You are on page 1of 9

1

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN BAWAH DERMAGA


PONTON DI BABO PAPUA BARAT

Ilman Kurniadi
1
dan Muslim Muin
2

Program Studi Teknik Kelautan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Jl Ganesha 10 Bandung 40132
1
ilman_kurni_adi@yahoo.com dan
2
m_muin@ocean.itb.ac.id


Abstrak

Dermaga ponton merupakan dermaga yang dapat mengakomodir fenomena pasang dan surut yang terjadi di laut
karena ponton hanya bergerak ke atas dan ke bawah (heaving) sehingga posisi dermaga dengan kapal selalu sama.
Dermaga ponton cocok dibangun pada lokasi dengan tinggi gelombang rencana yang tidak terlalu tinggi dan kapal
rencana yang akan bersandar berukuran kecil. Lokasi studi kasus pada karya tulis ini berada di Distrik Babo, Teluk
Bintuni, Papua Barat. Dermaga ponton terdiri dari dua struktur utama: struktur atas berupa ponton dan struktur
bawah berupa tiang pancang yang berfungsi sebagai penahan supaya ponton tetap pada lokasinya. Adalah penting
untuk dilakukan evaluasi ketahanan struktur bawah dari dermaga ponton akibat beban lingkungan dan beban
dinamik agar dermaga ponton aman untuk digunakan. Dalam studi ini, analisis untuk mengevaluasi ketahanan
struktur dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan cara manual dan pemodelan menggunakan bantuan program
SAP2000. Dari data lingkungan yang tersedia, langkah awal dari analisis kekuatan struktur bawah dermaga ponton
adalah menemukan tinggi gelombang pada lokasi tinjau dengan metode hindcasting. Kemudian dilakukan
perhitungan kekuatan struktur bawah dermaga ponton akibat beban lingkungan (arus, angin, gelombang, berthing,
dan seismik) dan beban dinamik yang terjadi pada ponton. Nilai dari unity check range atau evaluasi kekuatan
struktur tiang pancang hasil perhitungan manual dan pemodelan pada SAP2000 dibandingkan untuk menentukan
faktor apa saja yang menyebabkan adanya perbedaan hasil evaluasi dari dua metode tersebut. Hasil analisis
menunjukan bahwa struktur tiang pancang dermaga dengan diameter luar 24 inch dan ketebalan 1 inch memenuhi
syarat ketahanan struktur dan aman untuk dibangun.

Kata kunci: dermaga, ponton, hindcasting, analisis, sap2000


PENDAHULUAN

LNG Tangguh adalah mega proyek yang membangun kilang LNG di Teluk Bintuni,
Papua Barat, untuk menampung gas alam yang berasal dari beberapa Blok di sekitar Teluk
Bintuni, seperti Blok Berau, Blok Wiriagar dan Blok Muturi. Tentu saja ada banyak sekali
tenaga kerja yang terlibat di dalam proyek LNG Tangguh ini. Untuk itu diperlukan sebuah
fasilitas sandar bagi pada tenaga kerja (crew) sehingga memudahkan pada crew dalam
mobilitasnya dari moda angkutan laut ke moda angkutan darat.
Pemilihan digunakannya dermaga ponton untuk keperluan sandar crew boat atau kapal
kru dimaksudkan untuk mengantisipasi air pasang surut laut setinggi 4.2 meter, sehingga posisi
kapal dengan dermaga selalu sama; dermaga ponton cocok untuk lokasi dengan tinggi
gelombang rencana yang tidak terlalu tinggi; dan kapal rencana yang akan sandar berukuran
kecil. Kemudian antara ponton dengan dermaga dihubungkan dengan suatu landasan/jembatan
yang flexibel ke darat yang bisa mengakomodasi pasang surut laut.
Tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisa dan mendesain
ketahanan struktur bawah dengan diameter 610 mm akibat beban lateral. Selain itu laporan tugas

2
akhir ini juga bertujuan untuk membandingkan hasil perhitungan manual dengan pemodelan
yang dilakukan dengan bantuan software SAP2000.
Analisis evaluasi kekuatan struktur bawah dermaga ponton akan dilakukan dengan cara
melakukan perhitungan manual dan dengan menggunakan bantuan program SAP2000. Hasil
yang didapatkan dari perhitungan manual dan pemodelan dengan bantuan SAP2000 akan
dibandingkan dan dianalisis untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya
perbedaan hasil evaluasi kekuatan struktur tiang pancang hasil pendekatan dengan kedua metode
tersebut.

