You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DAN ANAK DENGAN FIMOSIS

Tugas ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Dosen pengampu: Endang Mawarni, APP.SPd.



Disusun oleh :
1. Ira Kartika Sar i ( 2220111911 )
2. Noormaida Rahmawati Budi ( 2220111919 )
3. Agung Hermansyah ( 2220111938 )
4. Fitria Damastuti ( 2220111953 )

KELAS II B



AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
FEBRUARI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyeleseikan penyusunan makalah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DAN BALITA DENGAN FIMOSIS.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan
anak dengan penyakit bawaan sejak lahir. Kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan
dari pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini, maka makalah ini tidak
terwujud, untuk itu dengan segala kerendahan hati perkenankan kami menyampaikan
terimakasih sebasar-besarnya kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah banyak
menghabiskan waktu pemikiran dan perhatian dalam membimbing serta mengarahkan kami
menyeleseikan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah yang masih jauh dari kesempurnaan ini juga bermanfaat
untuk perkembangan ilmu keperawatan.


Februari, 2013












BAB I
KONSEP DASAR FIMOSIS
A. PENGERTIAN
1. Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu sempit.
( Ramali, Ahmad; 2003 )
2. Fimosis adalah kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi dari glans penis.
( Mott, Sandra; 1990 )
3. Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. ( Ngastiyah; 2005 )
4. Fimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat di retraksi ( ditarik ke proksimal
sampai ke korona glanis ). ( Purnomo, Basuki; 2000 )
5. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu
yang secara normal dapat diretraksi. ( Behram, Richard E;2000)
6. Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke
atas glans penis. ( Catzel, Pincus; 1990 )
7. Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis.
( http://www.kompas.com/read/xml/penis.kok,sembunyi )
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa fimosis adalah suatu penyempitan lubang
kulit preputium, sehingga tidak dapat ditarik (diretraksi) ke atas glans penis dan
mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni sehingga bayi kesulitan dan
kesakitan saat berkemih.
B. ETIOLOGI
Fimosis dapat terjadi karena infeksi bakteri di daerah preputium. Beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya fimosis diantaranya:
1. Kongenital
2. Inflamasi atau peradangan
3. Oedema

C. PATOFISIOLOGI
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah
antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium ( smegma ) mengumpul di
dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Pemisahan
secara kehamilan 7 minggu. Selama proses pemisahan, prepusium harus diretraksi agar
menjaga hygiene sehari-hari.smegma dihasilkan dari personal hygiene yang buruk yang
dapat memberikan perkembangan inflamasi dan infeksi serta telah mengimplikasikan
penyebab kanker penis.
D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit BAK, pancaran urin
mengecil dan deras menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan
pada akhirnya dapat menimbulkan retensi urin.
2. Hygiene lokal yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium (
postitis ), infeksi pada galns penis ( balanitis ) atau infeksi pada glans penis dan
prepusium penis.
3. Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma ( timbunan
smegma di dalam saku prepusium penis ).
4. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
5. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai
miksi yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh
karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh
kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
6. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat BAK karena timbul rasa sakit.
7. Kulit penis tak bias ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan.
8. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga.
9. Iritasi pada penis.

F. KOMPLIKASI
1. Retensi urin
2. Karsinoma penis
3. Perdarahan
4. Stenosis ineatus
5. Fimosis persisten
6. Robekan pada prepusium

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone
0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian
prepusium dapat diretraksi spontan.
b. Dengan tindakan sirkumsisi, apabila fimosis sampai menimbulkan gangguan
miksi pada klien. Dengan bertambahnya usia, fimosis akan hilang dengan
sendirinya.
2. Prinsip terapi dan manajemen keperawatan.
a. Perawatan rutin pra bedah.
1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau
bakteri dengan air hangat dan sabn mandi.
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
b. Perawatan pasca bedah
1) Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya
perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah
dan dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadinya
penyembuhan.
2) Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.
3) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak.
4) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta menerpkan
prinsip protektif
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FIMOSIS

