You are on page 1of 47

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM

Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.


USU Repository 2009

ii
PENGARUH KONSENTRASI OPTIMUM TAWAS TERHADAP
TURBIDITAS DENGAN METODE JAR TEST DI PDAM
TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL




TUGAS AKHIR




BENY EFRIANDI
052401047










PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008



Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

iii
PENGARUH KONSENTRASI OPTIMUM TAWAS TERHADAP TURBIDITAS
DENGAN METODE JAR TEST DI PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL



TUGAS AKHIR


Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Ahli Madya



BENY EFRIANDI
052401047







PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

ii
PERSETUJUAN



Judul : PENGARUH KONSENTRASI OPTIMUM TAWAS
TERHADAP TURBIDITAS DENGAN METODE
J AR TEST DI PDAM TIRTANADI INSTALASI
SUNGGAL
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : BENY EFRIANDI
Nomor Induk Mahasiswa : 052401047
Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Diluluskan di
Medan, Juli 2008

Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua Pembimbing,



Dr. Rumondang Bulan, MS Dra. Yugia Muis, MSi
NIP 131 459 466 NIP 130 872 289


Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

iii
PERNYATAAN


PENGARUH KONSENTRASI OPTIMUM TAWAS TERHADAP TURBIDITAS
DENGAN METODE JAR TEST DI PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL


TUGAS AKHIR




Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.



Medan, Juli 2008




BENY EFRIANDI
052401047



Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

iv
PENGHARGAAN



Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Kimia Analis di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala kerendahan hati penulis terutama mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada orang tua penulis yang telah memberikan bantuan materil,
moril, dorongan, dukungan, dan doa yang telah mereka berikan selama ini kepada
penulis hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih juga rasa
cinta dan kasih sayang tulus yang selalu menyertai selama ini dalam setiap langkah
dan keadaan membuat tegar berdiri hingga kini.
Dalam menyusun tugas akhir ini penulis banyak melibatkan pihak-pihak untuk
memberikan saran yang baik, maka sewajarnyalah penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
- Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
- Ibu Dra. Yugia Muis, MSi, yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan
saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
- Bapak Iwan Setiawan, selaku Kepala Bagian Pengendalian Mutu di PDAM
Tirtanadi Sunggal yang telah meluangkan waktu dan pikiran kepada saya
selama Praktek Kerja Lapangan dan saat hendak menyusun tugas akhir ini.
- Kak Asmidar, selaku Asisten Pengendalian Mutu di PDAM Tirtanadi Sunggal
yang memberi saran dan motivasi kepada saya selama Praktek Kerja Lapangan
maupun saat hendak menyusun tugas akhir ini.
- Para karyawan beserta staf di PDAM Tirtanadi Sunggal yang ramah-ramah.
- Bapak-Ibu staf pengajar, serta pegawai Departemen Kimia FMIPA USU.
- Acep, Ahmad, dan Rizky (Bezt) yang merupakan teman-teman seperjuangan
saya selama praktek kerja lapangan yang selalu mendukung saya untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
- Seluruh rekan mahasiswa/mahasiswi kimia analis 2005 yang tidak bisa
dituliskan namanya satu persatu.
Di dalam menyusun tugas akhir ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin, namun penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir
ini. Untuk itu penulis dengan rendah hati menerima kritikan dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk menambahkan kesempurnaan tugas akhir ini.
Sekiranya sumbangan pikiran penulis ini yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa dan pembaca lainnya yang memerlukannya. Dan
untuk menutup kata pengantar penulis banyak mengucapkan terima kasih.


Medan, Juli 2008
Penulis




Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

v
ABSTRAK



Penentuan konsentrasi optimum tawas dilakukan dengan menggunakan sampel air
dari air baku. Ke dalam sampel air ditambahkan larutan aluminium sulfat dengan
konsentrasi yang bervariasi, lalu diaduk dengan agitator yang terdapat pada peralatan
Jar Test dengan kecepatan perputaran sebesar 140 rpm selama 5 menit kemudian
kecepatannya dikurangi menjadi 30 rpm selama 10 menit lalu agitator dihentikan.
Flok-flok yang terbentuk akan mengendap setelah air yang diolah dibiarkan selama 20
menit. Lalu kekeruhan dan pH-nya diukur dengan menggunakan turbidimeter dan
comparator pH.

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

vi
INFLUENCE CONCENTRATION OPTIMUM OF ALUM TO TURBIDITY
WITH JAR TEST METHOD IN PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL

ABSTRACT



Determination concentration optimum of alum done by using water sample from
intake. Into water sample added by aluminium sulphate solution with varying
concentration, then stirred with agitator found on equipments of J ar Test with speed of
rotation equal to 140 rpm during 5 minute then the speed reduced 30 rpm during 10
minute then agitator was discontinued. In which the flock will precipitate after water
let during 20 minute. Then turbidity and pH measured by using turbidimeter and
comparator pH.

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

vii
DAFTAR ISI



Halaman

Persetujuan ii
Pernyataan iii
penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel viii
Daftar Lampiran ix

Bab 1 Pendahuluan 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2

Bab 2 Tinjauan Pustaka 3
2.1 Penyediaan Air Bersih 3
2.2 Jenis-Jenis Sumber Air Bersih Ditinjau Dari Pengolahan Air 3
2.3 Syarat-Syarat Air Bersih 5
2.4 Unit-Unit Pengolahan Air 8
2.5 Proses Pengolahan Air Minum 12
2.6 Sumber Air Minum 14
2.7 Syarat-Syarat Air Minum 17
2.8 Kualitas Air Minum 18
2.9 Kekeruhan (Turbiditas) 18
2.10 Tawas 20
2.11 Prinsip Jar Test 20
2.12 Flokulasi Jar Test 21

Bab 3 Metodologi Percobaan 23
3.1 Alat-Alat dan Bahan-Bahan yang Dipergunakan 23
3.2 Cara Kerja 23

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 26
4.1 Data Percobaan 26
4.2 Pembahasan 28

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 29
5.1 Kesimpulan 29
5.2 Saran 29

Daftar Pustaka 31
Lampiran


Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

viii
DAFTAR TABEL



Halaman

Tabel 4.1 Data Jar Test 25 Maret 2008 26
Tabel 4.2 Data Jar Test 28 April 2008 27
Tabel 4.3 Data Jar Test 30 April 2008 27






Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

ix
DAFTAR LAMPIRAN



- Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/VII/2002
Tanggal 29 Juli 2002 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
- Tabel pemakaian tawas untuk proses pengolahan
- Tabel korelasi konsentrasi tawas






BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang utama bagi manusia. Air digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air minum dan kebutuhan rumah tangga, keperluan industri dan lain-lain.
Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lainnya tidak dapat hidup. Tubuh kita sebagian
besar terdiri atas air, di mana air dapat berfungsi sebagai alat angkut zat dari bagian
tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lain.
Dengan perkembangan zaman serta semakin bertambahnya jumlah
penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupan yang mau
tidak mau menambah pengotoran air yang pada dasarnya sangat dibutuhkan. Padahal
beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air (khususnya air
minum) cukup mengambil dari sumber-sumber air yang ada di dekatnya dengan
menggunakan cara yang sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sulit
akan sumber air yang bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian. Di mana-
mana air sudah kotor, dan ini berarti harus mempergunakan suatu peralatan yang
modern untuk mendapatkan air bersih agar terbebas dari kotoran-kotoran tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan air penduduk kota Medan, PDAM Tirtanadi
membuat suatu sistem pengolahan air minum dengan air yang berasal dari air sungai
Belawan untuk PDAM Tirtanadi instalasi Sunggal dengan kapasitas 6000 m
3
pada tiap
reservoirnya (pada PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal terdapat dua unit reservoir).
Seperti yang telah diketahui bahwa pada umumnya air sungai tidak cukup
jernih karena mengandung kotoran atau partikel-partikel halus yang berasal dari

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

2
berbagai sumber seperti limbah rumah tangga dan limbah dari industri. Salah satu
langkah dalam pengolahan air sungai menjadi air minum adalah dengan cara
menghilangkan kekeruhan air sungai tersebut. Kekeruhan air dapat dihilangkan
dengan menambahkan suatu bahan kimia yang disebut dengan koagulan. Koagulan
berfungsi untuk mengikat partikel atau kotoran yang terkandung di dalam air menjadi
gumpalan yang mempunyai ukuran lebih besar sehingga lebih cepat mengendap.
Salah satu jenis koagulan yang biasa dipakai yaitu aluminium sulfat Al
2
(SO
4
)
3
.14H
2
O
atau sering disebut dengan tawas. Pada umumnya, metode yang sering digunakan
untuk menentukan konsentrasi aluminium sulfat yang digunakan dalam proses
penjernihan air adalah dengan metode Jar Test.

1.2 Permasalahan
Apakah kekeruhan (turbiditas) air yang diperoleh setelah penambahan aluminium
sulfat memenuhi standar kualitas air minum.

1.3 Tujuan
- Untuk menentukan kekeruhan (turbiditas) pada air baku.
- Untuk menentukan konsentrasi optimum aluminium sulfat.
- Untuk menentukan kekeruhan (turbiditas) air pada konsentrasi optimum
aluminium sulfat.

1.4 Manfaat
Dengan mengetahui nilai turbiditas maka dapat diketahui sejauh mana tingkat
kekeruhan yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.


Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyediaan Air Bersih
Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau. Karena air
merupakan suatu larutan yang hampir bersifat universal, maka zat-zat alamiah
maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya, dengan demikian
di alam mengandung zat-zat terlarut (linsley, 1986).
Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah
penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupan yang mau
tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada hakekatnya
dibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan
akan air (khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber-sumber air yang ada di
dekatnya dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Namun sekarang ini,
khususnya di kota yang sudah langka akan sumber air minum yang bersih tidak
mungkin menggunakan cara demikian. Di mana-mana air sudah tercemar, dan ini
berarti harus mempergunakan suatu peralatan yang modern untuk mendapatkan air
minum agar terbebas dari berbagai penyakit.

2.2 Jenis-Jenis Sumber Air Bersih Ditinjau Dari Pengolahan Air
2.2.1 Air yang terdapat di alam
Air yang secara kimiawi murni tidak terdapat di alam oleh karena air merupakan
pelarut yang baik untuk segala macam zat. Umumnya air di alam tidak diam saja akan
tetapi membentuk suatu siklus dimulai dari laut, yang karena pemanasan matahari

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

4
akan membentuk uap air. Uap air naik ke atas, dan karena suhu menjadi lebih dingin,
terjadi pengembunan dan jatuh kembali ke bumi dalam bentuk hujan. Selama berada
di atmosfir, air menyerap beberapa gas, umpamanya oksigen, nitrogen, karbon,
ammonia dan hasil-hasil penguraian alamiah lainnya. Selain itu adanya muatan listrik
akan membentuk asam-asam nitrit dan nitrat, ozon, hydrogen peroksida yang
kemudian juga diserap oleh hujan. Air hujan akan mengandung ammonium nitrat bila
ada petir.
Hal lain yang mengotori air adalah butir-butir air laut, tetesan kecil yang
mengandung kristal-kristal NaCl dan garam-garam lainnya dapat tertiup angin jauh ke
daratan. Semua jenis pengotoran di atas dinamakan pengotoran alamiah.
Air hujan adalah air yang bening, tapi merupakan larutan yang encer dari
macam-macam air. Air inilah yang menjadi bahan baku untuk air permukaan dan air
tanah.
2.2.2 Air tanah
Tanah terdiri dari lapisan-lapisan pasir, tanah liat dan kerikil yang berpori-
pori sebagai tempat bersimpannya air yang meresap dari permukaan. Oleh karena air
menembus lapisan-lapisan, maka akan terjadi prises pemurnian air secara alamiah. Air
tanah dalam yang terlindung oleh lapisan tanah liat kedap air secara bakteriologis
sangat bersih.
Akan tetapi air tanah dangkal tidak terjamin kualitasnya bila ditinjau dari
segi bakteriologis, karena air tersebut sangat dekat jaraknya dari permukaan tanah.
Demikian juga terhadap kualitas air tanah yang dikumpulkan pada saluran terbuka.
2.2.3 Air permukaan
Kualitas air permukaan tidaklah tetap, tetapi bergantung pada perubahan
musim. Pada musim kemarau, di daerah pegunungan airnya jernih, tetapi di kota

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

5
airnya dipenuhi oleh kotoran-kotoran organik yang sangat merusak kualitas airnya. Di
musim penghujan umumnya air permukaan sangat keruh, membawa tanah liat hasil
pengikisan air hujan. Pertambahan penduduk serta meningkatnya industrialisasi dapat
mengakibatkan bertambahnya pencemaran lingkungan yang tentu saja akan mengotori
air permukaan.

