You are on page 1of 87

TESIS

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009)

NI NYOMAN YINTAYANI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

ii

TESIS

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009)

NI NYOMAN YINTAYANI NIM : 079 166 2011

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009)

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI NYOMAN YINTAYANI NIM 079 166 2011

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA


UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011

ii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. A.A G.P.Widanaputra,SE,MSi,Ak. NIP. 196503231991031004

Dr.M.G.Wirakusuma,SE,MSi. NIP. 196511221992031004

Mengetahui

Ketua Program Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Dr. I Ketut Budiartha,SE.,M.Si.,Ak. NIP. 19591202 198702 1 001

Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi.Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

iii

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No:

Ketua : Anggota :

Dr. A.A G.P.Widanaputra,SE,MSi,Ak.

1. Dr.M.G.Wirakusuma,SE,MSi. 2. Dr. I Ketut Budiartha,SE.,M.Si.,Ak. 3. Dr. I.B. Dharmadiaksa, MSi.Ak. 4. Ni Made Adi Erawati,SE,MSi.

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Denpasar, Agustus 2011 Yang menyatakan

Ni Nyoman Yintayani

UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Corporate Social Responsibility (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di bursa Efek Indonesia Tahun 2009) Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. AAGP.Widana Putra,SE,MSi,Ak. Sebagai pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti kuliah program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak Dr.M.G. Wirakusuma, SE,MSi. Sebagai pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr.dr. Made Bakta,Sp.PD (KHOM), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,Sp. (K), atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswi Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof . Dr. I Wayan Ramantha,SE.,M.M.,Ak.,CPA., Dekan fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program magister. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. made Gede Wirakusuma, SE.,M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi, sebagai pembimbing dan penguji, Bapak Dr. I Ketut Budiartha,SE.,M.Si., Ak., Ketua Program magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, sekaligus sebagai penguji.Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Dr. A.A G.P. Widanaputra, SE.,M.Si.,Ak sebagai pembimbing dan penguji.

vi

Ucapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Bapak Dr. I.B. Dharmadiaksa, MSi.Ak. dan Ibu Ni Made Adi Erawati,SE,MSi yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga tesis ini terwujud seperti ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Bursa Efek Indonesia, Ni Wayan Rustiningsih, Gede Cahyadi, I Made Wijana, I Nyoman Mandia, rekan-rekan di Politeknik Negeri Bali, atas bantuan dan informasi dalam proses penyelesaian tesis ini. Terima kasih khusus penulis persembahkan kepada Ibunda Ni Putu Watya, Bapak I Wayan Kawi,S.Pd, Bapak I Made Kara atas dorongan, dukungan, motivasi, serta doa selama mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

Agustus, 2011

Penulis

vii

viii

ABSTRAK

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009) Penelitian ini merupakan studi empiris untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajemen (MAN), leverage (DER), profitabilitas (ROA), tipe industri (IND) terhadap pengungkapan informasi social perusahaan (CSR). Hipotesis yang pertama yang diajukan adalah kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial, hipotesis kedua adalah tingkat levarage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan informasi sosial, hipotesis ketiga adalah profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial, hipotesis keempat adalah tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial. Sampel dipilih menggunakan purposif sampling sehingga diperoleh jumlah sempel sebanyak 132 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dibursa efek Indonesia tahun 2009. Kepemilikan manajemen (MAN) diukur dengan prosentase saham yang dimiliki manajemen, (2) tingkat levarage (LEV) diukur denga rasio hutang, (3) Profitabilitas (PM) diukur dengan net profit margin, (4) tipe industri (IND) diukur dengan mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile. CSR diukur dengan indek CSR. Data tersebut kemudian diuji normalitas, multikolineritas, heteroskedastisitas. Analisis data menggunakan regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hipotesis pertama tidak terdukung yaitu kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap CSR. Hasil pengujian hipotesis kedua terdukung yaitu leverage berpengaruh negatif terhadap CSR. Hasil pengujian hipotesis ketiga terdukung yaitu profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSR. Hasil pengujian hipotesis keempat tidak terdukung yaitu tipe industri berpengaruh negatif terhadap CSR. Kata Kunci : kepemilikan manajemen, leverage, profitabilitas, tipe industri, CSR.

ix

ABSTRACK

FACTORS THAT INFLUENCE CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY (EMPIRICAL STUDY ON LISTED COMPANY STOCK EXCHANGE IN INDONESIA YEAR 2009) The study is an empirical study to determine the influence of management ownership (MAN), leverage (DER), profitability (ROA),and the type of industry (IND) to the disclosure of social information (CSR) of companies. The first hyphotesis put forward is that management ownership positively influences on the social information disclosure policy, the second hyphotesis is the level of leverage negatively influence social information disclosure,the third hyphotesis is the profitability of the company positively influences in social information disclosure, the fourth hyphotesis is the type of industry has a positive influence on disclosure of social information. The sample was selected using purposive sampling in order to obtain the number of sampling as many as 132 companies. The sample in this study are companies registered in Indonesia stock exchange year 2009 Ownership Management (MAN) was measured by (1) the percentage of shares owned by management, (2) the level of leverage (LEV) measured by ratio of debt, (3) profitability (PM) measured by net profit margin, (4) the type of industry (IND) was measured by classifying mining industry, chemical industry and forestry as high profile industries. On the basis of the above groupings, the study then classified construction industry, mining, agriculture, forestry, fisheries, chemical, automotive, consumer goods, food and beverage, paper pharmaceutical and plastic as high profile industries. CSR is measured by the CSR index, The data was then tested using normality, multikolineritas, heeterokedastisitas. Analysis of data applied multiple regressions to determine the influence of independent variables on the bound ones. The result showed that the first hyphotesis is not supported, the management ownership negatively influence on CSR. The test result of the second hyphotesis was supported, leverage negatively influence of on CSR. The test result supported the third hyphotesis that profitability has a positive influence on CSR. The result of the fourth hyphotesis testing was not supported, in this case the type of industry a negatively influence on CSR. Key words : property management, leverage, profitability, industry type, CSR.

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM .................................................................................... PRASYARAT GELAR ............................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................................... PERNYATAAN ........................................................................................ UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... ABSTRAK ................................................................................................ ABSTRACT ............................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1.2 Perumusan Masalah .......................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Regulasi .................................................................... 2.2 Teori Keagenan .................................................................. 2.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility ................. 2.4 Pelaporan Informasi Sosial dan Pemilihan Kebijakan Akuntansi ............................................................................ 2.5 Corporate Governance........................................................ 2.6 Kepemilikan Manajerial ...................................................... 2.7 Financial Leverage ............................................................. 2.8 Profitabilitas ....................................................................... 2.9 Tipe Industri ........................................................................ KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir .............................................................. 3.2 Konsep ............................................................................... 3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap CSR 3.2.2 Pengaruh Financial Levarage terhadap CSR ......... 3.2.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap CSR ................... 3.2.4 Pengaruh Tipe Industri terhadap CSR .................... 3.3 Hipotesis ............................................................................. METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ........................................................ 4.2 Penentuan Sumber Data .................................................... Halaman i ii iii iv v vi viii ix x xii xiii xiv 1 5 5 5 6 6 7 11 13 15 16 17 18

BAB II

BAB III

20 21 21 21 22 23 24 25 26

BAB IV

xi

4.3 4.4 4.5 4.6 BAB V

Variabel Penelitian ............................................................. Instrumen Penelitian ......................................................... Prosedur Pengumpulan Data ............................................. Teknik Analisis .................................................................

26 27 27 28 32 32 34 34 35 36 36 36 37 39 39 41 42 44 45 47 48

HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Sampel Penelitian .............................................. 5.2 Statistik Deskriptif ............................................................. 5.3 Uji Asumsi Klasik ............................................................. 5.3.1 Uji Normalitas ......................................................... 5.3.2 Uji Heteroskedastisitas ............................................ 5.3.3 Uji Multikolinearitas ............................................... 5.4 Uji Hipotesis ...................................................................... 5.4.1 Uji Statistik F .......................................................... 5.4.2 Uji Statistik t ........................................................... 5.4.3 Hasil Uji Statistik F ................................................. 5.4.4 Nilai R Squer ........................................................... PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap CSR .......... 6.2 Pengaruh Laverage Terhadap CSR.................................... 6.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap CSR .............................. 6.4 Pengaruh Tipe Industri Terhadap CSR ..............................

