This research aimed to understand the implementation of the Internal Control System in Bungo Regency Government. The research is a descriptive study with a qualitative approach.
This research aimed to understand the implementation of the Internal Control System in Bungo Regency Government. The research is a descriptive study with a qualitative approach.
This research aimed to understand the implementation of the Internal Control System in Bungo Regency Government. The research is a descriptive study with a qualitative approach.
2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN (STUDI KASUS : PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO)
Widya Pratiwi 1
Abstract
Referring to the Minister of Home Affairs Regulation No. 13 of 2006 that any remedy authorized SKPD independently manage financial resources and operational activities including planning, budgeting, administration, accounting, reporting, and accountability areas. This research aimed to understand the implementation of the internal control system in Bungo Regency Government, to understand the constraints faced in the implementation of the internal control system in Bungo Regency Government, and to obtain an understanding of the efforts made in implementing internal control systems in Bungo Regency Government. This research is a descriptive study with a qualitative approach. Coverage includes discussion of case studies Bungo Regency Government. The research variables to be discussed is the implementation of the Government's internal control system Bungo. Implementation of the internal control system assessed compliance with Government Regulation No. 60 Year 2008 on the Internal Control System as the Implementing Regulations of the Government Law. 1 of 2004. The research was conducted on Finance Administration Officer (CO) Unit (SKPD) in the Bungo Regency Government. Overall, the implementation and application of the internal control system in Bungo was in quite a performance level value of 49.12%. These results obtained from the sum of the five elements in internal control system: (1) 55.57% of the control environment, (2) risk assessment by 50%, (3) control activities by 44.44%, (4) information and communication amounted to 41.07%, and (5) monitoring of 54.54%. Assessment of the implementation of the SPI is quite significant in assessing the potential and shortcomings in the implementation of the elements of the internal control system. The internal control system in Bungo still has many short comings in the implementation, this can be seen from the results of assessments totaling 49.12%, although this figure is enough overall, but for the details of each element of the internal control it is known that many weaknesses that need attention from the Government Bungo.
Keywords : Internal Control System, Case Study.
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuntutan melahirkan sejumlah produk hukum yang melandasi perubahan menuju era reformasi yang mengedepankan: disiplin, kesinambungan, transparan, effisien, dan akuntabel serta azas keseimbangan (checks and balances) dalam
1 Dosen STIE Haji Agus Salim Bukittinggi. 82 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi penganggaran, penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance), komitmen dalam menggunakan sumber daya yang terbatas. Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan. Dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai. Untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien. Pengendalian intern dalam suatu perusahaan, lembaga, organisasi maupun perkantoran mutlak menjadi hal utama dan sangat dibutuhkan, karena kegiatan operasional dan kinerja memerlukan suatu kebijakan khusus yang mampu mengakomodasikan dan memberikan batasan serta ketentuan khusus dalam setiap pelaksanaan kegiatannya dan kesemuaanya itu dapat terlaksana dengan baik apabila suatu lembaga, organisasi maupun perusahaan memiliki suatu sistem pengendalian intern yang baik. Dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008, tujuan dari penerapan sistem pengendalian intern adalah 1) Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintah, 2) Keandalan pelaporan keuangan, 3) Pengamanan aset negara, dan 4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 bahwa setiap SKPD diberikan kewenangan untk mengelola secara mandiri sumber-sumber dana dan kegiatan operasionalnya yang meliputi perencanaan, penganggaran, penatausahaan, pengakuntansian, pelaporan dan pertanggungjawaban daerah. Dalam pelaksanaannya pengelolaan keuangan pada kantor Pemerintah Kabupaten Bungo sampai dengan saat ini masih banyak yang perlu diperhatikan. Hal tersebut disebabkan oleh potensi, baik penyimpangan maupun kesalahan, yang disajikan dalam pernyataan laporan keuangan daerah. Transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah di seluruh Indonesia dari tahun ke tahun semakin memburuk. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil pemeriksaan keuangan daerah selama empat tahun terakhir (2004-2007). Pada Tahun 2004 daerah yang mendapat opini WTP 6 persen, tahun berikutnya menjadi 4 persen, kemudian pada 2006 dan 2007 masing-masing tinggal hanya 1 persen. Sebaliknya, laporan keuangan dengan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) semakin meningkat, 2 persen pada 2004 menjadi 18 persen pada 2007. Opini Tidak Wajar (TW), nilai terendah juga naik dari 3 persen menjadi 18 persen. Hasil audit Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sendiri BPK memberikan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) pada tahun 2004-2007. Dalam LKPP tahun 2007, BPK juga menyoroti kualitas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL) dan LKPD yang cenderung memburuk tiap tahun. Opini TMP terhadap LKPP itu antara lain disebabkan kelemahan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara, belum tertibnya penempatan uang negara, serta tidak adanya inventarisasi aset, utang, dan piutang negara. Selain itu, pembatasan akses atas penerimaan, piutang pajak dan biaya perkara pada Mahkamah Agung, sistem teknologi informasi yang kurang andal, sistem pengendalian internal yang 83 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi lemah, serta masih adanya penerimaan dan pengeluaran di luar mekanisme APBN. (Kompas, 24 Juni 2008). Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bungo secara umum belum menunjukan hasil yang menggembirakan. Berturut-turut dari tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hanya memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Pada tahun 2005 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupeten Bungo mendapat peringkat terburuk dalam audit dengan hasil tidak memberikan pendapat (TMP). Kondisi ini jelas membuktikan bahwa pengendalian intern belum berjalan dengan baik. Laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (LHP BPK tahun 2010) untuk Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bungo menunjukkan bahwa dari 193 temuan, sudah ditindaklanjuti sebanyak 109 kasus. Namun masih ada kerugian daerah sebesar Rp. 9,8 miliar yang belum ditagih (Jambi Star, 25 Januari 2012). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul Analisa Penerapan Sistem Pengendalian Intern (Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Bungo).
