You are on page 1of 27

Mata Kuliah

MANAJEMEN STRATEGIK
UNTUK SEKTOR PUBLIK
Dosen : Drs.Agung Pramono

PROSES MANAJEMEN STRATEGIK DI DALAM


INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) R I
PERIODE 2004 – 2009
( Evaluasi Rencana Strategis DPD – RI 2004 – 2009 )
( Revisi )

Nyoman Rudana, SE
NPM 08.D.040

JUNI 2008

Magister Administrasi Publik


Manajemen Pembangunan Daerah
STIA LAN Jakarta
DAFTAR ISI

Halaman
I. Pendahuluan 3

II. Sekilas DPD RI 4


1. Keangggotaan DPD RI 4
2. Fungsi, Tugas dan Wewenang DPD – RI 4
3. Hak dan Kewajiban Anggota DPD RI 5
4. Alat Kelengkapan Anggota DPD RI 6
5. Penyerapan Aspirasi Masyarakat 8
6. Proses Penyaluran Aspirasi Masyarakat 8

III. Proses Manajemen Strategik di Institusi DPD RI


1. Bagan Proses Manajemen Strategik 9
2. Kesepakatan 10
3. Mandat 10
4. Visi DPD RI 11
5. Misi DPD RI 11
6. Analisa Stakeholder 11
7. Analisa TOWS
a. Analisa Lingkungan Eksternal 13
b. Analisa Lingkungan Internal 14
c. Matriks Analisa Lingkungan Eksternal dan Internal 16
8. Matriks Penentuan Strategi Dasar dengan TOWS 18
9. Analisa Strategi Dasar ( Key Strategic Issues ) 19
10. Pengembangan Strategi 20

VII. Daftar Pustaka 24

1
I. PENDAHULUAN

Sejalan dengan tuntutan demokrasi guna memenuhi rasa keadilan masyarakat di daerah,
memperluas serta meningkatkan semangat dan kapasitas partisipasi daerah dalam kehidupan
nasional, maka dalam rangka pembaharuan konstitusi, MPR membentuk sebuah lembaga
perwakilan baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) RI. Pembentukan ini dilakukan
melalui perubahan ketiga UUD 1945 pada bulan Nopember 2001.

Ada beberapa argumen rasional mengenai pentingnya keberadaan DPD-RI sebagai


representasi daerah di tingkat pusat, yaitu :
1. agar keterkaitan antara keterwakilan penduduk dengan ruang ( daerah ) dan adanya
penyebaran penduduk Indonesia yang tidak merata dis etiap wilayah ( 60% penduduk
tinggal di sekitar 10% wilayah Indonesia ) – tercermin dalam sistem perwakilan dan
proses legislasi.
2. Dalam rangka mewujudkan mekanisme checks and balances, dimana mekanisme ini
dianut oleh negara demokratis untuk menghindarkan diri dari dominasi salah satu
lembaga dalam pembuatan Undang – Undang , sehingga UU yang dihasilkan menjadi
lebih baik.
3. Adanya keadilan dalam kebijakan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa secara
berkesinambungan. Jika representasi politik hanya berupa keterwakilan penduduk di DPR
– RI dapat dipastikan arah pembangunan akan cenderung memusat di pulau Jawa. Oleh
sebab itu penyeimbang wajib diberlakukan dengan mekanisme representasi daerah lewat
lembaga DPD – RI.

Namun demikian proses pembentukan lembaga DPD – RI yang ideal belum dapat terlaksana
Gagasan dasar pembentukan DPD – RI adalah keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi
daerah dan sekaligus memberikan peran yang lebih besar kepada daerah dalam proses
pengambilan keputusan politik untuk hal – hal terutama yang berkaitan langsung dengan
kepentingan daerah. Dengan adanya DPD – RI , maka Indonesia tidak lagi menjadi negara
dengan sistem legislasi unikameral, melainkan memasuki barisan negara – negara demokrasi
yang menerapkan sistem bikameral dalam lembaga perwakilannya. Walaupun sistem
bikameral berbeda penerapannya antara negara yang satu dengan lainnya, namun semua
berpijak di atas landasan yaitu memaksimalkan keterwakilan ( representation) dan
membangun sistem checks and balances dalam lembaga perwakilans erta membuka peluang
2
pembahasan yang berlapis ( redundancy ) untuk memperluas dan memperdalam proses
pengambilan keputusan – keputusan politik yang berdampak besar bagi rakyat. Namun
sistem bikameral di Indonesia termasuk lemah, berdasarkan kewenangan legislasi yang
dimilikinya.
Oleh sebab itu, DPD-RI, khususnya melalui Panitia Ad Hoc ( PAH ) 1 dan Kelompok DPD di
MPR, terus memperjuangkan amandemen UUD 45 khususnya pasal 22 yang menyangkut
fungsi, tugas dan wewenang DPD – RI, demi tercapainya penguatan fungsi DPD agar aspirasi
masyarakat daerah dapat diperjuangkan dengan semestinya.

II. SEKILAS DPD – RI


1. Keanggotaan DPD – RI

Keanggotaan DPD RI untuk pertama kalinya dipilih pada Pemilihan Umum Tahun 2004,
tepatnya di bulan April., yaitu berjumlah 128 orang yangb terdiri atas 4 orang dari setiap
provinsi pada sebanyak 32 provinsi. Propinsi Sulawesi Barat sebagai provinsi termuda yang
secara resmi berdiri pada bulan Juli 2004, belum terwakili secara tersendiri tetapi masih
diwakili oleh anggota dari provinsi asalnya (sebelum pemekaran wilayah provinsi tersebut,
yaitu Provinsi Sulawesi Selatan) dan baru akan terwakili melalui Pemilihan Umum
legislative 2009 yang akan datang.

DPD RI memiliki kekhasan karena anggotanya merupakan wakil-wakil daerah dari setiap
propinsi dan tidak ada pengelompokan anggota (semacam fraksi di DPR RI). Anggota DPD
RI merupakan orang-orang independen yang bukan berasal dari partai politik, tetapi
berasal dari berbagai latar belakang misalnya sebagai pengacara, guru, ulama, pengusaha,
tokoh organisasi kemasyarakatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat, serta beberapa
anggota DPD RI dengan latar belakang birokrat seperti mantan menteri, gubernur,
bupati/walikota dan lain-lain.