BAB VI

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan ............................................................................ 7.2 Saran .................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................. 20

xiii

DAFTAR TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 Statistik Deskriptif ................................................................ Uji Normalitas ....................................................................... Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ...................................... Hasil Pengujian Multikolinearitas ......................................... Hasil Uji F ............................................................................. Hasil Analisis Regresi Berganda ........................................... Uji Statistik F ......................................................................... Nilai R Squer ......................................................................... 33 35 35 36 37 38 39 39

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Item-item pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) ...................... Lampiran 2 Jenis Industri MAN, CSR, ROA, DER tahun 2009............. Lampiran 3 Hasil Analisis Data .............................................................. 55 60 68

xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) merupakan suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan (http://wikipedia.com/). Pada dasarnya tanggung jawab sosial usaha sudah muncul pada saat operasi perusahaan dimulai. Sebagaimana diketahui bagaimana pun, kelangsungan perusahaan sangat bergantung pada dukungan banyak pihak. Untuk itulah perlu selalu dijaga hubungan (relationship) yang harmonis antara perusahaan dengan lingkungannya. Misalnya, tanpa adanya pemasok, maka kelangsungan bahan

baku bagi perusahaan menjadi tersendat-sendat, tanpa adanya konsumen, produk akan mubazir tidak ada yang membeli, tanpa adanya karyawan, maka operasi perusahaan menjadi terhambat, tanpa adanya perhatian terhadap masyarakat sekitar perusahaan, akan mengakibatkan keamanan dan kenyamanan berusaha menjadi terganggu. Dengan demikian saat ini pelaku usaha harus memperhatikan aspek keuangan, sosial, dan lingkungan atau sering disebut triple bottom line. Sinergi ketiga elemen tersebut merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta organisasi masyarakat,

pendidikan, berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. (http:www.lensa.etf.com/). CSR merupakan salah satu bagian dari prinsip good corporate governance (GCG). Seperti diketahui ada empat prinsip dalam GCG yaitu fairness, transparency, accountability and responsibility. Fairness, transparency dan accountability lebih memberi penekanan terhadap pemegang saham, sehingga ketiga prinsip tersebut lebih mencerminkan shareholders driven concept., yaitu. perusahaan harus memperhatikan kepentingan stake holders perusahaan dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakan. Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal (kaum kapitalis) sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Kapitalisme yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi

bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadi mengalami penurunan kondisi sosial (Galtung & Ikeda, 1995) dan (Rich 1996) dalam (Chwastiak 1999). Di dalam akutansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan. Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, serta masyarakat. Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberi informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktifitas sosialnya.Oleh karena itu, dalam perkembangan sekarang ini akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai social responsibility accounting (SRA) atau akuntansi pertanggungjawaban sosial. Owen (2005) mengatakan bahwa kasus Enron di Amerika telah menyebabkan perusahaan-perusahaan lebih memberikan perhatian yang besar terhadap pelaporan sustainabilitas dan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu-isu yang berkaitan dengan reputasi, manajemen risiko dan keunggulan kompetitif tampak menjadi kekuatan yang mendorong perusahaan untuk

melakukan pengungkapan informasi sosial. Dari hasil studi literatur yang

dilakukan oleh Finch (2005) menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial lebih banyak dipengaruhi oleh usaha untuk mengkomunikasikan stakeholder mengenai kinerja manajemen dalam mencapai manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang. Belkaoui (1989) menemukan hasil (1) pengungkapan sosial mempunyai hubungan yang positif dengan kinerja sosial perusahaan, (2) ada hubungan positif antara pengungkapan sosial dengan visibilitas politis, (3) ada hubungan negatif antara pengungkapan sosial dengan tingkat financial levarage. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan citra peusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, 1988). Perusahaan dengan rasio tingkat yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio tingkat yang rendah. Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low-profile. Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowma dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston Milne, 1996).

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan yang ingin dikaji

dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajemen, tingkat leverage,

profitabilitas perusahaan, tipe industri berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan tahunan pada perusahaan- perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia, tahun 2009?

1.3

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

kepemilikan manajemen, tingkat leverage, tingkat profitabilitas perusahaan, tipe industri, berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk mengungkapkan

informasi sosial di dalam laporan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada bursa efek Indonesia tahun 2009.

1.4 1.4.1

Manfaat Penelitian Bagi Akademisi Memberikan pemahaman mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan keuangan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada BEI tahun 2009, sehingga dapat membuka wawasan penelitian yang lebih luas. 1.4.2 Bagi Penelitian Selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan atau bahan referensi untuk penelitian yang mendalam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Regulasi Teori regulasi adalah peraturan khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendukung terjalinnya hubungan yang serasi, seimbang, sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, budaya masyarakat setempat, untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. (http://id.wikipedia.org/wiki/teori_regulasi).

2.2. Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara principal dan agen (dikembangkan Jensen dan Meckling, 1976; dan Fama dan Jensen, 1983). Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahaan antara kepemilikan (pihak principal/pemegang saham) dan pengendalian (pihak agent/manajer). Pemegang saham memiliki harapan bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Oleh karena itu, kontrak yang baik antara pemegang saham dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan spesifikasi-spesifikasi apa sajakah yang harus dilakukan manajer dalam mengelola dana para pemegang saham, dan spesifikasi tentang pembagian return antara manajer dengan pemegang saham. Namun pada kenyataannya, manajer tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga menimbulkan agency problems yang diakibatkan oleh perbedaan kepentingan kedua belah pihak.

Agency problems dapat merugikan pemegang saham karena tidak terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan sehingga tidak memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang memadai. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap agency problems. Corporate governance diharapkan memberikan keyakinan kepada para pemegang saham bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Aspek-aspek corporate governance seperti kepemilikan

manajerial kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan jumlah anggota komite audit dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan (Black et al, 2003; Daryatno, 2004; Harjoto dan Jo, 2007).

2.3. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Secara konseptual, pengungkapan (disclosure) merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan (Suwarjono, 2005). Hendriksen (2000) mendefinisikan pengungkapan sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Bentuk pengungkapan pada dasarnya bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Perusahaan melakukan pengungkapan baik informasi keuangan maupun non keuangan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu informasi yang wajib untuk

diungkapkan perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam UndangUndang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Dengan demikian CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela (Wahyudi dan Azheri, 2008). Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering disebut dengan social disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews, 1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi perusahaan terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham (Gray et al, 1987). Menurut The World Business Council for Sustainable Development, CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen bisnis untuk

memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerja sama dengan karyawan, komunitas setempat dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan bersama antara pemerintah, lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat (Cowen et al, 1987). Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan berdasarkan nilai-nilai keadilan dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat maka perusahaan kehilangan legitimasinya sehingga dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Jadi pengungkapan informasi CSR merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Haniffa dan Cooke, 2005). Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan CSR telah diteliti sebelumnya seperti untuk mentaati peraturan, memperoleh keunggulan kompetitif, memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan ekspektasi masyarakat, melegitimasi tindakan perusahaan, dan menarik investor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hasnas, 1998; Patten, 1992, dalam Basamalah dan Jeremias, 2005). Dalam studi literatur Finch (2005), motivasi perusahaan menggunakan sustainability reporting framework adalah untuk mengkomunikasikan kinerja manajemen dalam mencapai keuntungan jangka panjang kepada stakeholder. Aktivitas CSR juga terbukti dapat meningkatkan reputasi sehingga memperbaiki hubungan dengan

pihak bank, investor, atau lembaga pemerintahan, dan hasil perbaikan hubungan tersebut tercermin pada keuntungan ekonomi perusahaan (Harjoto dan Jo, 2007). Dari aspek ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangan dalam jangka panjang. Dari aspek investasi, investor juga memiliki kecenderungan menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki kepedulian pada masalah sosial. Perusahaan akan menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Dalam aspek hukum, perusahaan harus taat pada peraturan pemerintah seperti Undang-Undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 dan Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang mengharuskan perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Jika peraturan ini dilanggar maka perusahaan akan menanggung risiko untuk diberhentikan operasinya (Wahyudi dan Azheri, 2008). Darwin (2004) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Gloutie dalam Hartanti (2006) menyatakan bahwa tema-tema yang diungkapkan dalam wacana akuntansi tanggung jawab sosial adalah: 1) Kemasyarakatan, mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti

perusahaan, misalnya aktivitas terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

10

2) Ketenagakerjaan, meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi, dan lainnya. 3) Produk dan konsumen, melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan. 4) Lingkungan hidup, yaitu aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam. Grey et al (1995) mengatakan bahwa sifat dan volume pelaporan mengenai pertanggungjawaban sosial perusahaan bervariasi antar waktu dan antar negara. Hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh satu negara mungkin akan menjadi kurang penting bagi negara lain. Lewis dan Unerman (1999) mengatakan bahwa variasi pelaporan tersebut disebabkan oleh budaya atau norma yang berlaku pada masing-masing negara.