I.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana : 1) Memahami pelaksanaan sistem pengendalian intern pada Pemerintah Kabupaten Bungo. 2) Memahami kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern pada Pemerintah Kabupaten Bungo. 3) Mendapatkan pemahaman mengenai upaya-upaya yang dilakukan dalam melaksanakan sistem pengendalian intern pada Pemerintah Kabupaten Bungo.
II. KAJIAN TEORI II.1 Sistem Pengendalian Intern Sistem adalah sebuah entitas yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi yang dikoordinasikan untuk mencapai satu atau lebih tujuan bersama (Wilkinson, et al, 2000). Sementara Mulyadi (2001) mengemukakan bahwa pada dasarnya sistem adalah sekelompok elemen yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Witt (2000) dalam COSO (the Committee of Sponsoring Organization) memberikan definisi pengendalian intern adalah : Internal Control is a process, effected by an entitys board of directors, management; and other personnel; designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories : Effectiveness and efficiency of operations, Reliability of financial reporting and Compliance with applicable laws and regulations. 84 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi Dalam arti luas, Holmes dan Burns (1990) menjelaskan pengertian pengendalian intern yang dikutip dari Statements on Auditing Standards, yaitu : Pengendalian intern meliputi rencana organisasi dan semua metode serta peraturan yang sederajat yang digunakan di dalam perusahaan untuk menjaga kekayaannya, memeriksa kecermatan dan keandalan data akuntansinya, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang sudah digariskan oleh manajemen. Pengertian sistem pengendalian intern menurut PP Nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern adalah : Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
II.2 Komponen Sistem Pengendalian Intern Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang SPIP disebutkan pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen yang berhubungan (Arens, 2003 yang dikutip dari COSO), yaitu : 1) Lingkungan Pengendalian Lingkungan Pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian pihak yang terdapat dalam organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian interen yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian ini terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen puncak, para direktur, dan pemilik dari suatu entitas mengenai pengendalian internal dan arti pentingya bagi entitas itu. 2) Penilaian Resiko Penilaian risiko diawali dengan penetapan maksud dan tujuan instansi pemerintah yang jelas dan konsisten baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan. Selanjutnya instansi pemerintah mengidentifikasi secara efisien dan efektif resiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan tersebut, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar instansi. Terhadap resiko yang telah diidentifikasi, dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan. Pimpinan Instansi Pemerintah merumuskan pendekatan manajemen resiko dan kegiatan pengendalian resiko yang diperlukan untuk memperkecil resiko. 3) Aktivitas Pengendalian Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi Pemerintah untuk mengurangi resiko yang telah diidentifikasi selama proses penilaian resiko. 85 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam suatu Instansi Pemerintah dapat berbeda dengan yang diterapkan pada Instansi Pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi dan tujuan, lingkungan dan cara beroperasi, tingkat kerumitan organisasi, sejarah dan latar belakang serta budaya, serta resiko yang dihadapi. 4) Informasi dan Komunikasi Informasi yang berhubungan perlu diidentifikasi, ditangkap dan dikomunikasikan dalam bentuk dan kerangka waktu yang memungkinkan para pihak memahami tanggung jawab.Sistem informasi menghasilkan laporan, kegiatan usaha, keuangan dan informasi yang cukup untuk memungkinkan pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Instansi Pemerintah.Informasi yang dibutuhkan tidak hanya internal namun juga eksternal.Komunikasi yang efektif harus meluas di seluruh jajaran organisasi dimana seluruh pihak harus menerima pesan yang jelas dari manajemen puncak yang bertanggung jawab pada pengawasan.Semua pegawai harus paham peran mereka dalam sistem pengendalian interen seperti juga hubungan kerja antar individu.Mereka harus memiliki alat yang menyebarluaskan informasi penting. 5) Pemantauan Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan, rekonsiliasi dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern yang dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah dengan menggunakan daftar uji pengendalian intern. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan review lainnya yang ditetapkan.
II.3 Prinsip Umum Penyelenggara Sistem Pengendalian Intern Prinsip umum yang harus diperhatikan dalam menerapkan sistem pengendalian intern yaitu : 1) Sistem pengendalian intern sebagai proses yang integral dan menyatu dengan instansi atau kegiatan secara terus menerus. Sistem Pengendalian Intern akan efektif apabila dibangun ke dalam infrastruktur suatu instansi dengan menjadi bagian dari organisasi yang dikenal dengan istilah built-in. Pengertian built-in adalah suatu proses yang terintegrasi dengan kegiatan, dan akan menyatu dengan pelaksanaan fungsi manajemen, mulai dari perencanaan sampai evaluasi. 86 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi 2) Sistem Pengendalian Intern dipengaruhi oleh manusia. Efektivitas sistem pengendalian inten sangat bergantung pada manusia yang melaksanakannya. Manajemen menetapkan tujuan, merancang dan melaksanakan mekanisme pengendalian, memantau serta mengevaluasi pengendalian.Selanjutnya, seluruh pegawai dalam instansi memegang peranan penting untuk melaksanakan sistem pengendalian intern secara efektif. 3) Sistem pengendalian intern memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakiinan yang mutlak. Betapapun baiknya perancangan dan pengoperasian sistem pengendalian intern dalam suatu instansi, tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak bahwa tujuan instansi dapat tercapai.Hal ini disebabkan kemungkinan pencapaian tujuan tetap dipengaruhi oleh keterbatasan yang melekat dalam seluruh sistem pengendalian intern, seperti kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, dan adanya kolusi. 4) Sistem Pengendalian Intern diterapkan sesuai dengan kebutuhan ukuran, kompleksitas, sifat, tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Bentuk, luasan dan kedalaman pengendalian akan tergantung pada tujuan dan ukuran instansi, serta sesuai dengan kebutuhan dan ciri kegitan serta lingkungan yang melingkupinya, karakter operasi dan lingkungan dimana kegiatan instansi dilaksanakan. Dengan konsep ini, tidak ada pengendalian yang dimiliki suatu instansi yang langsung dapat ditiru dan diterapkan pada instansi lain.
