You are on page 1of 31

Panduan Pelaksanaan

BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)


APBN TAHUN 2014



















KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TAHUN 2014


i
KATA PENGANTAR

Dalam rangka memajukan pendidikan, bangsa Indonesia terus mengupayakan agar pendidikan
dapat diakses dengan mudah oleh seluruh masyarakat Indonesia terutama dari masyarakat miskin
dan rentan kemiskinan. Bantuan Siswa Miskin (BSM) dimaksudkan untuk mengamankan upaya
jangka panjang guna memutus rantai kemiskinan dengan memastikan masyarakat miskin bisa
mengakses pendidikan sehingga mutu sumber daya manusia Indonesia terus meningkat dan
mampu bersaing dalam era masyarakat global.
Agar program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dapat mencapai target sesuai yang telah ditetapkan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa
Miskin sebagai bagi pelaksanaan program BSM baik di pusat maupun di daerah.
Akhirnya, kami mengharapkan pihak-pihak terkait dengan panduan pelaksanaan program BSM di
semua tingkatan dapat memahami, mendukung dan melaksanakan dengan baik sehingga
penyaluran BSM dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.

Jakarta, Januari 2014

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar,





Hamid Muhammad, Ph.D.
NIP. 195905121983111001
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah,





Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M. Eng.
NIP. 195902191986101001


ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
C. Dasar Hukum 3
D. Pengertian 4
E. Sasaran 4
F. Besaran Dana BSM 5
G. Pemanfaatan Dana 5
H. Waktu Pencairan Dana BSM 5
BAB II MEKANISME PENENTUAN PEMBERIAN BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) 6
A. Usulan Calon Penerima BSM Tahun 2014 6
B. Mekanisme Penentuan Sasaran Siswa Penerima BSM Tahun Pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015 6
BAB III MEKANISME PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) 10
A. Penyaluran Dana BSM 10
B. Peran Lembaga Penyalur dalam Pencairan BSM 10
C. Pencairan Dana BSM 11
D. Pemanfaatan Dana BSM dan Pembatalan BSM 11
E. Mekanisme Pengembalian Dana BSM 11
BAB IV ORGANISASI PELAKSANA 13
A. Tingkat Pusat 13
B. Tingkat Provinsi 13
C. Tingkat Kabupaten/Kota 13
D. Tingkat Satuan Pendidikan 14
E. Lembaga Penyalur 14
BAB V TATA TERTIB PENGELOLAAN 16
A. Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 16
B. Dinas Pendidikan Provinsi 16
C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota 16
D. Satuan Pendidikan 16
BAB VI MONITORING, SUPERVISI DAN PELAPORAN 17
A. Jenis Monitoring 17
B. Tujuan Monitoring dan Supervisi 17
C. Sasaran monitoring 17
D. Pelaksanaan Monitoring 17
E. Pelaporan 18
BAB VII PENANGANAN PENGADUAN 20
A. Pengawasan 20
B. Pengaduan Masyarakat 20
C. Sanksi 21
D. Ketentuan lain 21
LAMPIRAN 22

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disparitas partisipasi sekolah antar kelompok masyarakat di Indonesia masih cukup tinggi.
Angka Partisipasi Kasar (APK) kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi secara
umum lebih tinggi di semua Satuan Pendidikan pendidikan dibandingkan dengan APK bagi
keluarga miskin. Untuk membantu meningkatkan pendidikan bagi masyarakat miskin, maka
kebijakan pembangunan pendidikan diarahkan untuk mencapai misi 5 K, yaitu ketersediaan,
keterjangkauan, kualitas/mutu, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan
pendidikanyang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan layanan Pendidikan Dasar
dan menengah yang bermutu, serta memberi kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih
besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan
pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil,
masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat.

Keadaan tersebut tentu perlu terus diperbaiki sebagai bentuk pemenuhan hak setiap warga
negara untuk mendapatkan pendidikan, serta untuk mencapai sasaran-sasaran yang
ditetapkan dalam kesepakatan internasional seperti Education For All (EFA) dan Millenium
Development Goals (MDGs) yaitu memberikan pendidikan yang merata pada semua anak,
dimanapun, laki-laki dan perempuan.

Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan khususnya pada kelompok miskin adalah
tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung
meliputi antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak
langsung meliputi antara lain biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain-lain.

Biaya pendidikan untuk Satuan Pendidikan menengah mencapai sekitar 2,5 kali lipat biaya
untuk Satuan Pendidikan pendidikan dasar. Keadaan tersebut tentu sangat berpengaruh pada
rendahnya angka partisipasi pendidikan penduduk miskin ke Satuan Pendidikan yang lebih
tinggi, terutama disebabkan oleh banyaknya putus sekolah dan angka tidak melanjutkan
hingga ke Satuan Pendidikan SMA/SMK. Hal tersebut didukung oleh data SUSENAS 2003 yang
mengungkapkan bahwa terjadinya putus sekolah sebagian besar (75,7 persen) disebabkan oleh
alasan ekonomi baik karena tidak memiliki biaya (67,0 persen) maupun karena anak harus
bekerja (8,7 persen). Hal tersebut jelas mengungkapkan bahwa penduduk miskin tidak akan
mampu menjangkau pendidikan jika tidak dibantu oleh pemerintah.

Untuk mencegah dampak negatif krisis ekonomi bagi masyarakat miskin dalam mengakses
pendidikan, sejak tahun 1998, melalui program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang
Pendidikan, pemerintah memberikan Bantuan secara besar-besaran kepada siswa dari
keluarga miskin yaitu sebanyak 1,8 juta siswa SD/MI, 1,65 juta siswa SMP/MTs, dan 500 ribu
siswa Satuan Pendidikan sekolah menengah. Sejak tahun 2001 jumlah penerima Bantuan terus
ditingkatkan dengan adanya tambahan sumber biaya dari Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi BBM (PKPS-BBM). Meskipun program JPS telah berakhir pada tahun 2003, Pemerintah
tetap melanjutkan pemberian Bantuan tersebut melalui PKPS BBM yang kemudian diteruskan
dengan program Bantuan Siswa Miskin (BSM).