2. Fungsi, Tugas dan Wewenang DPD – RI

Fungsi, tugas, dan wewenang DPD sebagaimana tercantum dalam Pasal 22D UUD 1945
adalah mencakup :
a. Fungsi Legislasi
Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan
3
Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
b. Fungsi Pertimbangan
Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undangundang yang
berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta
memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-
undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan r an c an g an un d an g -
u n d a n g y a n g be r k ai t a n de n g an p aj a k , pendidikan, dan agama.
c. Fungsi Pengawasan
Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas p e l a k s a n a a n
u n d a n g - u n d a n g m e n g e n a i : o t o n o m i d a e r ah , pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja
negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.

d. Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang


syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.

3. Hak dan Kewajiban Anggota DPD – RI

Sesuai dengan ketentuan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD bahwa anggota DPD mempunyai hak
dan kewajiban sebagai berikut:
Hak anggota DPD RI :
1. Menyampaikan usul dan pendapat
2. Memilih dan dipilih
3. Membela diri

4
4. Imunitas
5. Protokoler
6. Keuangan dan administratif

Kewajiban anggota DPD RI :


1. Mengamalkan Pancasila;
2. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
menaati segala perturan perundang-undangan.
3. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
4. Mempertahankan dan memelihara kerukukan nasional dan keutuhan Negara
kesatuan Republik Indonesia.
5. Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.
6. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan
daerah.
7. Mendahulukan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan.
8. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan
daerah pemilihannya.
9. Menaati kode etik dan Peraturan tata Tertib DPD
10. Menjaga etika dan norma adapt daerah yang diwakilinya.

Berkenaan dengan kewajiban tersebut, hal itu mempertegas fungsi politik Anggota DPD RI
yang meliputi representasi, legislasi dan pengawasan yang dicirikan oleh sifat mandatnya
dari rakyat pemilih yaitu sifat “otoritatif” atau mandate rakyat kepada anggota; di samping
itu ciri sifat ikatan atau “binding” yaitu ciri melekatnya pemikiran dan langkah kerja
Anggota DPD RI yang semata-mata didasarkan pada kepentingan dan keberpihakan pada
rakyat daerah

4. Alat Kelengkapan DPD RI

Alat kelengkapan DPD RI terdiri dari Pimpinan DPD RI, merupakan kesatuan yang bersifat
kolektif yang terdiri dari satu orang ketua dan dua orang wakil ketua, Pimpinan DPD RI
mencerminkan wilayah barat, tengah dan timur Indonesia yang dipilih dari dan oleh
Anggota DPD RI dalam Sidang Paripurna. Pimpinan DPD RI mempunyai tugas antara lain
5
memimpin siding, menyusun rencana kerja, menjadi juru bicara DPD RI, serta
melaksanakan dan memasyarakatkan putusan DPD RI. Untuk periode 2004 – 2009, DPD
RI dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. H. Ginandjar Kartasasmita sebagai Ketua yang juga
merupakan anggota DPD – RI propinsi Jawa barat dan La Ode Ida, PhD yang mewakili
propinsi Sulawesi Tenggara dan H. Irman Gusman, SE, MBA yang merupakan anggota
DPD – Ri dari Sumatra Barat, sebagai Wakil Ketua.

DPD RI memiliki empat Panitia Ad Hoc yang ruang lingkup tugasnya mencakup bidang
legislasi, pertimbangan dan pengawasan. Seluruh anggota, kecuali Pimpinan DPD RI, wajib
bergabung ke dalam salah satu Panitia Ad Hoc ( PAH ). Ruang lingkup tugas keempat
Panitia Ad Hoc tersebut meliputi:
Panitia Ad Hoc I : Otonomi Daerah; Hubungan Pusat dan Daerah; Pembentukan,
Pemekaran dan Penggabungan Daerah.
Panitia Ad Hoc II : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Ekonomi lainnya
Panitia Ad Hoc III : Pendidikan dan Agama.
Panitia Ad Hoc IV : RAPBN, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Memberikan
Pertimbangan Hasil Pemeriksaan Keuangan Negara dan Pemilihan Anggota BPK, serta
Pajak.

DPD RI juga memiliki alat kelengkapan yang secara fungsional mendukung pelaksanaan
tugas DPD RI, Yakni:
1. Badan Kehormatan ( BK ) yang bertugas antara lain menegakkan Peraturan Tata Tertib
dan Kode Etik Anggota DPD RI;
2. Panitia Musyawarah ( Panmus ) yang bertugas antara lain menyusun agenda
persidangan DPD RI;
3. Pantia Perancang Undang-Undang ( PPUU ) yang bertugas antara lain merencanakan
dan menyusun program Legislasi DPD RI;
4. Panitia Urusan Rumah Tangga ( PURT ) yang bertugas antara lain membantu
Pimpinan DPD RI dalam menentukan kebijakan kerumahtanggaan DPD RI;
5. Panitia Kerja Sama Antar Lembaga Perwakilan ( PKALP ) yang bertugas antara lain
membina, mengembangkan dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerjasama
antara DPD RI dengan lembaga Negara sejenis, baik secara bilateral maupun
multilateral.

6
Apabila dipandang perlu DPD RI dapat membentuk alat kelengkapan berupa Panitia Khusus
yang bersifat sementara dengan tugas tertentu yang diberikan oleh Sidang Paripurna. Di
samping alat kelengkapan tersebut DPD RI membentuk Kelompok Anggota DPD di MPR RI
yang bertugas antara lain mengkoordinasikan kegiatan anggota DPD RI dan meningkatkan
kemampuan kinerja DPD RI dalam lingkup sebagai Anggota MPR RI.

5. Penyerapan Aspirasi Masyarakat

Sebagai alat artikulasi kepentingan daerah maka penyerapan aspirasi merupakan kegiatan
Anggota DPD RI yang paling penting. Dalam pelaksanaannya, penyerapan aspirasi
masyarakat ini bisa dilakukan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung maupun tak
langsung. Penyerapan aspirasi secara langsung dilakukan dalam berbagai kegiatan di daerah
melalui dialog tatap muka, seminar atau lokakarya. Kegiatan yang dilakukan pada saat
kunjungan kerja, baik pada masa sidang maupun ketika anggota DPD RI memasuki masa
kegiatan di daerah pemilihannya masing-masing (reses) pada intinya bertujuan untuk
menyerap, menghimpun, dan menampung aspirasi masyarakat daerah.