II.3 Review Penelitian Terdahulu Adapun rangkuman hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kajian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Review Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Pujianik Mulyani dan Rindah F. Suryawati Analisis Peran dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP/PP No. 60 Tahun 2008) Dalam Meminimalisasi Tingkat Salah Saji Pencatatan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Realitas organisasi pemerintahan daerah sebagai komunitas, yang didalamnya terjadi interaksi antara individu dan struktur laporan hasil pemeriksaan keuangan Bojonegoro tahun 2007-2009 SPI mempunyai peran dan fungsi yang signifikan dalam meminimalisasi salah saji pencatatan akuntansi 87 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi serta Sistem Pengendalian Intern (SPI) di pemerintah Kabupaten Bojonegoro 3 Zumriyatun Laila Analisis Penyelenggaraan PP 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada 2 Pemda di Sumatera Barat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada 2 Pemda di Sumatera Barat Tanggungjawab penyelenggaran SPIP dan keberhasilan penerapan SPIP di daerah sangat tergantung pada komitmen dari kepala daerah masing- masing, baik Kabupaten Tanah Datar maupun Kabupaten Pasaman. 4 Miryam Pingkan Lonto Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Pemerintah Kota Bitung : Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi dan Dampaknya Terhadap Good Governance Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SPIP di Pemerintah Kota Bitung Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi SPIP di Pemerintah Kota Bitung meliputi : komitmen pimpinan, faktor manusia : kesalahan dalam pertimbangan, ketidaktahuan tugas pokok dan fungsi pegawai, ketidakhadiran pegawai, kurangnya motivasi, kurangnya pemahaman mengenai regulasi yang berkaitan dengan bidang tugas, kolusi, ketidakpahaman tentang SPIP, dan kompetensi pegawai, struktur organisasi, dukungan teknologi informasi dan pengawasan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP. 5 Asriani Hasan
Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Provinsi Sulawesi Selatan Persentase tingkat penyelenggaraa n SPIP pada unit kerja Salah satu tujuan dari sosialisasi SPI yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Kementrian Pertanian adalah untuk lebih meningkatkan implementasi SPI yang 88 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi maksimal pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 6 Ibnu Amin Efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dalam peningkatan pelayanan publik untuk memperkokoh ketahanan nasional : Studi di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI Mengamati efektifitas SPIP yang mengambil lokasi penelitian di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Efektifitas SPIP sangat ditentukan oleh lingkungan pengendalian yang merupakan manifestasi kepemimpinan; yaitu integritas serta profesionalitas pemimpin, sehingga unsur-unsur SPIP lainya dapat berjalan juga secara efektif.
III. METODE PENELITIAN III.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Cakupan pembahasan meliputi studi kasus Pemerintah Kabupaten Bungo. Adapun variabel penelitian yang akan dibahas adalah mengenai pelaksanaan sistem pengendalian intern Pemerintah Kabupaten Bungo. Pelaksanaan sistem pengendalian intern dinilai kesesuaian dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah sebagai Peraturan Pelaksana dari Undang-Undang No. 1 Tahun 2004. Penelitian ini dilakukan pada Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo.
III.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian Untuk lebih jelasnya masing-masing variabel beserta indikator pengukurannya, dapat dilihat pada Table 2 di bawah ini :
Tabel 2 Variabel dan Indikator Penelitian
A. Lingkungan Pengendalian Dimensi Keterangan 1) Integritas dan Nilai Etika a) Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo dan/atau SKPD memiliki kode etik pegawai yang komprehensif (telah disosialisasikan secara periodik). b) Budaya organisasi di SKPD dapat mendorong terciptanya integritas dan nilai etika moral (misalnya melalui komunikasi lisan pada saat rapat, apel pagi, atau contoh dalam kegiatan sehari-hari). 89 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi c) Para pegawai memahami tindakan yang etis dan tidak etis. d) Kepala SKPD memberikan respon yang memadai terhadap pelanggaran kode etik. e) Tindakan disiplin atau sanksi atas pelanggaran disampaikan kepada instansi yang mengurusi masalah kepegawaian, baik di tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun Pusat. f) Tindakan atau sanksi atas pelanggaran yang diberikan memberikan efek jera dengan tidak adanya kejadian berulang oleh pihak yang sama. 2) Komitmen terhadap Kompetensi a) Terdapat deskripsi pekerjaan yang jelas mengenai tugas suatu pekerjaan/posisi tertentu. b) Terdapat ketentuan yang jelas mengenai tingkat kompetensi (pengetahuan dan keahlian) yang dibutuhkan untuk suatu pekerjaan tertentu pada SKPD. c) Ada bukti yang dapat meyakinkan bahwa seorang pegawai telah ditempatkan sesuai keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan. d) Terdapat ketentuan yang jelas mengenai kapan seorang pegawai dapat memperoleh pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan kompetensi. e) Para pejabat structural di SKPD memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan untuk pelaksanaan tugas mereka. 3) Gaya Operasi dan Filosofi Manajemen a) SKPD menerapkan prinsip kehati-hatian dan hanya akan bertindak setelah melalui analisis yang mendalam terhadap resiko dan kemungkinan manfaat yang diperoleh. b) Pada SKPD terjadi perputaran/rotasi pegawai (masuk- keluar), baik antarunit dalam SKPD maupun antar SKPD. c) Perputaran/rotasi pegawai dilakukan dengan perencanaan terlebih dahulu. d) SKPD memandang penting fungsi pengolahan data, fungsi akuntansi, keandalan laporan keuangan dan perlindungan terhadap asset/barang. e) Di SKPD terdapat unit atau pegawai yang menjalankan fungsi akuntansi. f) Terdapat interaksi dan komunikasi yang sering antara Pimpinan SKPD dengan instansi lain, baik dalam daerah, luar daerah, maupun pusat (termasuk kunjungan ke daerah, studi banding, maupun konsultasi). g) SKPD melakukan koordinasi antarunit atau antara Pimpinan dan pegawai. h) Laporan yang disampaikan oleh pegawai menggambarkan keadaaan sebenarnya (bukan bersifat Asal Bapak Senang (ABS) atau hanya melaporkan yang baik-baik saja. i) Pimpinan bereaksi jika ada gejala praktik yang tidak baik yang disampaikan melalui laporan. 90 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi