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
2
Program JPS mendapat respon yang positif dari masyarakat dan secara signifikan berhasil
mencegah siswa dari putus sekolah. Namun demikian program tersebut memiliki beberapa
kelemahan terutama dalam penetapan sasaran bantuan terutama di tingkat kabupaten/kota
dan sekolah. Kelemahan lain yaitu satuan biaya bantuan per siswa. Meskipun satuan biaya per
siswa per bulan terus mengalami peningkatan, satuan harga tersebut sudah tidak lagi memadai
karena daya beli masyarakat tidak lagi sebesar tahun-tahun sebelumnya karena inflasi yang
terjadi selama beberapa tahun terakhir.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diputuskan oleh Pemerintah berdampak bagi
masyarakat keluarga miskin antara lain: (1) kesulitan menjangkau layanan pendidikan dari
Satuan Pendidikan pendidikan dasar ke Satuan Pendidikan pendidikan menengah, (2)
rehabilitasi dan revitalisasi fisik telah menyediakan sekolah dengan baik tetapi siswa sulit
mengakses layanan pendidikan tersebut karena kesulitan dan tidak mempunyai biaya, (3)
tingginya angka putus sekolah dari keluarga atau masyarakat miskin karena prioritas dana yang
ada bukan untuk mengakses pendidikan tetapi untuk sekedar dapat bertahan hidup dan segala
sumber daya yang ada digunakan untuk mencari nafkah, sehingga pendidikan menjadi prioritas
terakhir.

Untuk mencegah dampak negatif kenaikan harga BBM terhadap kemampuan
masyarakat/keluarga miskin mengakses layanan pendidikan perlu dilakukan hal-hal antara lain:
(1) menambah dan memperluas jumlah sasaran siswa yang menerima BSM untuk menjamin
agar siswa dari keluarga yang terkena dampak kenaikan BBM tetap dapat melanjutkan
pendidikannya sampai selesai, (2) Peningkatan jumlah nominal Bantuan Siswa Miskin (BSM)
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga miskin agar bantuan tersebut dapat lebih
digunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya personal pendidikan sehingga semakin banyak
siswa dari keluarga miskin yang dapat menyelesaikan pendidikan di semua Satuan Pendidikan
pendidikan.

Melalui pemberian bantuan siswa miskin (BSM) yang lebih luas dengan jumlah yang lebih
besar sebagai bantuan untuk memenuhi biaya pribadi siswa melangsungkan pendidikannya
sampai dengan selesai. Kondisi ini sangat memungkinkan siswa dari keluarga miskin
melanjutkan pendidikannya ke Satuan Pendidikan yang lebih tinggi sehingga dengan
diberikannya BSM kepada siswa dari keluarga miskin akan dapat meningkatkan angka
melanjutkan dari angka sebesar 97,93%. tersebut. Selain itu pemberian BSM yang diperluas
dan diperbesar akan dapat menekan siswa dari keluarga/masyarakat miskin putus sekolah.
Malalui pendidikan taraf hidup keluarga/masyarakat miskin dapat diperbaiki dan ditingkatkan.

Untuk itu tahun 2014, Pemerintah kembali memberikan Bantuan bagi siswa miskin guna
memenuhi kebutuhan pribadi siswa agar siswa dari keluarga miskin dapat terus
melangsungkan pendidikannya. Maksud pemberian program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga miskin akan layanan pendidikan pada
semua Satuan Pendidikan pendidikan.

Buku petunjuk pelaksanaan ini disusun dalam rangka memberikan panduan bagi pelaksana
program di berbagai tingkatan agar program BSM ini dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Program ini akan disalurkan dari Pemerintah Pusat, maka buku petunjuk ini
diharapkan dapat menjadi rujukan sehingga dalam penyalurannya tidak tumpang tindih
dengan bantuan siswa miskin lain yang disalurkan melalui mekanisme yang ada.


Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
3
B. Tujuan
Tujuan dari program ini antara lain:
1. Mengurangi hambatan siswa miskin dalam mengakses layanan pendidikan.
2. Mencegah angka putus sekolah & menarik siswa miskin untuk bersekolah kembali.
3. Membantu siswa miskin untuk memenuhi kebutuhan personal dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Mendukung penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, pendidikan
menengah, dan pendidikan menengah universal.

C. Dasar Hukum
Pelaksanaan Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
5. Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan;
8. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan;
9. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib
Belajar Pendidikan Dasar;
11. Inpres No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara;
12. Keputusan Menko Kesra No. 22/KEP/MENKO/KESRA/IX/2006 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara;
13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara;
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi
Non Personalia Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan SDLB;
16. Permendiknas No. 60 Tahun 2011 tentang Larangan Pungutan Biaya Pendidikan pada
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
17. Permendikbud No. 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan
pada Satuan Pendidikan Dasar;
18. Peraturan Menteri Keuangan No. 81 tahun 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada
Kementerian Negara/Lembaga;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
4
19. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan No. 16 tahun 2012
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pencairan Dan Penyaluran Dana Bantuan Siswa Miskin dan
Beasiswa Bakat dan Prestasi;
20. Peraturan tentang Indeks Kemiskinan Berita Resmi Statistik dari Badan Pusat Statistik
(BPS) No. 06/01/TH.XV, 2 Januari 2013.

