You are on page 1of 9

TEORI PERKEMBANGAN MENURUT

SIGMUND FREUD
Dosen Pengampu : Wiwi Kustio P, A.Kep, MPH


Disusun Oleh :
1. Norma Widyaningsih
2. Nikken Nawanda Puspa
3. Novitasari
4. Rumini
5. Slamet Lestari
6. Oky Dwi D
7. Lia Oktaviani
8. Umi Pujawaning Sinta
9. Putri Idayanti


Kelas : 2B


AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempunyai
kepribadian baik, khususnya seorang pendidik. Seorang pendidik harus memiliki
kepribadiannya yang baik, baik dalam hal berbicara, berpakaian dan sebagainya.
Kepribadian sangat mencerminkan perilaku seseorang, maka dengan adanya mata
kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang pendidik yang mempunyai kepribadian yang
sangat baik. Setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita
bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman
diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas.
Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham
dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau
istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan
oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena
itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan
tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami defenisi dari
kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan
teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu
kepribadian yang baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada
kepribadian setiap individu dapat dihindari.
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi. Psikologi
kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting guna memahami ilmu
psikologi. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu
memiliki kepribadian dan watak yang berbeda satu dengan yang lainnya. Watak
digunakan untuk memberikan penafsiran kepada benda-benda maupun manusia.
Pelajaran ini memang dianggap sepele, tapi sebenarnya pelajaran ini sangat penting
dan sangat dibutuhkan, tidak semua orang dapat memahami kepribadian dirinya
sendiri.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah Sigmund Freud?
2. Apa teori yang disampaikan oleh Sigmund Freud?

C. TUJUAN
1. Mengenal Sigmund Freud
2. Mengetahui teori dari Sigmund Frued



























BAB II
PEMBAHASAN

TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD
Sigmun Freud Adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran
psikoanalisis dalam psikologi. Ia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, dikota
Moravia dan meninggal dunia pada tanggal 23 September 1939 di London. Yang
sekarang dikenal sebagai bagian dari Republik Ceko. Menurut Freud, kehidupan jiwa
memiliki tiga tingkatan kesadaran yakni : Sadar (conscious), prasadar (preconscious),
dan tak-sadar (unconscious manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya
(eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya mengalami
perkembangannya atau tersublimasi hingga memunculkan berbagai prilaku lain yang
disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma Ayah. Alferd Adler,
mengungkapkan adanya insting mati di dalam diri manusia, walaupun Freud pada
awalnya menolak pernyataan Adler tersebut dengan menyangkalnya habis-habisan,
namun pada akhirnya Freud pun mensejajarkan atau tidak menunggalkan insting
seksual saja yang ada di dalam diri manusia, namun disandingkan dengan insting mati
(Thanatos). Freud tertarik dan belajar hipnotis di Perancis, lalu menggunakannya
untuk membantu penderita penyakit mental. Freud kemudian meninggalkan hipnotis
setelah ia berhasil menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekana.
Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode
tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang
digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang
namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan
permasalahan. Teori perkembangan psikoseksual Sigmund Freud adalah salah satu
teori yang paling terkenal, akan tetapi juga salah satu teori yang paling controversial.
Sigmund Freud percaya bahwa orang dilahirkan dengan dorongan biologis
yang harus diarahkan kembali agar dapat hidup dalam masyarakat. Ia berpendapat
bahwa karakteristik dibentuk pada masa kanak-kanak, ketika anak-anak berhadapan
dengan konflik bawah sadar antara dorongan bawaan dan tuntutan hidup budaya.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 3 tahapan yakni tahap
infatil (0 - 5 tahun), tahap laten (5 - 12 than) dan tahap genital (> 12 tahun). Tahap
infatil yang faling menentukan dalam membentuk kepribadin, terbagi menjadi 3 fase,
yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan kepribadian ditentukan oleh
perkembangan insting seks, yang terkait dengan perkembangan bilogis, sehingga tahp
ini disebut juga tahap seksual infatil. Perkembangan insting seks berarti perubahan
kateksis seks dan perkembangan bilogis menyiapkan bagian tubuh untuk dipilh
menjadi pusat kepuasan seksul (arogenus zone). Pemberian nama fase-fase
perkembangan infatil sesuai dengan bagian tubuh daerah erogen yang menjadi
kateksis seksual pada fase itu. Pada tahap laten, impuls seksual mengalami represi,
perhatian anak banyak tercurah kepada pengembangan kognitif dan keterampilan.
Baru sesudah itu, secara bilogis terjadi perkembangan puberts yang membangunkan
impuls seksual dari represinya untuk berkembang mencapai kemasakan. Pada
umumnya kemasakan kepribadian dapat dicapi pada usia 20 tahun.
1. Tahap Oral (mulut)
Tahapan ini berlangsung dari lahir sampai 18 bulan pertama kehidupan. Mulut
merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu
menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter
yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral
dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah
memperoleh pengetahuan dan harta.
Contoh: Bayi yang meminum ASI, ia akan menghisap puting ibu.
2. Tahap Anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Pada tahap anal, Freud
percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan
buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet anak harus
belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya.Mengembangkan kontrol ini
menyebabkan rasa prestasi dan kemandirian.
Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di
mana orang tua pendekatan pelatihan toilet. Orang tua yang memanfaatkan pujian dan
penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif
dan membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa
pengalaman positif selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi
orang dewasa yang kompeten, produktif dan kreatif.
Namun, tidak semua orang tua memberikan dukungan dan dorongan bahwa
anak-anak perlukan selama tahap ini. Beberapa orang tua bukan menghukum,
mengejek atau malu seorang anak untuk kecelakaan. Menurut Freud, respon orang tua
tidak sesuai dapat mengakibatkan hasil negatif. Jika orang tua mengambil pendekatan
yang terlalu longgar, Freud menyarankan bahwa yang mengusir kepribadian dubur
dapat berkembang di mana individu memiliki, boros atau merusak kepribadian
berantakan. Jika orang tua terlalu ketat atau mulai toilet training terlalu dini, Freud
percaya bahwa kepribadian kuat anal berkembang di mana individu tersebut ketat,
tertib, kaku dan obsesif.

