi.
• Pada akhir sesi, peserta diminta melakukan “compounding”,
yakni menumpuk-numpuk kalimat sugesti menjadi suatu
kalimat panjang yang dirangkaikan. Misalnya:
o “Alangkah baiknya apabila dalam forum ini kita bisa
semakin erat kerjasamanya, karena sudah jelas
bahwa kodrat manusia adalah untuk.... dst.”

6 Disk usi dan Kesi mpulan

CATATAN
† Harus jelas bagi peserta bahwa ilmu hipnosis memiliki akar yang sama dengan
sugesti. Il mu hipnosis bukan il mu gaib atau mistik, tapi ilmu komunikasi persuasif
yang menggunakan kata-kata kunci tertentu, body language dan intonasi yang
tepat.
† Ilmu gaib yang mirip hipnosis sering dipakai untuk menipu orang dalam berita-
berita koran termasuk dalam kategori ilmu hita m disebut genda m, cablek, dll.

VARIASI
Jika waktu cukup panjang, minta setiap orang menyusun kalimat dengan
menggunakan frasa-frasa sugestif tersebut.
Lampiran

Kisah Orang Mati di Mobil Es Rusak

Pada suatu malam, segerombol pemuda bandel pulang dari pesta. Salah satu
dari mereka adalah pemuda yang penakut sekalipun umurnya lebih tua dibanding
yang lain. Saat mereka melalui lokasi parkir mobil boks berpendingin (freez er )
untuk membekukan ice cream, mereka iseng membukanya untuk mencuri isinya.
Namun ternyata semua mobil itu kosong.
Akhirnya keisengan mereka disalurkan untuk menakuti rekannya yang
penakut itu, di dorongnya ia ke dalam salah satu mobil boks berpendingin itu dan
dikunci di dalamnya. Mereka tahu bahwa pendingin itu rusak dan ada angin yang
mengalir di salah satu lobang di atas mobil itu. Rencananya mereka akan membuka
keesokan paginya sambil diolok-olok. Sa mbil pergi mereka berteriak keras-keras
“Kamu akan mati kedingi nan di dalam mobil boks freezer ini!”
Ironisnya, pemuda yang ditinggal ini tidak tahu bahwa mesin pendingin
(freezer ) di mobil itu sudah rusak. Bahkan saking takutnya ia mengira aliran angin
mala m yang masuk melalui lubang diatas sebagai semburan hawa dingin dari
freezer itu. Setelah berteriak-teriak tanpa hasil selama berjam-jam akhirnya ia
mulai merasa kedinginan dan mulai membeku. Dia mbilnya kertas dan bolpen di
sakunya dan ditulisnya pesan untuk teman-temannya itu.
Saat pagi, ketika kawan-kawan ini membuka mobil boks itu, alangkah
terkejutnya mereka karena rekannya itu sudah mati beku dala m mobil boks.
Ditangannya ada bolpen dan k ertas bertuliskan:
“Kalian semua brengsek, sungguh aku tak tahu apa mau kalian dengan
mengunciku di sini? Mungkin kalian memang ingin membunuhku, kudoakan kalian
akan terbalas dengan cara yang lebih curuk. Oh, mala m ini tubuhku t erus
mendi ngin dan membeku perlahan-lahan karena berada di dalam freezer ini.
Sungguh semburan hawa dingin dari atas luar biasa dinginnya. Selamat tinggal.”
Saat diotopsi, dokter di rumah sakit yakin bahwa tubuh pemuda ini
meninggal karena membek u. Yang mengherankan adalah mobil boks itu sistem
pendinginnya sudah rusak dan tidak berfungsi sama sekali.

Moral Cerita:
• Sugesti memiliki kekuatan yang luar biasa, apalagi sugesti diri yang diyakini
secara kuat.
• Jika bersedia mempelajarinya, kata-kata kita memiliki kekuatan sugesti pada
orang lain dan pada kita sendiri.
• Kekuatan sugesti ini akan menjadi positif atau negatif tergantung dari orang
yang menggunakannya.
MATERI PRESENTASI
Bahasa Sugestif berbasis NLP

1. Teknik Menghi dupkan Statistik


Berguna untuk mengupas akibat yang lebih dramatis/mengarahkan penafsiran. Saat
Anda mema parkan data-data, jangan biarkan pembaca kesulitan mencerna. Buatlah
kalimat dengan cara mengikuti angka-angka statistik dengan menggunakan frasa
sebagai berikut:
• Otomatis
• Akibatnya
• Sehingga
• Dengan demikian
• Akhirnya tidak heran jika
• dll
Contoh:
• “Hanya 40% anak lahir di Indonesia yang punya akta lahir.”