D. Pengertian
Istilah yang digunakan dalam panduan pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin sebagai berikut:
1. Bantuan bagi siswa miskin yang selanjutnya disebut Bantuan Siswa Miskin (BSM) adalah
adalah bantuan dari pemerintah berupa sejumlah uang tunai yang diberikan langsung
kepada siswa yang berasal dari keluarga miskin;
2. Siswa adalah peserta didik yang belajar di SD, SMP, SMA dan SMK baik negeri maupun
swasta;
3. Penerima BSM adalah siswa yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan berdasarkan surat keputusan yang telah ditetapkan;
4. Siswa miskin adalah siswa SD, SMP, SMA dan SMK yang orang tuanya kurang mampu
membiayai pendidikan anaknya, orang tua miskin atau rumah tangga miskin sesuai dengan
kriteria antara lain sebagai berikut:
1) Orangtua siswa penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS);
2) Siswa penerima Kartu Calon Peneriman Bantuan Siswa Miskin;
3) Orangtua siswa peserta Program Keluarga Harapan (PKH);
4) Siswa terancam putus sekolah karena kesulitan biaya;
5) Siswa yatim, piatu atau yatim piatu;
6) Siswa yang bersal dari panti asuhan
7) Siswa berasal dari korban musibah, korban bencana, korban PHK dari Rumah Tangga
Sangat Miskin dan siswa pada program keakhlian pertanian (SMK).
5. Penyaluran adalah proses pemindahbukuan dari rekening penampung ke rekening siswa
yang berhak sebagai penerima BSM.
6. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang memberikan
bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).
7. Lembaga Penyalur adalah Bank/POS yang sudah ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan berdasarkan yang bertugas menyalurkan dana Bantuan Siswa Miskin.
8. Rekening Penyalur adalah rekening penampung yang dibuka oleh Lembaga Penyalur atas
permintaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang digunakan untuk menerima
dan menyalurkan BSM.
9. Rekening Tabungan Penerima adalah rekening tabungan atas nama siswa Penerima Dana
BSM atau orangtua/wali murid bagi siswa belum mempunyai KTP yang dibuka di unit kerja
Lembaga Penyalur yang digunakan untuk menerima dana BSM.


E. Sasaran
Sasaran program BSM adalah siswa miskin yang masih berstatus sebagai siswa SD, SMP, SMA
dan SMK serta memenuhi sekurang-kurangnya satu dari kriteria antara lain sebagai berikut:
1. Siswa Penerima KPS 2013
2. Siswa Penerima KPS Baru yang belum diusulkan tahun 2013
3. Siswa dari rumah tangga peserta PKH
4. Siswa yatim dan/atau yatim piatu

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
5
5. Siswa yang bersal dari panti sosial/asuhan
6. Siswa korban bencana


F. Besaran Dana BSM
BSM yang disalurkan kepada seluruh sasaran penerima BSM APBN tahun ajaran 2013/2014
dan tahun ajaran 2014/2015 melalui Pemerintah Pusat bersumber dari dana APBN Kemdikbud
(rupiah murni) tahun anggaran 2014 dimana masing-masing siswa akan menerima sebesar:

Satuan
Pendidikan
Semester II Th. Ajaran
2013/2014
(Januari-Juni 2014)
Semester I Th Ajaran
2014/2015
(Juli-Desember 2014)
Jumlah
SD *) 225.000 225.000 450.000
SMP**) 375.000 375.000 750.000
SMA dan SMK 500.000 500.000 1.000.000
*) Khusus untuk siswa korban bencana diatur dalam juknis tersendiri
**) Khusus untuk siswa korban bencana, BSM dapat diberikan lebih dari satu kali dalam 1 tahun

G. Pemanfaatan Dana
BSM dimanfaatkan oleh siswa untuk pembiayaan keperluan pribadi siswa dalam rangka
penyelesaian pendidikan pada satuan pendidikan antara lain digunakan untuk:
1. Pembelian buku dan alat tulis sekolah;
2. Pembelian pakaian dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, dll)
3. Biaya transportasi ke sekolah;
4. Uang saku siswa ke sekolah;
5. Biaya kursus / les tambahan

H. Waktu Pencairan Dana BSM
Waktu pencairan BSM oleh siswa mulai bulan April tahun 2014.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
6
BAB II
MEKANISME PENENTUAN PEMBERIAN
BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)

A. Usulan Calon Penerima BSM Tahun 2014

1. Usulan menggunakan Kartu Perlindungan Sosial
Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang diberikan kepada rumah tangga miskin pada tahun
2013 yang memiliki anak-anak berusia sekolah. Orangtua membawa KPS yang sudah
difotocopi ke satuan pendidikan untuk didaftarkan sebagai calon penerima BSM.

















2. Usulan menggunakan Kartu Bantuan Siswa Miskin
Kartu Bantuan Siswa Miskin yang diberikan kepada rumah tangga miskin pada tahun 2013
yang memiliki anak-anak berusia sekolah. Orangtua membawa Kartu BSM yang sudah
difotocopi ke satuan pendidikan untuk didaftarkan sebagai calon penerima BSM

3. Usulan melalui Formulir Usulan Sekolah (FUS).
Sekolah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat mengusulkan nama calon
penerima BSM diluar penerima Kartu Perlindungan Sosial maupun siswa yang menerima
Kartu BSM, dengan ketentuan apabila kuota BSM di kabupaten/kota masih tersedia dengan
kriteria siswa antara lain:
a. Orangtua siswa peserta Program Keluarga Harapan (PKH);
b. Siswa yatim, piatu atau yatim piatu;
c. Siswa yang bersal dari panti sosial/asuhan.
d. Siswa pada kelompok keakhlian pertanian bagi SMK.

B. Mekanisme Penentuan Sasaran Siswa Penerima BSM Tahun Pelajaran 2013/2014 dan
2014/2015

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Teknis menentukan dan
menginformasikan kuota calon penerima bantuan siswa miskin ke Dinas Pendidikan
Tampak Depan Tampak Belakang
Gambar 1 Desain Kartu Perlindungan Sosial

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
7
Kabupaten/kota dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Provinsi dengan
mempertimbangkan:
a. Data Siswa penerima BSM melalui KPS Tahun 2013
b. Data Pokok Pendidikan (Dapodik);
c. Basis Data Terpadu Program Pendataan Perlindungan Sosial (PPLS 2011);
d. Indek Kemiskinan;
e. Sasaran Penerima Kartu Perlindungan Sosial dan Kartu Calon Penerima BSM.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menginformasikan dan mendistribusikan kuota ke
satuan pendidikan calon penerima bantuan siswa miskin (BSM). Masing-masing satuan
pendidikan mempertimbangkan:
a. Kondisi masyarakat tidak mampu/miskin;
b. Jumlah siswa miskin di sekolah;
c. Prinsip pemerataan; dan
d. Prinsip keadilan.

