You are on page 1of 6

Matriks Perbandingan Aturan Kontrak Kerja Konstruksi berdasarkan UUJK, PP No.

29 Tahun 2000 dan Keppres No 70 Tahun 2012 (35/2011)


Hal Yang Ditinjau PIhak Yang Terlibat UUJK No. 18 Tahun 1999 Pihak yang terlibat dalam kontrak kerja konstruksi adalah penyedia jasa konstruksi dan pengguna jasa konstruksi. Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/ proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi, sedangkan penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi PP No 29 Tahun 2000 Setiap pihak yang terlibat dalam kontrak harus didefinisikan dengan jelas, meliputi akta badan usaha/perorangan, nama wakil badan usaha/perorangan dan temapt dan kedudukan badan usaha. Keppres No. 70 Tahun 2012 (35 tahun 2011) Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia Barang/Jasa terdiri atas: a. PA/KPA; b. PPK; c. ULP/Pejabat Pengadaan; dan d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Swakelola terdiri atas: a. PA/KPA; b. PPK; dan c. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Rumusan pekerjaan yang dibuat meliputi pelaksanaan kontrak, perubahan kontrak, uang muka dan pembayaran prestasi kerja, pelaksanaan kontrak untuk pengadaan barang/jasa dalam keadaan tertentu, keadaan kahar, penyesuaian harga serta hal-hal pemutusan kontrak.

Rumusan Pekerjaan

Masa Pertanggungan

Rumusan pekerjaan yang memuat Rumusan pekerjaan, meliputi uraian yg jelas dan rinci ttg lingkup a. Pokok pekerjaan yg diperjanjikan kerja, nilai pekerjaan,dan waktu b. Volume pekerjaan yg harus pelaksanaan. dipenuhi c. Nilai pekerjaan d. Tata cara penilaian e. Jangka waktu pelaksanaan Masa pertanggungan: Jangka waktu Pertanggungan dalam kontrak kerja pertanggungan yang menjadi konstruksi meliputi : 1) jenis pertanggungan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa kewajiban penyedia jasa yang berkaitan

Cara Pembayaran

dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan; 2) pertanggungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) memuat : a) nilai jaminan; b) jangka waktu pertanggungan; c) prosedur pencairan; dan d) hak dan kewajiban masing-masing pihak; dan 3) Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi, pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban penyedia jasa; Cara pembayaran. Kewajiban Meliputi volume/ besaran fisik, cara pengguna jasa da;lam melakukan pembayaran hasil pekerjaan, jangka pembayaran waktu pembayaran dan jaminan pembayaran. Cara pembayaran ada 3 yaitu sesuai kemajuan proyek, berkala, dan pra pendanaan penuh (PP No.29/2000 Pasal 20). Cara pembayaran sesuai kemajuan proyek dilakukan dalam beberapa tahapan kemajuan pekerjaan. Pengukuran hasil pekerjaan secara berkala umumnya dilakukan secara bulanan pada tiap akhir

Biaya Pelaksanaan pengadaan merupakan bagian dari rencana umum pengadaan yang disusun dan ditetapkan pleh PA/KPA. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri atas: a. Kontrak Lump Sum; b. Kontrak Harga Satuan; c. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan; d. Kontrak Persentase; dan e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey).

Tenaga Ahli

bulan. Sementara pra pendanaan penuh adalah cara pembyaran dilakukan sekaligus pada saat pekerjaan fisik selesai 100%. Tenaga ahli: harus mencakup Untuk memperoleh hasil yang baik dan jumlah,klasifikasi dan kulifikasi sesuai dengan standar mutu yang diinginkan dibutuhkan tenaga kerja yang ahli dan memiliki pengalaman yang cukup dalam bidangnya. Persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan paketpaket pekerjaan harus ditetapkan dan dilengkapi juga dengan prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan.

Hak dan Kewajiban Hak dan kewajiban: hak pengguna Tiap Pihak jasa untuk memperoleh hasil pekerjaandan kewajiban untuk memenuhi ketentuan yg diperjanjikan. Hak penyedia jasa untuk mendapat informasi dan imbalan jasa serta kewajiban menyelesaikannya.