2.4. Pelaporan Informasi Sosial dan Pemilihan Kebijakan Akuntansi Dalam penelitian akuntansi dibutuhkan penelitian terhadap hubungan bisnis dan masyarakat dalam rangka untuk mengidentifikasi kembali peran dan tugas perusahaan dari ekonomi murni menuju ke institusi ekonomi sosial (Dierkes dan Antal, 1986), dalam (Mangos dan Lewis, 1995). Mangos dan lewis (1995) mengatakan perlunya paradigma sosial ekonomi untuk menganalisis

11

pemilihan praktik akuntansi oleh manajemen. Mereka menyarankan perlunya pertimbangan terhadap faktor tanggung jawab sosial perusahaan ketika kita melakukan pengujian terhadap teori akuntansi positif (positive accounting theory). Dengan analisis ini maka akan dapat membantu manajemen memahami respon mereka terhadap masalah-masalah sosial ekonomi dan hubungannya dengan nilai perusahaan. Levarage makin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan harus menyajikan laba yang lebih tinggi pada saat sekarang dibandingkan laba di masa depan. Supaya perusahaan dapat menyajikan laba yang lebih tinggi, maka perusahaan harus mengurangi biaya- biaya (termasuk biaya-biaya untuk mengungkapkan informasi sosial). Eipstein dan Freedman (1994) menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Informasi tersebut berupa keamanan dan kualitas produk serta aktivitas lingkungan. Selain itu mereka menginginkan informasi mengenai etika, hubungan dengan karyawan dan masyarakat. Hackston dan Milne (1996) menyajikan bukti empiris mengenai praktik pengungkapan lingkungan dan sosial pada perusahaan-perusahaan di New Zealand serta menguji beberapa hubungan potensial antara karakteristik perusahaan dengan penelitiannya dengan penelitian yang sudah dilakukan di negara lain. Ukuran perusahaan dan industri berhubungan dengan jumlah pengungkapan sedangkan profitabilitas tidak. Interaksi antara ukuran perusahaan dan industri menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara

12

perusahaan dalam industri yang High-profile dibandingkan dengan industri yang low- profile.

2.5. Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001) merumuskan corporate governance sebagai sistem tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak berkepentingan (stakeholders). Daily & Dalton (1993) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan pemegang saham. Konsep corporate governance merupakan suatu tata kelola perusahaan yang didasarkan pada teori keagenan. Corporate governance diharapkan dapat mengatasi agency problems dengan memberi keyakinan kepada para pemegang saham bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan atas modal yang telah ditanamkan pemegang saham, dan berkaitan dengan bagaimana para pemegang saham dapat mengkontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997). Survei yang dilakukan Mc. Kinsey (2002) menunjukkan bahwa corporate governance menjadi perhatian utama investor khususnya pada pasar-pasar yang berkembang. Investor akan cenderung menghindari perusahaan yang memiliki

13

corporate governance yang buruk. Black et al (2003) menjelaskan bahwa hubungan praktik corporate governance dengan nilai perusahaan adalah signaling dan endogenity. Dalam signaling, praktik corporate governance menyebabkan peningkatan nilai perusahaan karena penerapan corporate governance yang baik akan memberikan sinyal positif. Endogenity berarti perusahaan yang memiliki nilai pasar tinggi akan cenderung menerapkan corporate governance yang lebih baik. Manfaat corporate governance akan dilihat dari harga saham yang bersedia dibayar oleh investor. Jika investor bersedia membayar lebih mahal, maka nilai pasar perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak menerapkan praktik good corporate governance (Kusumawati dan Riyanto, 2005). La Porta et al (1998) menunjukkan bahwa variabel-variabel corporate governance (CG) dapat menjelaskan variasi perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal dibandingkan variabel-variabel makro. Klapper dan Love (2002) menemukan hubungan positif CG dengan kinerja perusahaan. Penemuan penting lainnya bahwa penerapan CG di tingkat perusahaan akan lebih berarti apabila dilakukan di negara berkembang daripada negara maju. Black et al (2003) membuktikan bahwa CG index menjadi salah satu faktor yang dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan. Johnson (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas CG dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia. Silveira dan Barros (2006) yang meneliti perusahaan di Brazil menemukan adanya pengaruh kualitas CG yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.

14

Penelitian ini menggunakan empat aspek corporate governance yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris

independen, dan jumlah anggota komite audit.

2.6. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau manajer sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan yang ditunjukkan dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan, semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara pihak manajer yang menikmati manfaat dan pihak luar yang tidak menikmati manfaat. Dalam kerangka ini, peningkatan kepemilikan manajemen akan mengurangi agency difficulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat/keuntungan dan mengambil alih kekayaan pemegang saham. Pengurangan ini sangat potensial dalam misalokasi resources, yang pada gilirannya untuk peningkatan nilai perusahaan. Untuk meningkatkan image perusahaan, manajer akan berusaha untuk mengungkapkan informasi sosial kepada pihak yang berkepentingan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray et al, 1987).

15

Penelitian Retno (2006) menunjukkan bahwa prosentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi. Semakin besar kepemilikan manajer dalam perusahaan, manajer akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan yang telah dilakukan di dalam program CSR.

2.7. Financial Levarage Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio levarage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981) dalam (Marwata, 2001) dan (Meek, 1995) dalam (Fitriany, 2001). Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio levarage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio levarage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi levarage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan

16

bahwa perusahaan harus menjaga tingkat levarage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham (Watt dan Zimmerman, 1990) dalam (Scott, 1997). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat levarage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik, 1989). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial).

2.8. Profitabilitas Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, (Heinze, 1976) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Hackston dan Milne (1996) mengemukakann tidak ada

hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Kaprik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki Belkaoui dan Kaprik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage)

17

karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut.

2.9. Tipe Industri Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low profile. Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai petanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan memengaruhi penjualan. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda- beda. Roberts (1992) dalam Hacston dan Milne (1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston dan Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan

18

industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile.

19

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir Sebelum melakukan pengembangan hipotesis terlebih dahulu akan disajikan kerangka pemikiran penelitian yang disajikan dalam gambar.

Kepemilikan Manajemen Tingkat Levarage Profitabilitas Perusahaan Tipe industri

CSR

Gambar 3.1 : Faktor-faktor yang Memengaruhi CSR

Pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan dikelompokkan menjadi tujuh kelompok sesuai dengan kategori informasi sosial menurut (Sembiring, 2005). Kepemilikan manajemen, tingkat leverage profitabilitas, tipe industri berpengaruh terhadap CSR.

20

3.2 Konsep 3.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manjemen Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya, semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, 1988). 3.2.2 Pengaruh Levarage Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio levarage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap informasi dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981) dalam (Marwata, 2001) dan (Meek, 1995) dalam (Fitriany, 2001). Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio levarage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan

21

dengan rasio levarage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi levarage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat levarage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham (Watt dan Zimmerman, 1990) dalam (Scott, 1997). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat levarage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik, 1989). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial).

3.2.3

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas

dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, (Heinze, 1976) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston

22

dan Milne, 1996).

Hackston dan Milne (1996) mengemukakann tidak ada

hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Kaprik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki Belkaoui dan Kaprik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut.

3.2.4

Pengaruh Tipe Industri Terhadap Pengungkapan Informasi Sosial Terhadap Perusahaan Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan

memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low profile. Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai petanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan

23

image perusahaan dan memengaruhi penjualan. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda- beda. Roberts (1992) dalam Hacston dan Milne (1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston dan Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile.

3.3 Hipotesis H1 : Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial. H2 : Tingkat levarage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan informasi sosial. H3 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial. H4 : Tipe industri berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial.

24

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang baik memerlukan suatu perancangan aktivitas dan sumber daya dengan baik. Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan penelitian yaitu perencanaan aktivitas dan waktu, rancangan didasarkan pada topik penelitian, rancangan mengarahkan pada pemilihan sumber daya dan tipe informasi yang diperlukan, rancangan merupakan kerangka untuk menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, serta rancangan menggariskan langkah-langkah untuk setiap aktivitas riset. Merancang penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis yang dibangun (Jogiyanto, 2007). Untuk menerapkan metode ilmiah dalam suatu penelitian maka diperlukan rancangan penelitian yang sesuai dengan kondisi penelitian tersebut. Berdasarkan topik yang akan dibahas, maka variabel-variabel yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social Responsibility, Corporate Governance, dan nilai perusahaan. Variabel-variabel ini diperoleh melalui kajian teoritis dan empiris yang dilakukan peneliti. Melalui kajian-kajian tersebut diperoleh masalah penelitian dan hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian secara statistik maka perlu menentukan sampel penelitian, sumber datanya, dan metode

25

pengumpulan data. Setelah itu menguji hipotesis yang diajukan untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan regresi linear berganda melalui analisis faktor. Hasil analisis kemudian diinterpretasikan sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada. Langkah terakhir yaitu membuat simpulan atas penelitian yang diperoleh serta memberikan saran-saran bagi penelitian selanjutnya.

