You are on page 1of 20

Wrap Up Skenario 3 :

Mencret
Oleh :A 06 Ketua Sekretaris Dhito Hamdi Gianni Prakasa Ajeng Astrini Nur Kanni Annisa Dienda APS Bella Syahnarissa Aziza Fathur Rahman Mutiara Hikmah Gita Rosadila : Denies Ariwibowo : Dinda Putri (1102010064) (1102010081) (1102009199) (1102009122) (1102010012) (1102010028) (1102010046) (1102010097) (1102010113)

UNIVERSITAS YARSI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN PELAJARAN 2010-2011


1 |Page

SKENARIO 3

MENCRET

Seseorang laki laki, 40 tahun, dibawa ke Puskesmas karena mengalami mencret lebih dari 10 kali dalam sehari sejak 3 hari yang lalu. Keluhan ini timbul setelah makan malam diwarung nasi dekat rumahnya. Pemeriksaan fisik : kesadaran komposmentis lemah, TD: 80/60 mmHg, nadi: 120x/menit, pernafasan: 34x/menit, cepat dalam. Jumlah urine sedikit. Di Puskesmas penderita dipasang infus dan diberikan pertolongan pertama lalu dirujuk ke RS terdekat. Pada pemeriksaan analisa gas darah didapatkan hasil seperti dibawah ini : pH pO2 pCO2 HCO3 Base Excess Saturasi O2 : 7,2 : 95 mmHg : 35 mmHg : 18 mEq/l : -2,5 mEq/l : 98 % ( normal : 7,35 7,45 ) ( normal : 85 95 mmHg ) ( normal : 35 45 mmHg ) ( normal : 21 23 mEq/l ) ( normal : -2,5 - + 2,5 mEq/l ) ( normal : 95 100 % )

Hasil elektrolit menunjukan : kadar natrium 130 mEq/l dan klorida 102 mEq/l Kesannya : terdapat gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik, dengan anion gap yang normal.

2 |Page

L.O. 1. Memahami dan menjelaskan keseimbangan asam basa 1.1. Definisi Keseimbangan asam basa 1.2. Klasifikasi asam basa 1.3. Sumber asam basa 1.4. Mekanisme keseimbangan asam basa L.O. 2. Memahami dan menjelaskan definisi dan manfaat pH 2.1. Definisi pH 2.2. Faktor yang mempengaruhi pH 2.3. PH asam basa lemah dan kuat 2.4. Cara menentukan pH 2.5. Manfaat pengukuran pH L.O. 3. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan asam basa 3.1. Definisi gangguan keseimbangan asam basa 3.2. Jenis gangguan keseimbangan asam basa 3.3 Penyebab gangguan keseimbangan asam basa 3.4 Gejala gangguan keseimbangan asam basa

3 |Page

L.O. 1 Memahami dan menjelaskan keseimbangan asam basa 1.1 Definisi Asam : sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang mengalami disosiasi atau terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H+ bebas dan anion. Basa : bahan yang dapat berikatan dengan H+ bebas dan menarik ion tersebut dari larutan.

Asam basa menurut Arhenius Asam : zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hidrogen (H+) Basa : zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hidroksil (OH-)

Asam basa menurut bronsted lowry (teory proton) Asam : suatu zat atau bahan yang mempunyai kecendrungan untuk memberikan sebuah proton (disebut dengan donor proton) Basa : zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain, yang mempunyai kecendrungan untuk mengambil sebuah proton (disebut dengan akseptor proton) Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat menerima proton yang dilepaskan. Oleh karena itu, reaksi asam basa adalah suati reaksi pelepasan dan penerimaan proton.

Asam basa menurut G.N Lewis Asam : suatu zat yang menerima sebuah pasang elektron Basa : suatu zat yang memberikan sepasang elektron.

1.2 Klasifikasi asam basa Berdasarkan Kekuatannya


4 |Page

Klasifikasi asam basa ini digolongkan berdasarkan kekuatannya dan ukuran terionisasi, dibagi menjadi 2 , yaitu:
1. Asam kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat di larutkan

dalam air dan menghasilkan jumlah ion semaksimum mungkin. Contoh HCL, HN , S , HCl

Basa kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat dilarutkan dalam air dan bereaksi dengan asam.Contoh NaOH, KOH, Ba(OH

2. Asam lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan didalam air kurang bereaksi kuat dengan asam. Contoh H3PO4, H2SO3, HNO2, CH3COOH Basa lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan dalam air.Contoh NaHCO3, N OH

Berdasarkan Bentuk Ion Asam anion adalah asam yang mempunyai muatan negatif.