3. Daftar usulan calon penerima BSM tingkat satuan pendidikan;
a. Satuan pendidikan merekap Kartu Pelindungan Sosial dan Kartu Calon Penerima BSM
yang diterima oleh satuan pendidikan sesuai dengan formulir 1.
b. Satuan pendidikan dapat mengusulkan siswa calon penerima BSM selain penerima
kartu KPS maupun kartu BSM melalui rapat bersama dewan guru dan komite sekolah
apabila kuota di kab/kota masih tersedia menggunakan formulir 2 dengan persyaratan
antara lain:
1) Orangtua siswa peserta Program Keluarga Harapan (PKH);
2) Siswa yatim, piatu atau yatim piatu;
3) Siswa yang berasal dari peserta panti asuhan
4) Siswa berasal dari korban bencana.
c. Pendataan awal siswa calon penerima bantuan siswa miskin (BSM) masing-masing
satuan pendidikan dilakukan oleh kepala sekolah, dewan guru, dan komite sekolah
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Daftar calon penerima BSM dibuat per-
kelas dan gender sesuai dengan urutan prioritas (urutan 1 berarti yang lebih
membutuhkan BSM dibanding dengan urutan ke-2 dan seterusnya
d. Kepala sekolah membuat Surat Keputusan (SK) penetapan siswa calon penerima BSM
dan surat pengajuan calon penerima BSM disertai daftar siswa lengkap (Lihat lampiran
formulir BSM 1 dan 2). SK dan lampirannya diajukan dan dikirim ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.














Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
8




4. Daftar usulan calon penerima BSM tingkat Kabupaten/Kota
a. Dinas Pendidikan Kebupaten/Kota membuat daftar gabungan semua data usulan calon
penerima BSM masing-masing satuan pendidikan sesuai formulir 1 dan 2, kemudian
dilakukan penyesuaian terhadap kuota BSM yang diberikan Direktorat Teknis
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan berdasarkan skala prioritas.
b. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menetapkan usulan penerima BSM sesuai dengan
kuota yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
direktorat teknis;
c. Apabila terdapat siswa penerima kartu calon penerima BSM yang belum termasuk
dalam usulan karena melebihi kuota yang telah ditetapkan, dapat diusulkan pada tahun
berikutnya;
d. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membuat Surat Keputusan (SK) penetapan
siswa calon penerima BSM untuk masing-masing satuan pendidikan (SD, SMP, SMA dan
SMK) dan surat pengajuan calon penerima BSM. SK beserta lampirannya (softcopy dan
hardcopy) diajukan dan dikirim ke masing-masing direktorat teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dengan tembusan ke Dinas Pendidikan Provinsi.
e. Alamat Direktorat Teknis
1) Direktorat Pembinaan SD
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompleks Kemdikbud Gedung E, Lantai
18, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta. Email: bsmsd.psd@gmail.com,
Telepon. (021)5725641 Faksimili: (021)5725644.
2) Direktorat Pembinaan SMP
Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Kompleks Kemdikbud Gedung E Lt 15 Jalan Jend.
Sudirman, Senayan, Jakarta. Email: bsm.smp@kemdikbud.go.id Telepon:021-
5725693, 021-57900224, 021-5725653. Faksimil:021-5725707.
Gambar 4. Mekanisme Penentuan Siswa Penerima BSM

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
9
3) Direktorat Pembinaan SMA
Subdit Program & Evaluasi, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan & Kebidayaan,
Gedung A lantai 2, Jalan R.S Fatmawati, Cipete Jakarta Selatan 12410, Telfon (021)
75911532 atau (021) 75912221. e-mail: bsm.sma.2013@gmail.com
4) Direktorat Pembinaan SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Komplek Depdikbud, Gedung
E Lantai 13, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta. Telp: (021) 5723140,
Faksimili:(021) 5725467/5725049.

5. Masing-masing Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
penerima Bantuan Siswa Miskin (BSM) dari setiap satuan pendidikan yang ditandatangani
oleh Direktur masing-masing pada Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.






Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
10
BAB III
MEKANISME PENYALURAN DAN PENCAIRAN
DANA BANTUAN SISWA MISKIN (BSM)


A. Penyaluran Dana BSM
1. Direktorat Pembinaan SD, SMP, SMA, dan SMK mengajukan Surat Permintaan Pembayaran
(SPP) ke Bagian Keuangan dengan melampirkan:
a. Surat Keputusan tentang Penetapan Siswa Penerima BSM.
b. Surat perjanjian kerja sama antara Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dengan lembaga penyalur.
c. Surat Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM).
2. Berdasarkan surat permintaan pembayaran (SPP) tersebut Bagian Keuangan menerbitkan
surat permintaan membayar (SPM).
3. Surat permintaan membayar (SPM) disampaikan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) III Jakarta untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Dana
dicairkan oleh KPPN langsung ke lembaga penyalur.

