You are on page 1of 4

Intervensi Ekonomi Negara Kapitalis vs Sosialis

Krisis finansial saat ini menyingkap gejala awal dari perubahan sosio-ekonomik yang penting,
dan bahkan mungkin revolusioner, dalam dunia. Banyak sudah yang mengatakan bahwa,
setelah keruntuhan Tembok Berlin, kapitalisme akan menutupi sosialisme; dan di antara
kalangan intelektual banyak dikumandangkan tentang "berakhirnya sejarah". Tidaklah
mengejutkan, lebih sedikit yang menyatakan bahwa meskipun sosialisme sedang sekarat di
Eropa, ia juga sedang tumbuh subur di Amerika Latin. Pada 1989, serangkaian peristiwa yang
dikenal sebagai "El Caracazo"mengacu pada serangkaian protes penting di Venezuela yang
menentang neoliberalisme dan "Konsensus Washington" yang bertujuan mengurangi peran
Negara dalam ekonomi. Terpilihnya Hugo Chavez pada 1998 bukan saja merupakan reaksi dari
kebencian rakyat dan kegagalan neoliberalisme, tapi juga disebabkan oleh represi keras
menyusul rangkaian protes tersebut.
Kini sebagian besar orang menyaksikan dengan seksama bagaimana ekonomi terbesar di Bumi
ini sedang berada di tepi krisis besar. Walau demikian, belum diketahui akan seperti apa
dampaknya bagi rakyat Amerika atau, yang jauh lebih penting, bagi rakyat lainnya di dunia.
Tentunya, banyak pertanyaan yang masih belum terjawab - bukan saja yang ditujukan bagi
mereka yang sejalan dengan administrasi Bush, tapi khususnya bagi kelas pekerja AS. Bagian
masyarakat AS inilah yang menanggung krisis ini, via penutupan pabrik dan PHK (yang bagi
kebanyakan orang berarti kehilangan jaminan kesehatan yang sangat dibutuhkan). Mereka juga
akan harus memikul beban dari apa yang disebut sebagai paket "bailout" (dana talangan) yang
diusulkan oleh adminitrasi Bush dengan harapan mampu mencegah keruntuhan ekonomi
secara besar-besaran. Paket ini gagal memperhitungkan bahwa selama yang memikul bebannya
adalah kelas pekerja AS, maka mereka tidak akan mendapatkan apa-apa.
Tentu kisah ini berbeda bagi para spekulator, manajer korporasi dan pemegang saham utama.
Segmen masyarakat Amerika yang eksklusif dan memiliki hak istimewa ini akan diuntungkan
oleh uang para pembayar pajak, yang diraih setelah merampungkan jam kerja yang panjang,
upah yang menyusut, dan kondisi kerja yang memburuk - mencapai angka astronomikal $700
milyar. Jumlah uang ini, yang oleh administrasi Bush direncanakan untuk disuntikkan ke dalam
ekonomi AS, sangatlah mengejutkan. Hanya sebagai gambaran tentang seberapa besar jumlah
itu: total jumlah seluruh aktivitas ekonomi dalam setahun penuh (Produk Domestik Bruto) dari
Venezuela, Kolombia dan Kuba digabungkan. PDB seluruh benua Afrika untuk tahun 2007
mencapai $2.150 milyar.[1] Ini artinya, rencana dana talangan administrasi Bush mewakili
secara kasar sepertiga dari keseluruhan PDB benua Afrika.
Aspek khusus dari krisis ekonomi ini adalah konteks kemunculannya yang hanya beberapa
minggu sebelum pemilihan presiden di Amerika Serikat. Kejatuhan tingkat
pengakuan (approval ratings) administrasi Bush sepertinya akan mempengaruhi kandidat
presiden dari partainya, John McCain. Walaupun kandidat ini berupaya sekuat tenaga untuk
menarik jarak dari Bush, namun kegagalan kolosal dari administrasi yang saat ini menjabat
dalam menjamin perdamaian di Timur Tengah, berikut sikap keras-kepalanya dalam
menangani multilateralisme dan pemanasan global, membuat banyak orang bertanya-tanya
apakah McCain akan mengikuti jejak langkah George W Bush. Di pihak lain, kandidat Partai
Demokrat Barack Obama dapat menggunakan krisis ekonomi saat ini untuk keuntungannya,
dengan harapan menambah dukungan dari kelas pekerja dan menghidupkan nostalgia masa
Clinton - sebuah kenangan tentang masa ekonomi yang lebih baik.
Terlepas dari retorika politik dua kandidat ini, pada kenyataannya kedua partai politik tersebut
sangat bertanggung jawab terhadap kondisi ekonomi yang memburuk saat ini. Kedua partai
tersebut telah menjadi promotor kebijakan ekonomi neoliberal, privatisasi, dan perjanjian
perdagangan bebas. Ditambah lagi kedua partai tersebut selalu mengupayakan penggunaan
dana publik untuk keuntungan kaum kaya yang berkontribusi dalam kampanye mereka maupun
untuk keuntungan para pelobi di Washington D.C. Inilah kenapa rencana dana talangan yang
diusulkan Bush sesungguhnya mengejutkan hanya dalam hal jumlahnya - bukan karena itu
berkontradiksi dengan teori tangan ghaib(invincible hand theory) yang sering disinggung. Hal
ini terus konsisten dalam sejarah kapitalis terkini. Akar permasalahan menyangkut krisis
ekonomi saat ini bukanlah perbedaan tipis (kalau pun ada) antara pengikut Partai Demokrat
dan Republikan; melainkan, karakter yang mempertahankan sistem ekonomi itu sendiri.