4.2 Penentuan Sumber Data Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut. 1) Sampel yang dipilih adalah semua yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, sehingga perusahaan yang telah di-delisting dari bursa tidak dimasukkan sebagai sampel. 2) Perusahaaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan dan laporan tahunan secara lengkap.

4.3

Variabel Penelitian Variabel yang digunakan penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel

terikat. Yang menjadi variabel bebas adalah adalah: (1) prosentase kepemilikan manajemen, (2) tingkat levarage, (3) pofitabilitas perusahaan, (4) tipe industri, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah jumlah informasi sosial yang diungkapkan (indeks CSR).

26

4.4

Instrumen Penelitian Faktor-faktor yang akan diuji pengaruhnya terhadap kebijakan perusahaan

dalam melakukan pengungkapan informasi sosial adalah: (1) kepemilikan manajemen (MAN) diukur dengan prosentase saham yang dimiliki manajemen, (2) tingkat levarage ( LEV) diukur denga rasio hutang, (3) Profitabilitas (PM) diukur dengan net profit margin, (4) tipe industri (IND) diukur dengan mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile.

4.5

Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahap berikut ini.

1) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan ini dimaksud untuk mendapatkan teori dan bahan analisis. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari buku teks, laporan, artikel, dan jurnal ilmiah yang terkait dengan penelitian ini. 2) Pengumpulan Data Sekunder Prosedur ini ditempuh untuk mencari data berbagai media seperti internet dan publikasi. melalui dokumentasi dari

27

4.6

Teknik Analisis Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan

informasi sosial digunakan model analisis regresi berganda, dengan bentuk persamaam sebagai berikut. CSRi = a + b1 MANi + b2 DERi + b5 ROAi + b3 INDi Keterangan : CSRi = Jumlah informasi Sosial yang diungkapkan ( berpedoman pada kategori informasi sosial menurut Indeks CSR (Sembiring, 2005). MANi DERi ROAi INDi 1) (1) = Kepemilikan Manajemen = Leverage = Profitabilitas = Tipe Industri Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah variabel residual berdistribusi normal. Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Sminov. Residual berdistribusi normal apabila tingkat signifikansinya menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05. (2) Uji Heteroskedastisitas Uji Asumsi Regresi Berganda Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual +e

28

dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2004 : 208). Untuk dapat melihat model regresi terkena heteroskedastisitas atau tidak, pada penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik (nilai sig < ) memengaruhi variabel independen nilai absolut residual, maka disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. (3) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas 2) Uji Statistik t (t - test) Teknik Analisis yang digunakan untuk menguji hasil dari analisis korelasi yang didapat memang benar atau diperoleh secara kebetulan. Penentuan uji statistik t hitung, dengan rumus:

t=

r n-2 1- r2

(Siregar, 2004 : 211)

29

(1) Penentuan taraf nyata dan signifikan ( = 0,05) (2) Penentuan nilai kritis atau t tabel dapat dilihat dari tabel distribusi t untuk: (degree of freedom) df = n 1 (Siregar, 2004 : 74) Dimana : t : distribusi t-test

df : degree of freedom (3) Aturan pengambilan keputusan Jika nilai t hitung < (lebih kecil dari) t tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). Jika nilai t hitung > (lebih besar dari) t tabel, artinya ada pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). Nilai koefisien determinasi pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan program statistic computer SPSS versi 11.0 dimana untuk regresi dengan satu variabel dipergunakan koefisien korelasi parsial ( r2 ) dan untuk regresi lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi (yang telah disesuaikan).

3) Uji Statistik F (F- test) Untuk memperoleh kepastian bahwa model yang dihasilkan secara umum dapat digunakan maka diperlukan suatu pengujian secara bersama-sama yaitu uji statistik F. (1) Penentuan uji statistik F hitung (F-ratio) dengan rumus:

30

SSR/k F hitung = SSE / {n-(k+1)}

(Bambang Suharjo, 2008 : 62) Dimana: SSR : Sum of Square Regression SSE : Sum of Square Error K n : numerator (jumlah variabel bebas) : jumlah data sampel uji statistik t hitung

(2) Penentuan taraf nyata dan signifikan ( = 0,05) (3) Penentuan nilai kritis atau F tabel dapat dilihat dari tabel distribusi F untuk: (degree of freedom) df = n k- 1 (Siregar, 2004 : 102) (4) Aturan pengambilan keputusan Jika nilai F hitung < (lebih kecil dari) F tabel, artinya tidak ada pengaruh variabel bebas (X1, X2, Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y). Jika nilai F hitung > (lebih besar dari) F tabel, artinya ada pengaruh variabel bebas (X1, X2, Xn) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y).

31

BAB V HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas analisis data dan hasil penelitian dari sampel yang telah terkumpul. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif, kemudian dilakukan pengujian model, dan terakhir pengujian hipotesis. Statistik deskriptif memberikan gambaran tentang distribusi frekuensi variabel-variabel penelitian, nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu model data diuji dengan pengujian asumsi klasik.

5.1.

Deskripsi Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan metode

purposive sampling. Berdasarkan metode tersebut diperoleh 132 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.

5.2. Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif menjelaskan diskripsi data dari seluruh variable yang dimasukan dalam konsep penelitian. Tabel 5.1 menunjukan statistik deskriptif dari variable variable yang digunakan dalam penelitian ini.

32

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif p


N CSRi MAN DER ROA IND Valid N (listwise) 132 132 132 132 132 132 Minimum ,14 ,00 -2,15 -39,62 ,00 Maximum ,83 24,67 33,04 44,53 1,00 Mean ,5687 1,4535 1,7148 6,9970 ,6061 Std. Deviation ,14302 4,19890 3,60068 11,28242 ,49048

Sumber : Lampiran 3 Statistik deskriptif menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi masing masing variabel. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa variable CSR memiliki nilai terendah 0,14, nilai maksimum 0,83, mean 0,5687, dan standar deviasi 0,14302. Hal ini menunjukan bahwa rata rata tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan fisik dan sosialnya cukup tinggi, sehingga diharapkan akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham perusahaan. Variabel kepemilikan memiliki nilai terendah 0,00, nilai makismum 24,67, mean 1,4536, dan standar deviasi 4, 19890. Variable leverage memiliki nilai terendah -2,15, nilai makismum 33,04, mean 1,7148 dan standar deviasi 3,60068. Variable profitabilitas memiliki nilai maksimum mean 39,62, nilai maksimum 44,53, mean 7,0124, dan standar deviasi 11,36613. Variable tipe industri memilki nilai minimum 0,00, nilai maksimum 1, mean 0,6061, dan standar deviasi 0,49048.

33

5.3. Uji Asumsi Klasik Sebelum model regresi digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui keberartian hubungan antara variable independen dengan variable dependen (Ghozali, 2006). Penelitian ini hanya menggunakan tiga uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Peneliti tidak melakukan uji autokorelasi karena data yang digunakan penelitian ini merupakan data cross sectional, bukan data time series sehingga tidak memerlukan uji autokorelasi.

5.3.1

Uji Normalitas Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi,

variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukan pada Tabel 5.2. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.2

menunjukkan bahwa nial Asymp.Sig sebesar 0,289 lebih besar dari 0,05, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai risidual pada penelitian ini berdistribusi normal.

34

Tabel 5.2 Uji Normalitas

Unstandardiz ed Residual 130


a,b

N Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

,0000000 ,13666821 ,086 ,045 -,086 ,983 ,289

Sumber : Lampiran 3

5.3.2. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi

ketidaksamaan variance residual suatu pengamatan kepengamatan lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas digunakan uji Glejser yang ditunjukan tabel 5.3. berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.3 terlihat bahwa semua variabel independen dalam penelitian ini memiliki nilai sig lebih besar dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Tabel 5.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) MAN DER ROA IND ,099 ,001 -,001 1,54E-005 ,014 Std. Error ,013 ,002 ,002 ,001 ,016

Standardized Coefficients Beta ,030 -,040 ,002 ,079 t 7,505 ,336 -,429 ,021 ,843 Sig. ,000 ,738 ,669 ,983 ,401

Sumber : Lampiran 3

35

5.3.3. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada penelitian ini pengujian multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10 persen atau VIF kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas. Tabel 5.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas

Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) MAN DER ROA IND B ,579 -,007 -,030 ,002 ,003 Std. Error ,021 ,003 ,004 ,001 ,026 Standardized Coefficients Beta ,090 -,179 ,189 -,103 t 27,254 1,039 -2,001 2,041 -1,156 Sig. ,000 ,301 ,048 ,043 ,250
a

Collinearity Statistics Tolerance ,966 ,902 ,846 ,908 VIF 1,035 1,108 1,183 1,101

Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 5.4 terlihat bahwa nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 10 persen dan nilai VIF semua variabel kurang dari 10, maka berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini bebas dari gejala multikolinearitas.

