You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) A.

DEFINISI Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram sampai dengan 2499 gram (Hassan, 2005). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah semua bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2.499) tanpa melihat usia kehamilan (Saifudin, 2002). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2000). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (IDAI, 2004). Kesimpulan, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir < 2500gr tanpa memandang masa gestasi. B. ETIOLOGI Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu adalah umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Yayan Akhyar, 2007). 1. Faktor ibu a. Penyakit : 1) Toksemia gravidarum 2) Perdarahan antepartum 3) Trauma fisik dan psikologis 4) Nefritis akut 5) Diabetes mellitus b. Usia Ibu: 1) Usia >35 tahun. 2) Multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat c. Keadaan Sosial : 1) Golongan sosial ekonomi rendah 2) Perkawinan yang tidak sah d. Sebab Lain :
1|Page

1) Ibu yang perokok 2) Ibu peminum alkohol 3) Ibu pecandu narkotik 2. Faktor janin : a. Hidramnion b. Kehamilan ganda c. Kelainan kromosom 3. Faktor lingkungan : a. Tempat tinggal di dataran tinggi b. Radiasi c. Zat-zat racun C. KLASIFIKASI 1. Menurut Ukuran a. Bayi BBLR : bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gr tanpa memperhatikan usia gestasi. b. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir eksterm rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1000 gr. c. BBL sangat rendah : bayi yang lahir dengan berat badan <1500 gr d. Berat badan lahir rendah sedang : bayi yang lahir dengan berat badan antar 15012500 gr. d.Bayi berat sesuai usia gestasi : bayi yang lahir dengan berat badan berada diantara persentil ke-10 dan ke-90 pada kurva pertumbuhan intra uterin. e. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi : bayi yang lahir dengan berat badan berada dibawah persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intra uterin. 2. Menurut penanganan dan harapan hidup a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1500 gram c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir 1000 gram (Saifuddin, 2000). 3. Menurut golongan a. Prematuritas murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut noenatus kurang bulansesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). b. Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) Hassan (2005). 4. Menurut Usia Gestasi a. Bayi Prematur (praterm) : Bayi yang lahir sebelum gestasi minggu ke-37, tanpa memperhatikan berat badan lahir.

2|Page

b. Bayi full-term : Bayi yang lahir antara awal minggu ke-38 sampai akhir gestasi minggu ke- 42 tanpa memperhatikan berat badan lahir. c. Bayi postmatur (posterm) : Bayi lahir lebih dari usia gestasi, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Nursalam, 2005). D. TANDA DAN GEJALA 1. Kepala lebih besar dari badan. 2. Kulit tipis, Transparan, lanugo banyak dan lemak subkutan kurang. 3. Tangis lemah atau jarang. 4. Pernafasan tidak teratur, sering timbul apnea. 5. Sikap selalu dalam keadaan abduksi kedua paha dengan sendi lutut dan pergelangan kaki dalam Fleksi / lurus. 6. Reflek moro positif. 7. Reflek Tonik leher lemah. 8.Usia < 20 atau > 35 tahun), (Sarwono Prowiroharjo, 2002). E. PATOFISIOLOGI Bayi berat lahir rendah dibagi menjadi dua golongan yaitu prematuritas murni dimana masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut noenatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu yang berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Penyebab prematuritas antara lain dari factor ibu yaitu penyakit toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis, nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut, tindakan operatif, usia dibawah 20 tahun, multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat, golongan soial-ekonomi rendah maupun bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, sedangkan dari factor janin adalah hidramnion dan kehamilan ganda. Penyebab dismaturitas adalah segala keadaan yang menyebabkan gangguan pertukaran zat antara ibu dan janin. Karakteristik fisis bayi dismaturitas terutama pre-term sama dengan bayi premature mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah wasting, demikian pula pada postterm dengan dismaturitas. System pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi premature. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsioonal paruparu pada dasarny akecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi
3|Page

hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Analisa gas darah ( pH kurang dari 7,20 ). 2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek). 3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi. 4. Pengkajian spesifik 5. Pemeriksaan fungsi paru 6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler 7. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia 8. Titer Torch sesuai indikasi 9. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi 10. Pemantauan elektrolit 11. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ). G. PENATALAKSANAAN 1. Penanganan bayi : Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. 2. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. 3. Pelestarian suhu tubuh : Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0
4|Page

C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. 4. Inkubator : Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah. 5. Pemberian oksigen : Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. 6. Pencegahan infeksi : Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit. 7. Pemberian makanan : Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm. H. KOMPLIKASI 1. SGN, penyakit membran hialin, biasanya disebabkan oleh surfaktan yang inadekuat/tidak sempurna dalam tubuh. 2. Pneumonia aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum sempurna. 3. Pre ventrikuler-intra ventrikuler hemoragi, perdarahan spontan pada ventrikel otak yang biasanya disebabkan oleh anoksia jaringan. 4. Hiperbilirubenemia karena gangguan pertumbuhan hati.

