You are on page 1of 48

BAB III

TEORI DASAR
3.1. Klasifikasi Reservoir Gas
Menurut fasanya, reservoir gas dibedakan secara garis besarnya menjadi tiga
kategori, yaitu reservoir gas kondensat, reservoir gas kering (dry gas reservoir) dan
reservoir gas basah, dimana klasifikasinya berdasarkan pada kondisi tekanan dan
temperatur reservoir dalam hubungannya dengan letaknya didaerah dua fasa (gas
atau liquid) didalam sistim diagram fasa tekanan dan temperatur.
3.1.1. Reservoir Gas Kondensat
Produksi dari reservoir jenis ini didominasi oleh gas dan sedikit liquid yang
terkondisi di separator permukaan, berwarna bening, memiliki P! gravity hingga
"#
o
dan $%& berkisar antara ' hingga (# mscft)stb. Pada kondisi awal, seperti dalam
diagram fasa terletak diantara titik kritik (critical point) dan cricondentherm, fluida
yang terbentuk adalah gas, penurunan tekanan padatemperatur reservoir, akan
melewati garis dew point dan cairan terbentuk di reservoir dan sistim pemipaan dan
separator. *iagram fasanya seperti contoh $ambar +.,. dibawah ini.
$ambar +.,. *iagram fasa reservoir kondensat (*ale -eggs, ,./0)
Pada titik ,, fluida reservoir hanya terdiri dari satu fasa, dengan turunnya
tekanan selama proses produksi, terjadi kondensasi retrograde di dalam reservoir.
Pada saat tekanan mencapai titik 1, yaitu titik embun (dew point), cairan mulai
terbentuk, dengan turunnya tekanan dari titik 1 ke titik +, jumlah cairan bertambah.
Pada titik + ini merupakan titik dimana jumlah cairan mencapai maksimum,
penurunan lebih lanjut menyebabkan cairan menguap, dan sekitar 1'2 mol fluida
yang diproduksikan tetap dalam keadaan cair di permukaan.
3.1.2. Reservoir Gas kering (Dr Gas Reservoir!
Pada $ambar +.1. menunjukan suatu contoh diagram fasa untuk reservoir gas
kering, dimana baik pada kondisi reservoir maupun pada kondisi permukaan fasa
tetap dalam keadaan gas. $as alam jenis ini umumnya terdiri dari methana dengan
sejumlah kecil ethana dan kemungkinan propana. !stilah 34ering5 menunjukkan
bahwa fluida tidak mengandung molekul6molekul hidrokarbon berat yang cukup
untuk membentuk cairan di kondisi permukaan. Produksi di permukaan $%&
biasanya dapat mencapai lebih dari ,## mscf)stb.
$ambar +.1. *iagram fasa reservoir dry gas (*ale -eggs, ,./0)
7ecara teoritikal, gas kering (dry gas) tidak menghasilkan liquid di
permukaan, bila terdapat liquid yang berasosiasi dengan gas pada reservoir jenis ini
hanyalah air, tetapi definisi untuk membedakan antara dry gas dengan wet gas masih
belum jelas.
3.1.3. Reservoir Gas "asa# ($et Gas Reservoir !
8luida pada kondisi reservoir adalah berupa fasa gas dan tetap dalam fasa gas
pada penurunan tekanan pada temperatur reservoir, sehingga selama proses produksi
di permukaan, temperatur mengalami penurunan yang menyebabkan kondensasi di
sistim pipa dan separator permukaan menghasilkan campuran dua fasa, yang
mengandung molekul6molekul hidrokarbon tingkat menengah. *ari $ambar +.+.
dibawah menunjukkan contoh diagram fasa untuk reservoir jenis ini. 4adangkala gas
diproses untuk dipisahkan dan dicairkan menjadi propana dan butana. &eservoir gas
ini biasanya dicirikan dengan hasil produksi $%& permukaan dapat mencapai ,##
mscf)stb dan gravity minyak hingga mencapai '#
o
P!.
$ambar +.+. *iagram fasa reservoir wet gas (*ale -eggs, ,./0)
3.1.%. Bla&k Oil Sste'
9emperatur kritik pada sisitim ini lebih tinggi daripada temperatur reservoir,
ekspansi isothermal dari fasa cairan menunjukkan gas formasi pada titik gelembung,
dan naiknya volume fas gas yang terus menenrus dengan penurunan tekanan lebih
laju. 4omposisi gas hanya sedikit bervariasi pada perubahan kondisi (kecuali pada
komposisi tangki), gasnya relatif pelan dan menghasilkan fasa cairan separator
menengah.
3.2. Aliran Gas Dala' (edia Ber)ori
*engan membuka sumur yang menghubungkan permukaan reservoir gas
akan menimbulkan ketidakseimbangan tekanan dalam reservoir. $radien tekanan
yang ditimbulkan akan menyebabkan fluida (dalam hal ini gas) dalam media berpori
tersebut mengalir kearah sumur. $as yang mengalir ini mempunyai sifat yang khas
yaitu bersifat dapat dimampatkan (compressible). 7ifat khas ini serta rendahnya
harga viscositas menyebabkan aliran gas tersebut mungkin tidak murni laminer
(aliran :iscous), melainkan dipengaruhi pula oleh unsur inersia dan turbulensi. ;al
ini terutama terjadi pada laju produksi yang besar atau pada gradien tekanan yang
besar, seperti aliran didepan lubang sumur.
3.2.1. Karakteristik Regi' Aliran
4etika sumur dibuka, yang sebelumnya berada dalam lingkungan yang stabil,
maka ia akan menimbulkan impuls perubahan tekanan didekatnya. !mpuls ini akan
merambat menjauhi sumur sebagai fungsi dari waktu. 4ecepatan merambat
dipengaruhi oleh sifat batuan berpori dan fluida pengisinya. aliran yang ditimbulkan
dan diamati sumur itu, seperti laju produksi atau tekanan aliran dasar sumur (P
wf
)
tergantung seberapa jauh perambatan impuls (transient) itu berlangsung. Pada saat
impuls ini akan mencapai batas yang kedap aliran (no6flow boundary). Perubahan
harga P
wf
selama aliran transient ini berlangsung dibagi atas tiga periode, yaitu
<transient, transient lanjut, dan semi mantap (pseudo steady state).
3.2.1.1. Aliran (anta) (Steady StateFlow!
9erjadi jika kondisi aliran (laju fraksi massa gas) tidak berubah terhadap
waktu. *engan kata lain, aliran fluksi massa gas dari waktu ke waktu. *engan kata
lain, aliran fluksi massa gas dari waktu ke waktu, dari setiap jarak tempuhnya selalu
tetap. =ihat gambar +.0
$ambar +.0. liran &adial 7teady 7tate (Dale Beggs, 1984)
3.2.1.2. Aliran Tidak (anta) (Unsteady StateFlow!
9erjadi jika kondisi aliran gas berubah terhadap waktu. >adi aliran massa gas
berubah6ubah pada setiap jarak tempuhnya. $ambar +.'
$ambar +.'. liran &adial ?nsteady 7tate, dengan 9ekanan 7umur 4onstan
(Dale Beggs, 1984)
3.2.1.3. Aliran Se'i (anta)(Pseudo Steady StateFlow!
7ebenarnya merupakan transisi antara kedua aliran sebelumnya. 4onsep ini
dikembangkan untuk test6test sumur dengan cara menjaga laju dipermukaan yang
konstan atau menjaga tekanan yang konstan dipermukaan. *alam hal hubungannya
dengan konsep semi mantap ini, berkaitan erat satu konsep lagi, yaitu konsep aliran
stabil (stabili@ed flow) untuk test sumur. $ambar +.'.
3.2.2. *ersa'aaan Aliran
Masalah yang timbul dalam aliran gas didalam media berpori menuju lubang
sumur, dimana mempunyai persaman cukup rumit sehingga perlu dicari bentuk
persaman yang sederhana yang langsung bisa digunakan dalam praktek (applicable
equation).
Steady state Flow
;ukum *arcy untuk aliran dalam media berpori <
x
p
!