5.4. Uji Hipotesis 5.4.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F ditunjukan pada Tabel 5.5 sebagai berikut.

36

Tabel 5.5 Hasil Uji F

Model 1 Sum of Squares ,252 2,409 2,662 df 4 125 129


b

Regression Residual Total

Mean Square ,063 ,019

F 3,272

Sig. ,014 a

: Lampiran 3 Sumber

Berdasarkan uji statistik F yang ditunjukan Tabel 5.5 dapat diketahui nilai F hitung sebesar 3,272 dengan probabilitas 0,014. Nilai probabilitas yang ditunjukan memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan peneliti yaitu sebesar 5 persen atau 0,05. Hasil ini berarti bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi CSR dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial, leverage, profitabilitas dan tipe industri secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.

5.4.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji statistik t dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis. Uji statistik t ditunjukan pada Tabel 5.6 berikut ini.

37

Tabel 5.6 Hasil Analisis Regresi Berganda

Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) MAN DER ROA IND . ,579 ,003 -,007 ,002 -,030 Std. Error ,021 ,003 ,004 ,001 ,026 Standardized Coefficients Beta ,090 -,179 ,189 -,103 t 27,254 1,039 -2,001 2,041 -1,156 Sig. ,000 ,301 ,048 ,043 ,250

Collinearity Statistics Tolerance ,966 ,902 ,846 ,908 VIF 1,035 1,108 1,183 1,101

Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui pengaruh secara parsial dari variabel variabel kepemilikan manajerial, leverage, profitabilitas dan tipe industry terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan sebagai berikut: 1) Kepemilikan manajerial (MAN) memiliki koefisien sebesar 0,003 dan sig sebesar 0,301. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada

pengungkapan informasi sosial perusahaan. 2) Leverage (DER) memiliki koefisien sebesar -0,007 dan nilai sig sebesar 0,48. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang negatif, menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 3) Profitabilitas (ROA) memiliki koefisien sebesar 0,002 dan nilai sig sebesar 0,43. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang positif, menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan.

38

4) Tipe industri (IND) memiliki koefisien sebesar -0,030 dan nilai sig sebesar 0,250. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05, menunjukkan bahwa variabel tipe industri tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi sosial perusahaan.

5.4.3. Hasil Uji Statistik F Tabel 5.7 Uji Statistik F


Sum of Squares ,252 2,409 2,662

Model 1

df 4 125 129

Regression Residual Total

Mean Square ,063 ,019

F 3,272

Sig. ,014 a

Sumber : Lampiran 3 Berdasarkan uji statistik F, F hitung sebesar 3,272 dengan probabilitas 0,014. Nilai probabilitas yang ditunjukan memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan peneliti yaitu sebesar 5 persen atau 0,05. Hasil ini berarti bahwa model regresi tersebut dapat digunakan untuk

memprediksi CSR dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial, leverage, profitabilitas dan tipe industri secara simultan berpengaruh terhadap

pengungkapan informasi sosial perusahaan.

5.4.4. Nilai R Squer Tabel 5.8 Nilai R Squer

Model 1 R ,308 a R Square ,095 Adjusted R Square ,066 Std. Error of the Estimate ,13884

Sumber Lampiran

39

Berdasarkan analisis regeresi berganda yang ditunjukkan table 5.7 dapat diketahui nilai R Squer sebesar 0,095 atau sebesar 9,5%. Hasil ini berarti bahwa selain faktor kepemilikan manajemen Leverage, Propitabilitas, dan tipe industri masih ada lagi sebesar 91,5% factor-faktor yang memengaruhi pengungkapan CSR.

40

BAB VI PEMBAHASAN

6.1

Pengaruh Kepemilikan Manajemen informasi sosial perusahaan.

terhadap

pengungkapan

Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya, semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray, 1988). Dalam penelitian ini kepemilikan manajerial (MAN) memiliki koefisien sebesar 0,003 dan sig sebesar 0,301. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Retno (2006). Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu : 1) Aktivitas CSR memerlukan dana yang sangat besar bahkan memerlukan suatu anggaran tertentu. Pandangan lain menyatakan bahwa aktivitas CSR justru memberikan kerugian kompetitif karena mengeluarkan tambahan biaya yang akan mengurangi laba perusahaan. Hal ini tentunya akan meningkatkan

41

risiko manajer perusahaan (Belkaoui dan Karpik, 1989; dan Rahendrawan, 2006). 2) Aktivitas CSR dianggap tidak akan memberikan tingkat pengembalian yang sepadan sehingga manajer lebth senang berinvestasi untuk hal-hal yang menurutnya lebih pasti demi keberlanjutan usahanya (Sri Pambudi, 2006). 3) Manajer melaksanakan program CSR hanya untuk memenuhi regulasi yang ada sehingga tidak mengherankan apabila beberapa program CSR yang dilakukan perusahaan tidak berkelanjutan, sekali menggelar aksi kemudian ditinggalkan tanpa monitoring serta evaluasi (Hasibuan, 2006). 4) Selain motivasi ekonomi, rendahnya partisipasi manajer untuk melaksanakan CSR disebabkan karena menghindari pekeijaan, tugas-tugas, dan tanggung jawab lainnya yang semakin meningkat akibat pelaksanaan aktivitas CSR. Bahkan, apabila perusahaan terlalu memberilcan perhatian pada CSR tanpa mengimbangi dengan aktivitas utama perusahaan, justru akan menghancurkan perusahaan itu sendiri. Hal ini tentunya dapat merusak image perusahaan yang sekaligus menurunkan nilai perusahaan (Henderson, 2001).

6.2

Pengaruh Leverage perusahaan.

terhadap

pengungkapan

informasi

sosial

Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio levarage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan

42

pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981) dalam (Marwata, 2001) dan (Meek, 1995) dalam (Fitriany, 2001). Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio levarage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio levarage yang rendah. Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi levarage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat levarage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham (Watt dan Zimmerman, 1990) dalam (Scott, 1997). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat levarage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Belkaoui dan Karpik, 1989). Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial). Dalam penelitian ini Leverage (DER) memiliki koefisien sebesar -0,007 dan nilai sig sebesar 0,48. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang negatif, menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh negatif pada

43

pengungkapan informasi sosial perusahaan. Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu.

6.3

Pengaruh Profitabilitas perusahaan.

terhadap pengungkapan informasi sosial

Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham, (Heinze, 1976) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman dan Haire, 1976) dan (Preston, 1978) dalam (Hackston dan Milne, 1996). Hackston dan Milne (1996) mengemukakann tidak ada

hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial. Belkaoui dan Kaprik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) menghendaki Belkaoui dan Kaprik (1989) mempunyai pandangan yang berkebalikan, bahwa pengungkapan sosial perusahaan justru memberikan kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus mengeluarkan tambahan biaya untuk mengungkapkan informasi sosial tersebut. Dalam penelitian ini Profitabilitas (ROA) memiliki koefisien sebesar 0,002 dan nilai sig sebesar 0,43. Nilai sig yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang positif, menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. Dengan demikian penelitian ini sejalan dengan penelitian Belkaoui dan Karpik (1989).

44

6.4

Pengaruh Tipe Industri perusahaan.

terhadap pengungkapan informasi sosial

Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low profile. Roberts (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai petanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan memengaruhi penjualan. Klasifikasi tipe industri oleh banyak peneliti sifatnya sangat subyektif dan berbeda- beda. Roberts (1992) dalam Hacston dan Milne (1996) mengatakan bahwa industri ekstraktif merupakan industri yang high-profile. Patten (1991) dalam Hackston dan Milne (1996) mengelompokkan industri pertambangan, kimia dan kehutanan sebagai industri yang high-profile. Atas dasar pengelompokkan di atas, penelitian ini kemudian mengelompokkan industri kontruksi, pertambangan, pertanian, kehutanan, perikanan, kimia, otomotif, barang konsumsi, makanan dan minuman, kertas, farmasi dan plastik sebagai industri yang high-profile.

