1. Pengertian Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Brunner, 2002). Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang mampu menginfeksi secara laten maupun progresif (lin, 200!). Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan biasanya menjangkiti paru (sther, 20"0). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang biasanya mengenai paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di tubuh dengan gejala yang sangat ber#ariasi. 2. Klasifikasi Menurut $udoyo, dkk (200!), klasifikasi tuberculosis %aru dibagi menjadi & a. %embagian secara patologis& ") Tuberculosis primer (childhood tuberculosis). 2) Tuberculosis post'primer ( adult tuberculosis). b. %embagian secara akti#itas radiologis tuberculosis paru ((och %ulmonum) aktif , non aktif dan )uiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh). c. %embagian secara radiologis (luas lesi) & ") Tuberculosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrate nonka'#itas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. 2) Moderately ad#anced tuberculosis, ada ka#itas dengan diameter tidak lebih dari * cm. jumlah infiltrate bayangan halus tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru. +) ,ar ad#anced tuberculosis, terdapat infiltrate dan ka#itas yang melebihi keadaan moderately ad#anced tuberculosis. %ada tahun "!-* .merican Thoracic $ociety memberikan klasifikasi baru yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat& a. (ategori 0& Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, ri/ayat kontak negati#e, tes tuberculin negatif. b. (ategori 0& Terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi disini ri/ayat kontak positif, tes tuberculin negatif. c. (ategori 00& Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif, radiologis dan sputum negatif. d. (ategori 000& Terinfeksi tuberculosis dan sakit. 1i 0ndonesia klasifikasi yang banyak di pakai adalah berdasarkan kelainan klinis, dan mikro biologis& a. Tuberculosis paru. b. Bekas tuberculosis paru. c. Tuberkulosis tersangka. Tuberculosis tersangka terbagi menjadi tuberculosis tersangka yang diobati, disini sputum BT. negatif, tetapi tanda'tanda lain positif. dan tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati, disini sputum BT. negatiaf, dan tanda'tanda lain juga meragukan. 1alam 2'+ bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termaksuk TB paru aktif atau bekas TB paru. 1alam klsifikasi ini perlu dicantumkan& status biakan bakteriologi, mikriskopik sputum BT., (langsung), biakan sputum BT., status radiologis, kelainan yang rele#an untuk tuberculosis paru, dan status kemoterapi, ri/ayat pengobatan dengan obat anti tuberkuosis. 234 berdasarkan terapi membagi TB dalam * kategori yaitu sebagai berikut & a. (ategori 0, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan bentuk TB berat. b. (ategori 00, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BT. positif. c. (ategori 000 ditujukan terhadap kasus BT. negatif dengan kelainan yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori 0 d. (ategori 05 ditujikan kepada & TB kronik. 3. Etiologi %enyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan Mycobacterium Bo#is. (uman tersebut mempunyai ukuran 0,6 7 * mikron 8 0,+ 7 0,9 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Bakteri ini mempunyai sifat istime/a yaitu dapat bertahan terhadap pencucian /arna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BT.), serta tahan terhadap :at kimia dan fisik. (uman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan anaerob. Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan "00 0 ; selama 6 7 "0 menit atau pada pemanasan 90 o ; selama +0 menit, dan dengan -0 7 !6 < selama "6' +0 detik. Bakteri ini tahan selama "'2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan'bulan), dapat hidup bertahun'tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman. 1ari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif lagi, namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. 1ata pada tahun "!!+ melaporkan bah/a untuk mendapatkan !0 < udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan *0 kali partukaran udara. 1i dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam sitoplasma makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. $ifat lain kuman ini adalah aerob. $ifat ini menunjukan bah/a kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. 1alam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru 7 paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (2idoyono, 200=). 4. Patofisiologi Menurut $udoyo, dkk (200!), proses perjalanan penyakit tuberculosis %aru, yaitu & a. Tuberkulosis primer %enularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. %artikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama "'2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra#iolet, #entilasi yang buruk dan kelembaban. 1alam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari ' hari sampai berbulan 7 bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. %artikel dapat masuk ke al#eolar bila ukuran partikel > 6 mikrometer. (uman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian baru oleh makrofag. (ebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya. Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. 1i sini ia dapat terba/a masuk ke organ tubuh lainnya. (uman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek primer atau sarang (focus) ghon. $arang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. (uman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfedenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam #ena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluaruh bagian paru menjadi TB milier. 1ari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). $arang primer limfangitis lokal ? limfadenitis regional @ kompleks primer (ranke). $emua proses ini memakan /aktu +'= minggu. (ompleks primer ini selanjutnya menjadi & ") $embuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. 0ni yang banyak terjadi. 2) $embuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis'garis fibrotik, klasifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya A 6 mm dan B "0 < diantaranya dapat terjadi reakti#itas lagi karena kuman yang dormant. +) Berkomplikasi dan menyebar secara& perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya. $ecara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman dapat juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. $ecara limfogen ke organ tubuh lain' lainya. $ecara hematogen ke organ tubuh lainnya. $emua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer. b. Tuberculosis pasca primer (sekunder) (uman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun 7 tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis de/asa. Mayoritas reinfeksi mencapai !0<. Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, .01$, gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). 0n#asinya adalah ke daerah parenkim paru'paru dan tidak ke nodus hiler paru. $arang dini ini mula'mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. 1alam +'"0 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel'sel histiosit dan sel datia'langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel'sel limfosit dan berbagai jaringan ikat TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua tergantung dari jumlah kuman, #irulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat menjadi & ") 1ireabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat. 2) $arang yang mula'mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. .da yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran. $arang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukan keluar maka akan terjadilah ka#itas. (a#itas ini mula'mula berdinding tipis, lama'lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi ka#itas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan ka#itas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh en:im yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TC, nya. Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang terjadi pada immunodifisiensi dan usia lanjut. 5. Manifestasi Klinis Menurut $udoyo, dkk (200!), Tanda dan gejala tuberculosis %aru, yaitu & a. 1emam Biasanya subfebril menyerupai demam influen:a tetapi panas badan kadang'kadang dapat mencapai *0'*" o ;. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influsn:a ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influen:a. (eadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. b. Batuk atau batuk darah Dejala ini banyak di temukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk' prosuk radang keluar. (arena terlibatnya bronkus di setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah batuk berkembang dalam jaringan paru yakini setelah berminggu'minggu atau berbulan' bulan peradangan bermula. $ifat batuk dimulai dari batuk kering (non %roduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). (eadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. (ebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada ka#itas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. c. $esak napas %ada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. $esak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru'paru. d. nyeri dada gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura se/aktu pasien menarik atau melepaskan napasnya. e. Malaise %enyakit tuberculosis bersifat randang yang menahun. Dejala malaise sering ditemukan berupa aneroksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain'lain. Dejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. 