B. Peran Lembaga Penyalur dalam Pencairan BSM
1. Lembaga Penyalur menerbitkan rekening atas nama siswa penerima BSM sesuai dengan
Surat Keputusan oleh masing-masing Direktorat Teknis;.
2. Lembaga Penyalur menyalurkan dana dengan cara pemindahbukuan ke rekening atas
nama siswa penerima;
3. Lembaga Penyalur menyalurkan dana BSM sampai ke rekening siswa penerima paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak dana ditransfer dari rekening kas
umum ke rekening Lembaga Penyalur, apabila ada dana yang belum disalurkan dalam
kurun waktu tersebut maka sisa dana tersebut harus segera disetor ke Kas Negara dengan
persetujuan Direktorat Teknis;
4. Apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan dari pemindahbukuan ke rekening penerima,
siswa/orangtua/wali tidak melakukan konfirmasi rekening ke Lembaga Penyalur, maka
Lembaga Penyalur wajib melaporkan ke Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
5. Menyampaiakan Laporan Penyaluran dana setiap tahapan SP2D terbit kepada masing-
masing Direktorat Teknis minimal 30 hari setelah dana masuk kerekening masing-masing
Direktorat yang ada di Bank (rekening Penampung).
6. Menyampaikan laporan kemajuan penyaluran secara berkala (mingguan) atau sewaktu-
waktu diminta sesuai dengan kebutuhan kepada masing-masing Direktur Teknis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Laporan memuat informasi seperti matrik
laporan pada Lampiran 3;
7. Menyampaiakan Laporan Penyaluran dana setiap tahapan SP2D terbit kepada masing-
masing Direktorat Teknis minimal 30 hari setelah dana masuk kerekening masing-masing
Direktorat yang ada di Bank (rekening Penampung).
8. Menyampaikan laporan akhir pertanggungjawaban penyaluran dana dan sisa dana tidak
tersalur ke masing-masing Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
paling lambat tanggal 20 Desember 2014;




Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
11
C. Pencairan Dana BSM
1. Pencairan dana BSM dapat dilakukan oleh siswa yang sudah memiliki KTP dengan
melengkapi Foto Kopi Raport yang berisi halaman biodata siswa sebanyak 1 kali dan
dilegasir.
2. Untuk siswa SD Pengambilan dana BSM dapat dilakukan oleh siswa dengan melengkapi
Surat Keterangan dari Kepala Sekolah dan foto kopi raport yang berisi halaman biodata
siswa sebanyak 1 kali.
3. Untuk siswa SMP Pengambilan dana BSM dapat dilakukan oleh siswa dengan melengkapi
Surat Keterangan dari Kepala Sekolah dan foto kopi raport yang berisi halaman biodata
siswa sebanyak 1 kali.


Gambar 5. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan BSM


D. Pemanfaatan Dana BSM dan Pembatalan BSM
1. Pemanfaatan dana BSM
Dana BSM dimanfaatkan untuk membiayai keperluan pribadi siswa , antara lain untuk: (1)
pembelian buku, bahan, alat tulis, dan sejenisnya, (2) pembelian seragam sekolah, tas
sekolah, dan sejenisnya, dan (3) transportasi pulang-pergi ke sekolah
2. Pembatalan BSM
Pemberian dana BSM dapat dibatalkan jika siswa penerima:
a. Berhenti sekolah;
b. Terdaftar sebagai penerima dua kali (data ganda);
c. Berstatus sebagai terdakwa dan terbukti melakukan tindakan kriminal.

E. Mekanisme Pengembalian Dana BSM
Mekanisme pengembalian dana BSM tahun 2014 yang tidak dipindahbukukan adalah sebagai
berikut:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
12
1. Lembaga penyalur merekapitulasi jumlah dana dan alasan yang tidak dipindahbukukan
melewati 30 hari kalender, selanjutnya melaporkan ke Direktorat Teknis penanggung jawab
terkait ;
2. Direktorat Teknis megirimkan surat persetujuan kepada lembaga penyalur perihal
pengembalian dana ke KAS Negara;
4. Pengembalian dana yang tidak tersalurkan ke Kas Negara dapat dilakukan dengan dua
cara:
a. Melalui RTGS ke Rekening Kas Negara yang ditunjuk pada kantor Direktorat Pajak dan
Kas Negara di Jatinegara / Rawamangun.
b. Menggunakan Slip Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) ke Kas Negara disetorkan
oleh 28 Bank yang ditetapkan sebagai Bank Persepsi Mitra Kas Negara
5. Lembaga penyalur mengirimkan lampir bukti RTGS ke direktorat teknis





Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
13
BAB IV
ORGANISASI PELAKSANA

Organisasi pelaksana pengelolaan BSM ini terdiri dari organisasi di tingkat pusat, tingkat provinsi,
tingkat kabupaten/kota dan tingkat satuan pendidikan. Susunan organisasi, tugas dan tanggung
jawabnya sebagaimana diuraikan berikut.

A. Tingkat Pusat
1. Struktur
Pelindung : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Pengarah : Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Penanggungjawab : Direktur Pembinaan SD, Direktur Pembinaan SMP, Direktur
Pembinaan SMA, Direktur Pembinaan SMK.

2. Tugas dan Tanggungjawab Tim Tingkat Pusat
a. Menyediakan anggaran BSM.
b. Menyusun buku Panduan Pelaksanaan BSM.
c. Menetapkan alokasi (kuota) penerima BSM tiap kabupaten/kota berdasarkan indeks
kemiskinan dan menuangkannya dalam SK Penetapan Alokasi BSM berdasarkan usulan
dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
d. Menginformasikan proses penyaluran dana BSM kepada Dinas Pendidikan Provinsi, dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melalui surat pemberitahuan.

B. Tingkat Provinsi
1. Struktur
Pengarah : Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
Penanggung jawab : Kasubdin/Kabid yang menangani pembinaan SD, SMP, SMA, dan SMK
pada Dinas Pendidikan Provinsi

2. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Provinsi
a. Melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabuaten/Kota dalam rangka
pendataan calon penerima BSM;
b. Mendampingi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam melakukan koordinasi dan
validasi data calon penerima BSM dengan masing-masing Direktur Teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan; dan
c. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

