You are on page 1of 22

Keperawatan Anak BAB I KONSEP MEDIS A.

Definisi Tuberculosis Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2002). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang paremkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meningen ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer, 2002). B. Etiologi Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0.3-0.6/Um. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid), lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali lagi (Hadju, 2007). Mycobacterium tuberculosis disebarkan melalui droplet pernafasan ; transmisi muncul akibat kontak erat dengan individu yang terinfeksi. Kontak dengan pasien yang telah terbukti memiliki Mycobacterium tuberculosis dalam sputumnya memiliki resiko 25 % untuk menjadi terinfeksi (Davey, 2006). a) Sumber penularan Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis Paru dengan BTA positif. Pada waktu batuk dan bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet 1 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau drolet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberculosis tersebut dapat menyebar dari paru paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, seperti saluran limfe atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya. Kemungkinan seseorang terinfeksi Tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi Droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. b) Resiko penularan Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita Tuberculosis adalah daya tahan tubuh yang rendah, karena gizi buruk, atau karena HIV/AIDS. c) Masa Inkubasi Adalah waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit yang diperkirakan sekitar 6 bulan. C. Patofisiologi Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam,orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberculosis masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman itu menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung kebagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya,makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,makin

Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak menular penderita tesebut,kemungkinan seseorang terinfeksi tuberkulosis paru-paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Riwayat terjadinya tuberkulosis a. Tuberkulosis Primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati system pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu (Depkes 2002). Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatife menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Masa inkubasi , yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit , diperkirakan sekitar 6 bulan. b. Tuberkulosis Post Primer (Tuberkulosis sekunder) Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Suyono, 2001)

Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak Tuberkulosis sekunder (tuberculosis post primer) terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis post primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri sel-sel Histiosit dan sel Dantia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan bermacammacam jaringan. D. Manifestasi Klinik Gejala klinik dari penyakit sangat bervariasi dari tidak ada gejala sampai gejala yang sangat menjolok. Tuberkulosis paru menahun sering ditemukan secara kebetulan misalnya pada survei atau chek up rutin. Tidak ada gejala yang khas. Gejala dapat akut, sub akut dan sering menahun. Gejala-gejala umum : a. Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih. b. Dahak yang dapat memberi kesan tentang adanya tuberkulosis : dahak mungkin merupakan lendir, bernanah atau mengandung darah. c. Batuk berdarah : darah pada dahak dapat bervariasi dari sedikit bercak, sampai membatukkan darah secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar. d. Sakit dada bukan hal yang jarang diketemukan pada tuberkulosis kadang-kadang hanya berupa nyeri menetap dan ringan. Kadang-kadang lebih sakit sewaktu menarik nafas dalam (disebabkan pleuritis). Kadang- kadang nyeri disebabkan regangan otot karena batuk. e. Sesak nafas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada paru atau oleh pengumpulan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi tuberkulosis paru. 4 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak f. Wheezing disebabkan bronchitis TB atau akibat tekanan kelenjar getah bening pada bronkus. g. Berat badan turun. h. Demam dan berkeringat. i. Rasa lelah dan hilang nafsu makan (Crofton,2002). Tanda-tanda fisik yaitu: a. Keadaan umum. Kadang-kadang keadaan pasien baik, meskipun penyakitnya sudah lanjut. Akan tetapi, mungkin pasien jelas kelihatan sakit. Ia mungkin tampak pucat atau tampak kemerahan akibat demam. b. Demam. Bisa bermacam-macam jenis. Mungkin hanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Sering kali tidak ada demam. c. Nadi pada umumnya meningkat seiring dengan demam. d. Jari-jari tabuh. Bisa ditemukan pada khususnya pasien dengan penyakit yang luas seperti biasanya terdapat pada kanker paru. e. Dada. Seringkali tidak ada tanda-tanda abnormal. Yang paling umum adalah krepitasi halus di bagian atas pada satu atau kedua paru. suara itu terdengar khususnya ketika menarik nafas dalam, sesudah batuk. Kemudian mungkin terdapat perkusi pekak atau pernafasan bronchial pada bagian atas kedua paru. E. Komplikasi Komplikasi berikut yang sering terjadi pada pasien stadium lanjut adalah : a. Hemoptisis (batuk darah) b. Kolaps dari lobus. c. Bronchhiktasis d. Pnumothorax (adanya udara didalam rongga pleura) 5 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak e. Insufisiensi Cardiopulmonal

F. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi - LED meningkat 2. Sputum : Pada BTA (+) ditermukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sediaan dengna kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. 3. Test Tuberkulin : 4. Roentgen G. Penatalaksanaan a. Tujuan Pengobatan 1) Menyembuhkan penderita 2) Mencegah kematian 3) Mencegah kekambuhan 4) Menurunkan tingkat penularan b. Jenis dan Dosis Obat 1) Isoniasid (H) Dikenal dengan INH, bersifat bakterid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kg BB. 6 Program profesi Ners STIK Makassar : Mantoux Tes (PPD) Foto PA

Keperawatan Anak 2) Rifampisin (R) Bersifat baktetrisid, dapat membunuh kuman semi-dormat (persister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10mg/kgBB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu dengan dosis 35mg/kgBB. 3) Pirazinamid (Z) Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kgBB. 4) Sterptomisin (S) Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15mg/kgBB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75gr/hari, sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari 5) Etambutol Bersifat bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30mg/kgBB. c. Prinsip Pengobatan Pengobatan kasus merupakan metode pengobatan TB Paru yang dilakukan sebelum ditetapkannya strategi DOTS. Prinsip pengobatan kasus ada dua jenis yaitu : 1) Pengobatan a) Tahap intensif : selama 1 bulan b) Streptomisin 0,75 gr + INH 400 mg + Vit B6 10 mg c) Tahap berkala (intermiten) : 2 kali seminggu selama 11 bulan d) Streptomisin 0,75 gr + INH 700 mg + Vit B6 10 mg 7 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak 2) Pengobatan jangka pendek a) Tahap intensif : tiap hari selama 4 minggu Rifampisin 450 mg + INH mg + Etambutol 1 gr + Vit. B6 10 mg diberikan pagi hari sebelum makan b) Tahap berkala selama 22 minggu Rifampisin 600 mg + INH 700 mg + Vit. B6 10 mg Pada strategi DOTS, obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah yang cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly Observerd Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. 1) Tahap Intensif Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua obat, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua minggu. Sebagian besar penderita TB paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.

Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak Pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

2) Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister (dormat) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia menggunakan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sesuai standar yang direkomendasikan oleh WHO: a. Kategori I (2HRZE/4H3R3) Tahap intensif terdiri dari Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamide (Z), dan Etambutol (E). Obatobat tersebut diberikan setiap hari selama dua bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H), dan Rifampicin (R), diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan untuk : 1) Penderita baru TB paru BTA positif 2) Penderita TB paru BTA negatif Rontgen positif yang sakit berat 3) Penderita ekstra paru berat b. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3) Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamide (Z), Etambutol (E), 9 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak dan suntikan Streptomisin setiap hari di UPK. Dilanjutkan 1 bulan dengan Isoniasid (H), Etambutol (E), Pirazinamide (Z), Rifampicin (R) setiap hari. Setelah itu, diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan 3 kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomicin diberikan setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk : 1) Penderita kambuh (relaps) 2) Penderita gagal (failure) 3) Penderita dengan pengobatan lalai (after default) c. Kategori 3 (2HRZ/4H3R3) Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk : 1) Penderita baru BTA negatif Rontgen positif sakit ringan 2) Penderita ekstra paru ringan, yaitu kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. Disamping ketiga kategori ini, disediakan pula paduan obat sisipan (HRZE), yaitu bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori I atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama satu bulan. Paduan OAT ini disedikan dalam bentuk kombipak, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan 10 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan.

H. Pencegahan penularan a. Mendiagnosis pasien pasien dengan dahak positif pada sedian langsung dan memastikan bahwa mereka menyelesaikan pengobatan yang efektif. b. Srerilisasi dahak, seprei, sarung bantal, dsb. c. Kesehatan lingkuangan

11

Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doenges, 2000) ialah sebagai berikut : 1. Riwayat Perjalanan Penyakit Keluhan utama : Batuk produkif dan non produktif

a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 410C) hilang timbul. b. Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan. c. Respirasi Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada. Program profesi Ners STIK Makassar