2.3 Syarat-Syarat Air Bersih
Secara umum, syarat air bersih adalah yang tidak berbau,berwarna dan berasa.
Namun secara lebih spesifik air yang bersih adalah air yang telah melalui beberapa
tahap:
2.3.1 Proses koagulasi
Faktor faktor yang mempengaruhi koagulasi:
- Pengaruh pH.
- Batas pH yang baik untuk proses koagulasi adalah 6,0 7,8 di mana pada
kondisi ini, kelarutan dari alam yang terhidrolisa adalah minimum.
- Pengaruh garam-garaman.
- Umumnya, koagulasi dengan alam lebih dipengaruhi oleh anion dari pada
kation.
- Ion-ion seperti natrium, kalsium, dan magnesium secara relative sedikit
pengaruhnya pada proses koagulasi.
- Adanya anion yang menyebabkan pH optimum untuk koagulasi akan bergeser
ke suasana asam dan besar kecilnya pengaruh tersebut bergantung pada
valensi anion tersebut. Dengan demikian maka anion yang mengovalen
seperti klorida dan nitrat sedikit pengaruhnya, akan tetapi sulfat dan fosfat
akan menyebabkan pergeseran pH optimum yang cukup signifikan.

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

6
- Pengaruh kekeruhan.
- Keadaan kekeruhan yang terdapat dalam sungai juga harus diperhatikan.
Seperti diketahui, kekeruhan itu disebabkan oleh partikel-partikel tanah liat
dan beberapa mineral. Ukuran partikel ini berukuran dalam micron, yang bila
dibiarkan akan mengendap.
2.3.2 Filter
Di dalam proses penjernihan air minum dikenal 2 macam filter:
- Saringan pasir lambat
- Saringan pasir cepat
Dari bentuknya bangunan saringan, dikenal 2 macam:
- Saringan yang bangunannya terbuka(gravity filter)
- Saringan yang bangunannya tertutup(pressure filter)
2.3.3 Desinfeksi
Desinfeksi air minum, maksudnya adalah membunuh bakteri patogen yang
ada di dalam air tersebut. Desinfeksi air dapat dilakukan dengan berbagai cara:
- Pemanasan
- Dengan penyinaran sinar UV
- Dengan ion-ion logam
- Dengan asam ataupun basa
- Senyawa-senyawa kimia
- Chlorinasi
Di antara cara-cara tersebut hanya chlorinasi yang dapat dijalankan terhadap
air minum secara ekonomis.
a) Chlorinasi sederhana

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

7
Dalam cara ini besarnya konsentrasi klor yang diberikan sekitar 0,2 0,5
ppm, atau kadang-kadang sampai 1 ppm, di mana standar maksimum air minum untuk
konsentrasi klor yaitu 0,1 ppm 1,0 ppm. Cara ini tidak dapat dilakukan kalau air
bakunya mengandung banyak zat organik.
b) Chlorinasi dibantu dengan ammonia
Cara ini dilakukan bila air bakunya mempunyai bau dan rasa yang jauh
melampaui batas.
c) Superchlorination dan dechlorination
Superchlorination penting sekali dilakukan bila air baku untuk air minum
ternyata mengandung bakteri coli atau bakteri-bakteri lain, melebihi batas-batas yang
ditetapkan. Adanya bakteri coli pada air baku tersebut membuktikan bahwa air
tersebut terkotori oleh kotoran manusia. Superchlorination diberikan dengan cara
pembubuhan konsentrasi yang jauh lebih tinggi dari dosis rata-rata tiap hari. Untuk
menurunkan residual chlorine sampai batas-batas normal, perlu dilakukan dechlorinasi
dengan cara pembubuhan SO
2
. tetapi pada prakteknya proses ini jarang atau sukar
dilaksanakan.
2.3.4 Penghilangan bau dan warna
Pada proses ini dilakukan dengan penyerapan dengan menggunakan karbon
aktif. Karbon atau arang yang digunakan dapat berbentuk serbuk atau dapat berbentuk
butir-butir, secara sedikit dapat dibuat dari arang batok. Penghilangan bau dan warna
dengan bantuan karbon aktif dilakukan jika air bakunya berbau, yaitu biasanya pada
musim banjir. Pembubuhan karbon aktif dilakukan pada saat air keluar dari bak
pengendapan menuju penyaringan.



Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

8
2.3.5 Proses flouridasi
Proses ini dimaksudkan untuk menghindari penyakit gigi carries.
Pembubuhan senyawa fluor ini ada batas-batas konsentrasinya, karena terlalu banyak
ataupun sedikit ada akibatnya. Batas optimum untuk ini adalah 1 mg/l untuk
temperature rata-rata di Indonesia 27 C.
2.3.6 Pembubuhan kapur
Kebanyakan dari air sungai di Indonesia mempunyai pH sekitar 6 7. Untuk
mencapai pH air minimum sesuai standar yaitu sekitar 7,8 8,5 dibubuhkan kapur,
yaitu pada saat air akan mengalir ke reservoir.
Dalam keadaan di atas, perubahan warna, bau atau kekeruhan yang terdapat pada air
akan menyebabkan air tersebut tidak layak untuk diminum (http://www.ftsp.uii.ac.id).