C. Tingkat Kabupaten/Kota
1. Struktur
Pengarah : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Penanggung jawab : Kasubdin/Kabid yang menangani pembinaan SD, SMP, SMA, dan SMK
pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Pelaksana : Kepala Seksi yang menangani SD, SMP, SMA, dan SMK atau
penanggunjawab BSM pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
14
2. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
a. Berkoordinasi dengan satuan pendidikan untuk melakukan pendataan calon penerima
BSM dari setiap Satuan Pendidikan pendidikan baik negeri maupun swasta di wilayah
masing-masing;
b. Menetapkan usulan alokasi penerima BSM untuk setiap sekolah berdasarkan alokasi
(kuota) BSM kabupaten/Kota dari masing-masing Direktur Teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan menuangkannya dalam SK Penetapan Alokasi Calon
Penerima Dana BSM;
c. Melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dalam mengajukan usulan
jumlah siswa miskin sebagai calon penerima BSM kepada masing-masing Direktur
Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
d. Merekap laporan realisasi penerimaan dana BSM dari sekolah dan mengirimkan ke
Dinas Pendidikan Provinsi;
e. Melakukan koordinasi dengan lembaga penyalur;
f. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan sekolah penerima BSM;
g. Melakukan koordinasi dengan sekolah dalam rangka penyaluran dana BSM;
h. Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi ke sekolah;
i. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

D. Tingkat Satuan Pendidikan
1. Organisasi
Penanggung jawab : Kepala Sekolah
Pelaksana : Guru dan Tata Usaha Sekolah

2. Tugas dan tanggung jawab satuan pendidikan
a. Mendata siswa calon penerima BSM sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan;
b. Membuat daftar usulan calon penerima BSM per kelas dengan gendernya sesuai
dengan urutan prioritas (urutan ke-1 berarti lebih membutuhkan dibanding dengan
urutan berikutnya)
c. Menerbitkan Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang usulan calon siswa penerima
BSM;
d. Membatalkan penerima BSM yang tidak sesuai dengan kriteria;
e. Menyampaikan laporan realisasi penerimaan dana BSM ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota;
f. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat; dan
g. Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pembinaan terhadap kehadiran siswa penerima
BSM ke sekolah.


E. Lembaga Penyalur
1. Organisasi
Penanggung jawab : BRI
Pelaksana : BRI

2. Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga Penyalur
Bank Rakyat Indonesia selaku lembaga penyalur bertanggungjawab

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
15
a. Menerbitkan rekening atas nama siswa penerima BSM sesuai dengan SK dari Direktorat
Teknis;.
b. Menyalurkan dana dengan cara pemindahbukuan ke rekening atas nama siswa
penerima;
c. Menyalurkan dana BSM sampai ke rekening siswa;
d. Menginformasikan ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan pemberitahuan
dari direktorat teknis tentang penerbitan SP2D bahwa dana BSM dapat diambil oleh
siswa;
e. Menyampaikan laporan kemajuan penyaluran secara berkala (mingguan) atau sewaktu-
waktu diminta sesuai dengan kebutuhan kepada masing-masing Direktur Teknis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
f. Menyampaikan laporan akhir pertanggungjawaban penyaluran dana dan sisa dana tidak
tersalur ke masing-masing Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
g. Melakukan koordinasi dan fasilitasi terhadap cabang BRI dalam rangka pelaksanaan
sosialisasi dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan program penyaluran dana BSM.
h. Melakukan koordinasi dan fasilitasi terhadap cabang BRI dalam rangka penyaluran
dana BSM.
i. Melakukan koordinasi dan fasilitasi terhadap cabang BRI dalam rangka pelaporan dana
BSM
j. Mengadakan Pelayanan untuk setiap Direktorat Teknis SD; SMP; SMA; SMK secara
terpisah dan memiliki kontak persen untuk masing-masing Direktorat teknis (SD; SMP;
SMA dan SMK)



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
16
BAB V
TATA TERTIB PENGELOLAAN


A. Direktorat Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penyaluran BSM adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014
2. Melaksanakan kebijakan pemberian Bantuan Siswa Miskin (BSM);
3. Tidak melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM;

B. Dinas Pendidikan Provinsi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan penyaluran BSM adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014;
2. Tidak melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, sekolah dan siswa penerima BSM;
3. Tidak melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM;

C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam
penyelenggaraan BSM dari pemerintah pusat adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014;
2. Tidak melakukan pungutan dalam bentuk apapun dari sekolah dan siswa penerima BSM;
3. Tidak melakukan intervensi penggunaan dana kepada siswa penerima BSM;

D. Satuan Pendidikan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh satuan pendidikan dalam penyelenggaraan BSM
dari pemerintah pusat adalah:
1. Mengetahui dan memahami panduan pelaksanaan BSM yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tahun anggaran 2014;
2. Tidak melakukan manipulasi data jumlah siswa miskin dengan maksud untuk memperoleh
bantuan yang lebih besar;
3. Usulan siswa miskin harus didasarkan pada kriteria sesuai ketentuan;
4. Tidak melakukan pungutan/pemotongan dalam bentuk dan alasan apapun terhadap siswa
penerima BSM;
5. Mengumumkan daftar siswa penerima dana BSM di papan pengumuman sekolah;


Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
17
BAB VI
MONITORING, SUPERVISI DAN PELAPORAN

A. Jenis Monitoring
Monitoring dapat dibedakan menjadi monitoring internal dan monitoring eksternal.
1. Monitoring Internal
Monitoring internal adalah monitoring yang dilakukan oleh Tim Pusat secara sampel
sekolah di Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program BSM.
2. Monitoring Eksternal
Monitoring eksternal dapat dilakukan oleh orang tua siswa yang bersifat evaluatif terhadap
pelaksanaan program, kelemahan dan rekomendasi untuk perbaikan program.

B. Tujuan Monitoring dan Supervisi
Tujuan monitoring dan supervisi pelaksanaan BSM adalah melakukan pemantauan, pembinaan
dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BSM. Secara umum tujuan kegiatan
ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BSM diterima oleh yang berhak dengan tepat
sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah.

C. Sasaran monitoring
Sasaran monitoring adalah:
1. Siswa
2. Kepala Sekolah/Guru
3. Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
4. Lembaga Penyalur

Komponen utama yang dimonitor antara lain:
1. Jumlah siswa penerima dan dana yang diterima
2. Pemanfaatan dana BSM
3. Waktu penyaluran
4. Pelaporan

D. Pelaksanaan Monitoring
Pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan oleh Tim Pusat, Tim Provinsi, Tim Kabupaten/Kota.
1. Monitoring oleh Tim Pusat
Monitoring Pelaksanaan Program
a. Monitoring ditujukan untuk mengetahui keterlaksanaan:
1) Pendataan calon penerima BSM;
2) Penyaluran dana BSM; dan
3) Sistem pelaporan
b. Responden terdiri dari Tim BSM Sekolah, Tim BSM Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
Dinas Pendidikan Provinsi.