4) Struktur Organisasi a) Para pejabat struktural di SKPD telah memahami sepenuhnya tanggung jawab pengendalian dan pengawasan yang mereka miliki. b) Struktur organisasi yang dimiliki SKPD sudah lengkap dan mampu memenuhi kebutuhan organisasi dalam melaksanakan kegiatan operasional. c) Para pejabat structural dari semua unit di SKPD memiliki keleluasaan dalam berkomunikasi dengan Pimpinan. 5) Tanggungjawab dan Wewenang a) Mekanisme pembebanan suatu tanggung jawab, pendelegasian wewenang dan pengembangan kebijakan dapat mendukung akuntabilitas dan pengendalian. b) Setiap pegawai di SKPD memiliki wewenang dan tanggung jawab (diatur secara khusus untuk masing-masing pegawai). c) SKPD memiliki Standar Operasional dan Prosedur, baik dalam menjalankan fungsi SKPD maupun operasional sehari-hati SKPD. 6) Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia a) Terdapat prosedur dan kebijakan tertulis dalam pelatihan, promosi, dan penggaian pegawai. b) Setiap pegawai menyadari tanggung jawab dan harapan organisasi terhadap mereka. c) Pegawai baru diberikan pemahaman tentang tanggung jawab dan harapan organisasi terhadap mereka. d) Jajaran pimpinan/pejabat SKPD melakukan reviu atas kinerja peagwainya. e) SKPD memiliki ketentuan yang jelas mengenai sanksi atas pelanggaran terhadap kebijakan dan prosedur yang ada. f) Pegawai memahami bahwa kinerja yang buruk berdampak terhadap organisasi. g) SKPD memiliki criteria dalam penilaian kinerja. h) Terdapat kebijakan yang mensyaratkan dilakukan penyelidikan latar belakang, khususnya mengenai aktivitas yang pernah dilakukan (pengalaman kerja) dan terhadap catatan criminal calon pegawai. i) Pimpinan mengetahui mengenai kebijakan mutasi dan promosi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo (ada ketentuan yang jelas). j) SKPD membuat laporan kinerja/LAKIP. B. Penilaian Resiko Keterangan 1) SKPD melakukan identifikasi dan analisis resiko (kendala/masalah dan pengaruhnya) atas kegiatan operasional SKPD. 2) Ada resiko dalam menjalankan fungsi SKPD. 3) Ada acuan untuk menentukan ada/tidaknya resiko (peraturan perundangan atau hal lain). 4) Ada upaya mengatasi atau mengurangi bahkan menghilangkan resiko. 91 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi
C. Kegiatan Pengendalian Dimensi Keterangan 1) Pelaksanaan Review
a) Terdapat mekanisme reviu dari pejabat tinggi untuk mengawasi pencapaian SKPD terhadap rencana yang telah dibuat. b) Terdapat rencana strategis mengenai pengelolaan pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo. c) Sistem penggajian telah memadai dan terdapat insentif khusus yang dapat mendorong pegawai bekerja secara maksimal. 2) Pengelolaan Informasi a) Setiap transaksi telah diklasifikasikan dan dicatat secara memadai guna pengendalian operasi dan pengambilan keputusan. b) Terdapat pembatasan akses terhadap sumber daya (termasuk brankas) dan catatan (pegawai diberi akses yang telah ditetapkan, ada yang memegang kunci brankas). 3) Pengendalian Fisik Aset
a) Pencatatan atas seluruh asset telah dilakukan secara memadai. b) Dokumentasi terhadap asset telah dilakukan secara lengkap dan akurat sehingga memungkinkan dilakukannya penelusuran. 4) Pemisahan Tugas dan Fungsi a) SKPD melakukan pemisahan kewenangan untuk mengendalikan seluruh aktivitas. b) Terdapat pemisahan tugas dan tanggung jawab dalm otorisasi, persetujuan, pemrosesan, pencatatan, pembayaran/penerimaan uang, dan fungsi penyimpanan. 5) Otorisasi a) Transaksi yang diakui hanya transaksi-transaksi yang valid sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan daerah. b) Suatu transaksi hanya dilakukan oleh orang yang berwenang dan dilakukan sesuai dengan kewenangan yang bersangkutan. c) Prosedur otorisasi telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai termasuk kapan otorisasi tersebut digunakan. 6) Pencatatan dan Dokumentasi
a) Dokumentasi terhadap transaksi maupun kejadian penting lainnya dilakukan secara lengkap dan akurat dan memungkinkan dilakukannya penelusuran. b) Pendokumentasian, baik tertulis maupun secara elektronis bermanfaat bagi proses evaluasi dan pengendalian. D. Informasi dan Komunikasi Dimensi Keterangan 1) Informasi a) Pimpinan SKPD memperoleh informasi yang dibutuhkan guna melaksanakan tanggung jawabnya. b) Terdapat mekanisme penyediaan informasi yang memadai bagi orang yang tepat secara tepat waktu untuk membantu dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. 92 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi c) Pimpinan mendukung pengembangan sistem informasi melalui komitmen terhadap sumber daya yang memadai, baik manusia maupun keuangan. d) Sumber daya manusia dengan kemampuan dalam bidang teknologi informasi tersedia sesuai kebutuhan. 2) Komunikasi a) Tugas dan tanggung jawab dikomunikasikan melalui media yang efektif. b) Setiap pegawai mengetahui tujuan kegiatan masing-masing dan cara mencapai tujuan tersebut. c) Setiap pegawai mengerti bagaimana tugas mereka saling mempengaruhi dengan tugas pegawai lain. d) Terdapat saluran komunikasi bagi setiap orang untuk melaporkan adanya penyimpangan. e) Terdapat mekanisme bagi pegawai untuk menyampaikan saran-saran perbaikan. f) Komunikasi antarunit telah dilakukan secara memadai g) Terdapat mekanisme antarunit telah dilakukan secara memadai. E. Pemantauan Keterangan a) SKPD memiliki unit kerja yang melakukan pemantauan atas pelaksanaan seluruh kegiatan SKPD. b) Inspektorat Kabupaten melakukan pengawasan secara periodic pada SKPD. c) Pengawasan ditujukan pada perbaikan organisasi dan telah ditetapkan prosedur yang mengatur mengenai tindak lanjut atas hasil pengawasan. d) DPRD dilibatkan dalam pelaksanaan pemantauan. e) Keluhan masyarakat dan pihak lain dapat segera diketahui penyebabnya. f) Data yang dicatat oleh sistem informasi maupun keuangan telah dibandingkan secara peridik dengan fisiknya. g) Terdapat mekanisme pertemuan dengan para pegawai dalam rangka memperoleh umpan balik mengenai efektivitas SPI (termasuk SOP dan sanksi). h) Jika ditemukan adanya penyimpangan telah dilaporkan ke pimpinan puncak dan telah diselesaikan secara tepat. i) Kejadian-kejadian tertentu, seperti perubahan anggaran telah dilakukan evaluasi. j) Terdapat bukti telah dilakukannya fungsi pengendalian, seperti rekonsiliasi data keuangan. k) Kegiatan evaluasi didokumentasikan secara memadai. Sumber : Kuesioner BPKP tahun 2011.
