Dokumen tersebut membahas tentang Wilms tumor atau nefroblastoma, yaitu tumor ganas pada ginjal yang sering ditemukan pada anak-anak. Isi ringkasannya adalah definisi Wilms tumor, epidemiologi, etiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, stadium-stadiumnya, komplikasi, dan penatalaksanaannya yang meliputi nefrektomi dan kemoterapi sesuai stadium tumor.
Dokumen tersebut membahas tentang Wilms tumor atau nefroblastoma, yaitu tumor ganas pada ginjal yang sering ditemukan pada anak-anak. Isi ringkasannya adalah definisi Wilms tumor, epidemiologi, etiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, stadium-stadiumnya, komplikasi, dan penatalaksanaannya yang meliputi nefrektomi dan kemoterapi sesuai stadium tumor.
Dokumen tersebut membahas tentang Wilms tumor atau nefroblastoma, yaitu tumor ganas pada ginjal yang sering ditemukan pada anak-anak. Isi ringkasannya adalah definisi Wilms tumor, epidemiologi, etiologi, gejala klinis, pemeriksaan diagnostik, stadium-stadiumnya, komplikasi, dan penatalaksanaannya yang meliputi nefrektomi dan kemoterapi sesuai stadium tumor.
Disusun untuk Melengkapi Tugas Keperawatan Maternitas 1
Dosen Pengampu : Endang Mawarni,APP.,Spd.
Disusun oleh : Aprilia Damayanti ( 2220111862 ) Nia Kurniasih (2220111878) Nuur Anisa Maulida R. ( 2220111882 ) Susi Wulandari ( 2220111892 ) Kelas 2 A
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA FEBRUARI 2013
BAB I TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Wilms tumor atau nefroblastoma adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional primitive di ginjal. Wilms tumor biasanya ditemukan pada anak anak yang berumur kurang dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau bahkan orang dewasa. Wilms tumor merupakan tumor ginjal padat yang sering dijumpai pada anak di bawah umur 10 tahun dan merupakan kira - kira 10 % keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada umur tiga tahun dan kira kira 10 % merupakan lesi bilateral. (Grawitz, Paul, 1850 1932 ). Wilms tumor menyebabkan noeplasma ginjal sebagian besar anak dan terjadi dengan frekuensi hampir sama pada kedua jenis kelamin dari semua ras, dengan indikasi tahunan 7,8 per juta anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Gambaran wilms tumor yang paling penting adalah kaitannya dengan anomaly congenital, yang paling umum adalah anomaly urogenital ( 4,4 % ), hemihipertrofi ( 2, 9 % ) dan aniridia sporadic ( 1,1 % ). B. Etiologi Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal pada umur kehamilan 8-34 minggu. sehingga diperkirakan bahwa kemampuan blatema primitive untuk merintis jalan ke arah pembentukan tumor wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatic, itu terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu. (www.medicastore.com) Faktor yang mempengaruhi : 1. Faktor genetik. Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga menderita tumor Wilms. 2. Faktor usia. 3. Faktor lingkungan Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam kapsulnya. Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Wilms tumor ditemukan pada 1 diantara 200.000 250.000 anak anak. Biasanya umur rata rata terjangkit kanker ini antara 3 5 tahun baik laki laki maupun perempuan.