Aspirasi masyarakat daerah harus diserap sebanyak-banyaknya setelah itu kemudian dipilah
ke dalam tingkat prioritas persoalan, mulai dari persoalan yang paling urgen, yang harus
segera ditindaklanjuti melalui mekanisme konstitusional sampai hal-hal yang lebih bersifat
sekunder. Persolan-persoalan tersebut juga dapat dikategorikan berdasarkan tugas dan
wewenang apakah merupakan subyek yang berkaitan dengan ruang lingkup tugas legislatif
ataukah merupakan subyek yang menjadi kompetensi lembaga eksekutif.
Sementara itu, mekanisme penyerapan aspirasi secara tidak langsung dilakukan melalui
konsultasi dengan lembaga pemerintahan local (DPRD/Pemda). Dalam hal ini, DPD RI
menampung aspirasi yang sudah disalurkan ke DPRD/Pemda. Mekanisme ini sebenarnya
bisa dilakukan setiap saat dan tidak perlu menunggu reses ataupun kunjungan kerja. Model
penyerapan tak langsung ini di samping lebih efisien juga dapat menguatkan kemitraan di
daerah

6. Proses Penyaluran Aspirasi Masyarakat

Setelah para wakil daerah melakukan proses penyerapan aspirasi, tentu realisasi kongkret atau tindak
7
lanjut atas berbagai persoalan daerah atau permasalahan rakyat di daerah sebagaimana dimaksud
akan ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Untuk itu aspirasi yang masuk harus mendapat perhatian
serius dan diproses sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ada tahapan yang
meliputi:
a. Menyusun laporan hasil kunjungan kerja dalam bentuk resume aspirasi masyarakat yang telah
dipisahkan berdasarkan persoalan masing-masing.
b. Melakukan identifikasi persoalan sehingga menjadi jelas dan spesifik.
c. Melakukan pemilahan atau kategorisasi berdasarkan tugas, kewenangan lembaga legislatif dan
eksekutif. Persoalan yang diluar kewenangan DPD RI selanjutnya disampaikan melalui
mekanisme rapat kerja di daerah yang disarakan atas skala prioritas persoalan.
d. Persoalan yang menjadi kewenangan DPD RI kemudian dibawa ke Pusat untuk disusun bersama-
sama anggota DPD RI provinsi masing-masing dan dipilah berdasarkan wilayah kerja PAH untuk
dibawa kepada Sidang Paripurna. Laporan yang disampaikan pada paripurna kemudian
disalurkan kepada PAH berdasarkan wilayah kerja masing-masing untuk dibahas bersama
dengan pemerintah, dalam hal ini menteri atau LPND yang relevan dengan masing-masing
persoalan.
e. Terkait dengan masukan dari berbagai kalangan masyarakat mengenai peran ideal DPD ke depan
dan peningkatan peran DPD RI dalam menjembatani hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah yang konstruktif dan sinergis, maka Kelompok DPD di MPR RI akan menyampaikan
masukan tersebut kepada Pimpinan MPR RI untuk dapat diproses lebih lanjut.

III. PROSES MANAJEMEN STRATEGIK DI INSTITUSI DPD – RI

Proses Manajemen Strategik di lingkungan institusi DPD – Ri diuraikan berdasarkan bagan di


bawah ini :

1. Bagan Proses Manajemen Strategik

8
Analisis Lingkungan
Imple
Kesepa-
Pengem-
M
Eva-
EkstIsu-isu
Filo-
Lingkungan
ernal:
-ment
sofi
and
St
Intkat
ratasi
bangan
luasian
egik
ernal
(pemda,
( S –DPRD,
W )
St
at(KSIs)
ratmasyarakat)
egi

Visi/
Misi

9
2. Kesepakatan
Acuan kesepakatan yang dipergunakan adalah Rencana Kerja Strategis DPD – RI 2004 –
2009 yang disusun berdasarkan Keputusan DPD – RI no 30 / DPD / 2005, dengan
persetujuan Sidang Paripurna ke – 16 DPD-RI Masa Sidang IV Tahun Sidang 2005 – 2006
tanggal 13 Juli 2006. Tujuan utama dari penerbitan Renstra ini adalah :
a. Bahan sosialisasi yang memeprjelas keberadaan DPD-RI kepada masyarakat luas.
b. Memastikan bahwa prioritas DPD- RI dapat dipahami dan memperoleh dukungan dari
masyarakat yang akan menerima manfaatnya.
c. Sebagai acuan pokok semua kebijakan dan tindakan politik yang akan ditempuh oleh
DPD-RI dalam masa bakti 2004 – 2009.
d. Sebuah pemetaan prioritas bidang yang perlu diperkut dan sebuah blueprint agar
koordinasi dukungan eksternal kepada DPD – RI oleh lembaga pemberi bantuan
nasional dan internasional dapat berjalan efisien.

3. Mandat

Latar belakang pembentukan DPD RI sebagaimana tercantum dalam, lampiran Keputusan


MPR Nomor 4/MPR/2004 tentang Laporan Badan Pekerja MPR RI mengenai Hasil Kajian
Komisi Konstitusi tentang Perubahan UUD 1945, menegaskan bahwa keberadaan DPD
RI dalam struktur ketatanegaraan, Indonesia itu antara lain dimaksudkan untuk memperkuat
ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan. Republik Indonesia dan
memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah-daerah; meningkatkan agregasi dan
akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan
nasional berkaitan dengan negara dan daerah-daerah; dan mendorong percepatan
demokrasi, pernbangunan dan kemajuan daerah-daerah secara serasi dan seimbang.

Sedangkan secara konstitusional, pengaturan fungsi, tugas dan wewenang DPD RI diatur
dalam beberapa pasal UUD 45 hasil amandemen ketiga bulan Nopember 2001 yaitu :
 Pasal 2 ayat 1 :
MPR terdiri atas anggota – anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu dan
diatur lebih lanjut di dalam UU.
 Pasal 22 C : mengenai pemilihan anggota DPD

10
 Pasal 22 D : mengenai fungsi pengawasan dan fungsi anggaran
 Pasal 22 E ( ayat 2, 3 , 4 ) : mengenai Pemilu legislatif
 Pasal 23 E ayat 2 mengenai hasil pemeriksaan keuangan
 Pasal 23 F ayat 1 mengenai pemilihan anggota BPK

4. Visi DPD – RI

Rumusan visi DPD – Riyang disepakati pada Lokakarya Perencanaan Strategis DPD – RI,
30 Agustus – 1 September 2005 adalah sebagai berikut :
Terwujudnya DPD – RI sebagai lembaga legislative yang kuat dan efektif dalam
memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah menuju masyarakat Indonesia yang
bermartabat, sejahtera, dan berkeadilan dalam wadah NKRI.