III.3 Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang dibutuhkan adalah informasi mengenai pelaksanaan SPI dan permasalahannya. Sedangkan data sekunder berupa dokumen sumber pelaksanaan SPI serta dokumen lain yang berhubungan dengan SPI. Kuesioner diberikan kepada Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di 93 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo. Kuesioner yang diberikan dijadikan panduan bagi penulis untuk mengambil kesimpulan dari setiap pertanyaan apakah sesuai atau tidak sesuai dengan penerapan sistem pengendalian intern. Jika sesuai diberikan poin +1, jika tidak sesuai maka diberikan poin 0. Wawancara dilakukan untuk meyakinkan penulis dengan jawaban kuisiner dari setiap PPK. Ada beberapa orang yang diwawanvarai dalam penelitian ini, yaitu: 1) Salah satu staf unit akuntansi di DPKAD. Staf unit akuntansi di DPKAD diwawancarai karena DPKAD merupakan SKPD yang membuat laporan keuangan Pemda secara keseluruhan dengan cara mengumpulkan setiap laporan dari setiap SKPD. 2) Salah satu staf di Inspektorat. Staf Inspektorat diwawancarai karena Inspektorat merupakan SKPD yang bertugas mereview Laporan Keuangan Pemda sebelum ditandatangani oleh Bupati. Adapun daftar pertanyaan yang diberikan adalah: 1) Peraturan yang mendasari dilaksanakan SPI, baik itu Peraturan Pemerintah, Peraturan Gubernur ataupun Peraturan Bupati. 2) Peraturan yang mendasari struktur organisasi di SKPD Kabupaten Bungo. 3) Peraturan yang mendasari pelaksanaan kegiatan SKPD. 4) Struktur Pemerintah Kabupaten Bungo dan uraian tugas. 5) Profil Kabupaten Bungo termasuk visi, misi, tujuan dan prioritas pembangunan. 6) Pelaksanaan SKPD sebagai entitas akuntansi. Uraian opini Laporan Keuangan Pemerintah Kabuapten Bungo oleh BPK. Pejabat Penatausahaan Keuangan yang diberikan kuesioner terdiri dari 1 (satu) orang di setiap SKPD Pemerintah Kabupaten Bungo seperti yang terlihat pada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3 PPK SKPD No. Jenis Instansi Jumlah Sampel 1 PPK pada Sekretariat Daerah 1 2 PPK pada Sekretariat DPRD 1 3 PPK pada Sekretriat KPU 1 4 PPK pada Satuan Polisi Pamong Praja 1 5 PPK pada Badan 5 6 PPK pada Kantor 4 7 PPK pada Dinas 14 8 PPK pada Inspektorat 1 9 PPK pada RSUD 1 Jumlah 29
94 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi III.4 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1) Mengumpulkan data primer dan sekunder sesuai dengan variabel penelitian yaitu penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Pemerintah Kabupaten Bungo. 2) Data yang telah dikumpulkan akan dikelompokkan sesuai dengan masing- masing variabel. Kemudian diidentifikasi sesuai dengan masing-masing variabel. Kemudian diidentifikasi sesuai keterkaitannya dengan fokus dan masalah penelitian. Data yang kurang relevan dengan fokus penelitian akan dikesampingkan sementara data yang relevan akan dikategorikan menurut pokok permasalahan. 3) Pengolahan dan Analisa Data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisisan kertas kerja penilaian, akan diolah dengan ketentuan sebagai berikut : a) Atribut Penelitian, b) Persentase Hasil Pernilaian, dan c) Ukuran Penilaian. Dari persentase hasil penilaian yang diperoleh dapat disimpulkan ukuran penilaian dengan kriteria seperti pada Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4 Persentase dan Ukuran Penilaian
Persentase Penilaian Ukuran Penilaian 0% s/d 25% Kurang 26% s/d 50% Cukup 51% s/d 75% Baik 76% s/d 100% Sangat Baik Sumber: Sugiyono (2009).