atau
x
p "
!" q

.............................................................................(+6,)
*imana <
v A kecepatan fluida
k A permeabilitas effektif
A viscositas fluida
x
p

A gradien tekanan
Persamaan diatas mencakup beberapa anggapan, diantaranya adalah <
a. aliran mantap (steady state)
b. fluida yang mengalir satu fasa
c. tidak terjadi reaksi antara batuan dengan fluidanya
d. fluida bersifat incompressible
e. viskositas fluida yang mengalir konstan
f. kondisi aliran isotermal
g. formasi homogen dan arah aliran hori@ontal.
Persamaan diatas selanjutnya dikembangkan untuk kondisi aliran radial,
dimana dalam satuan lapangan persamaan tersebut berbentuk <
( )
( )
w e
#
w
#
e $
sc
r r ln % &
' ' (
1) *)+ q



.....................................................(+61)
dimana <
P
e
A tekanan formasi pada jarak r
e
dari sumur, psi
P
w
A tekanan alir dasar sumur, psi
q
sc
A laju produksi gas, 7B8)hari

A viskositas gas, cp
C A faktor kompresibilitas gas
k A permeabilitas efektif minyak, md
h A ketebalan formasi produktif, ft
r
e
A jari6jari pengurasan sumur, ft
r
w
A jari6jari sumur, ft.
7tandart Bondition <
,0,( psia atau ,0,"' psia
'1#
o
& '1#
o
&
'seudo Steady State Flow
Persamaan untuk kondisi aliran pseudo steady state adalah <
( )
( )
w e
#
w
#
e $
sc
r r 4*# , ) ln % &
' ' (
1) *)+ q



...............................................(+6+)
>ika terdapat skin dan faktor turbulensi maka <
( )
( ) D S r r 4*# , ) ln % &
' ' (
1) *)+ q
w e
#
w
#
e $
sc
+ +

...................................(+60)
*imana <
7 A faktor skin
* A koefisien turbulensi
?ntuk menghitung kehilangan tekanan, persamaam (+60) menjadi <
1
]
1

+ +

,
_


sc
w
e
sc
#
w
#
-
Dq S
r
r
4*# , ) ln
(
q % & 14##
' '

.....................(+6')
?nsteady 7tate 8low
4ombinasi persamaan kontinuitas unsteady state dengan ;ukum *arcy dinyatakan
sebagai berikut <
t
'

.
r
'
r
1
r
'
#
g
#
#
# #


..............................................................(+6")
*alam variabel tak berdemensi dinyatakan dalam 9abel +6,
9abel +6,
:ariabel 9ak -erdensi
:ariabel tak berdemensi 7imbol Persamaan
9ime t
*
#
4
r .
1) x $4 , #

&adius r
*
w
r
r
=aju alir q
*
#
i
(p
% &q 14##
Pressure p
*
D
#
i
#
q p
p
Pressure drop p
*
D
#
i
#
#
i
q p
p p
3.3. Delivera"ilit Gas
;ubungan antara penurunan laju produksi dengan tekanan reservoitr, sebagai
akibat berlangsungnya proses 3depletion5 dari suatu reservoir gas diperlukan dalam
perencanaan pengembangan lapangan. *eliverability dapat didefinisikan sebagai
kapasitas aliran dalam keadaan stabil atau perolehan jumlah gas dalam keadaan
stabil. 4apasitas aliran harus ditentukan untuk perbedaan tekanan balik atau tekanan
alir dasar sumur pada setiap saat dalam sepanjang umur dari reservoir tersebut.
;ubungan ini (deliverability) bersifat relatif konstan selama masa produksi dari
sumur.
Metode yang umum untuk menentukan delaverability sumur gas adalah test
multipoint, dimana diproduksikan pada beberapa perbedaan aliran (0 laju aliran), dari
perhitungan laju aliran, tekanan sumur serta dari persamaan inflow performance. >adi
delaveribility sangat penting dalam perkiraan produktifitas formasi.
P
&
1
6 P
wf
1
A q
sc
D - q
sc
1
.........................................................(+6()
dimana <

,
_

,
_

S
r
r 4#* , )
ln
(
% & 14##
"
w
e

D
(
% 14##
B

# , )
w
/
(r
1) x 18 , /
D

.............................................................................(+6/)
Pada masa awal dari tes penentuan dari deliverability ini sudah dikenal
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini menyatakan
hubungan antara q
sc
terhadap P
1
pada kondisi aliran yang stabil.
q
sc
AB(P
&
1
6 P
wf
1
)
n
EEE..EE..EEEEEEEEEEEEEEE.(+6,')
dimana <
q
sc
A laju produksi pada keadaan stabil
P
&
A tekanan reservoir rata6rata pada suatu sumur ditutup
P
wf
A tekanan alir dasar sumur sumur
B A konstanta, tergantung pada satuan dari q
sc
dan p
n A harga konstan berkisar antara #,' 6 ,,#
;arga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi atas aliran.
?ntuk aliran yang laminer akan memberikan harga n sama dengan ,, dan bila faktor
inersia6 turbulensi berperan dalam aliran maka n F , (dibatasi sampai harga paling
kecil sama dengan #,'). Pembuatan grafik dengan sistem koordinat log6log
berdasarkan persamaan (+6,') akan menghasilkan hubungan yang linier.
log q
sc
A log B D n log P
1
EEEEEEEEEEEE..EEE...E. (+6
,")
p
1
A (P
&
1
6 P
wf
1
) EEEE.EEEEEEEEEEEEEE.E. (+6
,()
Bontoh grafis tersebut dapat dilihat pada gambar ( +.1/ ).
;arga B dapat dilihat)dicari yaitu berdasarkan titik perpotongan grafik
dan satuannya dapat dinyatakan dalam <
(B) <
( )
n
1
psia
hari ) 7B8 MM
;arga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak ( p
1
). 7atuan
ukuran lainnya digunakan dalam analisa 3deliverability5 adalah 3absolut open flow
potensial5 (%8). -esar potensial ini diperoleh, bila kedalam persamaan (+6,')
dimasukkan harga p
wf
sama dengan nol
Ga'"ar 3.2+. Grafik Delivera"ilit (Ikoku, 1984)
%8 A B (P
&
1
)
n
EEEE.EEEEEEEEEEEEEEEEE.. (+6
,/)
nalisa deliverability berdasarkan persamaan (+6,') dokenal dengan analisa
konvensional. nalisa dengan menggunakan pseudo potensial,

, serta kondisi
aliran laminer6inersia6turbulensi (=!9) merupakan cara lain.