Gambar 1 Contoh dermaga ponton LNG Tangguh (sumber : www.panoramio.com)


TEORI DASAR

Hindcasting gelombang dilakukan dengan menggunakan parameter jonswap untuk
mendapatkan nilai tinggi gelombang pada lokasi studi kasus
Untuk kondisi fetch limited atau time limited, nilai t dan F bisa dihitung dari persamaan
dibawah ini
U
gt
t
eff
=
(1)
3 / 2
) ( 8 , 68 F t =
(2)
Kemudian nilai Hmo dan Tp didapatkan dari persamaan berikut
2 / 1
) ( 016 , 0 F H
mo
=
(3)
3 / 1
) ( 286 , 0 F T
p
=
(4)
Untuk kondisi fully developed sea, formula yang digunakan adalah
2
24 . 0
U
gH
mo
=
(5)
U
gT
p
= 13 . 8
(6)

3
U
gt
FD
= 71500
(7)
3 / 2
) ( 8 , 68
FD
F t =
(8)
dimana,
t = durasi (detik)
t
eff
= durasi efektif (detik)
U = kecepatan angin (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s
2
)
F = panjang fetch (m)
Hmo = tinggi gelombang signifikan (m)
Tp = periode gelombang yang menyertai Hmo (detik)
F
FD
= panjang fetch untuk kondisi fully developed sea
t
FD
= durasi untuk kondisi fully developed sea
Gaya-gaya yang bekerja pada struktur bawah dijabarkan pada gambar dibawah ini

Gambar 1 Beban yang bekerja pada struktur tiang pancang
Dalam tataran gelombang, gaya inersia dan gaya drag muncul dan berubah secara
berkelanjutan terhadap waktu. Morison et al. (1950) mengajukan formula untuk menghitung
gaya total akibat gelombang berupa penjumlahan dari gaya inersia dan gaya drag
} }
}

+ =
=
q q
q
t

h
M
h
D
h
dz
Dt
Du D
C dz u Du C
dF F
4 2
1

2
(9)



4
dimana,

= massa jenis fluida (kg/m


3
)
D
C
= koefisien drag
D = diameter silinder (m)
u = kecepatan partikel air horizontal (m/s)
M
C
= koefisien inersia/massa
Dt
Du
= perceptan partikel air arah horizontal (m/s
2
)

Tekanan dinamis (dynamic pressure) yang disebabkan oleh gelombang akibat adanya
struktur (ponton) dijabarkan dalam rumus dibawah ini
( )

(())
()
( ) (10)
dimana,
p = tekanan (Pa)
g = percepatan gravitasi (m/s
2
)
z = jarak vertikal suatu titik yang ditinjau terhadap muka air (m)
H = tinggi gelombang (m)
k = bilangan gelombang
o
= frekuensi gelombang
x = jarak horizontal (m)
t = waktu (detik)
h = kedalaman perairan (m)
Beban angin yang bekerja pada ponton dapat ditentukan dari persamaan dibawah ini
menggunakan koefisien drag
A C U F
D a angin
2
2
1
=
(11)
dimana,
angin
F
= Gaya angin (N,kN)
a

= massa jenis udara = 1.23 kg/m


3

U
= kecepatan angin (m/s)
D
C
= koefisien drag ponton
A
= luas penampang proyeksi dari ponton (m
2
)
Standar yang digunakan untuk menghitung gaya arus pada struktur bawah yang terendam
adalah dengan menggunakan rumus untuk menentukan gaya drag pada struktur bawah
A C U F
D arus
2
2
1
=
(12)
dimana,
arus
F
= Gaya arus (N,kN)