5. Misi DPD RI

1) Memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah untuk mewujudkan pemerataan


pembangunan, kesejahteraan rakyat dalam rangka memperkukuh keutuhan NKRI
secara berkesinambungan.
2) Mendorong perhatian yang lebih besar dari pemerintah pusat terhadap isu – isu penting
di daerah
3) Memperjuangkan penguatan peran DPD – RI sebagai salah satu badan legislatif dengan
fungsi dan kewenangan penuh untuk mengajukan usul, membahas, memebrikan
pertimbangan dan melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang – undang terutama
yang menyangkut kepentingan daerah
4) Meningkatkan fungsi dan wewenang DPD – RI untuk memeprkuat sistem checks and
balances melalui amandemen UUD 1945.
5) Mengembangkan pola hubungan dan kerjasama yang sinergis dan strategis dengan
pemangku kepentingan utama di daerah dan pusat.

6. Analisa Stakeholder

Yang merupakan stakeholder / pemangku kepentingan dari DPD – RI adalah :


a. DPD RI

11
Merupakan stakeholder utama dalam paper yang dibahas ini. Kepentingannya
memperjuangkan aspirasi dari masyarakat di daerah pemilihannya.

b. Masyarakat di daerah
Masyarakat di daerah pemilihannya merupakan stakeholder terpenting bagi DPD
mengingat DPD RI dipilih langsung oleh rakyat dan merupakan wakil legislatif dari
rakyat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat di tingkat pusat melalui
perumusan UU. Kepentingannya :
Memperoleh manfaat dari aspirasi yang disalurkannya yaitu dengan digolkannya
berbagai kebijakan yang menyangkut kepentingan rakyat di daerah.

c. Pemerintah Daerah ( gubernur, walikota, bupati ).


Merupakan eksekutif di daerah, yang bertugas menjalankan roda pemerintahan di
daerah. Pemda tingkat II ( bupati, walikota ) berperan besar di era otonomi daerah
dalam menentukan kebijakan pembangunan di wilayahnya.
Kepentingan :
Turunnya anggaran sesuai prioritas pembangunan di daerahnya, dimana pemda
memberi masukan kepada DPD-RI mengenai isu – isu strategis di daerah yang
menjadi prioritasnya.

d. DPRD tingkat I dan II


Merupakan institusi legislatif di daerah yang bertugas membuat dan mengesahkan
anggaran di daerah.
Kepentingan :
Membuat anggaran bersama pemerintah daerah dan mengesahkannya dengan
membuat prioritas kepada isu – isu strategis di daerahnya.

Keberadaan DPD RI sebagai lembaga legislatif baru dengan kemampuan anggota yang
beragam serta minimnya interaksi sebagian anggotanya dengan politik, ditambah dengan
kurang jelasnya aturan pelaksanaan mengenai seharusnya interaksi antara DPD – RI
dengan pemerintah daerah dan DPRD – RI, menyebabkan analisa stakeholder sulit
dilakukan. Namun mengingat bahwa DPD – RI merupakan wakil rakyat yang

12
memperjuangkan aspirasi rakyat di tingkat pusat, maka masyarakatlah yang menjadi
stakeholder terpenting dari DPD – RI.

Konflik Kepentingan antar stakeholder :


DPD – RI dan masyarakat :
DPD RI sebagai lembaga legislatif baru berupaya memperjuangkan aspirasi rakyat di
daerahnya namun tidak selalu nampak hasilnya karena hasilnya dalam bentuk RUU yang
nantinya dipertimbangakn oleh DPR-RI. Masyarakat merasa DPD RI tidak berbuat apa –
apa karena hasilnya tidak nyata.

DPD – RI dan Pemda Propinsi / kabupaten /kota :


DPD Ri sesuai Panitia Ad Hocnya berkunjung ke daerah untuk mendengar aspirasi baik
dari masyarakat maupun meminta masukan dari pemda. Salah satu fungsinya adalah jua
menindak lanjuti hasil audit BPK dalam hal keuangan daerah ( realisasi APBD ), seperti
yang dilakukan oleh PAH IV, yang membidangi APBN dan BPK. Dalam hal ini pema
seringkali merasa kurang nyaman dengan kehadiran DPD RI yang menginventarisir dan
melakukan cross check atas hasil temuan BPK tsb khususnya bagi pemda yang banyak
melakukan penyimpangan dalam pelaporan realisasi APBDnya.

DPD RI dan DPRD :


DPD merasa fungsinya di daerah tidak sekuat DPRD, yang berwenang mengesahkan
APBD dan membuat pemda mempunyai ketergantungan yang tinggi dengan DPRD.
DPRD menganggap DPD kurang mewakili daerah karena usulan mengenai prioritas
anggaran yang diusulkan ke DPR belum tentu nampak hasilnya dari transfer dana
pemerintah pusat ke daerah.

Pemda Propinsi /kabupaten, kotamadya dengan DPRD :


Pemda mempunyai ketergantungan yang tinggi dengan DPRD karena DPRD lah yang
melakukan pengesahan anggaran ( APBD ) sedangkan DPRD seringkali berbelit – belit
dan seringkali mengulur waktu dalam pengesahan anggaran sehingga menyebabkan
pemda terlambat dalam mengirim APBD nya ke pusat. Hal ini mengakibatkan lambatnya
transfer dana dari pusat ke daerah.

Stakeholder utama dalam hal ini adalah DPD RI.