6. Peeriksaan Diagnostik Menurut $udoyo, dkk (200! & hal 22+6), pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis %aru, yaitu & a. %emeriksaan radiologis (%hoto Thora8) Eokasi lesi tuberculin umumnya di daerah ape8 paru (segmen apical lobus atas atau segmen apical lobus ba/ah), tetapi dapat juga mengenai lobus ba/ah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial). %ada a/al penyakit saat lesi masih merupakan sarang'sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak'bercak seperti a/an dan dengan batas'batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Eesi ini dikenal dengan tuberkuloma. %ada ka#itas bayangannya berupa cincin yang mula'mula berdinding tipis. lama'lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang bergaris'garis. %ada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak'bercak padat dengan densitas tinggi. %ada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru. Dambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak'bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapang paru. Dambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis), massa cairan dibagian ba/ah paru (efusi pleuraFempiema), bayangan hitam radioulsen di pinggir paruFpleura (pnemothora8). %ada satu foto dada sering di dapatkan bermacam'macam bayangan sekaligus (pada tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis'garis fibrotik, klasi#ikasi ka#itas (non sklerotikFsklerotik) maupun atelektasis dan emfisema. b. ;omputed Tomography $canning (;T'$can) %emeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit rujukan adalah ;omputed Tomography $canning (;T'$can). %emeriksaan ini lebih superior dibandingkan dengan radiologis biasa. %erbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat trans#ersal. c. Magnetic Gesonsnce 0maging ( MG0 ) %emeriksaan MG0 ini tidak sebaik ;T'$can, tetapi dapat menge#alusai proses'proses dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut. $ayatan dapat dibuat trans#ersal, segital dan koronal. d. 1arah %emeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang'kadang meragukan, hasilnya tidak sensiti#e dan tidak spesifik. %ada saat tuberculosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Humlah limfosit masih di ba/ah normal. Eaju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap darah mulai turun kearah normal lagi. e. $putum (BT.) (riteria sputum BT. positif adalah bila sekurang'kurangnya ditemukan + batang kuman BT. pada satu sediaan. 1engan kata lain diperlukan 6.000 kuman dalam " ml sputum. f. Tes tuberculinF tes mantou8 %emeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis tuberculosis terutama pada anak'anak (balita). Biasanya dipakai tes mantou8 yakini dengan menyuntikan 0," cc tuberculin %.%.1 (purified protein deri#ati#e). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 6 T.I dapat diberikan dulu " atau 2 T.I ( first strength). kadang'kadang bila dengan 6 T.I masih memberikan hasil negati#e, berarti tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantou8 dengan 6 T.I. $udah cukup berarti. Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang indi#idu sedang atau pernah terserang Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bo#is. Tes mantou8 ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu sebagai berikut& ") 0ndurasi 0'6 mm (diameternya ) mantou8 negati#e @ golongan non sensiti#ity. 2) 0ndurasi 9'! mm& hasil meragukan @ golongan lo/ grade sensiti#ity. 1isini peran antibody normal masih menonjol. +) 0ndurasi "0'"6 mm& mantou8 positif kuat @ golongan hypersensiti#ity disini peran antibody selular paling menonjol. !. Pen"ega#an Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium tuberkuloisi adalah sebagai berikut & a. 4leh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut se/aktu batuk, dan membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan). b. 1engan memberikan #aksin B;D pada bayi c. 1isinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki #entilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di rumah. d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi). e. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru. $. Penatalaksanaan a. Henis dan 1osis 4bat .nti Tuberkulosis (4.T) ") 0sonia:id (3) 1ikenal dengan 0C3, bersifat bakterisid, dapat membunuh !0 < populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. $angat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. 1osis harian 6 mgFkg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten + kali seminggu diberikan dengan dosis "0 mgFkg berat badan. 2) Gifampisin (G) Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. 1osis "0 mgFkg berat badan. 1osis sama untuk pengobatan harian maupun intermiten + kali seminggu. +) %ira:inamid (%) Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. 1osis harian 26 mgFkg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten + kali seminggu diberikan dengan dosis +6 mgFkg berat badan. *) $treptomisin ($) Bersifat bakterisid, dosis "6 mgFkg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten + kali seminggu digunakan dosis yang sama. 6) tambutol () Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). 1osis harian "6 mgFkg berat badan, sedangkan untuk intermiten + kali seminggu diberikan dengan +0 mgFkg berat badan. b. Tahap %engobatan %engobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu sebagai berikut & ") Tahap 0ntensif %enderita mendapat obat setiap hari. %enga/asan beratFketat untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua 4bat .nti Tuberculosis (4.T). 2) Tahap Eanjutan %enderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka /aktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. c. (ategori %emberian 4bat .nti Tuberculosis ") (ategori " (2""GJF*""+G+) Tahap intensif terdiri dari isoniasid (3), Gifampisin (G), %ira:inamid (J) dan tambutol(). 