12

Keperawatan Anak Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). d. Rasa nyaman/nyeri Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. e. Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut: 1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema 13 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak bronchial. 3) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial. 4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk 5) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif. 7) Resiko tinggi infeksi sekunder dan penyebaran infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan C. Intervensi Keperawatan Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut: 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal. Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Intervensi: 1) Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat. 2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, 14 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak jumlah sputum, adanya hemoptisis. Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. 3) Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Rasional : Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan. 4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret. 5) Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi. Rasional : Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen

trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial. Tujuan : Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi : 1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan. Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress. 15 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak 2) Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. Rasional: Akumulasi secret dapat menganggap oksigenasi di organ vital dan jaringan. 3) Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim. Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas. 4) Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan. Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi. 5) Berikan oksigen sesuai indikasi. Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru. 3. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial. Tujuan: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat. Intervensi: 1) Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat. 2) Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. 16 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien. 3) Monitor intake dan output secara periodik. Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan. 4) Catatan adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi. 5) Lakukan perawatan mulut sebelurn dan sesudah tindakan pernapasan. Rasional : Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah. 6) Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster. 7) Kolaborasi untuk pemberian antipiretik yang tepat. Rasional: Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsurnsi kalori.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dengan kriteria : klien dapat tidur dengan nyenyak, tidur klien cukup. Intervensi : 1) Kaji kebiasaan tidur klien dan perubahan yang terjadi selama sakit. Rasional : Mengetahui sejauh mana gangguan tidur terpenuhi dan membantu dalam pemberian intervensi selanjutnya. 2) Beri posisi yang nyaman sesuai kondisi klien. 17 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak Rasional : Perubahan posisi mengubah area tekanan dan meningkatkan relaksasi 3) Anjurkan klien dan keluarganya ciptakan lingkungan yang tenang dengan mengurangi kebisingan. Rasional : Memudahkan klien istirahat / tidur seoptimal mungkin 4) Beri penjelasan tentang guna istirahat bagi tubuh. Rasional : Memberi pemahaman pada klien sehingga kooperatif dalam setiap intervensi 5) Kaloborasi dengan dokter pemberian obat sedatife (diazepam) Rasional : Pemberian obat sedatife dapat merangsang klien tidur 5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : ansietas berkurang dengan criteria : klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya, klien nampak tidak cemas lagi,ekspresi wajah nampak rileks. Intervensi : 1) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Agar klien merasa puas dengan merasa diperhatikan sehingga cemas berkurang 2) Tunjukkan sikap yang tidak menilai dan mendengar penuh perhatian. Rasional : Perhatian penuh dapat memudahkan klien tenang. 3) Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system. Rasional : Agar klien memperoleh dukungan dari orang terdekat / keluarga. 4) Beri informasi tentang prognosis secara akurat Rasional : Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya. 5) Pertahankan kontak denga klien, bicara, dan sentuhlah dengan wajar. Rasional : Klien mendapatkan dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong 18 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak 6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan

pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan

evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat. Intervensi 1) Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya. Rasional : Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien. 2) Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat. Rasional : Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan membantu mengencerkan dahak.

3) Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat. Rasional : Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien. 4) Jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain.

19

Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak Rasional : Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat. 5) Jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah Rasional : Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani terapi. 6) Anjurkan untuk berhenti merokok. Rasional : Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis. 7) Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi. Rasional : Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman. 7. Resiko tinggi infeksi sekunder dan penyebaran infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan. Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman. Intervensi 1) Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi. 20 Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak Rasional : Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi. 2) Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan. Rasional : Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi. 3) Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk. Rasional : Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi. 4) Gunakan masker setiap melakukan tindakan. Rasional : Mengurangi risilio penyebaran infeksi.

5) Monitor temperatur klien. Rasional : Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi. 6) Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani. Rasional : Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

7) Kolaborasi pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin. Rasional: INH adalah obat pilihan bagi penyakit Tuberkulosis primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk 2 bulan pertama.

21

Program profesi Ners STIK Makassar

Keperawatan Anak DAFTAR PUSTAKA

Doenges. M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. edisi 3. Jakarta : EGC. Perry Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik,Volume 2. EGC. Jakarta. Selvia A. Price, dkk. 2005. Konsep : Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC. J. Corwin Elizabeth. 2000.Buku Saku Patafisiologi. EGC. Jakarta.

www. kumpulan asuhan keperawatan tuberculosis.com www. penyakit tuberculosis 03.htm www. infopenyakit.com/2008/01/penyakit tuberculosis.html

22

Program profesi Ners STIK Makassar

You might also like