13
7. Analisa TOWS

a. Analisa Lingkungan Eksternal ( Opportunities and Threats )

Opportunities ( Peluang )
1. Partisipasi rakyat yang semakin meluas dalam memberikan aspirasi dengan adanya DPD –
RI terutama yang terkait dengan masalahdan kepentingan pembangunan daerah mereka.
2. Terbukanya peluang untuk bersinergi antara DPD – DPR RI di masa mendatang, dimana
pada periode kedua DPD RI, keanggotaan DPD RI sudah bisa diisi oleh caleg dari partai
politik. Bila kedua institusi legislatif ini bisa saling mengisi, maka fungsi check and balances
akan berjalan baik dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap kedua
institusi ini.
3. Banyak dukungan dari senat manca negara terhadap keberadaan DPD RI. Dukungan
tersebut ditindaklanjuti dengan diundangnya DPD-RI untuk menghadiri berbagai seminar
dan workshop dimana DPD RI dapat memperkenalkan eksistensinya sebagai lembaga
legislatif yang baru berdiri kepada institusi legilslatif dunia dan belajar lebih banyak
mengenai berbagai hal menyangkut perannya sebagai senat.
4. Sebagai lembaga perwakilan daerah, DPD – RI berkesempatan untuk membangun
kerjasama yang lebih baik antar berbagai instansi pemerintahan di daerah dalam rangka
meningkatkan kekuatan tawar menawar mereka terhadap pemerintah pusat. Melalui
penyerapan aspirasi daerah, para stakeholder di daerah berkesempatan untuk menyuarakan
kebutuhan dan kepentingannya kepada para wakil rakyat di lembaga legislatif di tingkat
pusat.
5. Kerjasama yang baik dengan pemda juga dapat mempermudah DPD – RI menjalankan
fungsi check and balances termasuk dalam menindak lanjuti temuan BPK terkait
pertanggung jawaban keuangan daerah.

Ancaman ( Threats )
1. DPD – RI masih kurang dikenal masyarakat karena sebagai lembaga legislatif baru,
sosialisasi dianggap masih kurang. Banyak orang yang menganggap bahwa anggota DPD –
RI adalah anggota partai politik, sehingga terkesan kurang pro – rakyat.

14
2. DPR – RI tentunya akan mempersulit jalan DPD – RI dalam mengusulkan amandemen
UUD 45, mengingat DPD – RI dapat menjadi oposisi bagi DPR – RI dalam rangka fungsi
check and balancesnya terhadap DPR – RI.
3. Fungsi check and balances mau tidak mau menyebabkan DPR – RI terlibat dalam fungsi
pengawasan jalannya otonomi daerah. Salah satu fungsinya dalam menindak lanjuti temuan
BPK di daerah menyebabkan para pemimpin daerah terancam / kurang nyaman dengan
kunjungan anggota DPD – RI ke daerah.
4. Masyarakat masih belum melihat hasil yang nyata dari peran dan kiprah DPD – RI periode
pertama ini, karena terbatasnya kewenangan DPD –RI. Misalnya dalam mengawal RUU
menjadi UU, DPD – RI hanya bertindak mengusulkan RUU dan memberikan pertimbangan
kepada DPR – RI dan tidak dapat mengawal RUU tsb sampai menjadi UU.

b. Analisa Lingkungan Internal ( Strengths and Weaknesses )

Strengths ( Kekuatan ) :
1. Anggota DPD – RI hasil pemilu 2004 secara de facto memiliki basis legitimasi dan
dukungan politik yang cukup kuat karena dipilih langsung oleh rakyat.
2. Jumlah anggota DPD – RI yang sama untuk semua daerah yang diwakilinya, yaitu
empat orang dari setiap propinsi , tanpa mempedulikan jumlah penduduk daerahnya,
menjadikan semua daerah sama pentingnya untuk diperjuangkan oleh DPD – RI.
3. Anggota DPD periode I merupakan individu non partai, sehingga bebas dari conflict
of interest dari partai politik.
4. DPD – RI selaras dengan perannya sesuai pasal 22 D UUD 1945, mempunyai mandat
yang jelas dalam fungsi legislasi, pertimbangan dan pengawasan, untuk memperbaiki
kerangka hukum untuk desentralisasi agar memenuhi kebutuhan dan kepentingan
daerah secara lebih efektif dan untuk memastikan bahwa kinerja eksekutif dalam
menerapkan desentralisasi berjalan efektif, terbuka dan akuntabel. Misalnya dengan
mengawasi kinerja pemerintah dalam peningkatan pendidikan, penyediaan akses
pelayanan kesehatan, pembangunan infrastruktur di daerah yang paling memerlukan.
5. DPD – RI bekerjasama dengan pemda setempat juga bertugas mengajukan
rekomendasi alokasi anggaran untuk meningkatkan kemampuan pemerintah dalam
upaya pencapaian sasaran – sasaran pembangunan dalam bidang pendidikan.

15
Weaknesses ( Kelemahan ) :
1. Keberadaan DPD yang nisbi dan serba tanggung sebagai suatu lembaga legislatif.
Gagasan dasar pembentukan suatu lembaga pengimbang ( check and balances )
kekuasaan, baik di lingkungan lembaga legislatif sendiri ( DPR dan MPR RI ) maupun
lembaga eksekutif ( pemerintah ), belum sepenuhnya berfungsi secara optimal dan
efektif.
2. Peran DPD – RI yang terbatas menyebabkan DPD – RI tidak bisa melakukan follow up
terhadap usulan RUU yang dibuatnya setelah sampai ke tangan DPR – RI, karena
DPD-RI hanya berhak mengusulkan dan memberikan pertimbangan, tanpa bsia
memperjuangkan RUU tsb sampai disahkan menjadi UU.
3. Sebagian besar anggotanya merupakan orang – orang baru dalam dunia politik yang
belum memiliki pengalaman nyata dalam praktik – praktik sistem politik Indonesia
selama ini.
4. Walaupun DPD – RI dinyatakan mewakili daerah, belum terdapat ketentuan yang jelas
yang mengatur hubungan kerjasama antara anggota DPD – RI dan pemerintah daerah
dan DPRD, termasuk dengan masyarakat daerah yang mereka wakili.
5. Belum terbangunnya sistem pendukung yang andal dengan segenap kelengkapan
sarana dan prasarananya, terutama sistem informasi manajemen dan pangkalan data,
atau ketersediaan tenaga ahli, mengakibatkan belum optimalnya kinerja DPD –RI
sebagai suatu lembaga politik.
6. Pada tingkat operasional, struktur organisasi dan mekanisme kerja internal DPD RI
sendiri masih belum mantap. Masih sering terjadi kekaburan sistem koordinasi antara
Sekretariat Jendral DPD-RI dan Sekretariat jendral DPR – RI dan MPR – RI.
7. Kurangnya pemahaman anggota DPD – RI terhadap teknologi khususnya internet
menyebabkan banyak fasilitas gratis yang bsia dimanfaatkan di internet seperti
pembuatan blog dan jejaring sosial seperti facebook, misalnya, tidak dimanfaatkan
dengan baik sebagai sarana untuk mensosialisasikan kegiatannya kepada konstituen
di daerah dan mensosialisasikan keberadaan dan fungsi DPD RI kepada masyarakat
luas.