C. Tanda dan Gejala Gejala dari wilms tumor ini adalah: 1. Perut membesar ( misalnya memerlukan popok yang berukuran lebih besar ) 2. Nyeri perut Dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal. 3. Anemia 4. Demam Terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terhadap protein tumor. 5. Malaise ( lemas / merasa tidak enak badan ) 6. Nafsu makan berkurang 7. Mual dan muntah 8. Sembelit 9. Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh ( hemihipertrofi ). Pada 15 20 % kasus, terjadi hematuria ( darah terdapat di dalam air kemih ). Wilms tumor bisa menyebabkan tekanan darah tinggi ( hipertensi ). Wilms tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, terutama paru paru, dan menyebabkan batuk serta sesak napas. D. Patofisiologi Wilms tumor terjadi pada parenchyma renal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat dengan lokasi dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang luar renal. Mempunyai gambaran khas, berupa glomerulus dan tubulus yang primitive atau abortif, dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif dikelilingi stroma sel kumparan. Pertama tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi, tetapi kemudian diinvasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu abuan homogeny, lunak dan encepaloid ( menyerupai jaringan otak ). Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan dikatakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal saat dilakukan palpasi. Munculnya wilms tumor sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan cepat lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor yang biasanya baik terbatas dan sering nekrosis, cystic dan perdarahan. Terjadinya hipertensi biasanya terkait dengan iskemik pada renal. Metastase tumor secara hematogen dan limfogen, paru, hati, otak dan bone marrow. a. Penyebab wilms tumor menurut TNM adalah sebagai berikut: 1) T ( Tumor Primer ) a) T1 unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 60 cm 2
b) T2 unilateral permukaan > 80 cm 2
c) T3 unilateral rupture sebelum penanganan d) T4 bilateral 2) N ( Metastasis Limfe ) a) N0 tidak ditemukan metastasis b) N1 ada metastasis limfe 3) M ( Metastasis Jauh) a) M0 tidak ditemukan metastasis b) M+ ada metastasis jauh b. Tingkat penyebaran wilms tumor menurut The National Wilms Tumor Study NWTS : 1) Stadium I : Tumor terbatas pada ginjal dan dapat diangkat seluruhnya, tidak ada metastasis limfogen ( N0 ) 2) Stadium II : Tumor melewati batas sampai ginjal tetapi masih dapat diangkat seluruhnya dan tidak ada sisa tumor pada permukaan tempat tumor semula dan N0. 3) Stadium III : Tumor tidak dapat diangkat seluruhnya sehingga ada sisa tumor didalam tubuh, termasuk tumpahan jaringan tumor, dan / N+. 4) Stadium IV: Tumor sudah mengadakan metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak ( M+ ). 5) Stadium V : Tumor ditemukan bilateral.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto polos abdomen Tampak massa jaringan lunak dan jarang ditemukan klasifikasi di dalamnya. Memperlihatkan suatu ginjal yang membesar dan ireguler. 2. Pemeriksaan pielogravi intravena Memperlihatkan gambaran distorsi , penekanan dan pemajangan susunan pelvis. 3. Renoarteiogram Gambaran arteri yang memasuki masa tumor. 4. Pemeriksaan foto thorax Melihat ada tidaknya metastasis ke paru-paru. 5. Pemeriksaan laboratorium darah Untuk menilai fungsi hepar dan ginjal. 6. Pemeriksaan urine Dapat dijumpai adanya hematuria. F. Komplikasi Komplikasi ( Charette Jane : 1999) 1. Metastasis ke paru-paru, sum-sum tulang belakang, hati, otak. 2. Sesak nafas. 3. Efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi (mual, muntah ,suhu tubuh meningkat, kerontokan rambut). 4. Komplikasi pembedahan (atelektasis, pneumonia, hemoragis). G. Penatalaksanaan Terapi pilihan adalah nefrektomi. Kemoterapi dan radioterapi dilakukan sesuai stadium. Pada tumor bilateral dengan gambaran histopatologi ganas dilakukan nefrektomi bilateral, kemoterapi, dan radioterapi, kemudian dialisis atau transplantasi ginjal. Tindakan operasi merupakan tindakan terapi sekaligus penentuan stadium tumor. Neferktomi primer dikerjakan pada semua keadaan kecuali pada tumor unilateral yang unrectestable, tumor bilateral dan tumor yang sudah berekstensi ke vena kava inferior di atas vena hepatica. Tumor yang unresectable dinilai intra operatif. Diberikan kemoterapi seperti pada stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan setelah 6 minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan biopsy untuk menentukan jenis tumor dan diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor bilateral jika diberikan sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi ginjal kontra lateral, dilakukan nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsy kelenjar getah bening yang dicurigai. Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil staging dan histology dari tumor. Nefrektomi parsial pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi renal. Pada kasus tumor wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi bilateral, transpalasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai pemberian kemoterapi.
