Professional Documents
Culture Documents
(VIII)
Dimana :
t = nilai t
hitung
r = nilai koefisien korelasi
r
2
= jumlah kuadrat dari koefisien korelasi
n = jumlah periode sampel (laporan keuangan)
4) Membandingkan hasil t
hitung
dengan t
tabel
dengan kriteria sebagai berikut :
H
0
ditolak, H
a
diterima jika t
hitung
> dari t
tabel
H
0
diterima, H
a
ditolak jika t
hitung
dari t
tabel
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
a. Sejarah Singkat Perusahaan
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia,
merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank
Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan
Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang
tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini,
tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari
pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah
Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank
Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu
ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak
sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara
Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi
pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari
identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir
tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai
'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' -
ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988.
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan
melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan
lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas
perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi
dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk
menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi
masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun
pendirian - '46' - digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan
sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI
bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa
menjadi kebanggaan negara.
b. Visi dan Misi PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
Visi BNI
Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan Terdepan
dalam Layanan dan Kinerja.
Pernyataan Visi
Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan
harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer.
Misi BNI
1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh
nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice).
2. Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
3. Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan
berprestasi.
4. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial.
5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik.
4.2 PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Bank Mandiri (Persero), Tbk berdiri tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian
dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia.
Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank
dagang Negara, Bank Ekspor Impor (Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat bank tersebut dapat
ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank tersebut telah turut membantu
riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.
Bank Dagang Negara (BDN) merupakan salah satu bank tertua di Indonesia.
Sebelumnya, BDN dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang
didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1875. Pada tahun 1949, namanya berubah
menjadi Escompto Bank NV. Selanjutnya pada tahun 1960, Escompto Bank
dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank
pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.
Bank Bumi Daya (BBD) didirikan melalui proses panjang yang bermula dari
nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handlesbank NV menjadi Bank
Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya
merupakan bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak
untuk melanjutkan operasi bank tersebut pada tahun 1965. Bank Umum Negara
digabungkan kedalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama Bank Negara Indonesia
Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya .
Sejarah Bank Ekspor Impor (Exim) Indonesia berawal dari perusahaan dagang
Belanda NV Nederlandsche Handles Maatschappijin, pada tahun 1870 pemerintah
Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960 dan selanjutnya pada tahun
1965 perusahaan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun1968
Bank Negara Indonesia dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara
Indonesia Unit II divisi Ekspor Impor, yang pada akhirnya Bank Exim, Bank Pemerintah
yang membiayai kegiatan ekspor impor.
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berasal dari Bank Industri Negara (BIN)
sebuah bank industri yang didirikan pada tahun 1951. Misi Bank Industri Negara adalah
mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan,
industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai Bank Milik Negara pada tahun
1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan
jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi, dan
pariwisata. Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan
keuangan yang telah berpengalaman selama 140 tahun. Masing-masing dari empat bank
bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi.
Setelah melalui proses panjang dan persiapan yang sangat berat, pada tanggal 14
Juli 2003 akhirnya Bank Mandiri melaksanakan pencatatan saham perdana dengan kode
saham BMRI di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada penawaran saham
perdana tersebut, saham Bank Mandiri mengalami oversubscribed sebesar lebih dari 7
kali. Proses diinvestasi saham pemerintah pada Bank Mandiri tersebut didasarkan pada
Peraturan pemerintah No.27 tahun 2003 tentang penjualan saham Negara RI pada Bank
Mandiri. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa penjualan saham Bank
Mandiri akan dilakukan melalui pasar modal dan atau kepada mitra strategis dengan
jumlah maksimal 3% dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dan disetor.
Dengan kinerja yang semakin membaik dan keberhasilan program transformasi
bisnis dalam beberapa tahun terakhir, Bank Mandiri bertekad memasuki tahapan strategis
yaitu menjadi salah satu bank terkemuka di kawasan Regional Asia Tenggara. Visi
strategis tersebut diawali dengan tahapan mengembangkan kekuatan di semua segmen
nasabah untuk menjadi universal bank yang mendominasi pasar perbankan domestik,
dengan fokus pada pertumbuhan segmen consumer dan commercial. Dengan menguasai
pasar Indonesia sebagai Fastest Growing Market di Asia Tenggara. Bank Mandiri berada
dalam posisi lebih menguntungkan dibandingkan pesaing-pesaing regional.
b. Visi dan Misi PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
Visi Bank Mandiri yaitu : Bank Terpercaya Pilihan Anda.