16
c. Matrix Analisa Lingkungan Eksternal dan Internal
Rating :
0–1 : kurang penting
> 1 – 2 : cukup penting
>2 – 3 : penting
> 3 – 4 : sangat penting

Matriks Analisa Lingkungan Eksternal


( EFAS =External Strategic Factor Summaries )
NO FAKTOR EKSTERNAL BOBOT RATING SKOR KOMENTAR
(BxR
)

Opportunities ( Peluang ) :
0.1 - Mempermudah DPD RI mendapatkan
1 Partisipasi masyarakat yang makin aktif dalam 0 4 0.40 isu
strategik di daerah untuk dibawa ke
memberikan aspirasi tingkat
pusat
2 Sinergi dengan DPR --> meningkatkan fungsi 0.15 4 0.60 - Membantu menciptakan pemerintahan
check & balances yang bersih
Dukungan senat LN terhadap penguatan fungsi 0.1 0.3
3 DPD 0 3 0 - Meningkatkan kepabilitas anggota DPD
--> ditindaklanjuti dengan asistensi /workshop
- Sinergi dalam memperjuangkan
4 Kerjasama dengan pemda memperkuat posisi 0.15 3 0.45 anggaran
tawar menawar di tingkat pusat.
5 Kerjasama yang membaik dengan instansi pemda 0.15 4 0.60 - Meningkatkan peran DPD sebagai wakil
mempermudah DPD menjalankan fungsi check & rakyat di daerah
balances
TOTAL 2.35
Threats ( Ancaman ) :

Sosialisasi kurang, masyarakat masih banyak 0.0 - Perlu sosialisasi termasuk dengan
1 yang 5 3 0.15 meman-
faatkan situs social networking
menganggap anggota DPD-RI periode I sebagai ( facebook,
anggota parpol blog ).
0.1
2 DPR RI masih menganggap DPD sebagai oposisi 0 3 0.30 - Perlu kerjasama lebih baik
0.1
3 Fungsi check and balances menyebabkan pemda 0 3 0.30 - Perlu kerjasama yang lebih baik
kurang nyaman dengan kunjungan anggota DPD
RI
Masyarakat di daerah belum melihat hasil kerja 0.1
4 DPD 0 4 0.40 - Perlu sosialisasi mengenai fungsi DPD
1.0
TOTAL 0 1.15

17
Matriks Analisa Lingkungan Internal
( IFAS =Internal Strategic Factor Summaries )

NO FAKTOR INTERNAL BOBOT RATING SKOR KOMENTAR


(BxR)

Strengths ( Kekuatan )
0.0 0.1
1 Anggota DPD periode I dipilih langsung oleh rakyat 5 3 5 - Kepercayaan rakyat harus dijaga
-->legitimasi politik kuat
0.0 0.1 - Meningkatkan kepercayaan
2 Jumlah anggota DPD 4 orang per propinsi --> 5 3 5 rakyat,
khususnya di wilayah Indonesia
Keterwakilan setiap daerah sama pentingnya Timur

0.0 0.1
3 DPD periode I non partai --> bebas conflict of interest 5 3 5 - Netralitas harus dipertahankan
0.6 - Harus diperkuat dengan
4 Fungsi legislasi, pertimbangan, pengawasan --> 0.15 4 0 amandemen
mendorong desentralisasi UUD 45
0.1
5 Mengajukan alokasi anggaran untuk mendorong 0 3 0.30 - Perlu peningkatan fungsi DPD-RI
pembangunan daerah untuk menjalankan fungsi tsb
TOTAL 1.35

Weaknesses ( Kelemahan )
0.1 - Perlu diperkuat dengan
1 Keberadaan DPD serba tanggung -->fungsi serba 0 4 0.40 amandemen
tanggung UUD 45
2 Tidak bisa mengawal RUU sampai menjadi UU 0.15 4 0.60 - Merupakan kelemahan dasar -->
Perlu penguatan fungsi dan
wewenang DPD-RI
0.1 - Perlu workshop dan pengalaman
3 Sebagian besar anggota DPD RI kurang pengalaman 0 3 0.30 politik
dalam bidang politik di dalam dan luar negeri.
0.0
4 Kurang jelasnya aturan yang mengatur hubungan 5 3 0.15 - Harus dibuat aturan yang jelas
antara DPD dengan pemda dan DPRD
0.0
5 Sistem pendukung ( tenaga ahli, data base ) kurang 5 3 0.15 - Perlu anggaran
0.1 - Perlu dibuat aturan yang lebih
6 Koordinasi internal dalam DPD RI masih belum baik 0 3 0.30 jelas
0.0 - Perlu sosialisasi teknologi
7 Anggota DPD-RI banyak yang masih buta teknologi 5 3 0.15 internet
dan tenaga untuk
sehingga belum bisa memanfaatkan internet untuk mengoperasikannya
sosialisasi
1.0
TOTAL 0 2.05

18
8. Matrix Penentuan Strategi Dasar dengan TOWS

IFAS STRENGTHS ( S ) WEAKNESSES ( W )

Skor : 1.35 Skor : 2.05

1. Anggota DPD periode I 1. Keberadaan DPD serba


dipilih langsung tanggung
oleh rakyat -->legitimasi 2. Tidak bisa mengawal RUU
politik kuat sampai
2. Jumlah anggota DPD 4
orang per menjadi UU
3. Sebagian besar anggota DPD
propinsi RI kurang
3. DPD periode I non partai pengalaman politik
4. Kurang jelasnya aturan yang
--> no conflict of interest mengatur
4. Fungsi legislasi, hubungan antara DPD dengan
pertimbangan, pemda
pengawasan -->dorong
desentralisasi dan DPRD dan Pemda
5. Mengajukan alokasi 5. Sistem pendukung ( tenaga
anggaran ahli, data
untuk mendorong
pembangunan daerah base ) kurang
6. Koordinasi internal DPD RI
belum baik
7. Anggota DPD-RI banyak yang
masih
buta internet sehingga tidak bisa
menggu-
nakannya utk sosialisasi