= massa jenis air laut = 1023 kg/m


3


5
U
= kecepatan arus (m/s)
D
C
= koefisien drag struktur bawah
A
= luas penampang proyeksi dari tiang pacang yang terendam (m
2
)
Akibat aktivitas berthing kapal ini, akan dihasilkan energi berthing yang dapat dihitung
menggunakan persamaan di bawah ini:

c s m e
s
N
C C C C
V M
E
|
|
.
|

\
|
=
2
2
(13)
dimana,
E
N
= energi berthing (kN.m)
M
s
= massa kapal (ton)
V = kecepatan berthing (m/s)
C
e
= koefisien eksentrisitas
C
m
= koefisien added mass
C
s
= koefisien kehalusan (softness)
C
c
= koefisien konfigurasi
Perhitungan gempa didasarkan pada SNI-1726-2002 dengan analisa beban statika
ekivalen adalah
R
W I C
V
t I
. .
=
(14)
dimana,
V = beban geser gempa statik ekivalen (kN)
C
I
= faktor respon gempa
W
t
= berat total struktur
R = faktor reduksi gempa
I = faktor keutamaan bangunan
Penentuan nilai kekauan struktur untuk mencari respon dinamik ponton terhadap tiang
pancang digambarkan pada gambar dibawah ini


6
Gambar 2 Kekakuan untuk masing-masing tiang

Variabel-variabel yang diperlukan untuk mendapatkan respon dinamik yang bekerja pada
tiap tiang pancang adalah :
1 Massa ponton
2 Added Mass atau massa tambahan
3 Kekakuan tiang pancang
4 Gaya gelombang
5 Periode gelombang
6 Rasio Damping
Nilai momen yang bekerja untuk satu struktur tiang pancangnya adalah

(15)
dimana,
M
pile
= momen pada pile (kN.m)
V
pile
= gaya geser maksimum pada pile (kN)
L
pile
= panjang pile (m)

Nilai tegangan lentur ijin berdasarkan API RP2A ditentukan dari persamaan
300 /
F
3000
untuk 58 . 0 72 . 0
y
s <
(

= t D F
Et
D F
F
y
y
b
(16)
dimana,
D = diamater tiang (m)
t = ketebalan tiang (m)
F
y
= yield strength pipa (Mpa)
Struktur dianggap sebagai shear building dan memiliki penahan jepit-jepit di kedua
ujungnya, sehingga nilai momen total yang bekerja adalah

(17)
Berdasarkan OCDI, evaluasi struktur atas momen lentur atau bending moment untuk
kasus adanya gaya tekan aksial dapat dihitung dari persamaan berikut ini
1 s +
ba
bc
ca
c
o
o
o
o
(18)
dimana,
c
o
= tegangan aksial desain (N/mm
2
)
ca
o
= batas tegangan aksial yang diijinkan berdasarkan momen inersia terkecil (N/mm
2
)
bc
o
= nilai momen tegangan lentur desain maksimum (N/mm
2
)
ba
o
= nilai tegangan lentur ijin (N/mm
2
)

7


HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari evaluasi kekuatan struktur akibat beban lingkungan dan beban dinamik hasil
perhitungan manual dan pemodelan, didapatkan hasil sebagai berikut
Tabel 1 Nilai unity check range struktur dermaga ponton
Kondisi
Perhitungan
Manual
Pemodelan Selisih nilai UCR
Pasang 0.87 0.82 0.05
Surut 0.49 0.44 0.05
Nilai bending capacities pada SAP2000 dilakukan dengan cara pendekatan, karena pada
pedoman manual desain struktur baja atau SAP2000 tidak terdapat langkah-langkah untuk
mendapatkan nilai beban tegangan ijin (allowable bending stress) untuk analisis dengan
menggunakan kode API RP2A-LRFD97. Kode yang tersedia pada pedoman manual tersebut
adalah:
1. U.S. AISC/ASD (1989),
2. U.S. AISC/LRFD (1994),
3. U.S. AASHTO LRFD (1997)
4. Canadian CAN/CSA-S16.1-94 (1994),
5. British BS 5950 (1990), dan
6. Eurocode 3 (ENV 1993-1-1).