4) Hasil pengolahan data pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Pemerintah Kabupaten Bungo akan dianalisa secara deskriptif dengan mambandingkan kriteria yang harus ada pada instrument penelitian dengan kondisi yang ditemui di Pemerintah Kabupaten Bungo.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pada Kabupaten Bungo Kesimpulan hasil penelitian atas analisis penilaian terhadap lingkungan pengendalian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Dari hasil analisis dengan menggunakan kertas kerja penilaian terhadap penilain resiko didapat hasil persentase sebesar 50%, yang berarti cukup. Hal ini artinya masih terdapat banyak kekurangan yang diantaranya disebabkan SKPD belum melakukan identifikasi dan analisis resiko (kendala/masalah dan pengaruhnya) atas kegiatan operasional SKPD, serta belum ada acuan untuk menentukan ada/tidaknya resiko (peraturan 95 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi perundangan atau hal lain). Rencana Strategis telah disusun setiap lima tahun ke depan dan dituangkan dalam pelaksanaan anggaran pemerintah Daerah setiap tahun. Pelaksanaan kerja telah jelas dan memiliki gambaran resiko dalam kegiatannya.
Tabel 5 Hasil Analisis Penilaian Terhadap Lingkungan Pengendalian
No Variabel dan Indikator Hasil Penilaian Analisis/ Kesimpulan 1 Integritas dan Nilai Etika 66,67% Baik 2 Komitmen terhadap Kompetensi 40% Cukup 3 Gaya Operasi dan Filosofi Manajemen 77,78% Sangat Baik 4 Struktur Organisasi 33.33% Cukup 5 Tanggung Jawab dan Wewenang 66,67% Baik 6 Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia 50% Cukup Jumlah Penilaian Lingkungan Pengendalian 55,74% Baik Sumber : Data diolah.
Tabel 5 di atas memperlihatkan kesimpulan analisis penilaian terhadap lingkungan pengendalian. Dari penjumlahan 6 item lingkungan pengendalian yaitu integritas dan nilai etika sebesar 66,67%, komitmen terhadap kompetensi sebesar 40%, gaya operasi dan filosofi manajemen sebesar 77,78%, struktur organisasi sebesar 33.33%, tanggung jawab dan wewenang sebesar 66,67%, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia sebesar 50%, didapatlah jumlah persentase dari lingkungan pengendalian sebesar 55,74% yang berarti baik. Hasil ini didapat karena ada banyaknya analisa atau kesimpulan dari ke 6 item tersebut.
Tabel 6 Hasil Analisa Penilaian Terhadap Aktivitas Pengendalian
No Variabel dan Indikator Hasil Penilaian Analisis/ Kesimpulan 1 Pelaksanaan Reviu 33,33% Cukup 2 Pengelolaan Informasi 50% Cukup 3 Pengendalian Fisik Aset 50% Cukup 4 Pemisahan Tugas dan Fungsi 50% Cukup 5 Otorisasi 33,33% Cukup 6 Pencatatan dan Pendokumentasian 50% Cukup Jumlah Penilaian Aktivitas Pengendalian 44,44% Cukup Sumber : Data diolah. 96 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi Tabel 6 di atas memperlihatkan kesimpulan analisa penilaian terhadap aktivitas pengendalian. Dari penjumlahan 6 item aktivitas pengendalian yaitu pelaksanaan reviu sebesar 33,33%, pengelolaan informasi sebesar 50%, pengendalian fisik asset sebesar 50%, pemisahan tugas dan fungsi sebesar 50%, otorisasi sebesar 33,33%, serta pencatatan dan pendokumentasian sebesar 50%, didapat lah jumlah persentase dari aktivitas pengendalian sebesar 44,44% yang berarti cukup. Akan tetapi, masih ada kekurangan aktivitas pengendalian ini yang diantaranya adalah sistem penggajian yang belum memadai dan tidak adanya insentif khusus yang dapat mendorong pegawai bekerja secara maksimal, tidak adanya dokumentasi terhadap asset yang dilakukan secara lengkap dan akurat sehingga tidak memungkinkan dilakukannya penelusuran, tidak terdapatnya pemisahan tugas dan tanggungjawab dalam otorisasi, persetujuan, pemrosesan, pencatatan, pembayaran/ penerimaan uang, dan fungsi penyimpanan, tidak adanya prosedur otorisasi yang telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai termasuk tidak adanya kejelasan waktu kapan otorisasi tersebut digunakan, serta tidak adanya dokumentasi terhadap transaksi maupun kejadian penting lainnya yang dilakukan secara lengkap dan akurat sehingga tidak memungkinkan dilakukannya penelusuran.
Tabel 7 Hasil Analisa Penilaian Terhadap Informasi dan Komunikasi
No Variabel dan Indikator Hasil Penilaian Analisis/ Kesimpulan 1 Informasi 25% Kurang 2 Komunikasi 57,14% Baik Jumlah Penilaian Aktivitas Pengendalian 41,07% Kurang Sumber : Data diolah.
Tabel 7 di atas memperlihatkan kesimpulan analisa penilaian terhadap informasi dan komunikasi. Dari penjumlahan 2 item informasi dan komunikasi yaitu informasi sebesar 25% dan komunikasi sebesar 57,14%, didapatkan hasil analisa sebesar 41,07% untuk informasi dan komunikasi, yang berarti cukup. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kekurangan yang didapat diantaranya adalah tidak terdapat mekanisme penyediaan informasi yang memadai bagi orang yang tepat secara tepat waktu untuk membantu dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien serta tugas dan tanggungjawab tidak dikomunikasikan melalui media yang efektif.
97 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi Tabel 8 Hasil Analisis Penilaian Sistem Pengendalian Intern
No Variabel dan Indikator Hasil Penilaian Analisis/ Kesimpulan 1 Lingkungan Pengendalian 55,57% Baik 2 Penilaian Resiko 50% Cukup 3 Aktivitas Pengendalian 44,44% Cukup 4 Informasi dan Komunikasi 41,07% Cukup 5 Pemantauan 54,54% Cukup Jumlah Penilaian Sistem Pengendalian Intern 49,12% Cukup Sumber : Ddata diolah.