4bat'obatan tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 3GJ), kemudian teruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari 0soniasid (3) dan Gifampisin (G), diberikan tiga kali dalam seminggu selama * bulan (*3+G+). 4bat ini diberikan untuk & ' %enderita baru TB; paru BT. positif ' %enderita TB; paru BT. negatif, rontgen positif. ' %enderita TB; ekstra paru berat. 2) (ategori 2 (23GJ$F3GJF63+G+) Tahap intensif diberikan selama + (tiga) bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniasid (3), Gifampisn, %ira:inamid (J), tambutol () setiap hari. $etelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 6 bulan dengan 0soniasid (3),Gifampisin (G), tambutol () yang diberikan + kali dalam seminggu. %erlu diperhatikan bah/a suntikan streptomisin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. 4bat ini diberikan untuk penderita kambuh, penderita gagal, penderita dengan pengobatan setelah lalai. +) (ategori + (23GJF*3+G+) Tahap intensif terdiri dari 0soniasid (3), Gifampisin (G), %ira:inamid (J) diberikan setiap hari selama 2 bulan (23GJ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari 0soniasid (3), Gifampisin (G) selama * bulan diberikan + kali seminggu (*3+G+). 4bat ini diberikan untuk & ' %enderita baru BT. negatif dan roentgen positif sakit ringan ' %enderita ekstra paru ringan, yaitu TB; kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis aksudati#a unilateral, TB; kulit, TB; tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal. *) 4.T $isipan (3GJ) Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BT. positif dengan kategori " atau penderita BT. positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BT. positif, diberikan obat sisipan 0soniasid (3), Gifampisin (G), %ira:inamid (J), tambutol () setiap hari selama " bulan. %. Ko&likasi Menurut $udoyo, dkk (200!), komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan tuberculosis %aru, yaitu & a. %leuritis tuberkulosa Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga atau columna #ertebralis. b. fusi pleura (eluarnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan e8udat pleura yang kaya akan protein. c. mpiema %enumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada ca#itas pleura, rongga pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis). d. Earyngitis 0nfeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis. e. TB; Milier (tulang, usus, otak, limfe) Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran pencernaan. f. (eruskan parennkim paru berat Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi. g. $indrom gagal napas (.G1$) 1isebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru'paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh. 1'. Prognosis Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat antituberculosis (4.T) yang di konsumsi selama B 9 bulan secara rutin ($yl#ia, "!!6) (. KONSEP DASAR KEPERA)A*AN 1. Pengka+ian a. %ola akti#itas dan istirahat $ubjektif & Gasa lemah cepat lelah, akti#itas berat timbul. sesak (nafas pendek), demam, menggigil. 4bjektif & Takikardia, takipneaFdispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjutK infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (*0 '*"0;) hilang timbul. b. %ola nutrisi $ubjektif & .noreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. 4bjektif & Turgor kulit jelek, kulit keringFbersisik, kehilangan lemak sub kutan. c. Gespirasi $ubjektif & Batuk produktifFnon produktif sesak napas, sakit dada. 4bjektif & Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijauFpurulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), de#iasi trakeal (penyebaran bronkogenik). d. Gasa nyamanFnyeri e. $ubjektif & Cyeri dada meningkat karena batuk berulang. f. 4bjektif & Berhati'hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. g. 0ntegritas ego $ubjektif & ,aktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdayaFtak ada harapan. 4bjektif & Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung. h. (eamanan $ubyektif& adanya kondisi penekanan imun, contoh .01$, kanker. 4byektif& demam rendah atau sakit panas akut. i. 0nteraksi $osial $ubyektif& %erasaan isolasiF penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung ja/abF perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran. 2. Diagnosa Ke&era,atan a. (etidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret kental, atau secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk dan edema trakealF faringeal. b. Gesiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringanF tambahan infeksi, terpajan lingkungan dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen. c. Dangguan pertukaran gas 42 edan ;42 berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membrane al#eolar'kapiler dan secret kental, tebal. d. %erubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubah berhubungan dengan kelemahan, sering batukF produksi sputum, dispnea dan anore8ia. 3. Inter-ensi 18 0nter#ensi Gasional " a. kaji fungsi pernapasan seperti bunyai napas, irama, kedalaman. b. ;atat kemampua untuk mengeluarkan dahak dan batuk efektif. c. .jarkan pasien tekhnik napas dalam dan cara melakkukan batuk efektif. d. .njurkan pasien untuk banyak minum