Baru-baru ini, dalam sesi ke-63 Sidang Umum PBB, presiden Argentina, Cristina Fernandez,
membuat pernyataan yang sangat menarik terkait rencana dana talangan yang diajukan
administrasi Bush. Menurutnya, "Intervensi negara paling luar biasa yang ada dalam memori
justru berasal dari suatu tempat yang telah memberitahukan kepada kita bahwa negara tidaklah
diperlukan, apalagi dalam konteks defisit fiskal dan komersial." [2]. Hampir bisa dipastikan
bahwa ia mengacu bukan saja kepada rencana dana talangan untuk menghidupkan kembali
ekonomi AS, tapi juga kepada pembelian oleh Pemerintahan Federal AS terhadap perusahaan
yang menyatakan bangkrut akibat krisis ekonomi saat ini. Sekali lagi, uang hasil jerih payah
kelas pekerja yang dikoleksi oleh Pemerintahan Federal melalui pembayaran pajak, digunakan
oleh administrasi Bush untuk melawan kepentingan rakyat dan memproteksi kaum terkaya.
Tepatnya di sinilah terletak perbedaan yang bisa digariskan antara intervensi ekonomi oleh
administrasi Bush (intervensi Negara Kapitalis) dan pengumuman sebelumnya oleh
pemerintahan Amerika-Latin seperti Venezuela, Ekuador, dan Bolivia dalam melaksanakan
nasionalisasi mereka dan penguatan perusahaan milik publik (intervensi Negara Sosialis).
Kapitalis tidaklah menentang intervensi Negara; mereka hanya menginginkan agar intervensi
itu diterjemahkan menjadi penguatan kekayaan dan kekuasaan orang-orang terkaya; saat ini
penguatan itu sebesar $700 milyar dolar. Sebagaimana dengan tepat disinggung oleh Noam
Chomsky pada 13 April 1996 mengenai kontradiksi antara ucapan dan kenyataan tentang pasar-
bebas:
"Prinsip teori pasar bebas yang ada dalam kenyataan adalah: pasar bebas bagus untuk Anda,
tapi bukan untuk saya. Itu, lagi-lagi, hampir menjadi suatu keuniversalan. Jadi Anda -- siapa
pun juga -- Anda harus belajar bertanggung-jawab, dan menaati disiplin pasar, itu bagus untuk
karakter Anda, itu adalah cinta yang butuh banyak pengorbanan... Tapi saya, saya butuh Negara
sebagai pengasuh, untuk melindungi saya dari disiplin pasar, agar saya bisa mengoceh dan
meneriakkan kehebatan pasar bebas, dan dalam waktu yang sama saya disubsidi dengan layak
dan dibela oleh semua orang, melalui Negara pengasuh. Dan juga, ini haruslah bebas resiko.
Jadi saya sepenuhnya bersedia mengambil keuntungan, tapi saya tidak mau mengambil resiko.
Kalau ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik, Anda bantu dan talangi saya. Jadi, bila
utang Dunia Ketiga menjadi tak terkendalikan, Anda sosialisasikanlah [alihkan kepada publik,
kebalikan dari privatisasi, pen.] itu. Itu bukan problemnya bank-bank yang membuat uang.
Ketika simpanan dan pinjaman (S&Ls) jatuh, Anda tahulah, lakukan hal yang sama. Publik
menalangi itu semua. Ketika investasi firma Amerika menemui kesukaran karena lonjakan
gelembung Meksiko, Anda talangilah Goldman Sachs. [3]"
Di pihak lain, intervensi Negara Sosialis memprioritaskan kebutuhan paling mendasar dari
rakyat. Inilah tipe intervensi terkendali dan terencana yang dilaksanakan oleh Hugo Chavez di
Venezuela; pada saat bersamaan memaksimalkan demokrasi, kesadaran politik, dan partisipasi
rakyat dalam mengelola urusan mereka sendiri. Perusahaan yang telah dinasionalisasi di
Venezuela, seperti perusahaan komunikasi utama (CANTV), industri besi dan baja (SIDOR),
dan bank-bank utama di Venezuela (Bank Venezuela), merupakan perusahaan-perusahaan yang
sangat menguntungkan. Dalam kasus CANTV, nasionalisasinya menghabiskan uang Negara
Venezuela sebesar kira-kira $1,6 milyar; walau demikian, setelah setahun penuh beroperasi
perusahaan ini menciptakan profit bersih sebesar $400 juta. Dengan laju seperti ini, Negara
Venezuela akan menutupi investasi awalnya dalam tiga tahun pengoperasiannya. Sumber daya
yang sebelumnya mengalir ke kantung kaum kaya atau diinvestasikan ke luar negeri (capital
flight), kini digunakan oleh pemerintahan Hugo Chavez untuk mendanai proyek-proyek
kesehatan publik yang sangat bermanfaat bagi rakyat yang paling membutuhkan.
