You are on page 1of 5

1. Bagaimana menentukan lokasi airport yang baik/optimal?

Bagaimana pendapat
saudara tentang lokasi bandar udara di Indonesia?
2. Bagaimana dan faktor apa saja yang berpengaruh dalam kelayakan suatu bandara?
Bagaimana pendapat saudara tentang layak tidaknya bandara di Toraja untuk
dikembangkan?
3. Tahapan apa saja yang dilakukan dalam proses perencanaan sampai dengan
pembangunan bandara?
4. Apa pendapat saudara tentang bandara Hasanuddin dilihat dalam perspektif airport
system?

1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2012, Pasal 2,
Lokasi Bandar Udara ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan:
a. rencana induk nasional Bandar Udara;
b. keselamatan dan keamanan penerbangan;
c. keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait
di lokasi bandar udara;
d. kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis
pembangunan, dan pengoperasian; serta
e. kelayakan lingkungan.

Penetapan lokasi Bandar Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
memuat:
a. titik koordinat Bandar Udara;
b. rencana induk Bandar Udara.

Titik koordinat Bandar Udara sebagaimana dimaksud merupakan titik koordinat yang
dinyatakan dengan koordinat geografis.
Tujuan dari rencana induk (masterplan): memberikan pedoman bagi pengembangan
bandar udara di masa depan yang akan memenuhi tuntutan penerbangan dan sesuai
dengan lingkungan, perkembangan masyarakat dan cara-cara transportasi lainnya.
Rencana induk ini merupakan pedoman bagi :
1. Pengembangan fasilitas fisik dari suatu bandara
2. Pengembangan lahan di dan sekitar bandara
3. Menetapkan pengaruh-pengaruh konstruksi dan operasi-operasi bandar udara
terhadap lingkungan
4. Penetapan kebutuhan jalan masuk
5. Penentapan kelayakan ekonomis dan keuangan dari pengembangan-
pengembangan yang diajukan
6. Penetapan jadwal prioritas dan pentahapan bagi perbaikan-perbaikan yang
diajukan dalam rencana induk

Pendapat saya terhadap lokasi bandara di Indonesia sudah cukup bagus. Sebab
lokasi bandara berada pada ibukota tiap provinsi yang dimana sangat membantu
terkaitnya perkembangan akan kebutuhan masyarakat, seperti pariwisata ataupun
ekonomi.

2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2012 ,
Pembangunan dan pengembangan Bandar Udara harus mempertimbangkan:
a. kebutuhan jasa angkutan udara;
b. pengembangan pariwisata;
c. pengembangan potensi ekonomi daerah dan nasional;
d. keterpaduan intermoda dan multimoda;
e. kepentingan nasional;
f. keterpaduan jaringan rute angkutan udara;
g. pelestarian lingkungan.

Pembangunan Bandar Udara harus memenuhi standar keselamatan dan keamanan
penerbangan yang meliputi:
a. standar rancang bangun dan/atau rekayasa fasilitas Bandar Udara;
b. standar peralatan dan utilitas Bandar Udara;
c. standar kelaikan fasilitas dan peralatan Bandar Udara.
Beberapa faktor / kriteria dalam pemilihan lokasi bandar udara :
a. Tipe pengembangan lingkungan sekitar
b. Kondisi atmosfir
c. Kemudahan untuk mendapatkan transportasi darat
d. Tersedianya lahan untuk pengembangan
e. Adanya lapangan terbang lain
f. Halangan sekeliling (surrounding obstruction)
g. Pertimbangan ekonomis
h. Tersedianya utilitas (PLN, PAM, Telepon, Depo BBM dll)

Merujuk peraturan di atas, Toraja yang merupakan sebagai salah satu tujuan wisata
di Indonesia khususnya Sulawesi Selatan tentu selalu ramai akan para wisatawan.
Namun, lokasi Toraja sendiri yang terletak di pegunungan akan menyulitkan
pembangunan bandara disana. Dan tentu akan memakan biaya yang cukup besar.

