You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992, 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007. Pada tahun 2007, 11.466 kasus dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and Prevention. Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi penurunan selama sepuluh tahun terakhir. Di Indonesia, pada beberapa puluh tahun yang lalu, nama PMS yang paling terkenal adalah Raja Singa, yang menjadi korban umunya adalah kaum dewasa, antara usia 19-35 tahun. Tetapi yang kini muncul dan lebih memprihatinkan adalah penderita penderita PMS bukan hanya orang-orang yang telah dewasa, tetapi dari kalangan remaja telah menjadi korbannya. Hal ini, bukan rahasia lagi. Bukan saja karena akibat adanya dampak negatif dari era modernisasi yang telah melanda di hampir setiap lapisan masyarakat yang secara tidak langsung ikut pula menambah dorongan image ke arah keliru dan menyimpang, yakni menjadi lebih terfokus ke hal-hal yang hanya menggambarkan kebangkitan nafsu birahi, dan lain sebagainya lagi, yang jelas tidak sehat serta menjurus pula ke perbuatan seksual yang negatif, sehingga timbullah istilah Penyakit Hubungan Seksual .

B. Rumusan Masalah Menjelaskan Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Sifilis.

C. Tujuan 1. Tujuan khusus Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan sifilis. 2. Tujuan Umum a. Untuk mengetahui pengertian sifilis b. Untuk mengetahui etiologi sifilis c. Untuk mengetahui klasifikasi sifilis d. Untuk mengetahui manifestasi klinis sifilis e. Untuk mengetahui patofisiologi sifilis f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik sifilis g. Untuk mengetahui komplikasi sifilis h. Untuk mengetahui penatalaksanaan sifilis i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sifilis

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Medik 1. Definisi: a. Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh Treponema palidum, dapat bersifat kronik dan sistemik. Pada perjalanannya, sifilis dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Sifilis sering disebut sebagai Lues Raja Singa. b. Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema pallidum yang menyerang manusia. Nama lain dari sifilis penyakit raja singa. Penyakit ini mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan sifilis kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan seksual, sifilis bisa juga ditularkan melalui luka, transfusi dan jarum suntik . c. Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama system kardiovaskular, otak dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis kongenital. d. Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum dan mempunyai beberapa sifat, yaitu : perjalanan penyakitnya sangat kronis, dalam perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam macam penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali ( rekuren ), dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital. e. Sifilis ( sering disebut lues atau raja singa ) adalah penyakit menular akibat hubungan seksual ( PHS ) yang disebabkan oleh bakteri dari jenis Treponema pallidum, bersifat menahun, dapat menimbulkan komplikasi yang luas yaitu merusak hamper semua jaringan tubuh ( termasuk otak dan kardiovaskular ).

2. Etiologi Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi

3. Klasifikasi a. Secara garis besar sifilis dapat dikelompokkan sebagai berikut : a) Sifilis kongenital ( bawaan ) Sifilis yang terjadi akibat infeksi Treponema yang berasal dari ibu yang terinfeksi sifilis primer atau sekunder, jarang infeksi laten. Infeksi dapat terjadi pada tahap atau usia kehamilan manapun. b) Sifilis akuisita ( didapat ) Penyebaran yang terjadi akibat kontak seksual langsung, transfusi darah atau kontak dengan jaringan yang terinfeksi. b. Sifilis dikelompokkan berdasarkan gambaran klinis :
a) Sifilis Primer ( SI )

Kuman masuk dan melalui masa inkubasi antara 9 90 hari ( rata rata 2 4 minggu ). Infeksi diawali dari munculnya daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus ( luka terbuka ), tanpa disertai nyeri ( disebut chancre / cangker ). Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Luka atau ulkus terjadi yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina, anus, rectum, bibir, lidah, tenggorokan, leher Rahim, jari jari tangan atau bagian tubuh lainnya, luka inilah yang merupakan tempat infeksi Treponema pallidum pertama kali.Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3 12 minggu dan penderita tampak sehat secara keseluruhan.
b) Sifilis Sekunder ( SII )