Perlu diingat bahwa saat puncak neoliberalisme di Amerika Latin, selama tahun 90an,
perusahaan milik publik yang sangat menguntungkan diserah-terimakan ke sektor swasta. Satu
contoh yang menyerupai ini adalah perusahaan minyak nasional Venezuela (PDVSA). Walaupun
perusahaan ini tidak pernan diprivatisasi sepenuhnya, pemerintahan sebelum Chavez
menyambut baik perusahaan minyak transnasional dengan menandatangani "Kesepakatan
Bersama" (Conjuncture Agreements) dengan PDVSA yang akan membolehkan mereka
mengekstraksi minyak dengan mengembalikan porsi yang kecil kepada Negara Venezuela,
paling banyak 16%. Berkat Undang-Undang Hidrokarbon yang ditulis oleh pemerintahan Hugo
Chavez, "Kesepakatan Bersama" ini digantikan dengan Perusahaan Patungan Campuran di
mana PDVSA memiliki saham mayoritas. Jauh sebelum itu, Presiden Chavez dikritik secara luas
oleh administrasi Clinton karena mengadakan kunjungan ke negeri-negeri OPEC sebagai upaya
mengembalikan harga minyak, yang pada satu waktu serendah $8 dolar per barel.
Berkat pemerintahan Chavez, PDVSA telah diperkuat dan pemasukannya memungkinkan
Negara Venezuela mendanai proyek-proyek sosial yang tak terhitung, yang termasuk: akses
perawatan medis pertama bagi seluruh penduduk, berikut fasilitas perawatan medis tingkat dua
dan tiga yang diberikan gratis, penghapusan seluruh buta huruf, proyek-proyek infrastruktur
yang berkisar dari pembangunan sekolah, rumah sakit, jembatan, jalanan yang baru,
peningkatan mutu transportasi publik dan pengembangan sistem transportasi kereta api yang
besar di penjuru negeri. Pada saat yang sama, kesehatan ekonominya mencapai tingkat yang
sejauh ini bisa dibilang terbaik, dengan cadangan internasional dan pertumbuhan ekonominya
berada dalam tingkat tertinggi dan angka penganggurannya merupakan yang terendah dalam
sejarah Venezuela.
Tentunya lonjakan harga minyak baru-baru ini menjadi faktor yang menguntungkan ekonomi
Venezuela. Walau demikian, peningkatan harga minyak ini disertai oleh pelemahan terbesar
terhadap dolar AS, yang dalam kenyataannya membuat harganya serupa dengan lonjakan harga
minyak tahun 1981. Namun, pada saat itu Negara Venezuela berada di tangan kaum kapitalis
dan politikus korup dan PDVSA dikelola layaknya perusahaan transnasional, bukannya sebagai
institusi yang vital untuk pengembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana disinggung
sebelumnya, PDVSA saat ini memiliki partisipasi lebih besar dalam produksi dan ekspor minyak
Venezuela dibandingkan sebelumnya, dan peningkatan royalti terhadap perusahaan
transnasional telah memungkinkan Negara Venezuela menarik porsi keuntungan yang lebih
besar dari sebelumnya. Sebagai tambahan, menurut Bank Sentral Venezuela, ekonomi
Venezuela telah berkembang bukan saja dalam sektor minyak tapi juga dalam sektor
komunikasi, konstruksi, dan jasa.
Jelaslah, terdapat perbedaan besar dalam cara Venezuela dan AS mengalokasikan dana publik.
Sementara pemerintahan AS meninggalkan kepentingan rakyatnya sendiri dengan kebijakan
perawatan kesehatan yang terabaikan, dana pendidikan yang menyusut, belanja militer yang
meningkat, dan pengurangan pajak bagi kelompok berpenghasilan tertinggi (highest income
bracket), pemerintahan Venezuela telah mengupayakan penggunaan dana publik dengan hati-
hati untuk mengembangkan masyarakat yang inklusif, menghapus kemiskinan, meningkatkan
pendidikan dan fasilitas kesehatan, dan memupuk pertumbuhan ekonomi produktif. Semuanya
dijalankan dengan menggelorakan demokrasi dan partisipasi rakyat yang lebih besar dalam
semua aspek politik.
--------
Martin Saatdjian ialah Sektretaris Ketiga dalam Kementerian Luar Negeri Republik
Bolivarian Venezuela.
Catatan:
[1] Angka tersebut diambil dari: https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/
[2] Keseluruhan pidato dapat diakses
dalam http://www.un.org/ga/63/generaldebate/pdf/argentina_es.pdf
[3] Chomsky (1996). Diambil
dari: http://www.un.org/ga/63/generaldebate/pdf/argentina_es.pdf

You might also like