Sedangkan dalam software SAP2000 v.10 yang digunakan tersedia analisis dengan kode
API RP2A-LRFD97.
Perbedaan nilai allowable bending capacities hasil perhitungan manual dan pemodelan
adalah
1. Allowable bending capacities hasil perhitungan manual =


2. Allowable bending capacities hasil pemodelan =


Nilai beban tegangan ijin pada SAP2000 lebih besar dibandingkan nilai beban tegangan
ijin hasil perhitungan manal. Hal ini menyebabkan nilai UCR hasil pemodelan dengan SAP2000
memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai UCR hasil perhitungan manual karena
sesuai dengan persamaan 18.











8


KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil studi kasus sederhana dan pemodelan, didapatkan kesimpulan berupa:
1. Struktur dermaga ponton dengan enam buah tiang pancang dievaluasi kekuatannya
dengan menganggap struktur adalah shear building dengan penumpu jepit-jepit karena
adanya pergeseran sendi jepit pada sisi ponton akibat beban-beban yang diberikan.
Tabel 2 Nilai simpangan yang terjadi
Kondisi
Nilai Simpangan Yang
Terjadi
Pasang 0.068 m
Surut 0.03 m
2. Struktur bawah yang berupa enam buah tiang pancang dengan dimensi:
- Panjang (sampai fixity point) = 18.65 meter
- Diameter = 24 inch (0.61 meter)
- Ketebalan = 1 inch (0.0254 meter)
dapat dikatakan aman karena nilai UCRnya tidak melebihi 1 (UCR < 1)
Tabel 3 Nilai UCR dan selisih hasil perhitungan manual dengan pemodelan
Kondisi
Perhitungan
Manual
Pemodelan
Selisih nilai
UCR
Pasang 0.87 0.84 0.03
Surut 0.49 0.45 0.04
3. Semakin besar nilai kekakuan yang terjadi, menyebabkan struktur semakin kaku dan nilai
momen yang terjadi semakin kecil. Nilai kekakuan yang lebih besar terjadi saat kondisi
perairan sedang surut karena jarak dari fixity point ke ponton semakin dekat dan struktur
menjadi lebih kaku
Tabel 4 Nilai kekakuan satu pile untuk tiap kondisi
Kondisi
Nilai Kekakuan Satu
Pile
Pasang 1.14 x 10
6
kg/s
2
Surut 2.8 x 10
6
kg/s
2

4. Nilai UCR atau unity check range hasil perhitungan manual dan pemodelan dengan
SAP2000 memberikan hasil yang berbeda karena:
- Adanya perbedaan nilai tegangan lentur ijin atau allowable bending capacity antara
hasil perhitungan manual dengan hasil pemodelan dengan SAP2000





9


Tabel 5 Perbandingan nilai
hasil perhitungan
manual
pada pemodelan
SAP2000
Selisih



Saran untuk membuat karya ilmiah ini menjadi lebih baik:
1. Analisis lebih kompleks bisa dilakukan dengan meninjau keenam buah tiang pancang
yang ada di kedua sisi ponton.
2. Perlu dilakukan studi lebih dalam mengenai penentuan nilai allowable bending capacity
yang ada di dalam software SAP2000. Dalam karya tulis ini hanya dilakukan
pendekatan karena tidak ditemukannya pedoman SAP2000 untuk kode API RP2A-
LRFD97.
3. Pada perhitungan manual, nilai beban arus dan gelombang bisa dikombinasikan supaya
sesuai dengan metode yang dilakukan oleh SAP2000.


DAFTAR PUSTAKA

American Petroleum Institute, Recommended Practice for Planning, Designing and Constructing
Fixed Offshore Platforms-Working Stress Design,21
st
Edition, Washington DC, USA,
1969.
British Standart Institute, Code of Practice for Design of Fendering and Mooring System,
London, 1994.
Computers and Structures, Inc., SAP2000

Steel Design Manual, California, USA, 2000.


Dean, R. dan Dalrymple, R., Water Wave Mechanics For Engineers and Scientists, 2
nd
Edition,
Routledge, Singapore, 1984.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pemukiman, Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung, SNI-1726-2002, Bandung, Indonesia, 2002
The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan, Technical Standards and
Commentaries of Port and Harbour Facilities in Japan, Tokyo, Japan, 2002.

You might also like