Masing-masing pihak yakni pihak pengguna jasa dan penyedia jasa memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Hak dan kewajiban tersebut harus dijelaskan pada kontrak sehingga membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

Dalam hal sifat dan lingkup kegiatan Pengadaan Barang/Jasa terlalu luas, atau jenis keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan tidak dapat dilakukan oleh 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa, maka dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa: a.Diberikan kesempatan yang memungkinkan para Penyedia Barang/Jasa saling bergabung dalam suatu konsorsium atau bentuk kerja sama lain; dan/atau b.Diberikan kesempatan yang memungkinkan Penyedia Barang/Jasa atau konsorsium Penyedia Barang/Jasa untuk menggunakan tenaga ahli asing. Para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut: a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa; b. bekerja secara profesional dan mandiri, serta menjaga kerahasiaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa c. tidak

Penyelesaian Perselisihan

Penyelesaian

perselisihan

saling mempengaruhi baik langsung/tidak langsung; d. menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan, dll. dapat Penyelesaian sengketa di luar pengadilan 1. Dalam hal terjadi perselisihan antara dapat dilakukan dengan cara : para pihak dalam Penyediaan Barang/Jasa Pemerintah, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan perselisihan tersebut

diselesaikan dengan cara:

a. Pilihan penyelesaian sengketa a. Melalui pihak ketiga, yaitu : secara sukarela melalui pengadilan 1. Mediasi (PP No. 29/1999 Pasal 50)

atau di luar pengadilan dengan Mediator ditunjuk oleh para pihak atau melalui musyawarah untuk mufakat. ketentuan penyelesaian sengketa di oleh Lembaga Arbitrase dan Lembaga 2. Dalam hal penyelesaian perselisihan luar pengadilan tindak tidak berlaku Jika Alternatif untuk Penyelesaian Penyelesaian sengketa Sengketa. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tidak tercapai, penyelesaian perselisihan

pidana.

memilih menggunakan jasa mediasi dilakukan tersebut di

penyelesaian

luar dengan bantuan satu orang mediator. dapat dilakukan melalui arbitrase, pengadilan, gugatan lewat Mediator ditunjuk berdasarkan alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan pengadilan hanya dapat dilakukan kesepakatan para pihak yang peraturan perundang-undangan apabila upaya penyelesaian diluar bersengketa. Mediator tersebut harus pengadilan gagal. mempunyai sertifikat oleh keahlian yang

sengketa

b. Masalah yang dapat diselesaikan ditetapkan di luar pengadilan adalah mengenai : 1. Perikatan pekerjaan konstruksi 2.Penyelenggaraan konstruksi 3. Kegagalan bangunan diperlukan,

Lembaga. dapat

Apabila minta

mediator

bantuan penilai ahli. Mediator

pekerjaan bertindak sebagai fasilitator yaitu hanya membimbing para pihak yang

bersengketa untuk mengatur pertemuan

Penyelesaian

sengketa

dapat dan mencapai suatu kesepakatan dan kesepakatan tersebut dituangkan dalam

menggunakan jasa

pihak ketiga yang disepakati para suatu kesepakatan tertulis. pihak yang dapat dibentuk 2. Konsiliasi (PP No. 29/1999 Pasal 51)

pemerintah atau masyarakat jasa 3. Negosiasi konstruksi. c. Jika kerugian masyarakat akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi mempengaruhi kehidupan masyarakat, pemerintah wajib berpihak kepada masyarakat. Kontrak kerja konstruksi dibuat Pada kontrak kerja konstruksi dengan dalam bahasa Indonesia dan dalam mempergunakan 2 (dua) bahasa harus dinyatakan secara tegas 1 (satu) bahasa hal kontrak kerja konstruksi dengan yang mengikat secara umum (PP No. pihak asing, maka dapat dibuat 29/2000 Pasal 23), sehingga jika ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa perbedaan persepsi harus dicocokkan dengan bahasa yang telah disepakati. Inggris.

Bahasa Kontrak

Kontrak kerja konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dapat dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Referensi:

UUJK No. 18 Tahun 1999 PP No. 29 Tahun 2000 Keppres No. 35 Tahun 2011 sebagai pembaharuan dari Perpres no. 54 tahun 2010.

Keppres No. 70 Tahun 2012 sebagai pembaharuan terbaru dari Perpres no. 54 tahun 2010.

You might also like