Contoh : SO3 Contoh : N


+

Asam kation adalah asam yang mempunyai muatan positif.

Basa anion adalah basa yang mempunyai muatan negatif.

Contoh : Cl, C Basa kation adalah basa yang mempunyai muatan positif.

Contoh : Na+ Berdasarkan kemampuan ionisasi asam dan basa Asam dan basa monoprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan satu ion H atau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi primer) ,C COOH]

Contoh : asam monoprotik [HCl, HN basa monoprotik [NaOH, KOH]

Asam dan basa diprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 2 ion H atau ion OH (dikenal dengan ionisasi sekunder) S H2S]

Contoh : asam diprotik [


5 |Page

basa diprotik [Mg(OH , Ca(OH)2, Ba(OH)2] Asam dan basa poliprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 3 atau lebih ion H atau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi tersier) P ]

Contoh : asam poliprotik [ basa poliprotik [Al(OH)3]

Asam-asam yang berasal dari proses metabolisme Asam volatil adalah asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk menjadi bentuk cair maupun gas. Asam volatil merupakan hasil akhir dari metabolisme asam amino, lemak dan karbohidrat.

Contoh : karbondioksida, asam karbonat Asam nonvolatil adalah asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat berubah bentuk menjadi gas untuk diekskresi oleh paru-paru, tapi harus dieksresikan oleh ginjal.

Contoh : asam organik, asam nonorganic

1.3 Sumber asam basa

Asam dan basa bersumber dari:


Produksi karbondioksida (C

) oleh sel-sel jaringan. C

berikatan

dengan air (terutama sel darah merah) untuk membentuk asam karbonat ( C ) yang terurai menjadi ion-ion hidrogen.

Asam anorganik yang dihasilkan selama penguraian hidrogen. Asam hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme perantara. Sebagian besar ion hidrogen yang dihasilkan merupakan produk sampingan atau produk akhir dari proses katabolisme sempurna karbohidrat, lemak dan protein 1.4 Mekanisme keseimbangan asam basa Suatu upaya untuk mempertahankan konsentrasi H+ di cairan ekstraseluler. Hal ini penting karena hampir semua aktivitas enzim pada sistem tubuh dipengaruhi oleh PH. Mekanisme yang mengatur susunan CES sangat penting kaitannya dalam ion khusus ini, karena proses didalam sel sangat peka terhadap perubahan konsentrasi H + , 3 sistem yang mempengaruhinya adalah:
6 |Page

1. Sistem Buffer Buffer ion bikarbonat

Buffer ini merupakan buffer utama pada ekstrasel H2O + CO2 H2CO3 H+ + HCO3Pengaturannya apabila ditambahkan asam kuat, mengakibatkan peningkatan H2CO3 yang diikuti meningkatnya C02 dan peningkatan ventilasi paru, sedangkan apabila ditambahkan basa kuat mengakibatkan penurunan H2O dan CO2 untuk reaksi pembentukan H2CO3 yang menurun sebelumnya Buffer Fosfat

Buffer terpenting dalam cairan intrasel dan tubulus ginjal, memiliki Pka yang mendekati PH fisiologis, sehingga merupakan buffer yang efisien dan efektif. Buffer protein

Cairan interstisium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut berperan mengatur PH, Pka nya 6 (imidazol) proses pengaturan melalui sistem buffer berjalan lambat karena H+ harus berdifusi melalui membran sel yang dipengaruhi pompa Na Buffer Hemoglobin

Gugus Nitrogen dapat menangkap dan melepaskan ion H + sehingga dapat bertindak sebagai asam (saat oksigenasi Hb) dan basa (saat deoksigenasi)

2. Sistem respirasi CO2 yang merupakan produk sampingan metabolismem saat pembentukan CO 2 meningkat, PaCO2 pada CES juga meningkat. Jika konsentrasi H+ meningkat pusat pernafasan di batang otak secara refleks terangsangm sehingga ventilasio paru paru meningkat untuk mengeluarkan CO2 lebih banyak sehingga kebutuhan penambahan H2CO3 menurun. Karena CO2 pada dasarnya adalah pengeluaran asam dari tubuh. Jadi PH tubuh dapat kembali normal. Kesimpulannya peningkatan ventilasi alveolus menurunkan konsentrasi H+ cairan ekstraseluler dan PH menjadi meningkat. Pengeluaran H+ yang dihasilkan paru paru lebih banyak dibandingkan jumlah yang dikeluarkan oleh ginjal yang berasal dari asam karbonat cairan tubuh.