2.4 Unit-Unit Pengolahan Air
2.4.1 Bendungan
Sumber air baku adalah air permukaan dari Sungai Belawan yang berhulu di
Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal (Butir No. 4, 2006 : 21).
Untuk menampung air tersebut, dibuat bendungan dengan panjang 25 m
(sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi 4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat
sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu
pengatur ketinggian air masuk ke intake.
2.4.2 Intake (air baku)
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar),
berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

9
(saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran maupun
sampah berukuran kecil yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi
dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor.
Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga
kestabilan jumlah air masuk.
2.4.3 Raw Water Tank (RWT)/ tangki air baku
Raw Water Tank merupakan bangunan yang dibangun setelah intake yang
terdiri dari dua unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m yang
dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlet gate, sluice gate, dan pintu
bilas dua buah.
Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan partikel-partikel
kasar dan lumpur-lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem gravitasi. Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, volume air baku pada dua RWT memiliki volume 1400
m
3
. Waktu pengendapan (detention time) untuk air baku yang akan diolah di RWT
kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbiditas yang lebih rendah
(Butir No. 4, 2006 : 22).
2.4.4 Raw Water Pump (RWP)/pompa air baku
Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompa air dari
RWT ke Clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap
pompa 110 L/det dengan rata-rata head 18 m memakai motor AC nominal daya 75
KW.
2.4.5 Clearator/Clarifier(penjernihan)
Bangunan clearator (bangunan untuk proses penjernihan air) terdiri dari 5
unit dengan kapasitas masing-masing 350 L/det. Clearator berfungsi sebagai tempat
pemisah antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

10
olahan). Clearator dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan
selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang, sesuai
dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. Clearator berfungsi sebagai tempat
pemisah antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil
dahan) dan selanjutnya dialirkan ke filter.
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang
dilengkapi seksi-seksi pemisah untuk proses-proses sebagai berikut :
a. Primary Reaction Zone
b. Secondary Reaction Zone
c. Return Reaction Zone
d. Clarification Reaction Zone
e. Concentrator
2.4.6 Filter
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak tertahan (lolos) dari
clearator. Filter yang dipakai dalam pengolahan air minum di PDAM Tirtanadi
Instalasi Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter). Media filter
tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara pararel, menggunakan
jenis saringan cepat berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya
0,75 KW.
Dimensi tiap filter yaitu 8,25 m x 4 m x 6,25 m. Tinggi maksimum
permukaan air adalah 5,05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan
sebagai berikut:
a. Pasir kwarsa, diameter 0,5 mm 1,5 mm dengan ketebalan 60 cm
b. Pasir kwarsa, diameter 1,8 mm 2,0 mm dengan ketebalan 10 cm

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

11
c. Kerikil halus, diameter 4,75 mm 6,3 mm dengan ketebalan 10 cm
d. Kerikil sedang, diameter 6,3 mm 10 mm dengan ketebalan 10 cm
e. Kerikil sedang, diameter 10 mm 20 mm dengan ketebalan 10 cm
f. Kerikil kasar, diameter 20 mm 40 mm dengan ketebalan 20 cm
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok
yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air di atas media
filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh
flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter
dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang disupply dari
pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter
(Butir No. 2, 2007 : 15).
Banyaknya air yang dibutuhkan untuk membackwash satu buah filter adalah
200 300 m
3
dan backwash dilakukan 1 x 24 72 jam, tergantung pada lancar
tidaknya penyaringan.
2.4.7 Reservoir
Berfungsi untuk menampung air minum/air olahan dengan kapasitas total
13.400 m
3
dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir
distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir, sebelumnya
dibubuhi klor (post chlorination) dengan pembubuhan 2 gr/m
3
air dan untuk proses
netralisasi dibubuhkan larutan kapur jenuh (soda ash) dengan kebutuhan pada kisaran
5 7 gr/m
2
air. Secara periodik reservoir ini dicuci dengan mempergunakan pompa
bermotor AC nominal daya 15 KW. Dimensi panjang 50 m x 40 m x 4 m.
2.4.8 Finish Water Pump (FWP)/pemompaan air akhir

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

12
Finish Water Pump Instalasi Pengolahan Air Sunggal berjumlah 14 unit yang
berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-
reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5
jalur dengan kapasitas 150 L/det. Total head 50 in menggunakan motor AC rata-rata
nominal daya 132 KW.

2.4.9 Sludge Lagoon (Empang Lumpur)
Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke
lagoon untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam
mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak
tahun 2002 di unit PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal dengan
membangun unit pengendapan berupa lagoon dengan kapasitas 9.600 m
3
.

2.5 Proses Pengolahan Air Minum
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia
sepanjang masa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak semua jenis air
dapat digunakan tanpa pengolahan terlebih dahulu (Butir No. 4, 2004 : 15).
Untuk itu, PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal sebagai salah
satu instalasi pengolahan air minum dapat mengolah air tersebut menjadi air minum
yang layak bagi konsumen. Di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal,
dapat penulis pelajari proses pengolahan air minum sebagai berikut :
Air baku (1) yang bersumber dari aliran Sungai Belawan tertampung di
bendungan yang selanjutnya masuk melalui pintu intake (2) untuk disaring terlebih
dahulu dari sampah/kotoran kasar.

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

13
Selanjutnya air akan tertampung di Raw Water Tank (3). Di sini terjadi
proses fisika dan biokimia. Proses fisika yang terjadi adalah pengendapan lumpur-
lumpur sehingga dihasilkan air dengan turbiditas yang lebih rendah. Sedangkan proses
biokimia yang terjadi adalah penginjeksian klorin (preklorinasi). Klorin pada
preklorinasi bertujuan untuk mengoksidasi logam-logam, membunuh mikroorganisme
seperti plankton dan juga membunuh spora dari lumut, jamur, dan alga. Konsentrasi
yang diberikan adalah 2 3 g/m3 air, tergantung pada turbiditas air.
Proses selanjutnya air akan dipompakan melalui RWP (4) ke clearator (5).
Di clearator, terjadi proses koagulasi (proses bercampurnya koagulan dan air baku
dengan cepat dan merata) menggunakan koagulan Aluminium Sulfat (Alum/Tawas,
Al
2
(SO
4
)
3
.18H
2
O) dan proses flokulasi (penggumpalan flok-flok yang lebih besar)
akibat adanya pengadukan cepat dan pengadukan lambat.
Air baku yang mengandung koagulan akan masuk clearator melalui
Primary Reaction Zone yang berada pada bagian tengah sel secondary. Sel secondary
adalah inti dari clarifier yang terletak pada bagian tengah bangunan tersebut. Di
bagian ini terdapat sebuah alat pengaduk yang disebut blade agitator. Blade agitator
berputar dengan kecepatan lambat sehingga diharapkan akan terjadi proses flokulasi
(Secondary Reaction Zone). Setelah tawas larut, selanjutnya akan mengikat partikel
yang ada di dalam air membentuk partikel-partikel yang lebih besar (flok). Flok-flok
ini lalu akan melakukan pengikatan kembali dengan butiran flok yang lainnya dengan
bantuan turbulensi dan bantuan gerakan blade agitator tersebut. Flok-flok yang
terbentuk akan semakin besar dan pengaruh gaya gravitasi akan mengendap pada
dasar clarifier (Return Reaction Zone/Concentrator). Untuk itu, perlu dipertahankan
kandungan flok-flok dalam clarifier dengan memantau kekeruhan sehingga diharapkan