Misi Bank Mandiri yaitu :
1. Berorientasi pemenuhan pasar.
2. Mengembangkan sumber daya manusia profesional.
3. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder.
4. Melaksanakan manajemen terbuka.
4.3 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI, Bank, atau Perseroan)
merupakan salah satu bank terbesar dan tertua di Indonesia yang berdiri sejak 16
Desember 1895. Saat ini, BRI berkantor pusat di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman
Kav. 44-46, Jakarta 10210, Indonesia. Pada awalnya, Perseroan adalah sebuah
badanpengelola dana masjid yang bertugas untuk mengelola dan menyalurkan dana
kepada masyarakat dengan skema yang sangat sederhana. Seiring perjalanan waktu, De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden lahir pada tanggal 16
Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Lembaga yang didirikan oleh Raden Aria
Wiriatmaja ini semakin berkembang dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Setelah
mengalami beberapa kali perubahan nama, seperti Hulp-en Spaarbank der Inlandshe
Bestuurs Ambtenareen, De Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank atau
Volksbank, pada tahun 1912 berubah menjadi Centrale Kas Voor Volkscredietwezen
Algemene, dan Algemene Volkscredietbank (AVB) tahun 1934.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, AVB diubah menjadi Syomin Ginko.
Pada 22 Februari 1946, Pemerintah Indonesia mengubah lembaga ini menjadi Bank
Rakyat Indonesia (BRI) dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946, dan BRI
menjadi bank pertama yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia. Sebagai bank
pemerintah, BRI banyak berperan sebagai ujung tombak Pemerintah dalam pembangunan
perekonomian nasional. Pemerintah kemudian mengubah nama BRI menjadi Bank
Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) pada 1960. Berdasarkan Undang-undang No. 21
tahun 1968, Pemerintah menetapkan kembali nama Bank Rakyat Indonesia sebagai bank
umum, kemudian berdasarkan Undangundang Perbankan No. 7 tahun 1992, BRI berubah
nama dan status badan hukumnya menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Perseroan hingga kini tetap fokus pada bisnis di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) dan member inspirasi berbagai pihak untuk mendayagunakan sektor
UMKM sebagai tulang punggung perekonomian nasional.
BRI menjadi Perseroan Terbuka pada 10 November 2003 dan mencatatkan 30%
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, kini Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kode saham
BBRI. Saat ini saham Perseroan tergabung dalam indeks saham LQ45 dan termasuk salah
satu saham blue chip di BEI. BRI tumbuh pesat baik dari segi aset, jumlah kredit yang
dikucurkan, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, laba yang dihasilkan, dan
kualitas aset yang terjaga. Sampai dengan 31 Desember 2009, BRI memiliki lebih dari 32
juta rekening yang terdiri dari nasabah perorangan, pelaku usaha mikro dan kecil,
perusahaan menengah dan besar, baik lembaga swasta maupun pemerintahan.
Pertumbuhan kredit mencapai 27,62% pada tahun 2009, sedangkan pertumbuhan DPK
mencapai 26,12%. Hingga akhir tahun 2009, BRI memiliki lebih dari 6.300 unit kerja
yang terdiri dari Kantor Wilayah, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas,
BRI Unit maupun Teras BRI. Selain memiliki jaringan kerja yang luas BRI juga
memberikan layanan BRI Prioritas bagi nasabah pilihan di beberapa Kantor Cabang.
Sedangkan untuk mendekatkan diri dengan nasabah, hingga 31 Desember 2009 BRI
memiliki 3.778 Anjungan Tunai Mandiri (ATM), 60 kiosk, 20 Cash Deposit Machine
(CDM), 6.398 Electronic Data Capture (EDC) dan terintegrasi ke lebih dari 25.000
jaringan ATM Link, ATM Bersama, dan ATM Prima. Selain jaringan ATM, layanan
elektronik BRI juga dilengkapi oleh fasilitas phone banking 24-jam, SMS Banking dan
Internet Banking. Pada penghujung 2009, Pemerintah Republik Indonesia memiliki
56,77% saham dan sisanya dimiliki oleh masyarakat pemodal. Nilai kapitalisasi pasar
saham BRI pada akhir tahun 2009 mencapai Rp94,37 triliun atau sekitar 4,82% dari total
kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia.