3. Sistem ginjal
7 |Page

Pengaturan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstra seluler melalui 3 mekanisme dasar a) Sekresi ion ion hidrogen Ginjal tidak saja secara kontinu mengeluarkan dalam jumlah normal yang

terus menerus dihasilkan dari sumber-sumber asamnon-karbonat, tetapi, juga mengubah-ubah kecepatan sekresinya untuk mengkompensasi perubahan konsentrasi yang timbul dari kelainan konsentrasi asam karbonat.Besarnya sekresi bergantung pada status asam basa pada sel tubulus ginjal.Proses sekresi sel-sel tubulus dengan C plasma, cairan tubulus dan C Lalu C dan O membentuk yang datang dari 3 sumber yaitu C berawal di

yang berdifusi dari

yang diproduksi secara metabolis di dalam sel tubulus. yang akan berdisosiasi membentuk dan HC

. Selanjutnya di membran luminal diangkut Lalu di bagian nefron, diangkut

keluar sel ke dalam lumen tubulus.

yang berasal dari filtrat glomerulus ke arah yang jadi kecepatannya bergantung pada

berlawanan. Karena reaksi ini diawali dengan C konsentrasi C , jika konsentrasi C

meningkat, maka reaksi akan berlangsung

cepat.Jika konsentrasi mensekresikan

di plasma tinggi, sel-sel tubulus akan merespon dengan

dalam jumlah yang lebih untuk disekresikan ke dalam urin, menurun, maka reaksi akan berlangsung lambat. Dan

sebaliknya jika konsentrasi C apabila konsentrasi sekresi

di plasma rendah, sel-sel tubulus akan merespon dengan jumlah

yang menurun dalam urin.

b) Reabsorbsi ion ion bikarbonat yang disaring Ion bikarbonat sulit untuk melewati membran luminal sel-sel tubulus ginjal sehingga tidak dapat difiltrasi dan direabsorpsi secara langsung. Ion hidrogen yang disekresikan ke luar sel tubulus berikatan dengan HC membentuk C yang difiltrasi untuk C

. Lalu di bawah pengaruh enzim karbonat anhidrase, O dan C .C

tersebut teruari menjadi karena C


8 |Page

dapat masuk kembali ke dalam sel tubulus

mampu dengan mudah menembus membran sel tubulus. Di dalam sel, di

bawah pengaruh enzim tersebut, C yang akan terurai menjadi basolateral sel tubulus, HC

bergabung kembali dengan H2O membentuk dan HC

. Karena dapat menembus membran

secara pasif berdifusi keluar sel masuk ke dalam plasma

kapiler-peritubulus. Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumen tubulus lebih banyak dibandingkan dengan ion bikarbonat yang difiltrasi. Sehingga semua ion bikarbonat yang difiltrasi biasanya direabsorpsi untuk berikatan dengan yang tersedia di lumen tubulus

c) Penambahan ion bikarbonat yang baru ke dalam plasma Setelah proses reabsorpsi, HC berdifusi ke dalam plasma sebagai HC berikatan dengan reabsorpsi HC yang dihasilkan dari reaksi disosiasi C

yang baru, karena kemunculannya tidak yang juga

yang difiltrasi. Sementara itu,

dihasilkan dari proses disosiasi bergabung dengan penyangga fosfat basa dan kemudian dieksresi di urin. Saat PH menurun dari keadaan normal ginjal mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi dan ekskresi dieliminasi dan konsentrasi di urin sehingga kelebihan dapat

di plasma menurun. Juga mereabsorpsi semua ion

bikarbonat yang difiltrasi disertai dengan penambahan ion bikarbonat baru ke plasma sehingga konsentrasi ion bikarbonat plasma meningkat. Sedangkan pada saat peningkatan PH dari keadaan normal, sekresi dan ekskresi terjadi peningkatan konsentrasi di urin menurun sehingga

pada plasma. Selain itu juga menurunkan reabsorpsi

ion bikarbonat yang difiltrasi dan penurunan jumlah ion bikarbonat baru ke plasma sehingga konsentrasi ion bikarbonat plasma menurun.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN DAN PENURUNAN SEKRESI H+ DAN REABSORBSI ION BIKARBONAT TUBULUS GINJAL SEKRESI H+ & REABSORBSI ION BIKARBONAT Tekanan CO2 H+ dan HCO3-
9 |Page