2. Monitoring oleh Tim Provinsi
Monitoring Pelaksanaan Program
Monitoring ditujukan untuk mengetahui keterlaksanaan:
a. Penyaluran dan penyerapan dana BSM;
b. Verifikasi data siswa penerima BSM;
c. Responden terdiri dari: Tim Kabupaten/Kota dan sekolah; dan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
18
d. Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana dan paska penyaluran
dana.

3. Monitoring oleh Tim Kabupaten/Kota
Monitoring Pelaksanaan Program
a. Monitoring ditujukan untuk memantau:
1) Penyaluran dana BSM kepada siswa oleh sekolah;
2) Penggunaan dana oleh siswa; dan
3) Pelaporan BSM oleh sekolah;
b. Responden terdiri dari Sekolah, siswa dan/atau orangtua siswa penerima bantuan; dan
c. Monitoring akan dilaksanakan pada saat penyaluran dana dan paska penyaluran dana.

E. Pelaporan
Secara umum, hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program adalah yang berkaitan dengan
data penerima BSM, penyaluran dan penyerapan dana BSM, pemanfaatan dana oleh siswa
penerima BSM, hasil monitoring evaluasi dan pengaduan masalah.

1. Petugas Pusat
Petugas Pusat melaporkan semua kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan Program BSM. Hal-hal yang perlu dilampirkan dalam laporan tersebut adalah:
a. Data Penerima BSM
Data Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM tiap Provinsi
dan tiap kabupaten/kota, besar dana yang dialokasikan tiap provinsi dan tiap
kabupaten/kota untuk setiap jenis sekolah, status sekolah, serta berapa dana yang
telah diserap.
b. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Hasil monitoring dan evaluasi adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh
Petugas Pusat. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil
monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi.
c. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Petugas Pusat merekapitulasi hasil penanganan pengaduan (bila ada) dan
perkembangannya baik yang telah dilakukan oleh Petugas Pusat maupun rekapitulasi
penanganan pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Petugas Provinsi. Laporan ini
antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan
status penyelesaian.

2. Petugas Provinsi
Setiap saat sesuai kebutuhan Dinas Pendidikan Provinsi harus melaporkan semua kegiatan
yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program BSM, sejauh mana
pelaksanaan program berjalan sesuai dengan yang direncanakan, apa yang telah dan tidak
dikerjakan, hambatan apa saja yang terjadi dan mengapa hal tersebut dapat terjadi, serta
upaya apa yang diperlukan untuk mengatasi hambatan tersebut, serta rekomendasi untuk
perbaikan program di masa yang akan datang, baik program yang sama maupun program
lain yang sejenis.

Hal-hal yang perlu dilampirkan dalam laporan tersebut adalah:
a. Statistik Penerima BSM
Statistik Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM per
Kabupaten/Kota dan per sekolah, besar dana yang disalurkan per Kabupaten/Kota dan

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
19
per sekolah diperinci menurut jenis sekolah, status sekolah, serta berapa yang telah
diserap. Petugas Provinsi menyusun statistik penerima BSM berdasarkan pada
informasi yang diperoleh dari Petugas Kabupaten/Kota.
b. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Hasil monitoring adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh Petugas
Provinsi. Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil
monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi.
c. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Petugas Provinsi merekapitulasi hasil penanganan pengaduan dan perkembangannya
baik yang telah dilakukan oleh Petugas Provinsi maupun rekapitulasi penanganan
pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Petugas Kabupaten/Kota. Laporan ini
antara lain berisi informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan
status penyelesaian.
d. Kegiatan Lainnya
Petugas Provinsi juga harus membuat laporan kegiatan yang berkait dengan
pelaksanaan program BSM, seperti kegiatan sosialisasi dan pelatihan, pengadaan, dan
kegiatan lainnya.

3. Petugas Kabupaten/Kota
Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh Petugas BSM Kabupaten/Kota adalah yang berkaitan
dengan:
a. Data Penerima BSM
Data Penerima BSM mengandung informasi tentang jumlah penerima BSM per sekolah,
besar dana yang disalurkan per sekolah diperinci menurut jenis sekolah, status sekolah,
serta berapa yang telah diserap. Petugas Kabupaten/Kota menyusun data penerima
BSM berdasarkan pada informasi yang diperoleh dari Sekolah.
b. Hasil Monitoring dan Evaluasi
Hasil monitoring adalah laporan kegiatan pelaksanaan monitoring oleh Petugas
Kabupaten/Kota.Laporan ini berisi tentang jumlah responden, waktu pelaksanaan, hasil
monitoring, analisis, kesimpulan, saran, dan rekomendasi.

4. Satuan Pendidikan
Hal-hal yang perlu dilaporkan oleh satuan pendidikan kepada Petugas Kabupaten/Kota
dan/atau didokumentasi oleh Sekolah meliputi berkas-berkas sebagai berikut:
a. Kepala sekolah wajib mengumumkan kepada masyarakat di papan informasi sekolah
mengenai Nama-nama siswa penerima BSM beserta dana BSM yang diterima
b. Lembar pencatatan pertanyaan/saran/kritik
c. Lembar pencatatan pengaduan.