4.4 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
a. Sejarah PT Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk
Awal sejarah berdirinya BTN dimulai sejak Belanda menginjakkan kakinya
pertama kali di Indonesia. Puncak dari perjuangan BTN dalam memperjuangkan
keberadaannya itu pada tahun 1897. Para pelaku dalam pengembangan BTN pada saat itu
yakin bahwa tahun itulah sebagai puncak dari cikal bakal berdirinya BTN. Hal ini
didasari oleh adanya Koninklijk Besluit No. 27 di Hindia Belanda yang menyatakan
adanya pendirian Postpaarbank ini berkedudukan di Batavia. Pendirian Postpaarbank
tersebut mempunyai tujuan antara lain untuk mendidik masyarakat pada saat itu agar
gemar menabung.
Pada tahun 1942, Jepang memasuki Indonesia dan secara resmi mengambil alih
kekuasaan Belanda di Indonesia dan Postpaarbank yang merupakan bank karya kolonial
Belanda dibekukan. Sebagai gantinya pemerintah Jepang mendirikan Tyokin Kyoku.
Setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka Tyokin Kyoku diambil alih oleh
pemerintah Indonesia dan namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos atau disingkat
KTP. Pembentukan KTP pada saat iti diprakarsai oleh Bapak Darmoesoesanto selaku
direktur pertama KTP.
Pada tahun 1946 terjadi Agresi Militer Belanda dan berhasil menduduki kantor-
kantor cabang KTP yang tersebar di Indonesia. Namun Agresi Belanda tidak berlangsung
lama dan pada tahun 1949 pemerintah RI membuka kembali KTP sekaligus mengganti
nama KTP menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia. Usai dikukuhkannya Bank
Tabungan Pos RI sebagai satu-satunya lembaga tabungan di Indonesia, pada tahun 1950
kemudian pemerintah mengganti namanya menjadi Bank Tabungan Pos.
Selanjutnya dalam perjalanannya BTN merupakan sebuah unit dari Bank Negara
Indonesia, dimana saat itu BTN masuk ke dalam Unit V. Karena sebagai sebuah unit dari
Bank Negara Indonesia, maka pada saat itu BTN sempat kehilangan kekuasaan dan
wewenang. Hal ini patut dimaklumi karena BTN langsung ditempatkan di bawah
kekuasaan urusan Bank Sentral masa itu, sementara BTN hanya dipimpin oleh seorang
Direktur Koordinator yang sangat sulit dalam pengembangannya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 tahun 1963
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 62 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, maka
resmi sudah nama Bank Tabungan Pos diganti namanya menjadi Bank Tabungan Negara.
Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden No. 17 tahun 1965, seluruh Bank
Umum Milik Negara termasuk Bank Tabungan Negara beralih statusnya menjadi Bank
Tunggal Milik Negara, yang pada akhirnya berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun
1998 yang sebelumnya diprakarsai dengan Undang-Undang Darurat No. 50 tahun 1950
tanggal 9 Februari 1950 resmi sudah status Bank Tabungan Negara sebagai salah satu
bank milik negara dengan tugas utama saat itu untuk memperbaiki perekonomian rakyat
melalui penghimpunan dana masyarakat terutama dalam bentuk tabungan. Kemudian
sejarah BTN mulai diukir kembali dengan ditunjuknya oleh Pemerintah Indonesia pada
tanggal 29 Januari 1974 melalui Surat Menteri Keuangan RI No. B-49/MK/I/1974
sebagai wadah pembiayaan proyek perumahan rakyat.
Pada tahun 1989 Bank BTN beroperasi sebagai bank umum dan mulai
menerbitkan obligasi. Pada tahun 1992 status hukum Bank BTN berubah menjadi
perusahaan perseroan. Bank BTN selanjutnya mendapat ijin sebagai Bank Devisa pada
tahun 1994. Kemudian sekuritisasi aset Bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia
yang melakukan pendaftaran transaksi Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
(KIK EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing
transaksi tersebut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.
b. Visi dan Misi PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk
Sebagai pedoman dalam mengelola usahanya, Direksi Bank BTN telah
menetapkan Visi dan Misi Bank BTN yang wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh
setiap pegawai. Adapun visi dan misi Bank BTN ialah sebagai berikut :
Visi
Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan.