,
_

+ +
sc
w
e
, * wf &
*q 7
r
r
0(1 , # ln q

1
sc
"
sc sc
w
e "
q *
kh
9
,# G 011 , , q *q 7
r
r
0(1 , # ln
kh
9
,# G 011 , ,

,
_

,
_

,
_

+ +
.EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.. (+6
,.)
atau

1
sc sc
bq aq +

EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.. (+6
1#)
bilangan b akan tetap sama baik pada kondisi aliran transien maupun semi mantap,
asalkan q
sc
tidak berubah . 7ebaliknya harga a akan berubah6ubah dan menjadi
konstan bila aliran semi mantap (stabil sudah dicapai).
;arga konstanta a dan b dapat diperoleh secara langsung dengan membuat grafik
sc
sc sc
q vs
q

berdasarkan persamaan +61#


sc
sc
q b a
q
+

EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.E..(+61,)
Persamaan adalah persamaan kuadrat dalam q
sc
, sehingga akar dari persamaan
tersebut dapat dicari <
( ) ( )
b 1
b 0 a a
q
' , #
1
sc

+ +
EEE..EEEEEEEEEEEEEE...(+6
11)
%8 diperoleh dengan membuat
wf

sama dengan nol.


( )
' , #
&
1
%8
b 1
b 0 a a
q
+ +

EEEEEEEEEEEEEEEEEE(+61+)
Permeabilitas dari reservoir gas akan mempengaruhi lama waktu aliran
mencapai kondisi stabil. Pada reservoir yang agak ketat kestabilan dicapai pada
waktu yang lama. 7esuai dengan keadaan ini, maka ada + macam tes yang dapat
digunakan untuk memperoleh deliverability, yaitu <
- -ack Pressure
- !sochronal
- Modified !sochronal
3.1.1.1.1. Ba&k *ress,re Test
Pierce dan &awlins (,.1.) merupakan orang pertama yang mengusulkan
suatu metode tes sumur gas untuk mengetahui kemampuan sumur berproduksi
dengan memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda6beda. Pelaksanaan
dari tes yang konvensional ini dimulai dengan jalan menutup sumur, dari mana
ditentukan harga P
&
. 7erlanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar q
sc
sehingga
aliran mencapai stabil, sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. 7etiap
perubahan laju produksi tidak didahului dengan penutupan sumur.
$ambar skematis dari proses 3back pressure test5 diperlihatkan pada gambar (+.1.).
nalisa deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. ?ntuk keperluan ini
diambil tekanan alir di dasar sumur, P
wf
pada akhir dari periode suatu laju produksi.
nalisa data untuk keperluan pembuatan grafik deliveribility didasarkan
kepada metode konvensional atau =!9. ?ntuk ini disiapkan tabulasi perhitungan
sebagai berikut<
Ta"el 3-2.
*engola#an Data ,nt,k Analisa Delaveri"ilit
nalisa 4onvensional <
qsc P P
1
# P& 6
q, Pwf, (P&
1
6Pwf,
1
)
q1 Pwf1 (P&
1
6Pwf1
1
)
q+ Pwf+ (P&
1
6Pwf+
1
)
q0 Pwf0 (P&
1
6Pwf0
1
)

q
nalisa =!9

sc
q

qsc
1

&

w, (

&6

w,)

w1 (

&6

w1)

w+ (

&6

w+)

w0 (

&6

w0)

sc
q


q
1
Ga'"ar 3.2..
Diagra' /a0, *rod,ksi dan Tekanan Dari Ba&k *ress,re Test
(Dono(ue, 198#)
4emudian dibuat grafik untuk hubungan <
4onvensional < log P
1
vs log q
sc
=!9 < log (

6 b q
sc
1
) vs log q
sc
=ama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas batuan. Makin
lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi stabil ini. Haktu untuk
mencapai kestabilan ini dapat diperkirakan berdasarkan waktu mulai berlakunya
aliran semi mantap.
t
*
A #,1' r
e*
EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.. (+6
10)
-erdasarkan definisi t
*
, yaitu <
t
*
A 1,"+( G ,#
60
1
w
r B
kt

maka harga waktu mencapai kondisi stabil, t


s
adalah
1
e
s
k
r B
.0/ t

k
r B
.0/ t
1
e
s


1
&
e
P k
r B
,###

EEEEEEEEEEEEEEEEEEE. (+61')
dimana <
B
&
P
,

A viscositas pada P
&
-
' pada itas !is cos
3.1.1.1.2. Iso&#ronal Test
Penyelesaian test 3back pressure5 akan membutuhkan waktu yang lama, bila
untuk masing6masing harga laju produksi yang direncanakan membutuhkan waktu
stabilisasi yang lama. ?ntuk mengatasi hal ini Bullender (,.'') mengusulkan suatu
cara tes berdasarkan anggapan, bahwa jari6jari daerah penyerapan yang efektif
(efektive drainage radius), r
d
adalah fungsi dari t
*
dan tidak dipengaruhi oleh laju
produksi. !a mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama,
akan memberikan grafik log P
1
vs log q
sc
yang linier dengan harga eksponen n
yang sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Metode tes yang diusulkan oleh Bullender ini dikenal sebagai tes isoc(ronal.
9es ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai stabil, P
&
,
yang diusulkan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju produksi
tertentu selama jangka waktu t, tanpa menanti kondisi stabil. 7etiap perubahan laju
produksi didahului oleh penutupan sumur sampai tekanan mencapai stabil, P
&
.
Ga'"ar 3.31.
Diagra' Tekanan dan /a0, *rod,ksi Dari Tes Iso&#ronal
(Dale Beggs, 1984)
nalisa data dilaksanakan dengan mencatat harga tekanan alir dasar sumur
untuk jangka waktu alir yang sama bagi masing6masing laju produksi yang
direncanakan.
7esuai dengan analisa yang digunakan, maka dibuat grafik
log P
1
vs log q
sc
atau
log (

6b q
sc
1
) vs log q
sc
$ambar +.+,.
;ubungan P
1
vs q
sc
(Dale Beggs, 1984)
*ari gambar +.+1. terlihat, bahwa harga B berubah6ubah, bila keadaan stabil
diperoleh dengan membuat garis lurus yang sejajar dengan grafik t
,
dan t
1
melalui
titik yang diperoleh pada keadaan stabil.
Pada analisa =!9 pembuatan grafik seperti pada gambar +.+1. dilakukan
setelah harga b dihitung berdasarkan persamaan (+61,) atau dengan least square.
7edangkan harga a ditetapkan berdasarkan data pengaliran sumur sampai mencapai
keadaan stabil, pada saat mana dihitung harga

pada keadaan stabil.