Biasanya stadium II timbul 1-6 bulan setelah infeksi dan pada waktu timbulnya, sepertiga masih disertai SI. Karena sifat kelainannya sistemik, maka selalu

didahului gejala prodromal, misalnya sakit di daerah otot atau sendi, suhu badan subfebris, sukar menelan, malaise, anoreksia, dan sefalgia. Kelainan yang timbul dapat mengenai kulit ( 75 % ), selaput lender ( 30 % ), kelenjar ( 50 %), dan alat alat dalam ( 10 % ).
c) Sifilis Laten

Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun tahun lamanya.
d) Sifilis Tersier ( sifilis benigna lanjut / SIII )

Kelainan timbul 3 10 tahun sesudah stadium I. Pada stadium ini, bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang. Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah.
e) Sifilis Kardiovaskular dan Neurosifilis

Sifilis kardiovaskular timbul 10 40 tahun setelah infeksi primer dan terdapat pada sekitar 10 % kasus lanjut dan 40 % dapat bersama neurosifilis. Sifilis kardiovaskular dapat dibagi dalam 3 tipe : 1. Sifilis pada jantung 2. Sifilis pada pembuluh darah besar 3. Sifilis pada pembuluh darah sedang Sifilis neurosifilis merupakan sifilis pada system saraf dan terjadi pada sekitar 5 % penderita yang tidak diobati.Infeksi terjadi pada stadium dini.Sebagian besar kasus tidak memberikan gejala, setelah bertahun tahun baru menimbulkan gejala.Gejala klinis neurosifilis terjadi setelah 5 25 tahun dari afek primer atau infeksi awal. Neurosifilis dibagi menjadi 3 jenis:
1. Neurosifilis asimtomatis 2. Neurosifilis meningovaskuler 3. Neurosifilis parenkimatosa

4. Manifestasi Klinis a. Sifilis Primer ( SI ) a) Terjadi 10-90 hari setelah infeksi b) Tanda klinis yang pertama berupa tukak, biasanya hanya berjumlah satu meskipun dapat juga multiple. c) Sedikit nyeri pada papula, papula berukuran 1-2 cm, teraba keras d) Lesi bisa ditemukan di genitalia eksterna serta pada bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus e) Berbentuk bulat/lonjong, bersih, merah dan tidak ada tanda-tanda radang f) Terjadi pembesaran getah bening b. Sifilis Sekunder ( SII ) a) Terjadi 1-6 bulan stelah infeksi b) Kebotakan pada rambut, alis dan bulu mata c) Kondilomatalata d) Lesi membran mukosa, lesi dapat berupa papula dan macula e) Gejala penyakit sistemik mencakup demam ringan, sakit kepala, anoreksia dan nyeri pada tulang f) Terjadi pembesaran kelanjar limfe c. Sifilis Laten Semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun tahun lamanya. d. Sifilis Tersier Sifilis tersier yang muncul pada 1/3 dari penderita yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya timbul 1-10 tahun setelah infeksi awal, tetapi pada beberapa kasus bisa sampai 50 tahun baru timbul, stadium ini bisa dilihat dengan tanda-tanda timbul benjolan seperti tumor yang lunak. Pada stadium ini, banyak kerusakan organ yang bisa terjadi, mulai dari kerusakan tulang, saraf, otak, otot, mata, jantung, dan organ lainnya. e. Sifilis Kardiovaskular dan Neurosifilis a) Sifilis kardiovaskular.

Umumnya gejala baru timbul setelah 10 20 tahun setelah infeksi primer. 10 % penderita sifilis akan mengalami fase ini. Kematian akibat sifilis fase ini biasanya akibat kematian kematian pembuluh darah besar jantung seperi aorta. b) Sifilis neurosifilis Neurosifilis baru timbul setelah 10 20 tahun terjadinya infeksi primer.Pada neurosifilis dapat terjadi gangguan mental ringan sampai berat.Dapat juga terjadi gangguan saraf seperti kelumpuhan, kehilangan reflex, gangguan kandung kemih, impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong potong.