5|Page

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR A. PENGKAJIAN 1. Identitas 2. Masalah yang berkaitan dengan ibu a. Penyakit seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes melitus. b. Riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol dan rokok. 3. Bayi pada saat kelahiran a. Berat badan biasanya <2500 gr, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relatif lebih besar dibanding dada. (lingkar kepala <33 cm, lingkar dada <30cm), panjang badan 45 cm. b. Kardiovaskuler, denyut jantung rata-rata 120-160 per menit pada bagian apikal, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian interkostal, aritmia, tekanan darah sistor 45-60 mmHg, nada bervariasi antara 100-160x/ menit. c. Gastrointestinal, penonjolan abdomen, pengeluaran mikonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, refleks menelan dan menghisap yang lemah, peristaltik usia dapat terlihat. d. Mukoloskeletal, tulang kertilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut. e. Paru, jumlah pernafasan rata-rata antara 40-60 permenit diselingi periode apnea, pernafasan tidak teratur, flaring nasal, dengkuran, terdengar suaara

gemeresiklipoprotein paru-paru. f. Urinaria, berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, ketidak mampuan untuk melarutkan eksresi kedalam urine. g. Reproduksi, bayi perempuan : klitoris yang menonjol dengan labia mayora yanng belum berkembang ; bayi laki-laki skrotum yang belum berkembang sempurna dengan ruga ynag kecil, testis tidaktirun kedalam skrotum. 4. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa ke Rumah sakit. Biasanya yang dikeluhkan pada bayi BBLR adalah berat badan lahir kurang dari 2500 gram, pernapasan cepat, bayi kurang bisa menyusu. b. Riwayat Penyakit Saat Ini Pada riwayat perjalanan ini, diuraikan secara kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan penderita sebelum ada keluhan sampai

6|Page

bayi dibawa ke rumah sakit (bagaimana keadaan bayi dari lahir dan obat-obatan apa yang telah diberikan). c. Riwayat antenatal Hal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu : Keadaan ibu selama hamil dengan penyakit anemia, hipertensi, gizi buruk, penyakit kolagen : infeksi maternal seperti rubella, tumor uterus, kebiasaan merokok, ketergantungan obat-obatan dengan efek samping teratogenik (anti metabolik, anti konvulsan, trimetadon) atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm). d. Riwayat kesehatan keluarga Gangguan kardiopulmonal, penyakit infeksi, gangguan genetik, diabetes mellitus. 5. Pola Fungsional Sehat (Gordon) a. Pola Nutrisi- Metabolik Hal yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR, gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena. Kebutuhan minum pada neonatus : 1) Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari 2) Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari 3) Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari 4) Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari 5) Tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari. b. Pola Eliminasi 1) BAB : frekuensi, jumlah, konsistensi, perhatikan adanya darah dalam feses. 2) BAK : frekuensi, jumlah. 6. Pemeriksaan Fisik a. Kadaan umum b. Tanda-tanda vital : Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipotermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C-37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernapasan belum teratur. c. Head to toe : 1) Kepala : Hal yang perlu dikaji rambut tipis dan halus, sutura tengkorak dan fontanel melebar: penonjolan fontanel karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat. Cacat bawaan (Myrocepalus, hydrocepalus, dan lain7|Page

lain), trauma jalan lahir. Kepala kecil dengan dahi menonjol, kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial. 2) Mata : Pelebaran tampilan mata (dihubungkan dengan hipoksia in utero kronis), kemungkinan cacat bawaan (mikroftalmia, katarak, dan lain-lain). Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva. 3) Hidung : Batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, tanda-tanda distres pernafasan mungkin ada, khususnya pada adanya sindrom aspirasi mekonium, mukus mungkin hijau pekat, pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. 4) Mulut : Bibir atas tipis, dagu maju, refleks menelan dan menghisap yang lemah, mukosa mulut (kotor, bersih), ada lendir atau tidak. 5) Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan, bentuk/simetris, letaknya, pendengaran, cacat bawaan, dan lain-lain. 6) Muka : Pals muka, tanda-tanda dismorfik, seperti lipatan epkantus, jarak mata yang lebar, adanya kelainan bentuk, kelainan letak, trauma. 7) Leher : Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek, trauma atau akibat fiksasi posisi bayi dapat menimbulkan hematom atau fibrosis. 8) Jantung : Denyut jantung rata-rata 120 sampai 160 permenit pada bagian apical dengan ritme yang teratur; pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian interkostal, yang menunjukkan aliran darah dari kanan kiri karena hipertensi atau atelektasis paru. 9) Abdomen : Dapat tampak skafoid atau konkaf, pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam ; ada atau tidak ada anus ; ketidaknormalan congenital lain. 10) Genetalia : Bagi perempuan: klitoris yang menonjol dengan labia mayora yang belum berkembang; bagi laki-laki: skrotum yang belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, testis tidak turun ke dalam skrotum. 11) Anus : Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari feses. 12) Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya, warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan. 13) Pertumbuhan dan Perkembangan : Riwayat tumbuh kembang meliputi berat badan, panjang badan, lingkar kepala/dada dan lengan saat lahir, BB lahir normal 2500-3000 gram, PB 45-50 cm, LK 32-37 cm (Nursalam, 2001). B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi/hipoventilasi,
8|Page