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

14
turbiditas pada air kumpulan (Clarification Reaction Zone) dapat serendah mungkin
(Butir No. 4, 2006 : 22).
Selanjutnya, air kumpulan difiltrasi di filter (6) sehingga diperoleh air hasil
proses filtrasi yang jernih. Sebelum air proses filtrasi masuk ke reservoir, ditambahkan
terlebih dahulu klorin (Postklorinasi) yang dapat bersumber dari gas Cl
2
dan kaporit
Ca (OCl)
2
. Penambahan klorin bertujuan sebagai desinfektan.
Setelah penambahan klor atau kaporit, selanjutnya ditambahkan larutan
kapur jenuh (Soda ash) untuk menetralisir pH air olahan (6,8 7,3) karena
penambahan Aluminium sulfat di Clearator cukup membuat pH air bersifat asam,
sehingga harus dinetralkan. Penambahan larutan kapur tetap sebelum air masuk
reservoir untuk mencegah pengendapan dari reaksi sisa tawas (Al
3+
) dengan ion
hidroksida dari kapur (OH) yang dapat membentuk flok sehingga mengotori air
reservoir (Butir No. 4, 2006 : 23).
Setelah seluruh proses pengolahan air tersebut berlangsung, air hasil olahan
ditampung di bak penampungan akhir yang disebut dengan reservoir (7) untuk
didistribusikan melalui FWP. Air hasil olahan tersebut dapat didistribusikan bila air
memenuhi syarat kualitas air. Untuk memastikan kualitas air, perlu dilakukan
pengendalian mutu. Pengendalian mutu mutlak diperlukan agar kualitas air bersih
dapat dijamin kualitasnya sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 907/MENKES/SK/VII/2002 yang meliputi aspek fisika, kimia, dan
biologis (Katalog PDAM Tirtanadi Medan).

2.6 Sumber Air Minum
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang
dinamakan cyclus hidrologie. Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

15
yang ada di permukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya
angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering
dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin
tinggi di mana temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan
jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir ke dalam tanah. J ika air
ini keluar pada permukaan bumi, maka air ini akan disebut mata air. Air permukaan
yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk Sungai.
Sumber-sumber air :
2.6.1 Air Laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl
dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air
minum.
2.6.2 Air atmosfer
Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran
udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau debu dan lain sebagainya.
Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih
mengandung banyak kotoran.
2.6.3 Air permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh
lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, dan sebagainya. Beberapa pengotoran ini,
untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah
pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik,
kimia, dan bacteriologie.

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

16
Air permukaan ada dua macam yaitu :
2.6.3.1 Air Sungai
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya
mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.
2.6.3.2 Air Rawa/Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat
organis yang telah membusuk. Dengan adanya pembusukkan kadar zat organis tinggi,
maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula.
2.6.4 Air tanah
2.6.4.1 Air tanah dangkal
Terjadi karena ada daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur
akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih
tetapi lebih banyak mengandung zat kimia karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Lapisan
tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Di samping penyaringan, pengotoran masih
terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah, setelah
menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal di mana
air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
2.6.4.2 Air tanah dalam
Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Hal ini harus digunakan bor dan
memasukkan pipa ke dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman akan didapat suatu
lapisan air.
2.6.4.3 Mata air

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

17
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim
dan kualitas (kualitasnya sama dengan kualitas air dalam) (Sutrisno, 1991).

2.7 Syarat-Syarat Air Minum
Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang seratus persen murni dalam arti
sesuai benar dengan syarat air yang patut untuk kesehatan , maka biar bagaimanapun
harus diusahakan air yang ada sedemikian rupa sehingga syarat yang dibutuhkan
tersebut terpenuhi, atau paling tidak mendekati syarat-syarat yang dikehendaki.
Dengan demikian bagaimana syarat-syarat air yang baik, haruslah diketahui oleh
setiap petugas kesehatan (Azwar Azrul, 1996).
a. Syarat Fisik
- Air tidak boleh berwarna
- Air tidak boleh berbau
- Air tidak boleh berasa
- Air harus jernih
Syarat-syarat kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air
minum di mana dilakukan penyaringan dan pengolahannya (Sutrisno, 1987).
b. Syarat Kimia
Air minum yang baik ialah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia ataupun mineral, terutama oleh zat-zat ataupun mineral yang berbahaya
bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang terdapat di
dalam air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakkan pada tempat penyimpanan
air.
c. Syarat bakteriologis

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

18
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari
kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri, terutama yang bersifat pathogen. Namun
dalam kehidupan sehari-hari, amat sukar untuk menentukan apakah air tersebut benar-
benar terhindar dari bakteri atau tidak (Azrul. A, 1996).

2.8 Kualitas Air Minum
Standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh Dep. Kes. R.I (terlampir dalam
lampiran). sebagaimana juga yang ditetapkan oleh U. S Public Health Service,
mencakup tiga kelompok persyaratan, yakni fisis, khemis, dan bakteriologis. Sesuai
dengan dasar pertimbangan daripada penetapan standar kualitas air minum tersebut di
atas, usaha pengolahan terhadap air yang akan digunakan oleh manusia sebagai air
minum harus berpedoman juga kepada standar kualitas tersebut, terutama melakukan
penilaian terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam
merencanakan sistem dan proses pengolahan yang akan dilakukan (Sutrisno Totok,
1991).

2.9 Kekeruhan (Turbiditas)
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung partikel-partikel yang
tersuspensi sehingga memberikan penampilan seperti berlumpur dan liat. Bahan-
bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan
organik yang tersebar secara merata dan partikel-partikel tersuspensi lainnya.