5. Patofisiologi a. Stadium dini T. pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui sanggama. Kuman tersebut membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel- sel plasma, terutama di perivaskular, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. Pallidum dan sel-sel radang. Treponema tersebut terletak di antara endotelium kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecilmenyebabkan lumen(enarteritis perubahan obliterans). hipertrofik Kehilangan endotelium pendarahan yang akan menimbulkan obliterasi erosi,

menyebabkan

pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran hematogen dan menyebar ke semua jaringan di badan, tetapi manifestasinya akan tampak kemudian.Multiplikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II, yang terjadi enam sampaidelapan minggu sesudah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempattersebut jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas danakhirnya sembuh berupa sikatriks. SII jugs mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang. Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih terdapat. Sebagai contoh pada stadium ini seorang ibu dapat melahirkan bayidengan sifilis kongenital. b. Stadium lanjut

Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, dimana treponema didapatkan dalam keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat sewaktu - waktu berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor predisposisi. Pada saat itu muncullah S III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat ditemukan T. pallidum, reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah mengalami masa laten yang bervariasi guma tersebut timbul di tempat-tempat lain.

6. Pemeriksaan diagnostik a. Pemeriksaan Treponema pallidum a) Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap (dark field) yaitu untuk melihat pergerakan Treponema. Ream sifilis primer, dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh dari bagian dasar/dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar. Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi.T pall berbentuk ramping, gerakan lambat, dan angulasi. Harus hati-hati membedakannya denganTreponema lain yang ada di daerah genitalia. Karena di dalam mulut banyak dijumpai Treponema komensal, maka bahan pemeriksaan dari rongga mulut tidak dapat digunakan. b. Tes Serologik Sifilis (STS) a) Tes nontreponemal/ regain seperti Veneral Disease Research Laboratory ( VDRL) atau rapid plasma regain circle card test ( RPR-CT) umumnya digunakan untuk penyaring diagnosis. Setelah terapi yang tepat, tes dilakukan secara kuantitatif sampai menunjukkan hasil negative, kira-kira 2 tahun setelah terapi b) Tes treponema seperti flouresencent treponemal body absorption test ( FTA-ABS) digunakan untuk mencari kejelasan bahwa ts penyaring tidak menunjukkan hasil positif palsu. Hasil positif akan positif selama hidup karenanya tidak tepat untuk menentukan keefektifan terapi. c. Pemeriksaan pembantu lain a) Pemeriksaan sinar Rontgen, yaitu untuk melihat kelainan sistim kardiovaskular

b) Pemeriksaan CT-scan , yaitu untuk menilai kelainan pada otak. c) Pemeriksaan USG, yaitu untuk menilai kelainan organ tubuh lain

7. Komplikasi Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. a. Benjolan kecil atau tumor Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang. b. Masalah Neurologi Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous sistem, seperti: a) Stroke b) Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord (meningitis) c) Koordinasi otot yang buruk d) Numbness (mati rasa) e) Paralysis c. Masalah kardiovaskular Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis. d. Infeksi HIV Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual. e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir

Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi. Pada stadium primer komplikasi diatas belum terjadi. Manifestasi di atas dapat muncul pada sifilis dengan stadium tersier dan kongenital karena infeksi Treponema mencapai sistem saraf pusat (SSP), sehingga apabila sudah mengenai SSP maka akan mengganggu semua sistem tubuh sehingga akan terjadi penurunan daya imun yang memudahkan masuknya infeksi lainnya, pada organ ginjal akan menyebabkan gangguan sistem perkemihan dan akan mengganggu sistem organ lainnya.

8. Penatalaksanaan Medis Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin G (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4500 mg/hr, atau eritromisin 4500 mg/hr, atau doksisiklin 2100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II. a. Sifilis primer dan sekunder 1. Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 2 x seminggu 2. Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari. 3. Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu. b. Sifilis laten 1. Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit 2. Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit sehari). 3. Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu). c. Sifilis III

1. Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit 2. Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit) 3. Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu) Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, Dapat diberikan: 1. Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari. 2. Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin Dapat diberikan: 1. Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari 2. Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.