Tujuan: pola napas tidak efektif teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil: Pernapasan 30-60x/mnt Nadi 90-170x/mnt Tidak terjadi sianosis Pernapasan teratur Tidak ada ronchi Tidak ada wheezing

Intervensi : 1) Ukur tanda-tanda vital: pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan kesehatan pasien 2) Kaji adanya sianosis R/Mengetahui bahaya sianosis 3) Beri posisi nyaman R/memberikan kenyamanan 4) Bantu ADL pasien R/memenuhi kebutuhan pasien 5) Libatkan keluarga dalam ADL pasien R/memenuhi kebutuhan pasien dan mengurangi beban kerja perawatan 6) Kolaborasi/lanjutkan pemberian nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 7) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 2. Resiko ketidak setidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi. Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak muntah Berat badan normal/ideal Reflek menghisap meningkat Peristaltik usus 5-35x/menit Tonus otot baik

Intervensi:
9|Page

1) Ukur tanda-tanda vital: nadi, pernapasan, suhu. R/mengetahui keadaan pasien 2) Kaji tonus otot dan turgor kulit R/mengetahui kecukupan nutrisi dan cairan pasien 3) Timbang berat badan tiap hari R/mengetahui perubahan berat badan pasien 4) Monitor adanya muntah R/mengetahui keadaan pasien 5) Kaji reflek menghisap R/Mengetahui perkembangan pasien 6) Hitung balance cairan R/mengetahui kekurangan dan kebutuhan pasien 7) Monitor intake makanan/minuman R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi pasien 8) Kolabora/lanjutkan pemberian nutrisi sesuai diet R/memenuhi kebutuhan nutrisi pasien 9) Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat. Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3x24jam dengan kriteria hasil: Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan Hasil laboratorium darah normal (Leukosit, Hb)

Intervensi: 1) Monitor tanda-tanda peradangan R/untuk melihat tanda-tanda peradangan 2) Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi) R/Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi 3) Memandikan bayi 2x/hari (pagi dan sore). R/memberikan kenyamanan, kebersihan, tidak infeksi. 4) Monitor pemeriksaan Laboratorium darah R/untuk melihat kandungan darah 5) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/untuk menghindari inos 6) Batasi pengunjung
10 | P a g e

R/untuk mencegah inos 7) Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari. R/Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan. 8) Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi R/Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman. 9) Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara R/mempercepat penyembuhan 4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolar. Tujuan: Kerusakan pertukaran gas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil: Pernapasan 30-60x/mnt Nadi 60-100x/mnt GDA normal Tidak ada ronchi Tidak ada wheezing

Intervensi: 1) Ukur tanda-tanda vital: nadi, pernapasan, suhu R/mengetahui kondisi pasien 2) Kaji fungsi pernapasan: frekuensi, bunyi, irama, jenis R/mengetahui pola napas pasien 3) Monitor adanya sianosis R/mengetahui keadaan pasien 4) Beri posisi nyaman R/memberikan kenyamanan 5) Bantu ADL pasien R/memenuhi kebutuhan pasien 6) Libatkan keluarga dalam ADL pasien R/memenuhi kebutuhan pasien dan mengurangi beban kerja perawatan 7) Kolaborasi/lanjutkan pemberian nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 8) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 5. Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhambat. Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
11 | P a g e

dengan kriteria hasil: Pernapasan 30-60x/mnt Nadi 90-170x/mnt Tidak terjadi sianosis Pernapasan teratur Tidak ada ronchi Tidak ada wheezing

Intervensi: 1) Ukur tanda-tanda vital: pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan kesehatan pasien 2) Kaji adanya sianosis Mengetahui bahaya sianosis 3)Beri posisi nyaman

R/memberikan kenyamanan 3) Bantu ADL pasien R/memenuhi kebutuhan pasien 4) Libatkan keluarga dalam ADL pasien R/memenuhi kebutuhan pasien dan mengurangi beban kerja perawatan 5) Kolaborasi/lanjutkan pemberian nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 6) Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen C. DISCHARGE PLANNING Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

12 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA Hassan, Rusepno (Ed). 2005. Buku kuliah 3 ilmu kesehatan anak, Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Nursalam. 2005. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : FKUI Saifuddin, Abdul Bari (Ed.). 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2002. Ilmu Kesehatan Anak ,Jakarta : FKUI Sarwono, 2002. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC www.google.com

13 | P a g e

You might also like