Misi
1. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri
terkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
2. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan
produk, jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
3. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,
profesional dan memiliki integritas tinggi.
4. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-
hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder
Value.
5. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Non Performing Loan (NPL)
Data mengenai NPL diperoleh dari laporan keuangan dalam bentuk perhitungan rasio
keuangan masing-masing bank pada tahun 2006-2010. Berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, perhitungan NPL adalah dengan cara membandingkan jumlah
kredit bermasalah yang disalurkan oleh bank dengan penjumlahan total kredit tidak dikurangi
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Perhitungan dilakukan oleh bank yang bersangkutan
kemudian laporannya dipublikasikan di Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Perhitungan Non
Performing Loan (NPL) seperti yang disajikan seperti di bawah ini :
Total Kredit Bermasalah
NPL = x 100% (IX)
Total Kredit
Berikut ini disajikan besarnya Total Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) Tahun 2006-2010.
Tabel 5.1
Total Non Performing Loan (NPL)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Non Performing Loan (NPL)
1. 2006 75.69
2. 2007 69.80
3. 2008 79.93
4. 2009 72.88
5. 2010 88.98
Sumber : Laporan Keuangan PT. BRI, 2011
Tabel 5.2
Total Non Performing Loan (NPL)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Non Performing Loan (NPL)
1. 2006 49.20
2. 2007 60.60
3. 2008 68.60
4. 2009 70.46
5. 2010 70.55
Sumber : Laporan Keuangan PT. BNI, 2011
Tabel 5.3
Total Non Performing Loan (NPL)
Tahun 2006-2010
(dalam jutaan rupiah)
No. Tahun Non Performing Loan (NPL)
1. 2006 78.93
2. 2007 83.75
3. 2008 92.38
4. 2009 101.83
5. 2010 108.42
Sumber : Laporan Keuangan PT. BTN, 2011
Tabel 5.4
Total Non Performing Loan (NPL)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Non Performing Loan (NPL)
1. 2006 57.70
2. 2007 57.20
3. 2008 54.30
4. 2009 56.64
5. 2010 61.32
Sumber : Laporan Keuangan PT. Mandiri, 2011
5.2 Analisis Loan to Deposit Ratio (LDR)
Data mengenai LDR diperoleh dari laporan keuangan dalam bentuk perhitungan rasio
keuangan masing-masing bank pada tahun 2006-2010. Berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, perhitungan LDR adalah dengan cara membandingkan jumlah
kredit yang disalurkan oleh bank dengan penjumlahan total dana pihak ketiga ditambah dengan
modal sendiri. Perhitungan dilakukan oleh bank yang bersangkutan kemudian laporannya
dipublikasikan di Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Perhitungan Loan to Deposit Ratio
(LDR) seperti yang disajikan seperti di bawah ini :
LDR =
100 %
Berikut ini disajikan besarnya Rasio LDR tahun 2006-2010.
Tabel 5.5
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 3.05
2. 2007 2.05
3. 2008 3.75
4. 2009 3.52
5. 2010 2.28
Sumber : Laporan Keuangan PT. BRI, 2011
Tabel 5.6
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 1.66
2. 2007 2.80
3. 2008 3.21
4. 2009 2.90
5. 2010 3.17
Sumber: Laporan Keuangan PT. BNI, 2011
Tabel 5.7
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 2.46
2. 2007 2.65
3. 2008 2.98
4. 2009 2.66
5. 2010 2.89
Sumber: Laporan Keuangan PT. BTN, 2011
Tabel 5.8
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 1.55
2. 2007 1.35
3. 2008 1.16
4. 2009 1.40
5. 2010 1.45
Sumber: Laporan Keuangan PT. Mandiri, 2011
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui tingkat Loan to Deposite Ratio (LDR) yang
dimiliki oleh PT. BRI selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : pada tahun 2006
tingkat NPL nya adalah sebesar 3.05% dimana nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa 3.05% dari
total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total pinjaman, disalurkan dalam bentuk
kredit.