sc
sc
q
q b
a
1


EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE (+61")
$ambar +.+1.
;ubungan
( ) q vs bq
1

3.1.1.1.3. (odified Iso&#ronal
Pada reservoir yang ketat penggunaan tes isochronal belum tentu
menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil.
4at@ dkk (,.'.) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang
mendekati hasil tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. selain dari pada itu
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
9abel +6+.
Data ,nt,k Analisa Delaveri"ilit 2asil dari Iso&#ronal Test
$ambar +.++. *iagram 9ekanan *an =aju Produksi 7elama 9es Modified
!sochronal.
(Dale Beggs, 1984)
Pengolahan data untuk analisa deliverability sama seperti pada metode
isochronal, kecuali untuk harga P
&
diganti dengan P
ws
, yaitu harga tekanan yang
dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. *ari gambar +.++. terlihat
bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan P
1
atau

dengan kondisi
sebagai berikut <
q
,
A (P
ws,
)
1
6 (P
wf,
)
1
q
1
A (P
ws1
)
1
6 (P
wf1
)
1
q
+
A (P
ws+
)
1
6 (P
wf+
)
1
q
0
A (Pws
0
)
1
6 (P
wf0
)
1
A.
B. 3.1.1.1.3.1 Analsa non !on"ensonal
Pada dasarnya hubungan antara log P
1
dengan log q
sc
atau log ( sc
q b
1
) vs log q
sc
tidak berubah. pabila terjadi setelah sumur berproduksi untuk selang
waktu tertentu, maka penentuan deliverability yang baru hanya memerlukan satu tes
produksi yang stabil. ;asil tes deliverability yang lalu akan memberikan harga n
(analisa konvensional) atau b (analisa =!9) bagi penentuan deliveribility yang baru.
*alam hal khusus dimana aliran yang stabil tidak dilakukan, maka persamaan
deliveribility yang stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan (+61,).
*alam hal ini diperlukan adalah menentukan harga a (analisa =!9), sedangkan harga
b diperoleh dari tes sebelumnya.

,
_

,
_

7
r
r
0(1 , # ln
kh
9
,# G 011 , , a
w
e "
EEEEEEEEEEEEEEE.E. (+6
1()
dimana <
9 A
o
&
k A md
r A ft
7 A skin factor, tidak berdimensi.
B " ' ' +
3.3.1. K,rva I*R Sat, 3asa
*ersa'aan Dar&
liran fluida didalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy (,/'")
dalam persamaan <
!
q
"
dp
dl

(+6,)
Persamaan diatas mencakup beberapa anggapan, diantaranya adalah <
h. aliran mantap (steady state)
i. fluida yang mengalir satu fasa
j. tidak terjadi reaksi antara batuan dengan fluidanya
k. fluida bersifat incompressible
l. viskositas fluida yang mengalir konstan
m. kondisi aliran isotermal
n. formasi homogen dan arah aliran hori@ontal.
Persamaan diatas selanjutnya dikembangkan untuk kondisi aliran radial,
dimana dalam satuan lapangan persamaan tersebut berbentuk <
( )
( )
q
( ' '
B r r
e w0
o o e w

( #/ ,#
+
.
ln
(+61)
dimana <
P
e
A tekanan formasi pada jarak r
e
dari sumur, psi
P
wf
A tekanan alir dasar sumur, psi
q A laju produksi, 79-)hari

o
A viskositas, cp
-
o
A faktor volume formasi, --=)79-
k A permeabilitas efektif minyak, md
h A ketebalan formasi produktif, ft
r
e
A jari6jari pengurasan sumur, ft
r
w
A jari6jari sumur, ft.
Persyaratan atau asumsi yang harus dipenuhi untuk menggunakan persamaan
(+61) tersebut adalah <
a. fluida berfasa tunggal
b. aliran mantap (steady state)
c. formasi homogen
d. fluida incompressible.
*engan demikian apabila variabel6variabel dari persamaan (+61) diketahui,
maka laju produksi (produktifitas) sumur dapat ditentukan.
1nde produti!itas adalah indek yang digunakan untuk menyatakan
kemampuan suatu sumur pada kondisi tertentu untuk berproduksi. 7ecara matematis,
indek produktivitas (>) adalah perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan
oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan alir dasar sumur tertentu dengan
perbedaan tekanan dasar sumur dalam kondisi statik (P
s
) dan tekanan dasar sumur
pada saat terjadi aliran (P
wf
), atau dapat dituliskan pada persamaan sebagai berikut <
2
q
' '
s w0

, --=)hari)psi
(+6+)
*engan melakukan substitusi persamaan (+61) ke dalam persamaan (+6+),
maka > dapat pula ditentukan berdasarkan sifaf6sifat fisik fluida reservoir, batuan
reservoir, serta geometri sumur dan reservoir, yaitu <
( )
2
(
B r r
o o e w


( #/ ,#
+
.
ln
(+60)
9entunya penggunaan persamaan (+60) tersebut harus memperhatikan persyaratan
yang harus dipenuhi dalam persamaan (+6+).
Persyaratan persamaan (+6+) tidak selalu dipenuhi, misalkan yang paling
sering ditemui dalam praktek adalah adanya gas dalam aliran tersebut. ;al ini akan
dijumpai apabila tekanan reservoir dibawah tekanan bubble point minyak. Pada
kondisi ini > tidak dapat ditentukan dengan persamaan (+6+) dan (+60), dan harga >
untuk setiap harga P
wf
tertentu tidak sama dan selalu berubah. 7ehubungan dengan
perubahan tersebut, maka untuk kondisi diatas persamaan > diperluas menjadi <
2
dq
d'
w0

(+6')
Persyaratan berfasa tunggal untuk persamaan (+6+) dapat pula tidak terpenuhi
apabila dalam aliran fluida tersebut terdapat air formasi. 9etapi dalam praktek,
keadaan ini masih dapat dianggap berfasa satu, sehingga persamaan (+6+) dapat lebih
diperjelas dengan memasukkan laju produksi air ke dalam persamaan tersebut <
2
q q
' '
o w
s w0


(+6")
7esuai dengan persamaan *arcy (pesamaan (+61), persamaan (+6") dapat
ditulis kembali dalam bentuk <
( )
2
(
r r

B

B
e w
o
o o
w
w w
+

_
,

( #/ ,#
+
.
ln
(+6()
-entuk lain yang sering digunakan untuk menghitung produktivitas sumur
adalah indek produktivitas spesifik, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara >
dengan ketebalan, yaitu <
2
2
(
s

(+6/)
>
s
sering digunakan untuk membandingkan produktivitas sumur yang berbeda dalam
satu lapangan.
!ndek produktitas yang diperoleh dari hasil tes ataupun dari perkiraan, hanya
merupakan gambaran secara kualitatif mengenai kemampuan sumur untuk
berproduksi. *alam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur, ataupun untuk
melihat kelakuan suatu sumur untuk berproduksi, maka harga > tersebut dapat
dinyatakan secara grafis, yang disebut dengan grafik kurva !P&. -erdasarkan definisi
> pada persamaan (+6+), untuk suatu saat tertentu dimana P
s
konstan dan > juga
konstan, maka variabelnya adalah laju produksi (q) dan tekanan aliran di dasar
sumur (P
wf
).
Persamaan (+6+) dapat diubah menjadi <
' '
q
2
w0 s