Penatalaksanaan Keperawatan 1. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut: a. Bahaya PMS dan komplikasi b. Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan

c. Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya d. Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi. e. Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin f. Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian a. Pengkajian Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian). Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. b) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit). Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil) c) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual. Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi. d) Riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak). Apakah ada anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau penyakit degeneratif lainnya

b. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum b) GCS c) Tanda Vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)

c. Pengkajian 11 Pola Gordon a) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kaji apakah klien merokok atau minum alkohol? Apakah klien mengetahui tanda dan gejala penyakitnya?

b) Pola nutrisi metabolik Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola makan setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa makanan kesukaan klien? Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu. Biasanya klien mengalami gejala: anoreksia, nausea Tanda: vomiting

c) Pola eliminasi Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah mengalami gangguan? Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya? Apakah klien merasakan nyeri saat BAK dan BAB? Apakah penyakit ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan BAB? Biasanya klien mengalami gejala: penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluar Nanah. Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.

d) Pola aktivas latihan Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari sebelum menghadapi pembedahan, apakah klien dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?

Apakah aktivitas terganggu karena penyakit yang dihadapinya? Biasanya klien mengalami gejala: kelelahan terus- menerus, kaku kuduk, malaise.

Tanda: kelemahan, perubahan tanda- tanda vital (tekanan darah kadang-kadang naik)

e) Pola istirahat tidur Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, seperti nyeri ?

f) Pola kognitif persepsi Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada panca indra? Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami serta berinteraksi klien terhadap orang lain? g) Pola persepsi diri dan konsep diri Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya apakah klien merasa rendah diri ? Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena penyakit yang dideritanya? Apakah klien merasa kurang percaya diri karena penyakitnya?

h) Pola peran hubugan Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat sekitarnya? Biasanya klien akan kurang percaya diri bergaul dengan masyarakat

i) Pola reproduksi dan seksualitas Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada perubahan kepuasan pada seksualitas klien Kaji pasien, apakah saat berhubungan memakai alat pelindung? Apakah klien mengganti-ganti pasangannya? Biasanya pada pemeriksaan alat kelamin bagian luar ditemukan:

1. Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi mengantong Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka kelenjar lipat paha 2. Kutil Genital: vulva vagina, anus. 3. Keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam, ada daging atau kutil pada alat kelamin. j) Pola koping dan toleransi stress Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres? Biasanya klien akan mengalami stres dan depresi karena penyakitnya, takut tidak diterima dalam masyarakat. k) Pola nilai dan kepercayaan Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien?Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi pembedahan?

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri Kronis b.d adanya lesi pada jaringan b. Kerusakan integritas kulit b.d. substansi kimia (T. pallidum) c. Resiko Tinggi Infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer

3. Intervensi a. Nyeri Kronis b.d adanya lesi pada jaringan HYD : keluhan hilangnya/ terkontrolnya rasa sakit, menunjukkan posisi/ ekspresi wajah rileks, dapat tidur/ beristirahat adekuat. Intervensi :

1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi dan waktu. Menandai gejala nonverbal misalnya gelisah, meringis. R : mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan/resolusi komplikasi. Sakit yang kronis tidak menimbulkan perubahan autonomic. 2. Dorong pengungkapan perasaan R : dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit. 3. Berikan perawatan oral R : Ulserasi/ lesi oral mungkin menyebabkan ketidaknyamanan yang sangat. 4. Berikan aktivitas hiburan misalnya membaca, berkunjung, dan menonton televise. R : memfokuskan kembali perhatian, mungkin dapat meningkatkan kemampuan untuk menanggulangi. 5. Kolaborasi dalam pemberian analgesic narkotik. Gunakan ADP (Analgesik yang dikontrol pasien) untuk memberikan analgesia 24 jam dengan dosisi yang disesuaikan. R : memberikan penurunan nyeri/ tidak nyaman. Obat yang dikontrol pasien atau berdasarkan waktu 24 jam mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan ataupun kelebihan obat-obatan. b. Kerusakan integritas kulit b.d. infeksi virus (T. pallidum) HYD : Menunjukkan tingkah laku/ teknik untuk mencegah kerusakan kulit/ meningkatkan kesembuhan, menunjukkan kemajuan pada luka/ penyembuhan lesi. Intervensi : 1. Kaji kulit setiap hari. Catat warna, tugor, sirkulasi, dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan R : menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat. 2. Pertahankan/ instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan massase dengan

menggunakan lotion atau krim.

R : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barrier infeksi. Pembasuhan kulit yang kering sebagai gantti menggaruk menurunkan resiko trauma dermal pada kulit yang kering/ rapuh. Massase meningkatkan sirkulasi kulit dan kenyamanan. 3. Bersihkan area perianal dengan membersihkan feses dengan menggunakan air dan air mineral. Hindari penggunaan kertas toilet jika timbul vesikel. R : menjaga agar lesi perianal tetap kering. Penggunaan kertas toilet akan membuat lesi abrasi. 4. Gunting kuku secara teratur R : kuku yang panjang atau kasar dapat meningkatkan resiko kerusakan dermal. 5. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan topical atau sistemik sesuai indikasi. R : digunakan pada perawatan lesi kulit. Jika digunakan salep multidosis, perawatan harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi silang. c. Resiko tinggi infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan primer HYD : mengidentifikasi/ ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi, mencapai masa penyembuhan luka/ lesi Intervensi : 1. Kaji TTV, termaksud suhu R : memberikan informasi data dasar, awitan/ peningkatan suhu secara berulangulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru . 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan. Instruksikan pasien/ orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi. R : mengurangi resiko kontaminasi silang. 3. Periksa adanya luka/ lokasi alat invasive, perhatikan tanda-tanda inflamasi/ infeksi local R : identifikasi/ perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjaadinya sepsis. 4. Bersihkan kuku setiap hari. Dikikir lebih baik daripada dipotong dan hindari memotong kutikula.

R : mengurangi resiko transmisi bakteri pathogen melalui kulit. Infeksi jamur sepanjang punggung kuku sering terjadi. 5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic antijamur/ agen antimikroba, misalnya trimetroprim (Bactrim, septra), nistatin (Mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir R : menghambat proses infeksi. Beberapa obat-obatan ditargetkan untuk meningkatkan fungsi imun. Meskipun tidak ada obat yang tepat, zat seperti AZT ditujukan untuk menghalangi enzim yang memungkinkan virus memasuki material genetis sel T4 sehingga dapat memperlambat perkembangan penyakit.

BAB III PENUTUP

Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit ini bisa menular melalui hubungan seksual, baik vaginal, rektum, anal, maupun oral. Sifilis tidak menular melalui peralatan makan, tempat dudukan toilet, knop pintu, kolam renang, dan tukar-menukar pakaian. Banyak dari para penderita sifilis yang tidak menyadari jika mereka terkena sifilis dan karena itu mereka tidak mendapat pengobatan yang baik. Infeksi terutama didapat apabila ada kontak langsung dengan luka terbuka sifilis yang sedang aktif. Sifilis mempunyai beberapa stadium infeksi. Setelah terinfeksi dengan sifilis, ada masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka terbuka yang disebut chancre sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari sudah terlihat. Untuk ke depannya, jika sifilis menerima penanganan dengan baik pada awal terkena sifilis, akan memberikan hasil yang cukup baik. Perlu diingat, kegagalan terapi bisa saja terjadi dan bisa saja terjadi reinfeksi. Tidak ada kriteria pasti mengenai kesembuhan pasien dengan infeksi sifilis pertama dan kedua, tetapi sifilis bisa dipertimbangkan sembuh jika selama dua tahun tes darah negatif dan tidak ada gejala yang timbul.Kegagalan terapi bisa saja terjadi dan bisa saja terjadi reinfeksi. Tidak ada kriteria pasti mengenai kesembuhan pasien dengan infeksi sifilis pertama dan kedua, tetapi sifilis bisa dipertimbangkan sembuh jika selama dua tahun tes darah negatif dan tidak ada gejala yang timbul.

DAFTAR PUSTAKA

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.Jakarta:EGC Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta. Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd Singapore National Eye Centre. (2010). kondisi mata dan perawatan http://www.snec.com.sg/. Diakses tanggal 16 September 2011 http://www.dronce.com/tag/askep+sifilis/ http://www.ilmukeperawatanku.com/kenali-gejala-penyakit-kelamin-sifilis.html

You might also like