EFAS

OPPORTUNITIES ( O ) STRATEGI O - S STRATEGI O - W


Skor : 2.35 Skor : 3.70 Skor : 4.40

1. Memperjuangkan
penguatan fungsi dan 1. Penyempurnaan manajemen
1. Partisipasi masyarakat yang kewenangan DPD-RI melalui dan
Amandemen UUD 45 agar mekanisme kerja internal untuk
makin aktif memberikan aspirasi dapat mening-
2. Sinergi dengan DPR-- mewakili daerah sesuai
>tingkatkan fungsinya katkan kinerja DPD-RI
19
2. Mendorong terciptanya 2. Bekerjasama dengan pihak
fungsi check & balances otonomi daerah pemda dan
dan perimbangan kekuasaan DPRD untuk merumuskan aturan
3. Dukungan senat LN terhadap pusat – daerah mengenai
3. Pengawasan untuk koordinasi dan mengusulkannya
penguatan fungsi DPD meningkatkan kepada DPR-RI
4. Kerjasama dengan pemda pencegahan dan 3. Menyewa staf ahli untuk
memper- pemberantasan meningkatkan
kuat tawar menawar di tingkat
pusat. kourpsi Konerja dancitra DPD-RI
5. Kerjasama yang membaik 4. Melakukan fungsi check
dengan and balance
dengan membuat
instansi pemda pertimbangan RAPBN

THREATS ( T ) STRATEGI T - S STRATEGI T - W


Skor : 1.15 Skor : 2.50 Skor : 3.30

1. Sosialisasi kurang, 1 Tetap teguh melaksanakan 1. Melalui penyerapan aspirasi


masyarakat fungsinya rakyat, DPD-
anggap anggota DPD-RI dalam pengawasan APBN dan RI merekomendasi anggaran
periode I BPK kepada DPR-RI
2 Mendorong pembahasan untuk pelayanan dasar bagi
sebagai anggota parpol mengenai isu masyarakat
2. DPR RI masih menganggap Perlindungan terhadap hak Khususnya di bidang pendidikan
DPD adat dan dan
sebagai oposisi Budaya lokal kesehatan
3. Fungsi check and balances 3. Melakukan upaya dalam
membuat penghayatan
pemda kurang nyaman
dengan kunjungan anggota dan meningkatkan kerukunan
DPD-RI umat beragama di Indonesia

4. Masyarakat di daerah
belum
melihat hasil kerja DPD,
terutama dalam ,
hal yang dianggap kurang
20
berdampak
Ekonomi seperti Agama
5. Pengaruh parpol dalam
DPD RI
periode 2 -->potensi conflict
of interest

9. Alternatif Strategi Dasar ( Key Strategic Issues ) :


Berdasarkan pencapaian skornya, maka prioritas strategi adalah sebagai berikut :

1 ) Strategi O – W ( skor : 4.40 )


Mengisi/menangkap peluang dengan membenahi kelemahan.
1. Penyempurnaan manajemen dan mekanisme kerja internal ke arah peningkatan kinerja DPD –
RI.
2. Pengembangan pola kepemimpinan yang efektif, yaitu kepemimpinan yang terbuka, demokratis
akuntabel, visioner dan profesional serta bersifat kolegial.
3. Pengadaan tenaga – tenaga ahli untuk meningkatkan kinerja dan citra DPD - RI

2) Strategi O – S ( skor : 3.70 )


Mengisi/menangkap peluang melalui pemanfaatan kekuatan/ potensi.
1. Penguatan fungsi dan kewenangan DPD-RI melalui amandemen UUD 45
2. Otonomi dan perimbangan kekuasaan pusat - daerah dalam rangka pemerataan pembangunan
ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat di daerah
3. Peningkatan efektivitas upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
4. Pertimbangan dalam Usulan RAPBN.

3) Strategi T – W ( skor : 3.30 )


Menghadapi ancaman dengan membenahi kelemahan
1. Rekomendasi anggaran kepada DPR – RI demi perwujudan hak – hak rakyat di daerah atas
pelayanan sosial dasar dalam bidang pendidikan dan kesehatan.

4) Strategi T – S ( skor : 2.50 )


Menghadapi ancaman melalui pemanfaatan kekuatan/potensi
1. Pengawasan pelaksanaan APBN.
2. Perlindungan dan pemajuan hak – hak adat dan budaya lokal.

21
3. Peghayatan dan pengamalan nilai – nilai agama yang mampu menjawab persoalan bangsa.

10. Pengembangan Strategi

Bila melihat dari skornya, maka strategi pengembangan yang diambil adalah strategi O-W, namun
karena DPD RI bukan perusahaan swasta, maka perlu dipertimbangkan strategi – strategi di
kuadran lain.
Oleh sebab itu strategi pengembangan yang diambil adalah :
01. Penyempurnaan manajemen dan mekanisme kerja internal ke arah peningkatan kinerja DPD-
RI (O-W)
02. Pengembangan pola kepemimpinan yang efektif (O-W )
03. Pengadaan tenaga – tenaga ahli untuk meningkatkan kinerja dan citra DPD – RI ( O-W ).
04. Memperjuangkan penguatan fungsi dan kewenangan DPD RI melalui amandemen UUD 45 agar
dapat mewakili daerahs esuai fungsinya.

Strategi ini dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

01. Penyempurnaan manajemen dan mekanisme kerja internal ke arah peningkatan


kinerja DPD – RI.

Tujuan Strategis:
1. Untuk menunjukkan bahwa meski dengan wewenang legislatif yang terbatas DPD RI dapat
memainkan peran yang positif untuk meningkatkan kualitas hidup di daerah.
2. Peran positif tersebut terdiri dari mengusulkan undang undang barn, memberikan saran
untuk perbaikan undang undang dan meningkatkan pelayanan ke daerah dengan mengawasi kinerja
eksekutif.
3. Dengan menunjukkan kemampuannya dalam membuat dampak positif terhadap demokrasi
Indonesia, menggalang dukungan masyarakat untuk tugas legislatif yang lebih lugs dengan
melakukan amandemen terhadap undang undang dasar dan undang undang yang terkait.
Sasaran Pencapaian:
1. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencapaian DPD RI, dukungan
masyarakat Indonesia dapat dimobilisasi untuk melakukan revisi pasal-pasal dalam UUD 1945 dan
undang-undang yang menyangkut fungsi dan wewenang DPD RI.
2. Dengan memastikan bahwa MPR RI melakukan amandemen atas ketentuan yang ada di UUD 1945
yang mengatur fungsi dasar dan wewenang DPD RI dan DPR RI melakukan revisi atas undang undang.
22
Indikator Pencapaian :
1. Anggota memahami tata tertib dan kode etik yang telah disempurnakan
2. Peningkatan sosialisasi DPD-RI
3. Peningkatan kinerja DPD-RI dengan adanya produk inisiatif RUU
4. Produk DPD – RI dapat berpengaruh besar bagi DPR-Ri
sehingga tercipta desakan amandemen UUD 1945
5. Parpol mulai menaruh perhatian terhadap DPD-RI
6. Meningkatnya legitimasi anggota DPD terpilih atau yang dipilih kembali dalam Pemilu.