-erdasarkan anggapan diatas, maka bentuk garis dari persamaan (+6+) adalah
merupakan garis lurus ($ambar +.,).
9itik adalah harga P
wf
pada saat q A #, dan sesuai dengan persamaan (+6+),
P
wf
A P
s
. 7edangkan titik - adalah harga q pada saat P
wf
A #, dan sesuai dengan
persamaan (+6+),
q 2 '
s

, dan harga laju produksi ini merupakan harga laju
produksi maksimum. ;arga laju produksi maksimum ini disebut sebagai potensial
sumur, dan merupakan batas laju produksi yang diperbolehkan dari suatu sumur.
pabila sudut %- adalah , maka <
tan
3B
3"
' 2
'
2
s
s
*engan demikian > menyatakan kemiringan dari garis kurva !P&.
-entuk garis yang linier tersebut dapat pula diturunkan dari persamaan aliran
radial dari *arcy, persamaan (+61) dan (+60), dengan demikian persyaratan
persamaan (+61) atau (+60) juga harus dipenuhi apabila garis !P& merupakan garis
yang linier.
- A
3.%. Aliran 3l,ida Dala' *i)a
9eori dasar untuk persamaan aliran fluida dalam pipa adalah persamaan
kesetimbangan, yang menyatakan kesetimbangan energi antara dua buah titik dalam
satu sistem. 7ecara sederhana kesetimbangan energi tersebut dapat dinyatakan
bahwa, 5energi dari fluida yang masuk kedalam sistem ditambah dengan kerja yang
dilakukan oleh atau pada fluida dan ditambah dengan pertambahan energi panas yang
masuk kedalam atau keluar sistem, ditambah dengan setiap perubahan energi
terhadap waktu, harus sama dengan energi yang meninggalkan sistem5.
*engan menganggap sistem adalah steady state, maka kesetimbangan energi
dapat dituliskan sebagai berikut <
4 '5
6!
g
6g%
g
q 7 4 '5
6!
g
6g%
g
c c
s
c c
, , ,
,
1
,
1 1 1
1
1
1
1 1
+ + + + + +

(06,)
dimana <
? A energi dalam
P: A energi ekspansi atau energi kompresi
6!
g
c
1
1
A energi kinetik
6g%
g
c
A energi potensial
q A energi panas yang ditambahkan (masuk) ke dalam fluida
H
s
A kerja yang dilakukan terhadap fluida
C A ketinggian yang dihitung dari suatu datum tertentu.
>ika persamaan (06,) dibagi dengan m untuk mendapatkan energi per unit
massa, maka persamaan (06,) tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk differensial,
yaitu <
d4 d
' !d!
g
g
g
d% dq d7
c c
s
+

_
,

+ +

#
(061)
Persamaan (061) tersebut masih dalam bentuk energi dalam, dengan demikian
masih sulit untuk dipecahkan. ?ntuk itu persamaan (061) perlu diubah menjadi
bentuk kesetimbangan energi mekanik, dengan menggunakan persamaan
termodinamika, yaitu sebagai berikut <
d4 d8 d
'

_
,

(06+)
d8 &dS
d'
+

(060)
atau <
d4 &dS d
' d'

_
,

+

(+6')
dimana <
; A enthalpi
7 A entropi
9 A temperatur.
*engan mensubstitusikan persamaan (06') kedalam persamaan (061), maka
akan diperoleh <
&dS
d'
d
'
d
' !d!
g
g
g
d% dq d7
c c
s
+

_
,

_
,

+ +

#

(06")
?ntuk proses irreversible, ketidaksamaan Blaussius menyatakan bahwa <
dS
dq
d&

atau
&dS dq d9
w
+

......................... (06()
dimana d=
w
adalah loss yang disebabkan adanya proses irreversibilitas, misalnya
adanya gesekan.
*engan menggunakan hubungan tersebut dan menganggap tidak ada kerja
yang dilakukan baik terhadap fluida maupun oleh fluida, maka persamaan (06") dapat
diubah menjadi <
d' !d!
g
g
g
d% d9
c c
w

+ + + #
(06/)
?ntuk pipa miring, dengan sudut kemiringan sebesar terhadap bidang hori@ontal,
seperti pada $ambar 0.1, dimana dC A d= sin , maka <
d' !d!
g
g
g
d9 d9
c c
w

+ + + sin #
(06.)
*engan mengalikan persamaan (06.) dengan )d=, maka akan diperoleh <
d'
d9
!d!
g d9
g
g
d9
d9
c c
w
+ + +

sin #

(06,#)
Persamaan (06,#) dapat digunakan untuk menghitung gradien tekanan dan
dengan menganggap penurunan tekanan adalah positif dalam arah aliran, maka <
d'
d9
!d!
g d9
g
g
d'
d9
c c 0
+ +

_
,

sin
(06,,)
dimana <
d'
d9
d9
d9
0
w

_
,


gradien tekanan yang disebabkan adanya gesekan.
Pada aliran fluida di dalam pipa, adanya kehilangan tekanan disebabkan oleh
gesekan, perbedaan ketinggian serta adanya perubahan energi kinetik. 4arena
umumnya gesekan terjadi pada dinding pipa, perbandingan antara shear stress (
w
)
dengan energi kinetik per satuan volume (v
1
)1g
c
) menunjukkan peran shear stress
terhadap kehilangan tekanan secara keseluruhan. Perbandingan ini membentuk suatu
kelompok tidak berdimensi yang dikenal sebagai faktor gesekan 8anning <
0
! g
g
!
w
c
w c

1 1
1
1
(06,1)
-esarnya gradien tekanan yang disebabkan oleh faktor gesekan dinyatakan
dalam persamaan 8anning, yaitu sebagai berikut <
d'
d9
0 !
g d
0 c

_
,

1
1

(+6,+)
*alam bentuk faktor gesekan Moody (f
m
), dimana f
m
A 0 f, maka persamaan
(06,+) berubah menjadi <
d'
d9
0 !
g d
0
6
c

_
,



1
1
(06,0)
Penentuan faktor gesekan untuk aliran fluida satu fasa tergantung pada tipe
alirannya (laminer atau turbulen).
Pada aliran satu fasa laminer faktor gesekan ditentukan berdasarkan
penggabungan persamaan (06,0) dan persamaan ;agen6Poiseuille, yaitu <
!
d g d'
d9
c
0

_
,

1
+1
(06,')
*ari persamaan (06,0) dan (06,') tersebut, secara analitis faktor gesekan dapat
ditentukan sebagai berikut <
0
!d :
6

"0 "0

&e
(06,")
atau apabila dinyatakan dalam faktor gesekan 8anning <
0
:

,"
&e
(06,()
?ntuk pembahasan selanjutnya, faktor gesekan Moody selalu digunakan dan
subscript m akan dihilangkan.
Pendekatan untuk penentuan faktor gesekan untuk aliran satu fasa turbulen
dimulai dari persoalan yang sederhana, yaitu untuk pipa halus (smooth pipe),
kemudian untuk pipa kasar (rough wall pipe). ?ntuk pipa yang halus, telah banyak
korelasi yang dikembangkan, dimana masing6masing berlaku untuk selang bilangan
&eynold (I
&e
) yang berbeda6beda. Persamaan yang umum digunakan, yang berlaku
untuk selang harga I
&e
yang luas, yaitu +### < I
&e
< + ,#
"
, dikembangkan oleh
*rew, 4oo dan Mc dam (,.+1), yaitu sebagai berikut <
0 : +

# ##'" #'
# +1
. .
&e
.
(06,/)
7edangkan untuk pipa yang kasar, ternyata kekasaran pipa tersebut sangat
mempengaruhi faktor gesekan. 4ekasaran pipa tersebut merupakan fungsi dari bahan
dasar pembuat pipa, metoda pembuatan dan lingkungan dimana pipa tersebut berada.
7ehubungan dengan penentuan faktor gesekan untuk pipa yang kasar, kekerasan
dinyatakan sebagai kekerasan absolut, . 7ecara analisis dimensi dapat ditunjukkan
bahwa pengaruh kekasaran tidak disebabkan oleh dimensi absolutnya, tetapi oleh
dimensi relatifnya, yaitu perbandingan kekasaran absolut dengan diameter pipa, )d,
yang disebut kekasaran relatif.
Iikuradse berdasarkan percobaan dengan menggunakan butiran pasir,
membuat korelasi penentuan faktor gesekan untuk pipa kasar sebagai berikut <
,
,(0 1
1
0 d

_
,
. log

(06,.)
Persamaan (06,.) tersebut selanjutnya disempurnakan oleh Bolebrook dan
Hhite (,.+.) menjadi <
,
,(0 1
1 ,/(
0 d : 0
+

_
,

. log
.
&e

(061#)
?ntuk memudahkan, persamaan (061#) dapat diubah menjadi <
0
d : 0
c
g

_
,

'

,
,(0 1
1 ,/ (
1
. log
.
&e

(061,)
dimana <
f
g
A faktor gesekan yang dimisalkan
f
c
A faktor gesekan sebagai hasil perhitungan.
*engan demikian pemecahan persamaan (061,) adalah dengan trial and error,
dimana harga f
g
yang pertama ditentukan dengan menggunakan persamaan *rew,
4oo dan Mc dam, yaitu persamaan (06,/).
Perubahan faktor gesekan untuk aliran satu fasa terhadap bilangan &eynold
dan kekasaran relatif diperlihatkan secara grafis dalam $ambar 0.+, yang dikenal
dengan diagram Moody. 7edangkan hubungan faktor gesekan dengan kekasaran pipa
diperlihatkan dalam $ambar 0.0.
?ntuk aliran fluida satu fasa, persamaan gradien tekanan yang dapat
digunakan untuk setiap fluida yang mengalir pada sudut kemiringan pipa tertentu
diperoleh dengan menggabungkan persamaan (06,,) dan (06,0), yaitu sebagai
berikut <
d'
d9
g
g
0 !
g d
!d!
g d%
c c c
+ +

sin
1
1
(0611)
dimana harga f merupakan fungsi dari kekasaran relatif dan bilangan &eynold,
seperti yang terlihat pada diagram Moody.
7ecara umum, persamaan gradien tekanan total dapat dinyatakan dalam tiga
komponen, yaitu <
d'
d9
d'
d9
d'
d9
d'
d9
el 0 acc

_
,

_
,

_
,

(+61+)
*imana <
d'
d9
g
g
el c

_
,

sin
, merupakan komponen yang ditimbulkan oleh adanya perubahan
energi potensial atau perubahan ketinggian (elevasi).
d'
d9
0 !
g d
0 c

_
,



1
1
, merupakan komponen yang ditimbulkan oleh adanya gesekan.
d'
d9
!d!
g d%
accl c