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
20
BAB VII
PENANGANAN PENGADUAN

A. Pengawasan
Pengawasan bertujuan untuk mengurangi atau menghindari masalah yang berhubungan
dengan penyalahgunaan wewenang, kebocoran, dan pemborosan keuangan negara, pungutan
liar dan bentuk penyelewengan lainnya.
Pengawasan terhadap pelaksanaan program BSM meliputi pengawasan melekat (Waskat),
pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.
1. Pengawasan Melekat
Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan masing-masing
instansi kepada bawahannya baik di tingkat pusat, provinsi, Kabupaten/Kota maupun
sekolah.Prioritas utama dari pengawasan dalam program BSM adalah pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kepada sekolah.
2. Pengawasan Fungsional
Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh instansi pengawas
fungsional, internal maupun eksternal, pusat maupun daerah. Instansi tersebut melakukan
audit sesuai dengan kebutuhan.
3. Pengawasan Masyarakat
Dalam rangka transparansi pelaksanaan program BSM, program ini juga dapat diawasi oleh
unsur masyarakat dan unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah,
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Lembaga tersebut melakukan pengawasan dalam
rangka memotret pelaksanaan program BSM di sekolah, namun tidak melakukan audit.
Apabila terdapat indikasi penyimpangan dalam pengelolaan BSM, agar segera dilaporkan
kepada instansi pengawas fungsional atau lembaga berwenang lainnya.

B. Pengaduan Masyarakat
1. Penanganan Pengaduan Masyarakat
Tim Kabupaten/Kota merekapitulasi hasil penanganan pengaduan dan perkembangannya
baik yang telah dilakukan oleh Tim Kabupaten/Kota maupun rekapitulasi penanganan
pengaduan masyarakat yang dikirimkan oleh Sekolah. Laporan ini antara lain berisi
informasi tentang jenis kasus, skala kasus, kemajuan penanganan, dan status penyelesaian.
2. Cara Penyampaian Informasi atau Pengaduan
Informasi, pertanyaan atau pengaduan dapat di sampaikan secara langsung atau melalui
sms, telpon, surat atau email. Berikut adalah media yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi terhadap program baik yang bersifat masukan/saran,
pertanyaan, maupun keluhan :
177 (Call Center)
021-5703303, 5711144
Pes: 2115,2108 (Telepon)
021-5733125 (Faksimile)
0811976929 (SMS)
pengaduan@kemdikbud.go.id (pos-el)
PIH Kemdikbud Gd. C Lt. 1 (Tatap Muka)

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
21
C. Sanksi
Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara dan/atau sekolah
dan/atau siswa akan dijatuhkan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum
yang melakukan pelanggaran diberikan sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Ketentuan lain
Disamping ketentuan dan kriteria dalam Panduan PelaksanaanTeknis ini sebagaimana
tertuang/diatur pada bab-bab terdahulu, masing-masing Direktur Teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaandapat mempertimbangkan usulan yang disampaikan langsung
dari sekolah, maupun dari instansi lain yang relevan.




Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
22









LAMPIRAN

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
23
FORMULIR BSM-1
Diisi oleh Sekolah diserahkan
ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota

DAFTAR USULAN CALON PENERIMA BSM MELALUI KPS DAN KARTU BSM


................ 20.....
Kepala Sekolah,
Kab/Kota ......................



(.....................................)


NPSN
Jenis
kelamin
Negeri Swasta Jalan Kel/desa Kec Kab/Kot Prov P/L Tgl Bln Thn
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1
2
3
4
Nama
Ibu
Nama
Ayah
No.
Nama
Siswa
Nama
Sekolah
Setatus Sekolah Tanggal Lahir Alamat Sekolah
Kelas
No Kartu
Perlindungan
Sosial
No Kartu
Calon
Penerima
BSM
NISN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
24
FORMULIR BSM-2
Diisi oleh Sekolah diserahkan
ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota



DAFTAR USULAN CALON PENERIMA BSM MELALUI USULAN SEKOLAH (NON KARTU)


................ 20.....

Kepala Sekolah,
Kab/Kota ......................




(.....................................)



Jenis
kelamin
Negeri Swasta Jalan Kel/desa Kec Kab/Kot Prov P/L Tgl Bln Thn
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1
2
3
4
Nama
Ibu
Nama
Ayah
No.
Nama
Siswa
Nama
Sekolah
Setatus Sekolah Tanggal Lahir Alamat Sekolah
Kelas NISN NPSN

Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
25
FORMULIR BSM-3A
Diisi oleh BRIdiserahkan ke
Direktorat Teknis Kemdikbud

LAPORAN BERKALA PERKEMBANGAN PENYALURAN DANA BSM





................ 20.....

Direktur BRI,





(.....................................)

1 2 3
1
2
3
4
No.
Nama
Siswa
Nama
Sekolah
Jenis
kelamin
Jalan Kel/desa Kec Kab/Kot Prov P/L Tgl Bln Thn
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Alamat Sekolah Tanggal Lahir
13 14 15
Kelas
No Kartu
Perlindungan
Sosial
No Kartu
Calon
Penerima
BSM
Sudah Belum
16 17 18
Alokasi
Dana
Penerimaan
BSM

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
26

FORMULIR BSM-3B
Diisi oleh BRIdiserahkan ke
Direktorat Teknis Kemdikbud

REKAPITULASI LAPORAN BERKALA PENYALURAN DANA BSM


No. Nama Sekolah
Alamat Sekolah
Alokasi Dana BSM
BSM yang
Tersalurkan
BSM yang Belum
Tersalurkan
Jalan Kel/desa Kec Kab/Kota Prov
Jml
Siswa
Jml
Dana Siswa Dana Siswa Dana
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
2
3
4


................ 20.....

Direktur BRI,



(.....................................)


Panduan Pelaksanaan Bantuan Siswa Miskin
27
*) Surat Keterangan Kepala Sekolah


SURAT KETERANGAN
No.



Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : .
NIP : .
Jabatan : .
Sekolah : .

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa :

Nama : .
Sekolah : .
Kelas : .
No. Induk : .
Tempat/Tgl Lahir : .
ID Bank : .
Nama Orang Tua : .

adalah siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu dan yang bersangkutan sebagai penerima
Bantuan Siswa MIskin (BSM) SD.

Demikian surat keterangan ini dibuat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.



., . 2014
Kepala Sekolah SD..




(ttd dan nama jelas)

NIP.

You might also like