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

19
Kekeruhan bukan merupakan sifat dari air yang cukup membahayakan,
tetapi air tersebut menjadi tidak disenangi karena penampilannya. Oleh karena itu
berbagai usaha telah dilakukan untuk mengolah air yang keruh menjadi air yang
bersih.
Pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-
sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya
pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air
minum yang telah ditetapkan.
Di dalam proses pengolahan air ini dikenal dengan dua cara, yakni :
a. Pengolahan lengkap atau Complete Treatment Process, yaitu air akan mengalami
pengolahan lengkap, baik fisik, kimia dan bakteriologik. Cara pengolahan seperti
ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor/keruh.
Pada dasarnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan pengolahan, yaitu :
- Pengolahan fisika : yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan
lumpur dan pasir.
- Pengolahan kimia : yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menambahkan zat-
zat kimia tertentu untuk menghilangkan komponen-komponen tertentu.
b. Pengolahan sebagian atau Partial Treatment Process, misalnya diadakan
pengolahan kimiawi atau pengolahan bakteriologik saja. Pengolahan ini biasanya
dilakukan untuk air yang bersumber dari mata air dan air dari sumur yang dangkal
ataupun sumur bor (Sutrisno Totok, 1991).

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

20
2.10 Tawas
Tawas (aluminium sulfat) merupakan koagulan yang umum digunakan dalam
pengolahan air. Produk yang dipasarkan memiliki kandungan Al
2
O
3
sebesar 15 %.
Bentuk yang biasa digunakan sebagai koagulan adalah Al
2
(SO
4
)
3
.14H
2
O dengan berat
molekul 594.
Aluminium sulfat bereaksi di dalam air dalam suasana alkalis membentuk
flok aluminium hidroksida. J ika suasana air tidak cukup basa untuk bereaksi dengan
aluminium sulfat, maka air kapur atau soda abu cocok dipakai untuk menaikkan
alkalinitasnya.
Air kapur lebih disukai dibanding dengan natrium karbonat (soda abu)
karena harganya lebih murah. Untuk koagulasi yang baik, konsentrasi yang lebih
optimal dari koagulan harus dimasukkan ke dalam air dan dicampur secara sempurna.
Konsentrasi yang optimal juga tergantung pada keadaan air baku. Percobaan
laboratorium yang disebut dengan Jar Test biasanya dipakai untuk menentukan
konsentrasi dari koagulan (Viessman,1985).

2.11 Prinsip Jar Test
Dengan pembubuhan flokulan, maka stabilitas akan terganggu karena :
- Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air; molekul-molekul ini dapat
menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena
sebagian molekul Al bermuatan positif sedangkan koloid biasanya bermuatan
negatif (pada pH 5 sampai 8).

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

21
- Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok
Al(OH)
3
yang dapat mengurung koloid dan membawanya ke bawah. Proses
ini umumnya paling efisien (Sri Sumestri, 1987).

2.12 Flokulasi Jar Test
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan
seperti sungai, danau, dan sebagainya. Salah satu langkah penting dalam pengolahan
untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid. Partikel-partikel
kecil dan koloid tersebut tidak lain adalah tanah liat, sisa tanaman, ganggang, dan
sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan
sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas.
Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan agar terbentuk flok-flok. Flok-
flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan
akhirnya bersama-sama mengendap. Sesuatu larutan koloidal yang mengandung
partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil apabila :
1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang
pendek (beberapa jam).
2. partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel
yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan partikel-

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

22
partikel adalah setanda (biasanya negatif), sehingga ada repulasi elektrostatis
antara partikel satu dengan yang lainnya.
Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah yaitu :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit, 100 rpm), bila perlu juga
pembubuhan bahan kimia untuk koreksi pH.
2. Pengadukan lambat untuk pembentukan flok-flok (15 menit, 20rpm). Pengadukan
yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk.
3. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui
sedimentasi (15 menit atau 30 menit, 0 rpm).
Proses flokulasi sebenarnya tidak bisa terganggu. Namun, efisiensi proses
tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar dan jenis zat
tersuspensi, pH larutan, kadar dan jenis flokulan, waktu dan kecepatan pengadukan
dan adanya beberapa macam ion terlarut yang tertentu (seperti pospat, sulfat dan
sebagainya). Faktor-faktor ini kalau kurang optimal dapat menghalangi flokulasi. Jar
test dapat digunakan untuk mencari nilai-nilai yang optimal melalui percobaan dalam
laboratorium (Sri Sumestri, 1987).



Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

23
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat-Alat dan Bahan-Bahan yang Dipergunakan
3.1.1 Alat-alat
- Baume meter
- Gelas ukur Pyrex 500 ml
- Pipet volume Pyrex 5 ml
- Pipet volume Pyrex 10 ml
- Turbidimeter 2100 N
- Beaker glass Pyrex 1000 ml
- Labu ukur Pyrex 100 ml
- Alat flokulator
- Comparator pH

3.1.2 Bahan-bahan
- Sampel (air Sungai Belawan)
- Larutan aluminium sulfat 1
- Aquadest

3.2 Cara Kerja
a) Pemeriksaan konsentrasi tawas
- Dimasukkan larutan tawas 1 % ke dalam gelas ukur sebanyak 500 ml.

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

24
- Dimasukkan baume meter ke dalam gelas ukur berisi larutan tawas dan dibaca
skala yang diperoleh.
- Hasil disesuaikan dengan tabel korelasi larutan tawas.
- Dicatat hasil yang diperoleh untuk dipergunakan pada proses penentuan dosis
alum (jar test).
b) Cara melakukan jar test
- Disiapkan seluruh peralatan dan bahan yang akan digunakan.
- Diperiksa turbiditas dan pH air baku (intake) yang akan dijar test.
- Disiapkan larutan tawas 1 % dengan cara :
1. Dimasukkan 500 ml larutan tawas ke dalam gelas ukur 500 ml, kemudian
dibaca tabel korelasi.
2. Dipipet 10 ml larutan tawas 1 %.
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquadest sampai
tanda batas.
- Diisi masing-masing beaker glass dengan 1000 ml air baku (intake), diturunkan
agitator jar test, diaktifkan alat dan diatur putaran pada 140 rpm untuk putaran
cepat dan diatur timernya selama 5 menit.
- Diinjeksikan masing-masing beaker glass dengan variasi konsentrasi tawas yang
diinginkan berdasarkan hasil perhitungan :
ml konsentrasi tawas =
- Diperhatikan kecepatan pembentukan flok dan tingkat kekeruhan secara visual,
diatur putaran pada posisi 30 rpm untuk putaran lambat, diatur timer selama 10
menit, dimatikan alat, diangkat agitator, didiamkan selama 20 menit untuk proses
mg/l larutan tawas yang diinginkan x volume sampel
1000 mg/l

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

25
pengendapan, diperhatikan secara visual kecepatan pengendapan flok, jumlah flok
yang akan mengendap dan melayang, serta kekeruhan air.
- Diperiksa dan dicatat turbiditas serta pH air pada masing-masing konsentrasi,
ditentukan dosis (konsentrasi yang terbaik) berdasarkan turbiditas dan pH air yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
- Ditampung sampel yang telah tercemar bahan kimia dalam wadah yang aman.


Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

26
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Percobaan
a) Tanggal Pemeriksaan : 25 Maret 2008
Jam : 08.00 WIB
Turbiditas Air Baku : 11,8 NTU
pH Air Baku : 7,1
Sampel : Air Baku/Intake II
Tabel 4.1 Data Jar Test 25 Maret 2008
Sampel Kuantitas 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
Tawas (ppm) 22,5 25 27,5 30 32,5 35
Konsentrasi Tawas 10,30 % Bak No. 3
pH setelah
Penambahan Tawas
6,7 6,7 6,7 6,7 6,5 6,5
Turbiditas setelah
Penambahan Tawas
11,2 4,4 3,24 1,30 2,75 4,3
Konsentrasi Al
2
(SO
4
)
3
.10H
2
0 = 30 ppm


b) Tanggal Pemeriksaan : 28 April 2008
Jam : 08.00 WIB
Turbiditas Air Baku : 232 NTU
pH Air Baku : 6,9
Sampel : Air Baku/Intake II

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

27
Tabel 4.2 Data Jar Test 28 April 2008
Sampel Kuantitas 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
Tawas (ppm) 42,5 45 47,5 50 52,5 55
Konsentrasi Tawas 10,94 % Bak No. 1
pH Air setelah
Penambahan Tawas
6,1 6,1 6,0 6,0 6,0 5,9
Turbiditas Air setelah
Penambahan Tawas
6,92 5,47 3,68 1,82 1,56 3,43
Konsentrasi Al
2
(SO
4
)
3
.10H
2
O = 50 ppm

c) Tanggal Pemeriksaan : 30 April 2008
Jam : 08.00 WIB
Turbiditas Air Baku : 61,2 NTU
pH Air Baku : 6,9
Sampel : Air Baku/Intake II
Tabel 4.3 Data Jar Test 30 April 2008
Sampel Kuantitas 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml 1000 ml
Tawas (ppm) 35 37,5 40 42,5 45 47,5
Konsentrasi Tawas 10,30 % Bak No. 3
pH Air setelah
Penambahan Tawas
6,3 6,3 6,3 6,3 6,3 6,3
Turbiditas Air setelah
Penambahan Tawas
4,12 3,08 2,66 1,45 2,98 3,03
Konsentrasi Al
2
(SO
4
)
3
.10H
2
O = 42,5 ppm


Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

28
4.2 Pembahasan
Dari ketiga perlakuan yang dicantumkan pada ketiga tabel di atas dapat dinyatakan
bahwa hasil optimum yang diperoleh adalah sebagai berikut :
- Pada tanggal 25 Maret 2008 turbiditas air baku sebesar 11,8 NTU, diperoleh
konsentrasi optimum aluminium sulfat sebesar 30 ppm dengan turbiditasnya
1,30 NTU.
- Pada tanggal 28 April 2008 turbiditas air baku sebesar 232 NTU, diperoleh
konsentrasi optimum aluminium sulfat sebesar 50 ppm dengan turbiditasnya
1,82 NTU.
- Pada tanggal 30 April 2008 turbiditas air baku sebesar 61,2 NTU, diperoleh
konsentrasi optimum aluminium sulfat sebesar 42,5 ppm dengan turbiditasnya
1,45 NTU.
Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi aluminium sulfat yang akan
digunakan untuk pengolahan air minum tergantung pada turbiditas (NTU) air baku
yang digunakan. Semakin tinggi turbiditas (NTU) dari air baku yang digunakan dalam
pengolahan air minum, maka konsentrasi aluminium sulfat yang digunakan akan
semakin besar. Seperti tanggal pemeriksaan 28 April 2008, konsentrasi aluminium
tawas yang digunakan adalah 50 ppm jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
konsentrasi aluminium sulfat pada tanggal 25 Maret 2008 yaitu 30 ppm. Perbedaan
turbiditas air baku ini disebabkan oleh beberapa hal yang mempengaruhi sumber air
baku yaitu berupa musim hujan dan musim kemarau.
Air baku yang memiliki kekeruhan (turbiditas) yang tinggi pada awalnya,
dengan adanya penambahan aluminium sulfat dalam proses pengolahan air maka
turbiditas air yang diperoleh menjadi rendah.


Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
- Kekeruhan (turbiditas) air yang diperoleh setelah penambahan aluminium sulfat
memenuhi standar kualitas air minum.
- Turbiditas air baku (intake) yang diperoleh yaitu :
a) Pada tanggal 25 Maret 2008 jam 08.00 WIB : 11,8 NTU
b) Pada tanggal 28 April 2008 jam 08.00 WIB : 232 NTU
c) Pada tanggal 30 April 2008 jam 08.00 WIB : 61,2 NTU
- Konsentrasi optimum aluminium sulfat yang diperoleh yaitu :
a) Pada tanggal 25 Maret 2008 jam 08.00 WIB : 30 ppm
b) Pada tanggal 28 April 2008 jam 08.00 WIB : 50 ppm
c) Pada tanggal 30 April 2008 jam 08.00 WIB : 42,5 ppm
- Kekeruhan (turbiditas) air pada konsentrasi optimum aluminium sulfat
yaitu :
a) Pada tanggal 25 Maret 2008 jam 08.00 WIB : 1,30 NTU
b) Pada tanggal 28 April 2008 jam 08.00 WIB : 1,82 NTU
c) Pada tanggal 30 April 2008 jam 08.00 WIB : 1,45 NTU






Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

30
5.2 Saran
- Sebaiknya pada saat pengukuran larutan aluminium sulfat dilakukan dengan
hati-hati, agar hasil yang lebih maksimal.
- Sebaiknya pada saat pembacaan skala baume meter dilakukan dengan cermat
dan teliti.


Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

31
DAFTAR PUSTAKA



Azwar Azrul, M. P. H. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan
Kedelapan. Jakarta: Penerbit PT. Mutiara Sumber Widya.

Fauzan. 2007. Selayang pandang IPA Limau Manis. Buletin Tirtanadi (Butir). Nomor
2: hal 15.

Gani, K. A. 2006. Belajar dari proses pengolahan air minum di IPA Sunggal. Buletin
Tirtanadi (Butir). Nomor 4: hal 7.

http://www.ftsp.uii.ac.id. Diakses tanggal 23 April, 2008.

Katalog PDAM Tirtanadi Medan.

Ray Linsley. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sari, D. A. 2006. Kenapa harus kalibrasi. Buletin Tirtanadi (Butir). Nomor 3: hal 7.

Sari, D. A. 2006. Hubungan antara kadar dan efisiensi pemakaian tawas di Instalasi
Pengolahan Air. Nomor 4: hal 15-23.

Sumestri Sri. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Suriawiria. 1993. Mikrobiologi Air. Cetakan Pertama. Edisi II. Bandung: Penerbit
Alumni Bandung.

Sutrisno Totok. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit PT. Rineka
Cipta.

Viessman, W. 1985. Water Supply and Pollution Control. Edisi IV. New York:
Harper and Row Publisher.






































Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

2
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/VII/2002
Tanggal 29 Juli 2002 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum



A. Kimia
1. Bahan-bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter Satuan
Kadar maksimum yang
diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Antimony (mg/liter) 0,005
Air raksa (mg/liter) 0,001
Arsenic (mg/liter) 0,01
Barium (mg/liter) 0,7
Boron (mg/liter) 0,3
Cadmium (mg/liter) 0,003
Kromium (mg/liter) 0,05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0,07
Fluorida (mg/liter) 1,5
Timah (mg/liter) 0,01
Molybdenum (mg/liter) 0,07
Nikel (mg/liter) 0,02
Nitrat (Sebagai NO
3
-
) (mg/liter) 50
Nitrit ((Sebagai NO
2
-
) (mg/liter) 3
Selenium (mg/liter) 0,01

2. Bahan-bahan inorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada
konsumen)
Parameter Satuan
Kadar maksimum
yang diperbolehkan
Keterangan
1 2 3 4
Ammonia (mg/liter) 1,5
Aliminium (mg/liter) 0,2
Klorida (mg/liter) 250
Copper (mg/liter) 1
Kesadahan (mg/liter) 500
Hidrogen Sulfida (mg/liter) 0,05
Besi (mg/liter) 0,3
Mangan (mg/liter) 0,1
pH (mg/liter) 6,5-8,5
Sodium (mg/liter) 200
Sulfate (mg/liter) 250
Total padatan terlarut (mg/liter) 1000
Seng (mg/liter) 3



Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

3

B. Bakteriologis
Parameter Satuan
Kadar maksimum
yang diperbolehkan
Keteranga
n
1 2 3 4


Jumlah per 100 ml sampel
a. Air Minum

E.Coli atau fecal coli


0




Jumlah per 100 ml sampel
Jumlah per 100 ml sampel
b. Air yang masuk
sistem distribsui

E.Coli atau fecal coli
Total Bakteri Coliform



0
0




Jumlah per 100 ml sampel
Jumlah per 100 ml sampel
c. Air pada sistem
distribusi

E.Coli atau fecal coli
Total Bakteri Coliform



0
0



C. Fisik
Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Keterangan
1 2 3 4
Kekeruhan NTU 5
Rasa - -
Bau - -
Temperatur
o
C Suhu udara 3
o
C
Warna TCU 15










Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

4
TABEL PEMAKAIAN TAWAS UNTUK PROSES PENGOLAHAN



No turbiditas Konsentrasi aluminium sulfat
(ppm)
1 5 20 27,5
2 21 - 40 30
3 41 - 60 35
4 61 - 80 40
5 81 - 150 45
6 151 - 250 50
7 251 350 55
8 351 450 60
9 451 600 65
10 601 750 70
11 751 900 75
12 901 1050 80
13 1051 1200 85
14 1201 1350 90
15 1351 1500 95
16 1501 1650 100
17 1651 1700 105
18 1701 1850 110
19 1851 2000 115






Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

5
TABEL KORELASI KONSENTRASI TAWAS



No Degree baume meter
(
o
Be)
Konsentrasi tawas
(%)
1 1,0 1,40
2 1,5 2,10
3 2,0 2,80
4 2,5 3,50
5 3,0 4,20
6 3,5 4,75
7 4,0 5,70
8 4,5 6,50
9 5,0 7,30
10 5,1 7,46
11 5,2 7,62
12 5,3 7,78
13 5,4 7,94
14 5,5 8,10
15 5,6 8,26
16 5,7 8,42
17 5,8 8,58
18 5,9 8,74
19 6,0 8,90
20 6,1 9,04
21 6,2 9,18
22 6,3 9,32
23 6,4 9,46
24 6,5 9,60
25 6,6 9,74
26 6,7 9,88
27 6,8 10,02
28 6,9 10,16
29 7,0 10,30
30 7,1 10,46
31 7,2 10,62
32 7,3 10,78
33 7,4 10,94
34 7,5 11,10
35 7,6 11,26
36 7,7 11,42
37 7,8 11,58
38 7,9 11,74
39 8,0 11,90
40 8,1 12,06
41 8,2 12,22

Beny Efriandi : Pengaruh Konsentrasi Optimum Tawas Terhadap Turbiditas Dengan Metode J AR Test Di PDAM
Tirtanadi Instalasi Sunggal, 2008.
USU Repository 2009

6
42 8,3 12,38
TABEL KORELASI KONSENTRASI TAWAS (LANJUTAN)



No Degree baume meter
(
o
Be)
Konsentrasi tawas
(%)
43 8,4 12,54
44 8,5 12,70
45 8,6 12,86
46 8,7 13,02
47 8,8 13,18
48 8,9 13,34
49 9,0 13,50
50 9,1 13,67
51 9,2 13,84
52 9,3 14,01
53 9,4 14,18
55 9,5 14,35

You might also like