_
,



, merupakan gesekan yang ditimbulkan oleh perubahan energi
kinetik.
Persamaan (061+) berlaku untuk setiap fluida pada kondisi steady state, aliran
satu dimensi, dimana f, dan v dapat ditentukan.
9injauan lebih luas tentang aliran fluida satu fasa ini adalah sebagai berikut <
,. 4omponen Perubahan 4etinggian
4omponen ini sama dengan nol untuk aliran horisontal dan mempunyai harga untuk
aliran compressible atau incompressible atau transient, baik dalam aliran pipa
vertikal atau pun miring. ?ntuk aliran pipa vertikal kebanyakan harga sin
berharga negatip dan tekanan hidrostatik akan bertambah pada arah aliran.
1. 4omponen 8riction =oss
4omponen ini berlaku untuk semua jenis aliran pada setiap sudut kemiringan pipa
dan menyebabkan penurunan tekanan dalam arah aliran. Pada aliran laminer,
friction loss berbanding lurus dengan kecepatan fluida. 7edangkan pada aliran
turbulen, friction loss adalah sebanding dengan v
n
, dimana ,.( F n F 1.
+. 4omponen Percepatan
4omponen ini berlaku untuk setiap kondisi aliran transient, tetapi berharga nol untuk
luas penampang yang konstan dan aliran incompressible. Pada setiap kondisi
aliran dimana terjadi perubahan kecepatan, seperti dalam aliran compressible,
penurunan tekanan terjadi dalam arah pertambahan kecepatan.
Perhitungan gradien tekanan untuk aliran fluida dua fasa memerlukan harga6
harga kondisi aliran seperti kecepatan aliran dan sifat6sifat fisik fluida (seperti berat
jenis, viskositas, dan dalam beberapa hal, tegangan permukaan). pabila harga6harga
tersebut telah dapat ditentukan untuk masing6masing fasa yang mengalir, maka perlu
dilakukan penggabungan6penggabungan.
3.4. Analisa 5odal
nalisa nodal adalah merupakan suatu sistim pendekatan untuk mengevaluasi
dan mengoptimisasikan sistim produksi minyak dan gas secara keseluruhan. *alam
analisa ini sistim produksi dibagi menjadi beberapa bagian (titik), mulai dari tekanan
reservoir hingga tekanan separator. 9itik penyelesaian dapat diambil pada titik (node)
manapun dalam sistim produksi.
3.4.1 Titik-titik 6ta'a dala' Analisa 5odal
*alam melaksanakan analisa ini berbagai posisi untuk titik penyelesaian
(node) dapat diambil pada beberapa posisi yaitu< titik pada dasar sumur, titik pada
kepala sumur, titik pada separator, titik pada tekanan reservoir dan titik kombinasi
dari berbagai titik tersebut. Penentuan letak titik penyelesaian dipertimbangkan
berdasarkan faktor yang paling berpengaruh terhadap sistim produksi. March, Proano
dan -rown membuat beberapa lokasi dari titik penyelesaian seperti ditunjukkan
gambar 06,. *engan menentukan titik6titik tersebut maka dapat dihitung kehilangan
tekanan pada masing6masing komponen secara terpisah.
$ambar.+... =okasi dari berbagai titik nodal (*ale -eggs,,./0)
4emungkinan kehilangan tekanan pada sistim produksi dapat dilihat pada
gambar +61. 9itik , adalah separator dimana biasanya tekanannya dibuat konstan.
Pada titik ini bukan merupakan fungsi laju produksi tetapi fungsi dari tekanan untuk
dapat mengantarkan gas ke sales line. 9itik + adalah titik kepala sumur, dimana perlu
ditentukan tekanan kepala sumur agar dapat mengantarkan fluida produksi hingga
separator. 9itik6titik lainnya adalah P
r
, P
wf
dan P
wfs
yang menyangkut !P&, kehilangan
tekanan karena komplesi dan kemampuan sumur untuk berproduksi. 9itik6titik choke
permukaan, safety valve dan restriksi bawah permukaan merupakan titik fungsional
yang pemasangannya tergantung keperluan khusus pada sumur produksi.
4ehilangan6kehilangan tekanan pada sistim produksi dapat terjadi pada
berbagai posisi mulai dari reservoir hingga separator. 4ehilangan tekanan pada
media berpori dapat terjadi karena kerusakan formasi dan pengaruh petrofisik batuan.
Pada komplesi, terjadinya kehilangan tekanan dapat terjadi karena turbulensi aliran
pada formasi dan damage akibat over balance perforation. 4ehilangan tekanan pada
pipa (tubing dan pipa salur) dapat disebabkan karena friksi dan liquid hold6up bila
terjadi aliran multifasa.
$ambar 061. 4emungkinan kehilangan tekanan pada sistim produksi
(*ale -eggs,,./0)
*engan melakukan perhitungan kehilangan tekanan pada keseluruhan
sisitim produksi maka efektifitas sistim produksi dapat dievaluasi dan
dioptimisasikan.
3.4.2. Titik *enelesaian *ada Dasar S,',r
Penyelesaian dengan teknik ini mengambil titik (nodal) penyelesaian pada
pusat interval perforasi. Pada penyelesaian dengan titik ini sistim produksi dibagi
menjadi dua komponen, yaitu<
a. 4omponen reservoir, yaitu komponen yang menyangkut sumur untuk
berproduksi (gambar 06+)
b. 4omponen sistim aliran dalam pipa (gambar 0 J0)
$ambar 06+. 4omponen reservoir
')
$ambar 060. 4omponen aliran dalam pipa
')
dapun prosedur analisa dengan mengeplot (nodal plot) untuk penyelesaian
dengan titik ini adalah sebagai berikut<
,. -uat titik !P& untuk P! konstan, vogel atau kombinasi. pabila P
wf
di atas bubble
point buat !P& dengan hukum *arcy dan apabila di bawah bubble point buat
dengan :ogel.
1. -uat kurva tubing intake dengan menggunakan korelasi yang cocok. ?ntuk
keperluan nodal plot ini dapat menggunakan chart :ertikal Pressure $radient.
Pertama6tama tentukan P
wh
yang dibutuhkan untuk aliran dari kepala sumur ke
separator dengan berbagai asumsi laju produksi (dengan korelasi aliran
hori@ontal).
+. *engan asumsi laju produksi seperti proses nomor 1 dan menggunakan :ertikal
Preassure $radient maka tubing intake preassure untuk laju produksi dan P
wh
proses nomor 1 dapat ditentukan.
0. -uat plot !P& dan plot kurva tubing intake pressure dalam satu plot (nodal plot),
dan laju produksi sumur adalah laju produksi pada perpotongan kurva tubing
intake dan !P& seperti ditunjukkan oleh gambar 06'.
*ari gambar 06' terlihat bahwa laju produksi untuk kasus P! konstan berbeda
dengan !P& :ogel. =aju produksi yang didapat dari plot ini bukanlah yang
minimum,. Maksimum atau optimum tetapi laju produksi yang mungkin untuk
sistim produksi. %ptimisasi sistim dapat dilakukan dengan mengubah berbagai
variabel antara lain ukuran tubing, ukuran pipa salur, ukuran choke, tekanan
separator atau mengubah bentuk kurva !P& dengan jalan stimulasi pada sumur
produksi tersebut.
$ambar 06'. Penyelesaian pada titik di dasar sumur
')
pabila digunakan lebih dari satu tubing (tubing paralel), maka pembuatan kurva
tubing intakenya adalah sebagai berikut<
,. -uat kurva tubing intakenya untuk maisng6maisng tubing secara terpisah
1. ?ntuk tekanan yang sama jumlahnya laju produksi dari tubing6tubing yang
dipakai
+. Plot laju produksi total proses 1 vs tubing intake pressure seperti ditunjukkan
pada gambar 06"
lasan pengambilan titik dasar sumur sebagai titik penyelesaian adalah agar
dengan perubahan tekanan reservoir, maka laju produksi dengan menggunakan
tubing dan pipa salur yang sama dapat ditentukan. ;al ini berkaitan dengan
peramalan laju produksi masa datang dengan terjadinya penurunan tekanan
reservoir.
$ambar 06". 4urva tubing intake untuk tubing paralel
')
%.1.1. Titik *enelesaian *ada Ke)ala S,',r
lasan utama penggunaan titik ini adalah dengan menentukan pipa salur yang