Pada tahun 2007 mengalami penurun sebesar 1% dari tahun sebelumnya menjadi 2.05% yang
dapat diinterpretasikan bahwa 2.05% total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total
pinjaman, disalurkan dalam bentuk kredit.
Pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 3.75% yang berarti bahwa dari total total
kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total pinjaman, 3.75% disalurkan dalam bentuk
kredit.
Pada tahun selanjutnya 2009 kembali mengalami penurunan sebesar 0.23% menjadi
3.52%, yang berarti 3.52% dari total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan dari total
pinjaman, disalurkan dalam bentuk kredit.
Sementara pada tahun 2010 tingkat NPL yang dimiliki menurun jika dibandingkan tahun
2008 yaitu sebesar 2.28% yang berarti dari total total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun
dan total pinjaman, 2.28% disalurkan dalam bentuk kredit.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat Non Performing Loan (NPL) yang
dimiliki PT. Bank BUMN se-Indonesia selama lima tahun terakhir (2006-2010) memenuhi syarat
penilaian tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan yaitu sebesar 5%, dimana pada tahun
2006-2010 dibawah 5% menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan berada dalam kondisi
yang sehat jika berdasarkan teori, kondisi ini akan berdampak menurunnya kredit bermasalah
yang diperoleh oleh Bank BUMN.
5.3 Analisis Regresi Sederhana
Dari data yang telah diperoleh dari PT bank Tabungan Negara (Persero), penulis
dapat melakukan pembahasan tentang pengaruh loan to deposit ratio terhadap non performing
loan selama periode 2006-2010.
Selanjutnya untuk membuktikan hipotesa pada poin dua yang diajukan dalam penulisan
ini maka dalam pengujian empiris penulis menggunakan metode regresi linier sederhana. Untuk
mempermudah perhitungan regresi, maka dalam penelitian ini diselesaikan dengan bantuan
perangkat lunak komputer program SPSS 16.0. Dari output Variables Entered/Removed,
diperoleh bahwa variabel independen (X) yang dimasukkan ke dalam model adalah loan to
deposit ratio dan variabel dependennya (Y) adalah non performing loan dan tidak ada variabel
yang dikeluarkan (removed). Pembuatan persamaan regresi sederhana dapat dilakukan dengan
menginterpretasikan angka-angka yang ada di dalam unstandardized coefficient beta.
Tabel 5.9
Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) Se- Indonesia
Periode Tahun 2006-2010
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .438 .711 .617 .545
LDR .028 .010 .563 2.890 .010
a. Dependent Variable: NPL
Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)
Sumber : Data Statistik yang Diolah, 2011
Pada penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linear sederhana sebagai
berikut:
Y^ = a + bX (X)
Dari tabel di atas tersebut dengan memerhatikan angka yang berada pada kolom
Unstandardized Coefficients Beta, maka dapat dibentuk persamaan regresi sederhana sebagai
berikut :
Y^ = 0.428 0.028X (XI)
Angka-angka dalam persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai koefisien intercept (a) adalah 0.438
Nilai koefisien intercept (a) sebesar 0.438 mengandung pengertian bahwa pada saat tingkat
loan to deposit ratio 0%, maka tingkat pendapatan non performing loan (Y) adalah sebesar
0.438
2. Nilai koefisien regresi (b) adalah 0.028
Nilai koefisien regresi (b) sebesar 0.028 mengandung pengertian bahwa setiap terjadi
perubahan tingkat loan to deposit ratio (X) sebesar 1 %, maka akan menyebabkan penurunan
tingkat non performing loan (Y) sebesar 0.028%.
A. Uji Heteroskedisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk
mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman dan
barlett.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi varabel terikat (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SPRESID dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang terletak
di Studentized.
1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka
mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Jika ada titik-titik yang
membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasi telah terjadi
heterokedasitas.
Grafik 5.1
Sumber ; hasil
SPSS (Lampiran)
Berdasarkan plot di atas bahwa tidak ada plot yang jelas dan titik-titik menyebar di atas
dan di bawah sumbu y sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedisitas.
Grafik 5.2
Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)
Berdasarkan dari histogram di atas, menunjukkan pola regresi normal yang
memenuhi asumsi normalitas karena histogram yang ada menyerupai lonceng
(mendekati pola distribusi normal)
Grafik 5.3
Data Sumber:Data Statistik yang Diolah
Selain melihat histogram, normalitas bisa diuji dengan melihat analisis grafik.