A. Pengkajian
1. Tanyakan biodata klien.
2. Kaji keadaan umum klien.
3. Kaji penyebab fimosis, termasuk kongenital atau peradangan.
4. Dapatkan riwayat kesehatan sekarang untuk melihat adanya:
a. Kaji pola eliminasi
BAK:
1) Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.
2) Jumlah : Menurun.
3) Intensitas : Adanya nyeri saat BAK.
b. Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.
c. Kaji perdarahan
d. Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada
5. Obsevasi adanya manifestasi:
a. Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan deras.
b. Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi,
c. Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga.
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pre op
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
berkurang.
a) NOC : kontrol nyeri
Kriteria hasil :
a. Mengenali faktor penyebab.
b. Menggunakan metode pencegahan.
c. Mengenali gejala-gejala nyeri.
d. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
b) NIC : pain management
Intervensi :
a. Kaji nyeri secara komprehensif.
b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.
c. Gunakan komunikasi terapeutik.
d. Kaji latar belakang budaya pasien.
e. Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga.
f. Beri informasi tentang nyeri.
g. Tingkatkan tidur yang cukup.
h. Berikan analgetik sesuai kebutuhan.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko
infeksi tidak terjadi.
a. NOC : kontrol infeksi: knowledge
Kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b. Menunjukan perilaku hidup normal.
c. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
d. Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat
b. NIC:
a. Kaji tanda tanda infeksi
b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
c. Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien
d. Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga
e. Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin kontak langsung
dengan pasien
f. Kaloborasi dengan pemberian antibiotik

3. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
gangguan pola eliminasi urin dapat di atasi dengan :
a. NOC : Pengawasan urine
Kriteria Hasil :
a. Mengatakan keinginan untuk BAK.
b. Menentukan pola BAK.
c. Bebas dari kebocoran urine sebelum BAK.
d. Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK
b. NIC : Perawatan Retensi Urine
Intervensi :
a. Monitor intake dan out put.
b. Monitor distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi.
c. Sediakan perlak dikasur.
d. Gunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK ditoilet.
e. Jaga privasi untuk eliminasi.
f. Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika diperlukan.
g. Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
warna yang tepat
h. Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran urine
i. Kaloborasi dengan dokter untuk segera disunat

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kecemasan pasien berkurang.
a) NOC : Kontrol cemas
Kriteria Hasil :
a. Tingkat kecemasan dalam batas normal.
b. Mengetahui penyebab cemas.
c. Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas.
d. Tidur adekuat.
b) NIC : Pengurangan Cemas
Intervensi :
a. Ciptakan suasana yang tenang.
b. Dengarkan dengan penuh perhatian.
c. Kuatkan kebiasaan yang mendukung.
d. Ciptakan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
e. Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
f. Temani pasien.
g. Gunakan pendekatan dan sentuhan.
h. Jelaskan seluruh prosedur tindakan pada klien.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
keluarga dan pasien mengerti akan tindakan yang akan dilakukan.

a) NOC : Pengetahuan tentang penyakit
Kriteria hasil :
a. Familiar dengan penyakit.
b. Mendeskripsikan proses penyakit.
c. Mendeskripsikan efek penyakit.
d. Mendeskripsikan komplikasi.
b) NIC : Mengajarkan proses penyakit
a. Observasi kesiapan klien untuk mendengar.
b. Tentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
c. Jelaskan proses penyakit.
d. Diskusikan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi.
e. Diskusikan tentang pilihan terapi.
f. Hindarkan harapan kosong.
g. Instruksikan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.
Diagnosa keperawatan post op
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang atau hilang dengan :
Kriteria Hasil : Pasien terlihat tenang
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri
b. Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya
c. Atur posisi anak senyaman mungkin
d. Berikan lingkungan yang nyaman
e. Kaloborasi dengan pemberian analgesik

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan faktor
resiko infeksi akan hilang dengan :
Kriteria Hasil :
a. Tidak adanya tanda tanda infeksi
b. Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat
Intevensi :
a. Kaji tanda tanda infeksi
b. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi
c. Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien
d. Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga
e. Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum berkontak dengan pasien
f. Kaloborasi dengan pemberian antibiotik
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit preputium, sehingga tidak
dapat ditarik (diretraksi) ke atas glans penis.ini disebabkan oleh infeksi bakteri
karena tidak adanya proteksi diri yang adekuat. Dan diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada kasus ini adalah :
Pre Operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran
perkemihan.
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Post Operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

B. SARAN

Dengan adanya makalah dengan kasus fimosis pada anak,di harapkan
mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta
mampu memberikan suatu asuhan keperawatan yang benar pada anak yang
menderita fimosis.



DAFTAR PUSTAKA

Behirman, Richard E. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarata:EGC
Catzel, Picus. 1990. Kapita Selekta Pediatric. Edisi 11. Jakarta:EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta:EGC
Nur, M.F. 1993. Catatan Kuliah Bedah Anak. Jakarta:EGC
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta:CV.Info Medika
Robbins, dkk. 1999. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi 5. Jakarta:EGC
Bagus. 2012. Askep Fimosis (online), http://ammeonna.blogspot.com/2011/05/asuhan-
keperawatan-pada-anak-fimosis.html diunduh pada tanggal 13 Februari 2013.
Aryo. 2013. Apa itu Fimosis? (Online), www.wahanakedokteran.blogspot.com diunduh
pada tanggal 13 Februari 2013.

You might also like