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan Anak dengan Wilms Tumor 1. Pengkajian a. Identitas pasien b. Riwayat penyakit sekarang c. Pengkajian fisik d. Pengkajian perpola 1) Aktifitas / istrahat Kelemahan/keletihan Perubahan pola istirahat ; adanya factor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya,nyeri,ansietas. Keterbatasan partisipasi dalam hobi. 2) Eliminasi Eliminasi urine : gangguan pada glomerulus menyebabkan sisa-sisa metabolisme tidak dapat dieskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus ginjal yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguri, anuria, proteinuria, hematuria. 3) Makanan/ cairan Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual, muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia. 4) Kognitif dan preseptual Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan gatal-gatal karena adanya uremia. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi hipertensi. 5) Presesepsi diri Klien dan orang tua cemas dan takut karena adanya pembedahan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Nyeri berhubungan dengan agen injury (panjang insisi untuk nefroktomi). b. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan hb dalam darah. c. Kelelahan berhubungan dengan anemia karena hematuria. d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan cairan (disfungsi/gagal ginjal). e. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas. f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan. g. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 3. INTERVENSI KEPERAWATAN a. Dx I : Nyeri berhubungan dengan agen injury (panjang insisi untuk nefroktomi). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri berkurang / hilang. NOC : Kontrol Nyeri. Kriteria Hasil : 1) Mengenal faktor penyebab 2) Mengenal serangan nyeri 3) Gunakan tindakan preventif 4) Gunakan tindakan pertolongan non analgetik 5) Gunakan analgetik yang tepat Indicator Skala : 1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan 2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan 3 : Kadang dilakukan NIC : Manajemen nyeri. 1) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi. 2) Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan 3) Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga 4) Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan pencegahan 5) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi 6) Berikan analgetik sesuai anjuran 7) Tingkatkan tidur istirahat yang cukup 8) Monitor kenyamanan pasien terhadap management nyeri 9) Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri.
b. Dx II : Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan Hb dalam darah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan perfusi jaringan efektif dengan Hb yang normal. NOC I : Perfusi jaringan perifer dan cerebral Kriteria Hasil : 1) Keutuhan kulit 2) Suhu kulit hangat 3) Tidak ada nyeri pada ekstremitas. NOC II : Status sirkulasi Kriteria Hasil : 1) Tekanan darah dalam batas normal 2) Kekuatan nadi dalam batas normal. Indicator Skala : 1 : Tidak pernah menunjukkan 4 : Sering menunjukkan 2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan 3 : Kadang menunjukkan NIC I : Perawatan sirkulasi. 1) Catat warna kulit dan temperature. 2) Monitor laboratorium hemoglobin dan hematokrit. 3) Monitor perdarahan. NIC II : Monitor tanda vital 1) Monitor tekanan darah , nadi, pernafasan. 2) Monitor TD , nadi, respirasi selama dan setelah aktivitas. 3) Monitor suhu dan warna kulit.
c. Dx III : Kelelahan berhubungan dengan anemia karena hamaturia. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kelelahan berkurang / hilang. NOC : Latihan Kriteria Hasil : 1) Aktivitas normal 2) Hemoglobin dalam batas normal. Pria : 13-16 g/dl. Wanita : 12-14 g/dl. 3) Hematokrit dalam batas normal. Pria : 40-48 vol%. Wanita : 37-43 vol%. Indicator Skala : 1 : Selalu terjadi 4 : Jarang terjadi 2 : Sering terjadi 5 : Tidak pernah terjadi 3 : Kadang terjadi NIC : Manajemen Energi. 1) Kaji penyebab kelelahan . 2) Monitor tidur pasien dan lamanya tidur. 3) Bantu pasien dalam membuat jadwal aktivitas dan istirahat. 4) Monitor pernafasan, nadi dan tekanan darah pasien.
d. DX IV : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung. NOC : Pompa Jantung Efektif. Kriteria hasil : 1) Tekanan darah dalam batas normal. 2) Tidak terdapat mual. 3) Tidak terjadi keletihan. Indicator skala: 1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan 2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan 3 : Kadang dilakukan
NIC : Cardiac care 1) Monitor perubahan tekanan darah. 2) Monitor balance cairan. 3) Monitor toleransi aktivitas pasien. 4) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.
e. DX V : Gangguan termoregulasi tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama proses keperawatan diharapkan suhu dalam rentang normal. NOC : Termoregulasi Kriteria hasil : 1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37C). 2) Nadi dan respirasi dalam batas normal 3) Tidak ada perubahan warna kulit 4) Pusing berkurang/hilang. Indicator skala : 1 : Selalu terjadi 4 : Jarang terjadi 2 :Sering terjadi 5 : Tidak pernah terjadi 3 :Kadang terjadi NIC : Perawatan panas 1) Monitor suhu sesering mungkin 2) Monitor warna dan suhu kulit 3) Monitor tekanan darah, nadi, dan respirasi 4) Monitor intake dan output
f. DX VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatn selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung. NOC : Pengetahuan ; proses penyakit.