air putih 2000'2600 cc. e. Berikan pasien posisi yang nyaman, posisi semifo/ler. f. (olaborasi dengan dokter untuk pemberian agen mucolitik, a. %enurunan bunyi napas dapat menunjukan atelektasis, ronchi menunjukan akumulasi secret b. %engeluaran secret sulit jika secret kental, sputum berdarah, diakibatkan oleh kerusakan paru'paru. c. Batuk efektif membantu pengeluaran sputum, napas dalam mambantu #entilasi maksimal meningkatkan gerakan secret d. %emasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret. e. semi fo/eler membantu memaksimalkan ekpansi paru dan meminimalkan upaya pernapasan f. Menurunkan kekentalan dan merangsang brochodialator, kortikosteroid. pengelauran secret 2 a. ;uci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak pera/atan dilakukan. b. Berikan ruangan yang bersih dan ber#entilasi baik. c. %antau tanda'tanda #ital ( suhu, nadi, tekanan darah, frekunesi pernapasan). d. (aji frekuensi, kedalaman pernapasan , perhatikan batuk spasmodik kering pada inspirasi dalam perubahan karakteristik sputum, dan adanya mengi F ronchi. lakukan isolasi pernapasan bila etiolgi batuk produktif tidak diketahui. e. %eriksa adanya lukaF lokasi alat infasif, perhatikan tanda'tanda infeksiF inflamasi. f. .njurkan pasien untuk batuk a. Mengurangi resiko kontaminasi silang. b. Mengurangi pathogen pada system imun dan mengurangi kemkungkinan pasien mengalami infeksi nosocomial. c. Memberikan informasi data dasar a/itanF peningkatan suhu secara berulang'ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukan bah/a bereaksi pada proses infeksi yang tidak dapat disembuhkan. d. (ongesti atau distress pernapasan dapat mengidentifikasi perkembangan %;% penyakit yang paling sering terjadi meskipun demikian , TB mengalami peningkatan an infeksi jamaur lainnya. e. 0dentifikasi F pera/atan a/al dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis f. Mencegah terjadinya dan bersin menggunakan tissue dan membuang pada tempat, anjurkan buang dahak pada /adah cairan disinfektan. g. (olaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic, antijamur, anti agen mikroba. penularan nosokomial dari pasien kepera/atan atau orang lain. g. Menghambat proses infeksi beberapa obat di targetkan untuk organsime tertentu ( sistem perusak). + a. (aji disepnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal, meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fati)ue. b. #aluasi perubahan tingakat kesadaran, catat tanda'tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan /arna kuku. c. 1emonstrasikan atau anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, khususnya dengan pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim. a. TB paru menyebabkann efek luas pada paru dan bagian kecil bronkopnemonia sampai inflasmasi, difusi luas, nekrosis, effusi pleura, dan fibrosis luas. fek pernapasan dapat ringan sampai dispnea berat sampai distress penapasan b. akumulasi secret dapat mempengaruhi oksigenasi organ #ital c. membantu tahanan mela/an udara luar untk mencegah kolaps atau penyempitan jalan napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkanFmenurunka d. .jnurkan untuk bed rest F mengurangi akti#itas. e. (olaborasi untuk pemberian oksigen tambahan n napas pendek. d. menurunkan konsumsi oksigen F kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala e. alat dalam perbaikan hipokalesemia yang dapat terjadi sekunder terhadap #entilasi F menurunnya permukaan al#eolar paru * a. (aji status nutrisi, ri/ayat mual dan muntah. b. (aji pola diet yang disukai F tidak disuka. c. Monitor intake dan output secara periodic. d. 1orong klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan tinggi protein karbohidrat. a. berguna dalam mendefinisikan derajatF luasnya masalah dan pilihan inter#ensi yang tepat. b. membantu dalam mengidentifikasi kebutuhanF kekuatan khusus. %ertimbangan keinginan indi#idu dapat memperbaiki masukan diet c. berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. d. Memaksimalakan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang perluFkebutuhan energi dari makanan yang banyak menurunkan iritasi e. Gujuk keahli diet untuk menentukan komposisi diet. f. Berikan obat penetralisir asam lambung sesuai indikasi. g. Berikan terapi parenteral sesuai indikasi. gaster. e. memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic f. dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehingga dengan obat atau efek pengobatan pernapasan perut yang penuh g. membantu terpenuhinya kebutuhan cairan dan pengobatan parenteral ' 1emam ' .noreksia ' Malaise ' BB turun Menempel pada bronchiole atau al#eolus %roliferasi sel epitel disekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel) Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regional 0nflamasi Finfeksi >'' Eesi primer menyebabkan kerusakan jaringan Meluas keseluruh paru'paru (bronchiolus atau pleura) rosi pembuluh darah Basil menyebar - %ucat '.nemia ' Eemah Batuk Cyeri 1ada 3aemapt ue (eletihan $ecret kental Dgn pertukaran gas %ola nafas tak efektif Tertiup melalui udara M. Tuberkulosis M. Bovis Gisiko tinggi infeksi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan - 1emam ' (erusakan jaringan