Contoh: Anak sudah bisa mengatur kapan ia ingin buang air.

3. Tahap Phallic
Tahapan ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama
genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki.
Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya
mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-
laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu
keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin
dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin
dnegannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai
keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin
merasakan kenikmatan pada ibunya.
Contoh:
kateksis obyek kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan terhadap
orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya;
sebaliknya anak perempuan ingin memilki ayahnya dan menyingkirkan ibunya yang
disebut odipus kompleks.

4. Tahap Latency
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas.
Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah),
dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi
laten.
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi
diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini
sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan
kepercayaan diri.
Freud menggambarkan fase latens sebagai salah satu yang relatif stabil. Tidak
ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak
perhatian untuk itu. Untuk alasan ini, fase ini tidak selalu disebutkan dalam deskripsi
teori sebagai salah satu tahap, tetapi sebagai suatu periode terpisah.

5. Tahap Genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Individu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-
tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang
lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah selesai dengan sukses, individu
sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan
















BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan
fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan
suatu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan
perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai
kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Freud membagi perkembangan
kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun), tahap laten (5-
12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun).

2. SARAN
Dalam pembentukan suatu kepribadian sangat penting pengaruh peran dalam
keluarga terutama orang tua. Sehingga sejak dini dibentuk, diajarkan dan
dibiasakan kepribadian yang baik. Keluarga memberi teladan, sikap, tingkah
laku, berkomunikasi yang baik dengan tetangga serta lingkungan masyarakat.
Mari kita pelajari tentang keperibadian diri, agar kita dapat bersikap baik, sopan,
dan tidak bersikap kasar terhadap orang lain. Dengan mempelajari kepribadian
diri kita dapat mengubah diri kita menjadi orang yang professional.














DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadamirullah14.wordpress.com/2012/02/27/teori-kepribadian-erikson-2/
http://fawz-oxygen.blogspot.com/2009/12/
makalah-teori-kepribadian.html http://dotcom-internet.blogspot.com/2012/03/
contoh-makalah-psikologi-kepribadian.html http://www.slideshare.net/Pet-pet/kepribadian-
diri
Diposkan oleh AnNa_rHaRaa di 04.34
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

You might also like