45

Dalam penelitian ini, tipe industri (IND) memiliki koefisien sebesar -0,030 dan nilai sig sebesar 0,250. Nilai sig yang lebih besar dari 0,05, menunjukkan bahwa variabel tipe industri tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. Dengan demikian penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978). Hal ini disebabkan oleh : Ketentuan mengenai kegiatan CSR di Indonesia diatur dalam UndangUndang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan UndangUndang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap perseroan atau penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Dengan demikian CSR merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan, bukan kegiatan yang bersifat sukarela (Wahyudi dan Azheri, 2008).

46

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengujian statistik serta pembahasan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan pada

pengungkapan informasi sosial perusahaan 2) Leverage berpengaruh negatif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 3) Profitabilitas berpengaruh positif pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 4) Tipe industri tidak berpengaruh pada pengungkapan informasi sosial perusahaan. 5) Model regresi tersebut diatas dapat digunakan untuk memprediksi CSR. 6) Berdasarkan analisis regeresi berganda, nilai R Squer sebesar 0,095 atau sebesar 9,5%. Hasil ini berarti bahwa selain faktor kepemilikan manajemen Leverage, Propitabilitas, dan tipe industri masih ada lagi sebesar 91,5% factor-faktor yang memengaruhi pengungkapan CSR.

47

7.2 Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang apabila diatasi pada penelitian selanjutnya dapat memperbaiki hasil penelitian. Saran saran yang dapat dikemukakan berdasarkan keterbatasan adalah sebagai berikut : 1) Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling sehingga hasil penelitian tidak dapat dijendralisasi. 2) Bagi peneliti selanjutnya agar menambahkan factor-faktor, selain

kepemilikan manajemen, Leverage, Profitabilitas, tipe industri, karena dalam penelitian ini pengaruh ke empat faktor tersebut diatas sebesar 9,5%.

48

DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, Sahri .2003.Aplikasi Statistik Praktis dengan APSS. 10 for Windows. Edisi Revisi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Beets, S. Douglas and Christopher C. Souther. 1999. Corporate Environmental Reports: the Need for Standards and an Environmental Assurance service. Accounting Horizons. Vol 13, no. 2, p. 129-145. Belkaoui, Ahmed and Philip G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision To Disclose Sosial Information.Accounting, auditing and Accountability Journrl. Vol. 2, No. 1,p.36-51 Burritt, Roger L and Stephen Welch. 1997. Accountebility for Environmental Performance of the Australian Commonwealth Public Sector. Accounting, Auditing and Accountebility Journal. Vol. 10, No.4,p.532562 Chwastiak, Michele. 1999. Deconstructing the Pincipal- Agent Model: a View from The bottom. Critical perspectives on Accounting. Vol. 10,p.425441 Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi nasional Akutansi V, Program Profesi lanjutam. Yogyakarta, 13-15 Desember. Deegan, Craig and Michaela Rankin. 1997. The Materiality of Environmental Information tu Users of Annual Reports. Acconting, Auditing and Accountabiliti Journal. Vol. 10, No. 4,p.562-584 Eipstein, Marc J. and Martin Freedman. 1994. Sosial Disclosure and the Individual Investor. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 7,No.4,p. 94-108. Ema. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia.konvensi nasional akutansi V, program provesi lanjutan. Yogyakarta, 13-15-Desember. Finch, Nigel. 2005. The Motivations foe Adopting Sustainability Disclosure. Macquaarie Graduate School of Management. Sosial Scence ResearchNetwork. Fitriany. 2001. Signifikansi Perbedaan Tingkat kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada laporan Keuangan Perusahaan Publik yang

49

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung. 30-31 Agustus. Gallhover, Sonja and jim Haslam. 1997. The Direction of Green Acconting Policy: Critical Reflections. Acconting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 10,No.2,p. 148-174. Gray, Rob: Colin Dey: Dave Owen: Richard Evans and Simon Zadek. 1997. Strugling With the Praxis of Sosial Acconting: Stakeholders, Accountability, Audits and Procudures. Accounting, auditing and Accountability Journal. Vol. 10,No.3,p.325-364. .Dave Owen and Keith Maunders. 1988. Comporate Sosial Reporting: Emerging Trends in Accountability and the Social Contract. Accounting, Auditing and Accountability Journal.Vol.1,No.1,p.6-20. . Reza Kouhy and Simon Lavers. 1995. Corporate and Environmental Reporting: A Revew of Literature and a Longitudinal Study of UK Disclosure. Acconting, Auditing and Accountability journal.Vol.8,No.2,p.47-77. Reza Kouhy and Simon Laves. 1995. Methodological Themes: Constructing a Research Database of Social and Environmental Revorting by UK Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No. 2,p.78-101. Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and Environmental Dislosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing And Accountability Journal. Vol.9,No.1,p.77-108. Hair, Joseph H., Rolph Anderson, Ronald L. Tatham dan William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Edisi 5.New ersey: Prentice Hall. Hill, Charles W L.and Thomas M. Jones. 1992. Stakeholder-Agency Theory. JournalOf Management Studes. Vol.29,No.2,p.131-154. Hughes II, K.E. 2000. The Value Relevance of Non Financial Mesures of air Pollution In the Electric Utility Industri. The Acconting Revew.Vol.75,No.2,p. 209-228. Jensen, M,C, and Meckling. 1976. Theory of the Firm:Managerial Behavior, Agency Costs dan Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol 3,p. 305-360.Jogensen, Bjorn N. and Michael T. Kischenheiter. 2003. Discretionary Risk. Disclosure. The Acconting Reviw. Vol. 78,No.2,P.449-469.

50

Joshi, Statish; Ranjani Krishnan, and Lester Lave. 2001. Estimating the Hindden Cost of Enviromental Regulation. The Acconting revew. Vo. 76,No. 2, Aapril, p. 171-198. Komar,Seful. 2004. Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Social Responsibility Acconting) dan Korelasinya dengan Islam. Media Akutansi. Edisi 42/Tahun XI, hal.54-58. Lehman, Glen. 1999. Dislosing New Worlds: A Role for Social and Environmentsl Acconting and Auditing. Accontingorganizations and Society. Vol. 24,p. 217-241. Lewis, Linda and jeffry Unirman. 1999. Ethical Relatividm: A Reason for Differences in Corforate Social Reporting. Critical Perspectives on Acconting. Vol.10,p.521-547. Mangos, Nicholas C. and Neil R. Lewis. 1995. A Socio-Ecconomic paradigm for Analysing Managers, Acconting Choice Behavior. Acconting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 8, No.1<p.38-62. Mardiyah, Aida Ainul. 2002. Pengaruh informasi Asimetri dan Disclosure terhadap Cost of Capital. Jurnal riset Akutansi Indonesia. Vol. 5. No. 2, Mei, hal. 229-256. Marwata. 2001. Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV. Bandung. 30-31 Agustus. Mathews, M,r. 1997. Twenty-Five Years of Social and Enpironmental Acconting Research: Is there a Silver Jubille to Celebrate? Acconting, auditing and Accontability Journal. Vol. 10, No. 4, p. 481-531. Owen, David. 2005. CSR After Enron: A role for the Academic Acconting Provision?. Working Paper. Sosial Sciene Research Network. Scott, William R. 1997. Finacial Acconting Theory. New Jersey: Prentice Hall. Simanjuntak, Binsar H. dan Lusi Widiastuti. 2004. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7, No. 3, September, hal. 251-366. Suharto, Harry. 2004. Standar Akuntansi Lingkungan: Kebutuhan Mendesak. Media Akuntansi. Edisi 42/Tahun Xl,hal. 4-5. The Association of Chartered Certifid Accountants (ACCA).2004.An Introduktion To Sustainnability Reporting for Organisations in Indonesia. Uno, Kimio

51

and peter Bartelmus. 1998. Environmental Acconting in Theory and Pratice. New Jersey: Kluwer Academic Publishers. Zeghal, Daniel and Sandrudin A. Ahmed. 1990. Comparison of Social Responsibility Information Disclosure Media Used by Canadian Firms. Acconding, Auditing And accountability Journal. Vol. 3, No.1,p.38-53. Website : http://wikipedia.com Website : http://id.wikipedia.org/wiki/teoriregulasi

52

Lampiran 1

ITEM-ITEM PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi. 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak

mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi. 3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah / akan dikurangi. 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi. 5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas. 6. Penggunaan material daur ulang. 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan. 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan. 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah. 11. Pengolahan limbah.

53

12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan. 13. Perlindungan lingkungan hidup. Energi 1. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 3. Mengungkapkan penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang. 4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 5. Pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk. 6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk. 7. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga kerja 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental. 3. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja. 4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja. 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja. 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja. Lain-lain tentang Tenaga kerja 1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat.