Secara umum, pelaksanaan dan penerapan sistem pengendalian intern di Kabupaten Bungo berada dalam level cukup dengan capaian nilai 49,12 % seperti terlihat pada Tabel 8 di atas. Hasil ini didapat dari penjumlahan ke 5 item yaitu lingkungan pengendalian sebesar 55,57%, penilain resiko sebesar 50%, aktivitas pengendalian sebesar 44,44%, informasi dan komunikasi sebesar 41,07%, serta pemantauan sebesar 54,54%. Level cukup ini berarti juga terdapat potensi kelemahan dalam penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern.
IV.2 Kendala-kendala yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan SPI Kelemahan penyelenggaraan sistem pengendalian intern ini terjadi karena beberapa kendala di pemerintah daerah dalam pelaksanaannya antara lain : 1) Pimpinan instansi pemerintah masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya sistem pengendalian intern serta erspektif pimpinan instansi pemerintah dan auditor atau evaluator terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern belum sepenuhnya mendukung terciptanya lingkungan pengendalian yang memadai. 2) Kesalahan-kesalahan yang terjadi dilakukan oleh personil, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. 3) Keputusan dilakukan oleh manusia yang sering berada di bawah tekanan dengan keterbatasan waktu dan informasi sehingga dapat terjadi pengambilan keputusan yang tidak tepat, sehingga pegawai tidak memahami instruksi yang diberikan sehingga mengakibatkan kegagalan operasi. 4) Pimpinan dan manajemen tingkat atas dengan kewenangannya bisa mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan sehingga kolusi diantara pegawai dapat mensiasati pengendalian intern sebaik apapun.
98 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi IV.3 Upaya-upaya yang Dilakukan Dalam melaksanakan SPI Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam melaksanakan keberhasilan penerapan sistem pengendalian intern (SPI) pada Pemerintah Kabupaten Bungo, antara lain : 1) Melakukan pemetaan yang dimaksudkan untuk memperoleh area perbaikan terhadap unsur-unsur sistem pengendalian intern yang dipetakan dengan cara setiap instansi pemerintah perlu segera membangun dan memperbaiki infrastruktur untuk penyelenggaraan sistem pengendalian intern pada organisasinya. 2) Melakukan internalisasi terhadap infrastruktur yang dibangun dan diperbaiki dengan mewujudkan dalam keseharian semua yang diperlukan dalam menyelenggarakan sistem pengendalian intern. Proses ini memerlukan waktu bagi tiap instansi pemerintah untuk dapat mencapai tujuan dari penyelenggaraan sistem pengendalian intern yang dimaksudkan. Proses internalisasi ini perlu selalu dipantau dan dievaluasi secara terus menerus oleh instansi pemerintah itu sendiri untuk dapat menilai apakah sistem pengendalian intern yang diinginkan telah terselenggara dengan baik atau masih memerlukan perbaikan secara terus menerus. 3) Pengembangan berkelanjutan, karena kondisi yang dihadapi setiap instansi pemerintah selalu dinamis, dan dinamika tersebut akan terus menimbulkan perubahan, yang akan memerlukan pengembangan yang berkelanjutan sehingga sistem pengendalian intern yang dibutuhkan setiap instansi pemerintah dapat berlangsung secara baik. 4) Sumber daya manusia adalah merupakan modal utama dan penggerak dalam suatu organisasi, dan merupakan soft control dalam penerapan sistem pengendalian intern ini. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah sumber daya manusia yang memiliki integritas dan mentaati nilai etika. Sumber daya manusia yang mempunyai integritas dan mentaati etika adalah merupakan komponen penting dalam mendorong agar organisasi dapat berjalan pada relnya. Sehingga seharusnya penempatan SDM disesuaikan antara latar belakang pendidikan. 5) Komitmen merupakan keterikatan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Keberhasilan dan kunci sukses tercapainya tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh komitmen dari seluruh pimpinan dan pegawai dalam menjalankan organisasi. Dalam penerapan sistem pengendalian intern, komitmen pimpinan sangat diharapkan sehingga apapun keputusan maupun kebijakan yang akan diambil terkait dengan perbaikan terhadap pengendalian intern, prosedur dan aturan yang akan dilaksanakan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari pimpinan.
99 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi V. PENUTUP V.1 Kesimpulan Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan sistem pengendalian intern pada instansi-instansi dalam Pemerintah Kabupaten Bungo. maka dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Dari tinjauan teoritis pelaksanaan sistem pengendalian intern pada Pemerintah Kabupaten Bungo belum sepenuhnya memenuhi kriteria sistem pengendalian intern yang ditunjukkan dengan pemenuhan 5 komponennya yaitu: yaitu (1) lingkungan pengendalian, (2) penilain resiko, (3) aktivitas pengendalian,(4) informasi dan komunikasi, serta (5) pemantauan. Selain itu, pelaksanaan sistem pengendalian intern pada pemerintah kabupaten Bungo belum memenuhi kriteria berjalannya tujuan sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern bertujuan sebagai kegiatan yang efektif dan efisien, pengamanan aset dan ketaatan terhadap peraturan perundangan. 2) Secara umum, pelaksanaan dan penerapan sistem pengendalian intern di Kabupaten Bungo berada dalam level cukup dengan capaian nilai 49,12%. Hasil ini didapat dari penjumlahan ke lima unsur dalam sisitem pengendalian intern yaitu (1) lingkungan pengendalian sebesar 55,57%, (2) penilain resiko sebesar 50%, (3) aktivitas pengendalian sebesar 44,44%, (4) informasi dan komunikasi sebesar 41,07%, serta (5) pemantauan sebesar 54,54%. Penilaian pelaksanaan SPI ini cukup berarti dalam menilai potensi dan kelemahan dalam penerapan unsur-unsur sistem pengendalian intern. 3) Sistem pengendalian intern di Kabupaten Bungo masih memiliki banyak kelemahan dalam pelaksanaannya, hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian secara total sebesar 49,12%, walaupun angka ini cukup secara keseluruhan namun untuk perincian masing-masing unsur dalam pengendalian intern dapat diketahui bahwa banyak kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bungo. 4) Kelemahan penyelenggaraan sistem pengendalian intern ini terjadi karena beberapa kendala di pemerintah dalam pelaksanaannya antara lain: Pimpinan instansi pemerintah masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya sistem pengendalian intern , Keputusan dilakukan oleh manusia yang sering berada di bawah tekanan dengan keterbatasan waktu dan informasi sehingga dapat terjadi pengambilan keputusan yang tidak tepat, kolusi diantara pegawai dapat mensiasati pengendalian intern sebaik apapun, Resiko kegagalan dan dampaknya harus dibandingkan dengan manfaat penerapan sistem pengendalian intern. 5) Penempatan sumber daya manusia yang ada dalam instansi Pemerintah Kabupaten Bungo tidak sesuai antara jabatan structural dan pendidikannya, hanya dibekali oleh diklat tentang pekerjaannya, sehingga system yang seharusnya berjalan secara optimal malah jadi lamban dan hal ini 100 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi menandakan adanya kekurangan dalam hal pengendalian sumber daya manusia itu sendiri.