3. Langkah awal dalam mempersiapkan rancangan induk sebuah bandara adalah
1. pengumpulan data dari fasilitas lapangan terbang yang sudah ada dan usaha-
usaha merancang pada areal yang luas
2. Konsultasi dengan pihak-pihak terkait (Ditjenud, Pemda, Perusahaan penerbangan
dan stakeholder lainnya)
3. Mengumpulkan data-data operasional terutama data lalulintas pesawat,
penumpang, barang dan pos yang diangkut dengan pesawat
4. Melakukan kajian (review) peraturan-peraturan penerbangan yang berlaku, baik
nasional maupun internasional (ICAO, FAA dll)
5. Pengumpulan data sosio ekonomi (jumlah penduduk, aktivitas ekonomi dan tata
guna lahan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan peramalan fasilitas apa
saja yang dibutuhkan dan besarannya.

Sistem bandar udara dibagi menjadi 2 bagian:
1. Sisi darat (landside)
2. Sisi Udara (airside)
Sebagai pemisah dari kedua bagian tersebut adalah terminal.

1. Cakupan Fasilitas Sisi Darat
Cakupan fasilitas sisi darat suatu bandar udara meliputi:
a) bangunan terminal penumpang;
b) bangunan terminal cargo;
c) menara pengatur lalu lintas penerbangan (control tower);
d) bangunan operasional penerbangan;
e) jalan masuk (acces road);
f) parkir kendaraan bermotor;
g) depo pengisian bahan bakar pesawat udara;
h) bangunan parkir;
i) bangunan administrasi/perkantoran;
j) marka dan rambu; serta
k) fasilitas pengolahan limbah.
Masing-masing fasilitas sisi darat tersebut memiliki metoda perencanaan sendiri-
sendiri. Pada tulisan ini saya mencoba berbagi pengalaman pada perencanaan
terminal penumpang bandar udara.
2. Merencanakan Terminal Penumpang Bandar Udara
Langkah 1 Menentukan faktor jam sibuk
Seperti halnya di transportasi jalan, pada transportasi udara juga dikenal istilah
faktor jam sibuk. Pada kasus ini, faktor jam sibuk dapat ditentukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Identifikasi jam sibuk harian untuk setiap harinya dalam setahun
2. Konversi jumlah penumpang pada jam sibuk harian tersebut ke dalam
persentase dari jumlah penumpang tahunan
3. Urutkan persentase tersebut dari terbesar hingga terkecil
4. Plot ke dalam grafik jumlah penumpang tahunan terhadap persentase
penumpang jam sibuk harian dalam setahun
5. Pilih nilai persentase dimana kurva yang terbentuk mulai menunjukkan tren
yang konstan
6. Nilai persentase tersebut adalah nilai faktor jam sibuk yang representatif
dalam setahun.

Langkah 2 Mengestimasi luas kotor bangunan terminal penumpang
Luas kotor bangunan terminal penumpang dapat diestimasi dengan angka 14 m2 per
jumlah penumpang pada jam sibuk. Pendekatan lain adalah dengan mengambil
rentang 0,007 0,011 m2 per jumlah penumpang tahunan. Dengan mengetahui
perkiraan volume pada jam sibuk pada langkah ke-1 maka luas kotor bangunan
terminal penumpang dapat diperoleh dengan mengalikan angka tersebut dengan 14
m2.
Langkah 3 Menentukan luasan bagian-bagian dalam terminal penumpang
Luasan kotor bangunan terminal penumpang di atas selanjutnya perlu di breakdown
menjadi bagian-bagian atau ruang-ruang yang diperlukan di dalam terminal
penumpang bandar udara. Federal Aviation Administration (FAA) memberikan
pedoman dalam mengalokasikan ruang-ruang tersebut seperti pada gambar di
bawah ini.






4. Seharusnya airport system pada bandara Hasanuddin harus telah mengikuti syarat-
syarat pada bandara internasional. Sebab bandara Hasanuddin sekarang telah
menjadi bandara internasional, namu buktinya saat ini belum membuktikan bahwa
telah memenuhi syarat sebagai bandara internasional.

You might also like