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal
tersebut.
B. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk
normalitas antara lain : analisis grafik dan analisis statistik.
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari residualnya :
2) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal regresi memenuhi asumsi
normalitas.
3) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
C. Uji t
Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah hipotesis null (H
0
) dan hipotesis
alternatif (H
a
) diterima atau ditolak, maka dilakukan uji statistik t (uji-t) dengan tingkat
signifikansi 5% ( = 0,05). Uji-t ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen (loan to deposit ratio) terhadap variabel dependen (non performing loan).
Pada tabel berikut dapat kita lihat hasil uji-t yaitu :
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .438 .711 .617 .545
LDR .028 .010 .563 2.890 .010
b. Dependent Variable: NPL
Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)
Nilai statistik uji t yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS adalah sebesar 2.890
dengan signifikansi 0.010. Hal ini berarti telah memenuhi syarat t
hitung
> t
tabel
yakni 2.890 > 2.88
dan signifikansi kurang dari 5% pada taraf kepercayaan 61.7%. Dapat disimpulkan bahwa H
0
ditolak dan H
a
diterima.
5.4 Hasil Pengujian Hipotesis
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan kontribusi loan to
deposit ratio (X) terhadap non performing loan (Y), maka dilakukan pengujian hipotesis, untuk
menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya melalui analisis berikut ini :
A. Analisis korelasi (r)
Analisis korelasi (r) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana korelasi atau hubungan
antara kredit konsumtif dan pendapatan bunga kredit. Dari data yang telah diolah, maka
diperoleh hasil :
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .563 .317 .279 .66846
a. Predictors: (Constant), LDR
b. Dependent Variabel: NPL
Sumber ; hasil SPSS (Lampiran)
Nilai r menunjukkan korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Nilai r berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungan akan semakin erat.
Sebaliknya, jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Nilai r pada tabel di atas yaitu
0.563, artinya korelasi antara variabel loan to deposit ratio dengan variabel non performing loan
sebesar 0,563. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang tidak erat antara loan to deposit ratio
dengan non performing loan karena nilai r tidak mendekati 1.
B. Analisis Determinasi (r
2
)
Koefisien determinasi (r
2
) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Nilai r
2
yang semakin mendekati satu maka
variabel independen yang ada dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen, dan begitu juga sebaliknya. Besarnya koefisien
determinasi (r
2
) antara 0 sampai dengan 1. Dari analisis data, diperoleh hasil :
Tabel
Koefisien Determinasi (r
2
)
Model Summary
b
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .563 .317 .279 .66846
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R Square atau koefisien determinasi (r
2
)
adalah 0.563. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan lon to deposit ratio dalam mempengaruhi
tingkat non performing loan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebesar 56.3% atau
dengan kata lain loan to deposit ratio berpengaruh sebesar 56.3% terhadap tingkat non
performing loan bank. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 43.7% dipengaruhi oleh variabel-
variabel lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah peneliti paparkan terhadap data penelitian yang
telah tekumpul yang kemudian di olah, mengenai pengaruh dari tingkat Non Performing Loan
(NPL) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) bank pada PT Bank BUMN di Indonesia yang
menjadi objek penelitian, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada identifikasi masalah yang menjadi acuan dasar
dari maksud dan tujuan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
Non Performing Loan (NPL) tidak mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap
Loan to Deposite Ratio (LDR). Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien korelasi
dengan menggunakan analisis korelasi. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien
korelasi yang tidak positif. Nilai korelasi tidak positif berarti bahwa apabila Non Performing
Loan (NPL) bank tidak meningkat.
Tingkat Loan to Deposite Ratio (LDR) berpengaruh lemah terhadap Non Performing
Loan (NPL) pada PT. Bank BUMN di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil koefisiensi
kolerasi.
Kontribusi loan to deposit ratio terhadap non performing loan pada PT Bank BUMN
(Persero) dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya. Hal ini berarti kontribusi loan to
deposit ratio berpengaruh terhadap non performing loan. Dan sisanya sebesar di penegaruhi oleh
variabel lainnya.
Hasil estimasi dari model regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
independen menjelaskan jumlah LDR, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar
model penelitian ini.