02. Pengembangan pola kepemimpinan yang efektif

Tujuan Strategis:
Berkembangnya pola kepemimpinan DPD yang demokratis, terbuka dan bertanggung gugat, memiliki
kemampuan visioner dan profesionai, setts bersifat kolegial.

Sasaran Pencapaian:
Berlakuknya suatu pola kepemimpinan DPD yang demokratis, terbuka dan bertanggung gugat,
berkualitas, memiliki kemampuan visioner dan profesional serta bersifat kolegial.

Indikator Pencapaian ( Milestones ) :


1. Kesamaan persepsi ke dalam dan keluar
2. Solidaritas kepemimpinan
3. Hubungan yang harmonis baik horisontal maupun vertikal
4. Produktivitas,iklim dan etos kerja yang membaik
5. Partisipasi anggota meningkat
6. Umpan balik terespon dan terkelola dengan baik.

03. Pengadaan tenaga – tenaga ahli untuk meningkatkan kinerja dan citra DPD – RI

Tujuan Strategik
Tersedianya tenaga-tenaga ahli pengkaji dan peneliti tetap DPD sebagai sistem penclukung yang
menentukan dalam peningkatan kinerja dan citra diri DPD RI.

Sasaran Pencapaian:
1.Tersedianya tenaga-tenaga All pengkaji dan peneliti yang dibutuhkan minimal untukjajaran

23
pimpinan clan semua badan kelengkapan organisasi DPD
2.Telah bekerjanya tenaga-tenaga ahli tersebut secara efektif sebagai tenaga perbantuan tetap, di
bawah koordinasi teknis Sekretariat jenderal
3. Tersedianya alokasi anggaran khusus APBN maupun APBD untuk rekruitmen dan pengadaan
tenaga-tenaga ahli bagi setiap anggota DPD

Indikator Pencapaian ( Milestones ) :


Tersedianya hasil analisis / riset,dan kajian kritis atas isu – isu strategis, analisis, kajian, draft/
naskah RUU, masukan dll yang berkaitan dengan dan mendukung kerja PAH ( Panitia Ad Hoc ).

4. Penguatan fungsi dan kewenangan DPD-RI melalui amandemen UUD 45

Tujuan Strategis:
4. Untuk menunjukkan bahwa meski dengan wewenang legislatif yang terbatas DPD RI dapat
memainkan peran yang positif untuk meningkatkan kualitas hidup di daerah.
5. Peran positif tersebut terdiri dari mengusulkan undang undang barn, memberikan saran
untuk perbaikan undang undang dan meningkatkan pelayanan ke daerah dengan mengawasi kinerja
eksekutif.
6. Dengan menunjukkan kemampuannya dalam membuat dampak positif terhadap demokrasi
Indonesia, menggalang dukungan masyarakat untuk tugas legislatif yang lebih lugs dengan
melakukan amandemen terhadap undang undang dasar dan undang undang yang terkait.
Sasaran Pencapaian:
1. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencapaian DPD RI, dukungan
masyarakat Indonesia dapat dimobilisasi untuk melakukan revisi pasal-pasal dalam UUD 1945
dan undang-undang yang menyangkut fungsi dan wewenang DPD RI.
2. Dengan memastikan bahwa MPR RI melakukan amandemen atas ketentuan yang ada di UUD
1945 yang mengatur fungsi dasar dan wewenang DPD RI dan DPR RI melakukan revisi atas
undang undang.

Indikator Pencapaian
1. DPD RI mencapai sasaran strategik nya sesuai dengan Renstra.
2. DPD RI meningkatkan kesadaran masyarakat akan hasil yang telah dicapainya
3. Pasal 22D Amendemen Ketiga UUD 1945 telah direvisi yang semakin memperkuat fungsi dan
kewenangan DPD setara dengan DPR.

24
4. Undang-Undang Nomor 22Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD
telah direvisi yang menegaskan adanya kesetaraan status, fungsi, dan kewenangan antara DPR dengan
DPD dalam MPR–
5. Alternatifnya, undang undang baru dikeluarkan oleh DPR RI yang secara khusus mengatur fungsi,
susunan dan wewenang DPD RI.
6. Revisi berbagai undang-undang terkait, misalnya undang-undang tentang Pemilihan Umum, sesuai
dengan hasil revisi UUD 1945 dan Undang-Undang 22 Tahun 2003 tersebut di atas.

25
VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Maulana, Agus, DR, MSM, Slide Presentasi Bahan Kuliah ManajemenStrategik Sektor Publik
( Identifikasi Mandat )
2. DPD-RI, 2008. Kerja Politik Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Daerah – Rencana Kerja
Strategis Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia 2004 – 2009.
3. Rangkuti, Freddy, Oktober 1997. Analisis SWOT : Teknis Membedah Kasus Bisnis. Jakarta,
PT. Gramedia Pustaka Utama.
4. Sekretariat Jendral DPD – RI, Agustus 2008. Hasil – Hasil pelaksanaan Tugas
Konstitusional Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
5. Sekretariat Jendral DPD – RI, Desember 2006. Sekilas Mengenal dan Memahami Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia.
6. Sekretariat Jendral DPD – RI, 2008. Jejak Langkah PAH II – Jalan Panjang Menyuarakan
Aspirasi Daerah.
7. Kelompok DPD di MPR RI, Pebruari 2006, Untuk apa DPD RI.
8. Kelompok DPD di MPR RI, Desember 2006, Bikameral Bukan Federal.
9. Kelompok DPD di MPR RI , Pebruari 2009. Jalan Berliku Amandemen Komprehensif.
10. Kelompok DPD di MPR RI, Agustus 2007, Dinamika Politik Amandemen.

26

You might also like