54

2. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial. 3. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan. 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat. 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja. 6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan. 7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja. 8. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. 9. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan. 10. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. 11. Mengungkapkan persentase gaji untuk pensiun. 12. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 13. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. 14. Mengungkapkan tingkatan managerial yang ada. 15. Mengungkapkan disposisi staff - dimana staff ditempatkan. 16. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 17. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, mis. penjualan per tenaga kerja. 18. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. 19. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. 20. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain.

55

21. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja. 22. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan. 23. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah. 24. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. 25. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja. 26. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 27. Peningkatan kondisi kerja secara umum. 28. Informasi re-organisasi perusahaan yang memengaruhi tenaga kerja. 29. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja. Produk 1. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya. 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk. 3. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk. 4. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standard keselamatan. 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen. 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan. 7. Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk. 8. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.

56

9. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan. 10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (Misalnya ISO 9000). Keterlibatan Masyarakat 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni. 2. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar. 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 4. Membantu riset medis. 5. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni. 6. Membiayai program beasiswa. 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 8. Mensponsori kampanye nasional. 9. Mendukung pengembangan industri lokal. Umum 1. Pengungkapan tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas.

Total item yang diharapkan diungkapkan 78 Sumber : Sembiring (2005)

57

Lampiran 2

JENIS No Kode INDUSTRI MAN 1 2 3 AALI ABBA ADRO ASTRA AGRO LESTARI MAHAKA MEDIA ADARO ENERGY AKASHA WIRA 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 ADES ADHI AKRA ALMI ANTM ARNA ASII ASRI AUTO BKSL BRAM BRNA BRPT INTERNATIONAL ADHI KARYA AKR CORPORINDO ALUMINDO LIGH ANEKA TAMBANG ARWANA CITRA MULIA ASTRA INTERNATIONAL ALAM SUTERA REALTY ASTRA AUTOPARTS SENTUL CITY INDO KORDSA BERLINA BARITO PACIFIC manufacture constructions manufacture manufacture mining services manufacture manufacture real estate manufacture real estate manufacture manufacture manufacture 0 0.45 0.59 1.59 0 0 0.04 0 0.08 0 24.67 23.34 0.47 0.58 0.67 0.59 0.27 0.78 0.63 0.76 0.67 0.53 0.63 0.45 0.59 0.65 9.15 2.94 4.53 1.77 6.08 7.77 11.29 2.64 16.54 0.09 5.34 3.99 3.34 1.61 6.69 2.20 2.21 0.21 1.38 1.00 0.84 0.39 0.22 0.23 1.70 1.17 agriculture others mining services 0 0 15.96 2009 CSR 0.45 0.14 0.76 ROA 21.93 0.22 10.28 DER 0.18 0.44 1.43

58

17 18 19 20 21 22 23 24

BSDE BTON BUDI BUMI BWPT BYAN CEKA CLPI

BUMI SERPONG DAMAI BETON JAYA MANUNGGAL BUDI ACID BUMI RESOURCES BW PLANTATION BAYAN RESOURCES CAHAYA KALBAR COLORPARK INDONESIA CITRA MARGA NUSAPHALA

real estate manufacture manufacture mining services agriculture mining services manufacture manufacture

0 9.58 0 0 0 11.83 0 0

0.67 0.45 0.58 0.45 0.58 0.83 0.55 0.76

6.72 13.45 9.16 2.57 10.32 1.9 8.71 14.1

0.96 0.08 1.10 3.95 0.79 1.95 0.89 0.90

25 26 27 28 29

CMNP CNTX COWL CPDW CPIN

PERSADA CENTEX COWELL DEVELOPMENT CIPENDAWA CHAROEN POKPHAND

others manufacture real estate animal feed animal feed wholesale &

5.13 0 0 0 0

0.76

2.47

0.85 10.30 0.58 18.95 0.82

0.55 -13.71 0.65 6.6

0.27 -36.95 0.71 30.15

30 31 32 33 34 35 36

CSAP CTRA

CATUR SENTOSA ADIPARNA CIPUTRA DEVELOPMENT

retail real estate constructions real estate mining services manufacture real estate

5.4 0 0 0 0 5.71 0

0.76 0.45 0.76 0.58 0.27 0.45 0.63

0.81 1.59 -0.4 1.2 -2.44 5 4.79

2.07 0.07 0.68 0.83 33.04 0.26 0.62

DEWA DARMA HENWA DILD DOID DPNS DUTI INTILAND DEVELOPMENT DELTA DUNIA MAKMUR DUTA PERTIWI NUSANTARA DUTA PERTIWI

59

DARYA VARIA 37 38 39 DVLA DYNA ELSA LABORATORIA DYNAPLAST ELNUSA BAKTRIELAND 40 41 ELTY ENRG DEVLOPMENT ENERGI MEGA PERSADA EVER SHINE TEXTILE 42 43 44 45 46 47 48 49 50 ESTI FAST FASW HMSP GDYR GJTL HEXA IIKP INAF INDUSTRY FAST FOOD INDONESIA FAJAR SURYA WISESA HM SAMPOERNA GOODYEAR GAJAH TUNGGAL HEXINDO ADI PERKASA INTI KAPUAS AROWANA INDOFARMA INTERNATIONAL NICKEL 51 INCO INDO INDOFOOD SUKSES 52 53 INDF INDY MAKMUR INDIKA ENERGY manufacture mining services 0 3.48 0.27 0.55 5.14 6.21 2.45 1.19 mining services 0 0.83 8.36 0.29 manufacture manufacture manufacture manufacture manufacture manufacture manufacture agriculture manufacture 0 0 0 0 0 0 0.19 0 0.01 0.51 0.65 0.65 0.78 0.55 0.76 0.51 0.45 0.65 1.48 17.48 7.54 28.72 10.74 10.01 15.64 -2.19 0.29 1.02 0.63 1.37 0.68 1.72 2.32 1.19 0.01 1.44 real estate mining services 0 0 0.78 1.14 1.25 4.87 manufacture manufacture mining services 0 0.69 0.04 0.55 0.45 0.59 9.22 5.08 11.07 0.41 1.65 1.20

0.55 -16.87

60

54

INTP

INDOCEMENT JAYA KONTRUKSI

manufacture

0.51

20.69

0.24

55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69

JKON JPFA JRPT JSMR JSPT JTPE JPRS

MANGGALA P JAFPA COMFEED INDO JAYA REAL PROPERTY JASA MARGA JAKARTA SETIABUDI INT JASUINDO TIGA PERKASA JAYA PARI STEEL

constructions animal feed real estate others real estate others manufacture manufacture manufacture real estate manufacture holding real estate manufacture real estate

4.24 0 0 0 0 7.14 15.53 0 0.04 0 0 0.7 0 0.16 0.1

0.62 0.67 0.53 0.76 0.63 0.62 0.76

8.19 13.42 7.41 6.14 3.05 15.84 0.54

1.30 1.76 0.87 1.17 1.15 1.42 0.30 -2.15 -1.92 -1.82 -1.58 0.00 0.06 0.13 0.15

KARW KARWELL INDO MLIA PWSI POLY RAJA MAMI TCID LCGP MULIA INDUSTRINDO PANCA WIRATAMA SAKTI ASIA PASIFIC FIBERS RUKUN RAHARJA MAS MURNI INDONESIA MANDOM INDONESIA LAGUNA CIPTA GRYA PEMBANGUNAN GRAHA

0.28 -39.62 0.45 0.45 0.65 0.36 0.71 0.45 0.65 44.53 -4.99 25.88 0.24 0.49 1.4 -0.59

70 71 72 73

PGLI LION MERK PUDP

LESTARI LION METAL WORK MERCK PUDJIADI PRESTIGE

hotel manufacture manufacture real estate

4.56 0.23 0 11.85

0.46 0.51 0.58 0.64

0.75 12.39 33.8 2.44

0.17 0.19 0.23 0.25

61

74 75

LSIP SGRO

PP LONDON SUMATRA INDO SAMPOERNA AGRO PEMBANGUNAN JAYA

agriculture agriculture

0 0

0.55 0.65

14.58 12.46

0.27 0.27

76 77 78 79

PJAA PSKT SIPD KLBF

ANCOL PUSAKO TARINTA SIERAD PRODUCE KALBE FARMA TAMBANG BATUBARA

real estate hotel animal feed manufacture

0 9.73 0 0

0.51 0.41 0.65 0.67

8.98 2.17 2.27 14.33

0.37 0.37 0.39 0.39

80 81 82 83 84 85 86 87

PTBA TINS

BUKIT ASAM TIMAH

mining services mining services real estate transportation others manufacture others real estate