Kriteria hasil : 1) Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan. 2) Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan 3) Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.
Indicator Skala : 1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan 2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan 3 : Kadang dilakukan NIC : Penjelasan ; proses penyakit. 1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit. 2) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit. 3) Gambarkan proses penyakitnya. 4) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara tepat. 5) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
g. DX VII : Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan keluarga dan pasien tidak cemas. NOC I : Control Cemas Kriteria Hasil : 1) Monitor intensitas kecemasan. 2) Menyingkirkan tanda kecemasan. 3) Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan. NOC II : Koping Kriteria Hasil : 1) Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya. 2) Nilai keluarga dalam mengatur masalah-masalah. 3) Melibatkan anggota keluarga untuk membuat keputusan. Indicator Skala : 1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan 2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan 3 : Kadang dilakukan NIC : Penurunan Kecemasan Intervensi : 1) Tenangkan klien. 2) Jelaskan seluruh prosedur pada klien/keluarga dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan. 3) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. NIC II : Peningkatan Koping. 1) Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit. 2) Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan. 3) Dukung keterlibatan keluarga dengan cara tepat. 4. EVALUASI a. Dx I : Nyeri berhubungan dengan agen injury (panjang insisi untuk nefroktomi). Kriteria Hasil : 1) Mengenal faktor penyebab (Skala 5) 2) Mengenal serangan nyeri (Skala 5) 3) Gunakan tindakan preventif (Skala 5) 4) Gunakan tindakan pertolongan non analgetik (Skala 5) 5) Gunakan analgetik yang tepat (Skala 5) b. Dx II : Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan Hb dalam darah. NOC I Kriteria Hasil : 1) Keutuhan kulit (Skala 5) 2) Suhu kulit hangat (Skala 5) 3) Tidak ada nyeri pada ekstremitas. (Skala 5) NOC II Kriteria Hasil : 1) Tekanan darah dalam batas normal (Skala 5) 2) Kekuatan nadi dalam batas normal. (Skala 5) c. Dx III : Kelelahan berhubungan dengan anemia karena hamaturia. 1) Aktivitas (Skala 1) 2) Hemoglobin dalam batas normal. (Skala 1) Pria : 13-16 g/dl. Wanita : 12-14 g/dl. 3) Hematokrit dalam batas normal. (Skala 1) Pria : 40-48 vol%. Wanita : 37-43 vol%. d. Dx IV : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Kriteria hasil : 1) Tekanan darah dalam batas normal. (Skala 5) 2) Tidak terdapat mual. (Skala 5) 3) Tidak terjadi keletihan. (Skala 5) e. Dx V : Gangguan termogulasi tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan terpapar lingkungan panas. Kriteria hasil : 1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37C). (Skala 1) 2) Nadi dan respirasi dalam batas normal 3) Tidak ada perubahan warna kulit 4) Pusing berkurang/hilang. (Skala 1) f. Dx VI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan. Kriteria hasil : 1) Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan. (Skala 5) 2) Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan. (Skala 5) 3) Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya. (Skala 5) g. Dx VII : Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan. NOC I : Kriteria Hasil : 1) Monitor intensitas kecemasan. (Skala 5) 2) Menyingkirkan tanda kecemasan. (Skala 5) 3) Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan. (Skala 5) NOC II Kriteria Hasil : 1) Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya. (Skala 5) 2) Nilai keluarga dalam mengatur masalah-masalah. (Skala 5) 3) Melibatkan anggota keluarga untuk membuat keputusan. (Skala 5)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC. Charette, Jane. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC. Doengoes,M.E. 1999. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC. Http://www. combiphar.com/article / 2008 / 6 / 7. Http://www. Dokterfoto.com/ patofisiologi/ 2008/6/7. Http://www. Gizi. net/Berita/2008/6/7. Http://www. Kalbe. co. id/article/ Penatalaksanaan tumor wilms/2008/6/7.Tumor wilms. Jhonson,Marion,dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2. St. Louis,Missouri ; Mosby. Mc Closkey, Joanner. 1996 . Iowa Intervention Project Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St. Louis :Mosby. Nelson, Waldo. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC. Santosa,Budi . 2005 - 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA . Jakarta : Prima Medika.