You are on page 1of 2

Tujuan utama penanganan sampel: (1) Menghilangkan gangguan + dan - , agr konsentrasi sampel / unsur yg di analisis berada pd range

metode yg dipilih. (2) Agar bentuk sampel sesuai dg metode yg dipilih Pemilihan metode Konvesional Instrumen sederhana,gangguannya masi besar , dengan konsentrasi kecil susah untuk menganalisis (makro) metode: pengendapan , destilasi, ekstraksi, solubilisasi, elektrolisis, kromatografi, penukaran ion. Modern Instrumen cannggih bisa meminimalkan gangguan, dg konsentrasi kecil tetap bisa dianalisis (mikro & yg lebih kecil). Metode: AAS, GC, HPLC, MS, XRD, NMR, dan lain-lain.

penanganan sampel dg: mineralisasi: bahan organik dimineralisasi dg kalsinasi atau gesti asam (destruksi). Solubilisasi : logam bila di analisis tidak dpt dilakukan langsung maka dimineralisasi dg pengasaman. Metode yg dibutuhkanuntuk mineralisasi & solubilisasi : spektrofotometri serapan, polarografi, spektrografi. Pemisahan & pengayaan sampel dimaksud untuk: - isolasi unsur mikro, - menghilangkan konstituen yg mengganggu, - pisahkan unsur mikro 1 dg yg lainnya, - tambahkan sensitivitas analisis dg memperbanyak berat /konsentrasi unsur-unsur penyusun. semen sejak zaman dahulu sudah digunakan. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/ bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips ( gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Semen + air = padatan keras. Semen + pasir = perekat tembok. Semen + batu/krikil = beton. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah : semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V. semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian ( finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

pantai.

oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas

mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

Semakin baik mutu semen mk semakin lama mengeras / membatunya jk dicampur dg air, dg angka-angka hidrolitas yg dpt dihitung dg rumus : (% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO) Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut : Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker

crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.

Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu : proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal. proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen. proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen). proses pendinginan terak. proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas. Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton. Kandungan Kimia: Trikalsium Silikat, Dikalsium Silikat, Trikalsium Aluminat, Tetrakalsium Aluminofe, Gipsum Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah: 1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre heater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 13501400 C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

2. 3. 4. 5.

6.

Jenis semen No.SNI SNI 15-0129-2004 SNI 15-0302-2004 SNI 15-2049-2004 SNI 15-3500-2004 SNI 15-3758-2004 SNI 15-7064-2004 Nama Semen portland putih Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC) Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC) Semen portland campur Semen masonry Semen portland komposit

Jenis dan penggunaan: Jenis 1 yaitu sement portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Jenis 2 yaitu sement portland yang Dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang. Jenis 3 yaitu sement portland yang Dalam penggunaannya memerlukan Kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Jenis 4 yaitu sement portland yang Dalam penggunaannya memerlukan Kalor hidrasi rendah. Jenis 5 yaitu sement portland yang Dalam penggunaannya memerlukan Ketahanan tinggi terhadap sulfat.

You might also like