0 0 0 0 0 0 0 0

0.65 0.55 0.27 0.76 0.76 0.53 0.62 0.55

33.77 6.46 0.12 3.63 5.05 7.49 12.1 0.18

0.40 0.42 0.52 0.55 0.64 0.68 0.69 0.70

SMDM SURYAMAS DUTA MAKMUR RIGS RIG TENDERS

MNCN MEDIA NUSANTARA CITRA TRST SCMA MDLN TRIAS SENTOSA SURYA CITRA MEDIA MODERNLAND REALTY BAKRIE SUMATRA

88 89 90 91 92

UNSP TMPO SIIP UNVR MBAI

PLANTATIONS TEMPO INTI MEDIA SURYA INTI PERMATA UNILEVER MULTI BREEDER ADIRAMA

agriculture others real estate manufacture animal feed

0 0 0 0 0

0.64 0.38 0.59 0.78 0.59

4.98 1.05 2.63 40.67 20.85

0.90 0.93 0.96 1.02 1.16

62

IND 93 94 95 96 97 98 99 SMCB PNSE PGAS LPKR TIRA WAPO PLIN HOLCIM INDO PUDJIADI & SONS PERUSAHAAN GAS NEGARA LIPPO KARAWACI TIRA AUSTINE WAHANA PHONIX MANDIRI PLAZA INDO REALTY SUMMARECON AGUNG RADIANT UTAMA 101 RUIS INTERINCO NEW CUNTURY 102 PTRA 103 MEDC 104 PWON 105 LPCK 106 LAMI DEVELOPMENT MEDCO ENERGI INT PAKUWON JATI LIPPO CIKARANG LAMICITRA NUSANTARA real estate mining services real estate real estate real estate wholesale & 107 TGKA 108 LTLS 109 MITI 110 PTSP TIGA RAKSA SATRIA LAUTAN LUAS MITRA INVESTINDO retail manufacture manufacture 0 3.64 0 0 0.65 0.36 0.27 0.51 3.38 2.79 8.16 12.08 2.37 2.78 2.83 4.07 0 0 0.03 0 0.01 0.53 0.62 0.62 0.53 0.67 0.18 2.71 4.22 1.66 2.06 1.74 1.85 1.94 2.11 2.20 others 0 0.58 3.3 1.67 manufacture real estate mining services real estate manufacture agriculture hotel real estate 0 0 0 0 0 0.23 0 0.3 0.53 0.47 0.76 0.71 0.27 0.27 0.59 0.62 12.33 11.03 21.73 3.2 1.09 0.05 6.6 3.75 1.19 1.28 1.35 1.40 1.51 1.52 1.57 1.59

100 SMRA

PIONEERINDO GOURMET INT manufacture

63

111 KBLV 112 PBRX 113 MAIN 114 MLBI 115 KARK

FIRST MEDIA PAN BROTHERS MALINDO FEEDMILL MULTI BINTANG DAYAINDO RESOURCES INT GLOBAL LAND

others manufacture animal feed manufacture real estate

0 0 0 0 0

0.59 0.51 0.67 0.27 0.55

2.04 4.06 8.58 34.27 1.17

4.79 5.23 6.35 8.44 0.96

116 KPIG 117 KBLM 118 LMAS

DEVELOPMENT KABELINDO MURNI LIMAS CENTRIK INDO MILLENNIUM PHARMACON

real estate manufacture others wholesale & retail manufacture

0 6.4 0

0.58 0.55 0.45

6.12 0.48 -4.12

0.14 0.59 4.59

119 SDPC 120 LPIN

INT MULTI PRIMA SEJAHTERA

0 0

0.45 0.47

3.55 7.4

2.00 0.74

121 KKGI 122 RODA 123 SMGR 124 SOBI 125 SULI

RESOURCES ALAM INDO ROYAL OAK DEVELOPMENT SEMEN GRESIK SORINI AGRO ASIA SUMALINDO LESTARI TOTAL BANGUNAN

manufacture real estate manufacture manufacture manufacture

0 0 0 0.43 0

0.51 0.64 0.76 0.27 0.62

11.73 0.03 25.68 41.16 -5.17

0.26 0.14 0.26 0.78 7.85

126 TOTL 127 TRUB 128 TURI

PERSADA TRUBA ALAM MANUNGGAL TUNAS RIDEAN

constructions constructions manufacture

2.56 0 0

0.45 0.64 0.55

4.03 3.28 17.53

1.62 2.32 0.77

64

129 ULTJ 130 UNIC 131 UNTR 132 WIKA

ULTRAJAYA UNGGUL INDAH CAHAYA UNITED TRACTOR WIJAYA KARYA

manufacture manufacture manufacture constructions

14.73 0 0 0

0.62 0.59 0.76 0.67

3.53 1.75 15.64 3.32

0.50 0.81 0.76 2.65

65

Lampiran 3

Statistik Deskriptif Descriptives

Descriptive Statistics N CSRi MAN DER ROA IND Valid N (listwise) 132 132 132 132 132 132 Minimum ,14 ,00 -2,15 -39,62 ,00 Maximum ,83 24,67 33,04 44,53 1,00 Mean ,5687 1,4535 1,7148 6,9970 ,6061 Std. Deviation ,14302 4,19890 3,60068 11,28242 ,49048

Uji Normalitas Data NPar Tests


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual 130 ,0000000 ,13666821 ,086 ,045 -,086 ,983 ,289

N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

66

Uji Heteroskedastisitas Regression

b Variables Entered/Removed

Model 1

Variables Entered IND, DER, a MAN, ROA

Variables Removed .

Method Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Abres

67

Model Summary Model 1 R R Square ,096a ,009 Adjusted R Square -,022 Std. Error of the Estimate ,08610

a. Predictors: (Constant), IND, DER, MAN, ROA

ANOVAb Model 1 Sum of Squares ,009 ,927 ,935 df 4 125 129 Mean Square ,002 ,007 F ,290 Sig. ,884a

Regression Residual Total

a. Predictors: (Constant), IND, DER, MAN, ROA b. Dependent Variable: Abres

Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error ,099 ,013 ,001 ,002 -,001 ,002 1,54E-005 ,001 ,014 ,016 Standardized Coefficients Beta ,030 -,040 ,002 ,079

Model 1

(Constant) MAN DER ROA IND

t 7,505 ,336 -,429 ,021 ,843

Sig. ,000 ,738 ,669 ,983 ,401

a. Dependent Variable: Abres

68

Uji Multikolinearitas dan uji Hipotesis Regression

b Variables Entered/Removed

Model 1

Variables Entered IND, DER, a MAN, ROA

Variables Removed .

Method Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: CSRi

69

Model Summaryb R ,308 a Adjusted R Square ,066 Std. Error of the Estimate ,13884

Model 1

R Square ,095

a. Predictors: (Constant), IND, DER, MAN, ROA b. Dependent Variable: CSRi

ANOVAb Model 1 Sum of Squares ,252 2,409 2,662 df 4 125 129 Mean Square ,063 ,019 F 3,272 Sig. ,014a

Regression Residual Total

a. Predictors: (Constant), IND, DER, MAN, ROA b. Dependent Variable: CSRi

Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error ,579 ,021 ,003 ,003 -,007 ,004 ,002 ,001 -,030 ,026 Standardized Coefficients Beta ,090 -,179 ,189 -,103 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,966 ,902 ,846 ,908 1,035 1,108 1,183 1,101

Model 1

(Constant) MAN DER ROA IND

t 27,254 1,039 -2,001 2,041 -1,156

Sig. ,000 ,301 ,048 ,043 ,250

a. Dependent Variable: CSRi

a Collinearity Diagnostics

Model 1

Dimension 1 2 3 4 5

Eigenvalue 2,545 ,981 ,908 ,351 ,215

Condition Index 1,000 1,611 1,674 2,692 3,437

(Constant) ,04 ,00 ,00 ,10 ,86

Variance Proportions MAN DER ROA ,03 ,03 ,04 ,00 ,49 ,21 ,82 ,02 ,07 ,14 ,41 ,68 ,00 ,04 ,01

IND ,04 ,00 ,00 ,26 ,70

a. Dependent Variable: CSRi

70


Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value

a Residuals Statistics

Minimum ,3079 -5,907 ,016 ,3663 -,43620 -3,142 -3,177 -,44613 -3,301 ,827 ,000 ,006

Maximum ,6686 2,249 ,108 ,6983 ,26355 1,898 1,914 ,27028 1,935 77,227 ,160 ,599

Mean ,5692 ,000 ,024 ,5708 ,00000 ,000 -,005 -,00160 -,008 3,969 ,010 ,031

Std. Deviation ,04423 1,000 ,013 ,04240 ,13667 ,984 1,006 ,14317 1,016 8,371 ,025 ,065

N 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130

a. Dependent Variable: CSRi

71

You might also like