Buat kalimat dengan menghidupkan statistik:


• “Hanya 40% anak lahir di Indonesia yang punya akta lahir, dengan demikian
lebih dari separo dari total kelahiran anak tidak tercatat, akibatnya secara
otomatis kualitas vital statistik kita amat jelek bagi sumber perencanaan
pembangunan.”

2. Sudut pandang statistik


Statistik adalah alat generalisasi yang ampuh, dalam menyajikan suatu angka,
pilihlah sudut pandang yang paling dramatis/paling berefek:

Data: Hanya 30% anak yang punya akta.


Ubah sudut pandangnya agar lebih dramatis:
• Hanya 1/3 anak yang punya akta
• Jumlah anak yang punya akta adalah 1: 3
• Ada 70% yang tidak punya akta
• 7 dari 10 tidak punya akta

3. Generalisasi Subjek
Mengubah subjek menjadi umum atau kabur. Tujuannya memunculkan efek lebih
luas. Misalnya ada peristiwa di mana beberapa orang tua mengeluhkan tingginya
biaya mengurus Kutipan Akta Kelahiran di provinsi X.

Kalimat asli:
“Beberapa orang tua mengeluhkan tingginya biaya pengurusan Akta kelahiran anak
di provinsi X". ".

Ubah menjadi:
“Masyarakat mengeluhkan tingginya biaya pengurusan Akta kelahiran di provinsi X".

4. Metafora/analogi
Memiliki beberapa fungsi:
a) Berguna memper mudah seseorang untuk mengerti atas sebuah pengertian
yang rumit. Misalnya: Mesin fax itu mirip fotokopi jarak jauh yang
dihubungkan melalui kabel tel epon.
b) Membuat seseorang menerapkan sendiri pada situasinya (mendapatkan
insight) atas suatu hal.
Metafora tidak selalu harus menggunakan suatu pribahasa, namun bisa
menciptakan sendiri suatu relasi hubungan kemiripan dengan peristiwa/fenomena
lain. Biasanya ditandai dengan kata mirip, seperti, bagaikan, umpa manya, dll.

Contoh
• Setiap awal modul di buku Panduan ini selalu menggunakan metafora/analogi
untuk mempermudah masuk ke benak peserta pelatihan. (Perhatikan di bagian
Cipta Suasana)

5. Presuposisi peningkatan
Digunakan untuk memunculkan pesan bawah sadar bahwa suatu hal sudah terjadi
atau sedang meningkat intensitasnya, dengan cara menggunakan kata “mulai” atau
“semakin” .
Contoh sebuah surat kabar menulis “Pemilu mulai menelan korban.”, maka pesan
bawah sadar dari berita ini adalah “akan menelan korban lagi.” Hal ini tidak perlu
dikatakan, namun pembaca sudah otomatis menyimpulkan.

Contoh Penggunaan:
• “Kami merasa senang, kedatangan kami di DPRD ini disambut dengan baik,
hubungan baik ini mulai terwujud di antara kita…”

Contoh lain, koran menulis “Kondisi masyarakat di sekitar luapan lumpur Lapindo
semakin memburuk”. Maka tanpa perlu dikatakan, pembaca akan menyimpulkan
bahwa tadinya sudah buruk, meningkat makin buruk dan akan menjadi-jadi.

Contoh penggunaan:
• “Melihat respon Bapak Walikota, kami semakin yakin saat ini perhatian akan hak
anak semakin besar di kalangan eksekutif .
6. Ilusi Pilihan
Merupakan teknik untuk mendapatkan persetujuan orang lain, tanpa
bertanya setuju atau tidak. Dilakukan dengan cara memberikan dua pilihan (yang
keduanya adalah tujuan kita), dengan menggunakan kata sambung “atau”. Pembaca
/pendengar dikondisikan untuk berpikir bahwa dirinya sudah setuju.