V.2 Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : 1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merupakan modal utama dan penggerak dalam suatu organisasi, dan merupakan soft control dalam penerapan sistem pengendalian intern ini. Di mana sumber daya manusia memberikan peranan yang vital dalam mencapai tujuan Organisasi. Maka SDM yang berkualitas adalah SDM yang memiliki integritas kerja dan memahami nilai-nilai etika dalam bekerja pada suatu organisasi, salah satu contoh melalui pendidikan dan pelatihan serta perlunya pemahaman terhadap SPI oleh masing-masing pegawai pada Instansi Pemerintah. 2) Diperlukan komitmen pimpinan dalam penerapan sistem pengendalian intern, dengan Komitmen suatu keputusan maupun kebijakan yang akan diambil terkait dengan perbaikan terhadap pengendalian intern, prosedur dan aturan yang akan dilaksanakan dalam mencapai kesuksesan suatu organisasi dalam hal ini adalah instansi pemerintah. Komitmen pimpinan dapat menjadi langkah awal yang penting dalam menerapkan SPI pad setiap Instansi Pemerintah. 3) Lingkungan pekerjaan sangat mempengaruhi pembentukan karakter dan budaya kerja dalam suatu organisasi. Upaya ini dapat dilakukan dengan menerapkan Keteladan pimpinan. Tujuannya dapat mendorong terciptanya budaya kerja yang selalu mengedepankan nilai-nilai kejujuran, etika dan disiplin. 4) Perlunya dukungan keberadaan infrastruktur yang mencakup antara lain: pedoman, kebijakan, dan prosedur yang terintegrasi dengan unsur-unsur sistem pengendalian intern lainnya, sesuai dengan proses bisnis dan karakteristik suatu instansi pemerintah terkait dengan penyelenggaraan sistem pengendalian intern. Keberadaan infrastruktur harus didukung oleh implementasi dari infrastruktur sistem pengendalian intern tersebut. 5) Pengembangan berkelanjutan, karena kondisi yang dihadapi setiap instansi pemerintah selalu dinamis, dan dinamika tersebut akan terus menimbulkan perubahan, yang akan memerlukan pengembangan yang berkelanjutan sehingga sistem pengendalian intern yang dibutuhkan setiap instansi pemerintah dapat berlangsung sesuai dengan tujuan sesungguhnya.
101 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi DAFTAR PUSTAKA Amin, Ibnu, 2009, Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Dalam Peningkatan Pelayanan Publik Untuk Memperkokoh Ketahanan Nasional : Studi di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI, Tesis, Yogyakarta : UGM. Didi Widayadi, 2007, BPKP Siap Melakukan Pengawalan Rencana Kerja Pemerintah, Warta Pengawasan, Volume XIV, Nomor 3 Mei 2007. Hasan, Asriani, 2010, Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pada Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Provinsi Sulawesi Selatan. Indriantoro B. dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama, BPFE. Laila, Zumriyatun, 2009, Analisis Peran Dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP/PP No. 60 Tahun 2008) Dalam Meminimalisasi Tingkat Salah Saji Pencatatan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Ikatan Akuntan Indonesia. Lamsari Sitompul, 2010, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Malang. Medyah Indreswari, 2010, Perapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Pemerintah, Situs Resmi Madiknas Kosgoro. Miryam Pingkan Lonto, 2011, Implementasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Pemerintah Kota Bitung: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Dampaknya Terhadap Good Governance, Tesis, Yogyakarta : UGM. Moeller, Robert, Herbert Witt, 2000, Brinks Modern Internal Auditing, fifth edition, John Wiley & Sons Inc. Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi. Salemba Empat : Jakarta. Nugroho Widjayanto, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Erlangga : Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, BPKP. ______, 2009, Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pujianik Mulyani dan Rindah F. Suryawati, Analisis Peran Dan Fungsi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP/PP No. 60 Tahun 2008) Dalam 102 Vol. XII, No. 2, September 2012 Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Bukittinggi Meminimalisasi Tingkat Salah Saji Pencatatan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Universitas Trunojoyo Madura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan SPIP BKPK, 2009, Laporan Hasil Survei Kondisi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan SPIP BKPK, 2009, Modul Pengajaran Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP. Republik Indonesia,Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan . Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta Bandung. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Warta Pengawasan, 2010, Meningkatkan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara Melalui Penerapan SPIP, Volume XVII Nomor 2 Juni 2010, BPKP. Wilkinson, W. Joseph, Michael J. Cerullo, Vasant Raval, & Bernard Wong-On-Wing. 2000. Accounting Information Systems: Essential Concepts and Applications. Fourth Edition. John Wiley and Sons. Inc. 103 Jurnal Ekonomi STIE Haji Agus Salim Vol. 1, No. 1, Maret 2007 1