optimum maka gas dapat sampai tujuan dengan tekanan kepala sumur yang ada.
*alam metode ini sistim dibagi menjadi dua komponen yaitu komponen pipa
salur dan separator (gambar 06() serta komponen tubing dan reservoir (gambar
06/).
$ambar 06(. 4omponen pipa salur dan separator
')
$ambar 06/. 4omponen tubing dan reservoir
')
Prosedur penyelesaiannya adalah sebagai berikut<
,. sumsikan berbagai laju produksi (misalnya 1##, 0##, "##, /##, ,### dst)
1. Mulai dari tekanan separator tentukan P
wh
yang diperlukan agar fluida produksi
dapat mengalir sepanjang pipa salur yang ada untuk berbagai laju produksi di
atas.
+. ?ntuk asumsi laju produksi di atas tentukan P
wf
dari hubungan !P& dengan P!
konstan atau :ogel.
0. *engan menggunakan P
wf
langkah + tentukan P
wh
karena penurunan tekanan
sepanjang tubing. ?ntuk hal ini diperlukan korelasi aliran vertikal yang cocok
'. *ari langkah 1 didapat kurva perilaku pipa alir dan dari langkah + dan 0 didapat
kurva gabungan !P& dan komponen tubing. -uatlah kedua kurva tersebut dalam
satu plot dan laju produksi dapat ditentukan dari perpotongan kedua kurva
tersebut. n%dal plot untuk metode ini diperlihatkan oleh gambar 06. dan 06,#.
$ambar 06.. Penyelesaian dengan titik di kepala sumur (P! konstan)
')
$ambar 06,#. Penyelesaian dengan titik di kepala sumur (!P& :ogel)
')
=aju produksi yang didapat dari plot tersebut bukanlah laju produksi yang
optimum. ?ntuk mendapatkan laju produksi optimum perlu kombinasi yang tepat
antara ukuran tubing dan ukuran pipa salur sehingga didapat laju produksi yang
optimum. Pengaruh ukuran tubing dan pipa salur terhadap laju produksi seperti
ditunjukkan oleh gambar 06,,.
$ambar 06,,. Pengaruh ukuran tubing dan pipa salur terhadap laju produksi
')
pabila digunakan lebih dari satu pipa salur maka tahap penyelesaiannya
sebagaimana pada pemakaian tubing paralel. *imana pertama6tama diplot P
wh
versus
laju produksi untuk masing6masing pipa salur, kemudian pada tekanan yang sama
diplot antara P
wh
dan jumlah laju produksi pipa salur yang dipergunakan.
%.1.2. Titik *enelesaian Ko'"inasi Dasar S,',r Dan Ke)ala S,',r
Pada metode ini titik penyelesaian diambil komibinasi antara dasar sumur (!P&
dan tubing) dan kepala sumur (pipa salur dan separator). Prosedur
penyelesaiannya adalah sebagai berikut<
,. sumsikan berbagai tekanan kepala sumur (P
wh
), (misalnya ,##, 1##. +##, 0##
dan seterusnya)
1. ?ntuk tekanan6tekanan di atas buatlah kurva tubing intake dengan
mengasumsikan berbagai laju produksi dan dengan korelasi aliran vertikal
+. Batat perpotongan antara kurva tubing intake dengan !P&. =angkah ,,1 dan +
dapat diilustrasikan seperti pada gambar 06,1.
0. *engan mengambil kurva pipa salur dan separator dari metode 06+, plot kembali
P
wh
versus laju produksi pada langkah + (lihat gambar 06,+)
4euntungan penyelesaian dengan metode ini adalah bila terjadi perubahan
tekanan reservoir maka pembuatan kurva !P& diambil dari gambar 06,1 dengan
mengubah !P& dengan tekanan reservoir dan P! yang baru.
$ambar 06,1. Penyelesaian dengan titik dasar sumur untuk berbagai harga P
wh
')
.
$ambar 06,+. Penyelesaian dengan titik kombinasi
')
%.1.3. Titik *enelesaian )ada Se)arator
Pemilihan tekanan sangat vital terutama untuk sumur6sumur dengan gas lift atau
bila tekanan separator harus dinaikkan agar gas dapat sampai di sales line atau
sistim penampungan sementara. >alannya penyelesaian dengan metode ini
diilustrasikan dalam skema gambar 06,0.
$ambar 06,0. Penyelesaian dengan titik di separator
')
-erbeda dengan metode6metode sebelumnya, maka dalam metode ini
perilaku sistim produksi dibuat dalam satu kurva. Prosedur secara lengkapnya adalah
sebagai berikut<
,. sumsikan berbagai laju produksi misalnya 1##, 0##, "##, /## dan seterusnya
1. ?ntuk berbagai asumsi laju produksi tersebut tentukan P
wf
dari hubungan !P&
dengan P! konstan atau :ogel
?ntuk P! konstan hubungan tersebut adalah<
P
wf
A P
r
J q)P!
+. *engan menggunakan P
wf
langkah 1, tentukan P
wh
dengan korelasi aliran vertikal
0. *engan P
wh
yang didapat dari langkah +, tentukan P
sep
, dengan korelasi aliran
hori@ontal
'. Plot P
sep
, dari langkah 0 versus laju produksi
". Plot tekanan separator yang digunakan dalam sistim produksi dalam satu plot
dengan langkah ' seperti nampak pada gambar 06,'.
$ambar 06,'. Penyelesaian untuk problem di separator
')
lasan pengambilan separator sebagai titik penyelesaian adalah dengan
perubahan tekanan separator dapat dilihat perubahan laju produksinya. Pemilihan
tekanan separator untuk masing6masing sistim produksi ditentukan perilaku sistim
tersebut. ;al ini ditunjukkan oleh gambar 06,".
$ambar 06,". Pengaruh tekanan separator untuk berbagai sumur
')
Pada sumur perubahan laju produksi sangat ditentukan oleh tekanan
separator. Pada sumur - dan sumur B efek tersebut tidak sebesar pada sumur . Pada
sumur * pengaruh tekanan separator terhadap laju produksi dapat diabaikan. 4riteria
terakhir dari pemilihan tekanan separator ini adalah kriteria ekonomis termasuk perlu
tidaknya ditambah kompresor untuk menaikkan tekanan separator.
%.1.%. Titik *enelesaian *ada Reservoir
Penyelesaian dengan mengabil titik reservoir ini sebenarnya kurang praktis,
dan pembahasan disini hanya untuk menunjukkan bahwa dengan titik inipun dapat
dilakukan analisa nodal. nalisa nodal dengan mengambil titik ini dimulai dari
tekanan separator sampai tekanan reservoir. *engan menggunakan korelasi
penurunan tekanan aliran hori@ontal maka P
wh
dapat ditentukan. *an dari tekanan
kepala sumur ini dengan korelasi penurunan tekanan tekanan secara vertikal dapat
ditentukan tekanan aliran dasar sumur (P
wf
). Pada tahap selanjutnya tekanan reservoir
dapat ditentukan dengan menggunakan hubungan !P& baik dengan anggapan P!
konstan maupun dengan anggapan !P& secara :ogel. >alannya tahap6tahap
penyelesaian dengan mengambil titik ini seperti ditunjukkan oleh gambar 06,(. *an
prosedur penyelesaian selengkapnya adalah sebagai berikut<
,. sumsikan berbagai laju produksi misalnya 1##, 0##, "##, /## dst
1. Mulai dari tekanan separator (P
sep
) tentukan P
wh
untuk mengantarkan fluida
produksi ke separator. 9entukan P
wh
dengan korelasi aliran fluida hori@ontal
untuk asumsi laju produksi yang ditentukan
+. *ari P
wh
pada langkah 1, tentukan P
wf
dengan korelasi aliran fluida vertikal untuk
berbagai laju produksi yang telah diasumsikan
0. *ari P
wf
yang didapat pada langkah +, tentukan tekanan reservoir (P
r
) dengan
hubungan !P& baik dengan P! konstan atau dengan :ogel
'. Plot P
r
dari langkah 0 versus laju produksi yang diasumsikan.
*engan mengambil tekanan reservoir tertentu maka laju produksi dapat
diketahui (lihat gambar 06,/).
4euntungan analisa dengan mengambil titik ini adalah kita dapat
menentukan perubahan P
r
terhadap laju produksi. 7elain itu kita dapat menentukan
kapan perubahan P
r
akan mengubah $%&, dan hal ini dapat diketahui dengan adanya
penyimpangan dengan hasil pada P! konstan.
$ambar 06,(. Penyelesaian pada reservoir
')
$ambar 06,/. Penyelesaian untuk problem pada reservoir
')
3.7. afsf

You might also like