Misalnya, Anda ingin menyuruh anak Anda untuk mandi, hindari mengatakan “Adik
mau mandi kan?”. P ertanyaan ini memberikan ide pada anak bahwa ia punya pilihan
untuk menolak, karena pilihannya adalah ya dan tidak.
Jauh lebih baik jika dikatakan dengan cara ilusi pilihan: “Adik mau mandi
sendiri atau dimandiin”. Dalam menanggapi pertanyaan ini, anak diarahkan
menjawab mau mandi, pikiran fokus pada pilihan sendiri atau dengan orang lain.

Contoh penerapan:
Setelah menjelaskan panjang lebar dan berdiskusi mengenai pentingnya
Perda tertentu, jangan mengatakan, “Jadi apakah usulan kami untuk menerbitkan
Perda ini disetujui?” Alih-alih mengatakan begitu, katakan:
“Anggota dewan yang terhormat, kami di sini membawa contoh beberapa
Perda yang berasal dari kabupaten lain. Kami tidak tahu apakah Bapak Ibu lebih
senang mempelajari sendiri Perda-perda itu, atau kami bantu dengan kajian dan
sekaligus menyusunkan draft awal Raperda-nya.” Intinya adalah, apapun pilihannya,
maka akan ada pembahasan Perda.

7. Frasa Afirmatif
Dipakai untuk meningkatkan efek “tak terbantahkan …”, mengurangi resistensi.
Caranya adalah tambahkan frasa berikut ini di awal kalimat yang akan Anda katakan
pada orang lain:
• Sudah jelas bahwa
• Sudah menjadi rahasia umum
• Telah diketahui bersama
• Sudah tradisi
• Sudah disepakati
• Tak dapat dielakkan lagi
• Sudah di maklumi
• Niscaya

8. Judgement yang Disembunyikan


Dalam berargumentasi, sering kali seseorang mengatakan: “Menurut
pendapat saya….” Atau “Menurut hemat kami…”. Frasa ini amat tidak efektif, karena
akan meni mbulkan ef ek ingin menonjolkan diri pembicara.
Jauh lebih baik jika frasa tadi dihilangkan, dan langsung mengatakan kalimat
yang diawali dengan kata-kata sebagai berikut:
• Sungguh bagus sekali untuk…
• Alangkah baiknya …
• Alangkah bijaksananya, jika…

Merupakan sebuah judgement nilai yang tidak jelas siapa pembicaranya. Ini akan
meni mbulkan efek seolah sudah diterima semua orang.

9. Power Questions
Untuk mengurangi resistensi, perintah/saran dapat diperhalus dengan cara
mengartikulasikannya sebagai suatu pertanyaan. Kalimat disusun dengan cara
menanyakan apakah kondisi yang diinginkan sudah tercapai/dapat dilakukan.
Contoh:
“Apakah pintu ruangan ini sebaiknya ditutup karena suara di luar mengganggu?”.
Pertanyaan ini akan ditanggapi dengan cara menutup pintu oleh orang yang ditanya.
Saat ia menutup pintu tidak akan merasakan terpaksa, namun merasa muncul ide
dari dalam sendiri (self sugesti).
Dalam membuat perintah berbentuk pertanyaan, tindakan yang
diperintahkan harus berupa suatu tindakan yang bisa dikerjakan saat itu juga.
Contoh penggunaan:
“Jadi bisakah kita melangkah pada pembicaraan teknik penyusunan PERDA?”
“Apakah kita bisa mulai rapat ini sekarang?”

10. Frasa Berbahaya


Untuk menjadikan presentasi makin ef ektif, hindari menggunakan kata-
kata/frasa ini:
a) Terus terang saja/Jujur saja
b) Sebenarnya/sebetulnya
c) Tapi, nggak, tidak

Kata-kata (a) dan (b), akan meni mbulkan perasaan bawah sadar yang tidak
nyaman bagi pendengarnya. Mereka akan merasa aneh, berarti selama ini kita tidak
terus terang, tidak jujur, tidak mengatakan yang sebenarnya, dan sebagainya.
Kata-kata (c) perlu dihindarkan sebagai kata-kata awal yang cenderung
dikatakan saat menanggapi suatu keberatan. Kata-kata ini akan memi cu perasaan
ditolak, disangakal, tidak disetujui.

You might also like