6.2. Saran
Setelah melakukan penelitian, pembahasan, dan merumuskan kesimpulan dari
hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan
penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan dan pertimbangan yang berguna
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bagi Pihak Perbankan
Setelah mengamati dan menganalisa hasil penelitian, penulis melihat terdapat beberapa
hal yang dapat dijadikan masukan bagi praktisi dan pengguna jasa industri perbankan.
Peneliti menyarankan agar bank lebih meningkatkan lagi kualitas penyaluran
kreditnya agar tidak terjadi kredit bermasalah, dan lebih aktif menyalurkan dana
kepada masyarakat sampai pada batas yang diterapkan oleh Bank Indonesia yaitu
sebesar 85%-110%. Hal ini disarankan karena hasil persentase Non Performing
Loan (NPL) yang dicapai oleh Bank BUMN di Indonesia selama lima tahun
terakhir masih di bawah standar tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan
adalah antara lain dengan mempermudah syarat pengajuan kredit dan memberi
tingkat suku bunga yang relatif rendah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah ini
secara mendalam. Pendalaman pada penelitian ini akan lebih akurat dan maksimal
apabila sampel yang diambil diperluas, baik dari jenis-jenis bank maupun periode tahun-
tahun yang diteliti.
L A M P I R A N
REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN TOL CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Regression
Notes
Output Created 08-May-2011 17:11:03
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 35
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any
variable used.
Syntax REGRESSION
/DESCRIPTIVES MEAN STDDEV CORR SIG N
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS CI BCOV R ANOVA COLLIN
TOL CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
/RESIDUALS DURBIN HIST(ZRESID) NORM(ZRESID)
/CASEWISE PLOT(ZRESID) OUTLIERS(3).
Resources Processor Time 00:00:03.978
Elapsed Time 00:00:03.528
Memory Required 1348 bytes
Additional Memory Required for Residual
Plots
912 bytes
[DataSet0]
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
NPL 2.4470 .78720 20
LDR 72.9580 16.09577 20
Correlations
NPL LDR
Pearson Correlation NPL 1.000 .563
LDR .563 1.000
Sig. (1-tailed) NPL . .005
LDR .005 .
N NPL 20 20
LDR 20 20
Variables Entered/Removed
b
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 LDR
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: NPL
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .563
a
.317 .279 .66846
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .563
a
.317 .279 .66846
a. Predictors: (Constant), LDR
b. Dependent Variable: NPL
Model Summary
b
Change Statistics
Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
.317 8.349 1 18 .010 .998
a. Predictors: (Constant), LDR
b. Dependent Variable: NPL
ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.731 1 3.731 8.349 .010
a
Residual 8.043 18 .447
Total 11.774 19
a. Predictors: (Constant), LDR
b. Dependent Variable: NPL
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .438 .711 .617 .545
LDR .028 .010 .563 2.890 .010
Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .438 .711 .617 .545
LDR .028 .010 .563 2.890 .010
a. Dependent Variable: NPL
Coefficients
a
95% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics
Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF
-1.055 1.932
.008 .048 .563 .563 .563 1.000 1.000
a. Predictors: (Constant), LDR
b. Dependent Variable: NPL
Coefficient Correlations
a
Model LDR
1 Correlations LDR 1.000
Covariances LDR 9.078E-5
a. Dependent Variable: NPL
Collinearity Diagnostics
a
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) LDR
1 1 1.978 1.000 .01 .01
2 .022 9.407 .99 .99
a. Dependent Variable: NPL
Residuals Statistics
a
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 1.7929 3.4233 2.4470 .44313 20
Std. Predicted Value -1.476 2.203 .000 1.000 20
Standard Error of Predicted
Value
.149 .369 .203 .059 20
Adjusted Predicted Value 1.8191 3.6579 2.4744 .47655 20
Residual -.77333 1.11106 .00000 .65063 20
Std. Residual -1.157 1.662 .000 .973 20
Stud. Residual -1.234 1.714 -.019 1.020 20
Deleted Residual -.87951 1.18182 -.02736 .71665 20
Stud. Deleted Residual -1.253 1.821 -.006 1.042 20
Mahal. Distance .000 4.854 .950 1.239 20
Cook's Distance .000 .202 .052 .051 20
Centered Leverage Value .000 .255 .050 .065 20
a. Dependent Variable: NPL
Charts