SEKRESI H+ & REABSORBSI ION BIKARBONAT Tekanan CO2 H+ dan HCO3-

Volume CES Angiontensin II Aldosteron Hypokalemia

Volume CES Angiontensin II Aldosteron Hyperkalemia

L.O. 2. Memahami dan menjelaskan definisi dan manfaat pH 2.1 definisi pH pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan nilai keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 14. Istilah pH berasal dari p, lambang matematika dari negatif logaritma dan H lambang kimia untuk unsur hidrogen. pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat derajat keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion hidrogen. Nilai pH dari suatu unsur adalah perbandingan antara konsentrasi ion hidrogen [H+] dengan konsentrasi ion hidroksil [OH-].Jika konsentrasi H+ lebih besar dari OH-, material disebut asam.Yaitu nilai pH adalah kurang dari 7.Jika konsentrasi OH - lebih besar dari H+, material disebut basa dengan suatu nilai pH lebih besar dari 7.

2.2 Faktor yang mempengaruhi pH Lebihnya kadar H+ yang ada dalam tubuh berasal dari Pempentukan H2CO3 yang sebagian berdisosiasikan H+ dan HCO3Katabolisme zat organic Disosiasi asam organic pada metabolism intermedik, contoh metaboliklemak terbentuk asam lemak dan laktat. Yaitu melepaskan H+ pada

Keseimbangan intake dan output ion H+ dalam tubuh bervariasi. Tergantung dari: Diet (makanan) H+ naik,jika kebanyakan makanan asam. Sedangkan dengan mengkonsumsi sayur dan buahbersifat basa, banyak menghasilkan HCO3Aktivitas, yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan banyak CO2, sehingga pH nya turun.

Faktor yang mempengaruhi mekanisme pH Adanya konsentrasi H+ System respirasi

10 | P a g e

System ginjal Pertukaran ion Aktivitas yang berat

2.3 pH asam basa lemah dan kuat Hukum Henderson Hasselbalch

pH =

pKa + HCO3PCO2

Asam kuat :

pH dihitung dari

HCO3 H+

pH = - log [H+] Basa kuat : pH dihitung dari OH-

pOH = - log [H+]

pH = 14 + log [OH-]

Asam lemah pH larutan asam lemah Asam monoprotik :

[H3O+] = (Ka .C)1/2

pH = - (log Ka1 + log C) Asam diprotik :


11 | P a g e

Ka1>> Ka2 [H3O+] = (Ka1 . C) pH = - (log Ka1 + log C)

Basa lemah Basa monoprotik :

[OH-] = (Kb .C)1/2

pOH = - (log Kb + log C)

pH = 14 + (log Kb + log C)

Basa diprotik :

Kb1>> Kb2

[OH-] = (Kb1 . C)

pOH = - (log Kb1 + log C)

pH = 14 + (log Kb1 + log C) Rumus mencari pH Untuk asam kuat : pH = - log [ H+ ] atau [ H+ ] = x.M Untuk asam lemah : pH = pKa + log

12 | P a g e

Untuk basa lemah : pH = pKa + log Untuk basa kuat : pOH = - log [OH-] atau [OH-] = x.M

2.4 Cara menentukan pH Yang digunakan untuk mengukur pH suatu larutan adalah: Kertas lakmus, kertas lakmus berubah menjadi merah bila keasaman larutan naik (asam), sedangkan berubah menjadi warna biru bila jika tingkat keasamaan larutan turun (basa). Penggunaan kertas lakmus ini adalah pengukuran yang paling sederhana, tetapi tidak dapat menentukan nilai pasti pH tersebut, hanya menunjukkan asam atau basa. Indikator universal, substansi yang dapat berubah warna diantara berbagai ukuran pH. Indikator tidak memberikan gambaran lebih spesifik terhadap nilai pH dibandingkan dengan kertas lakmus. Indikator universal merupakan gabungan berbagai indikator yang diikuti dengan perubahan warna dari pH 2 10. Berbagai macam indikator universal, yaitu :

Thimol biru 1 pH 1,2 2,2 merah oranye Metil merah pH 4,4 6,2 merah kuning Bromtimol biru pH 6,0 7,6 kuning biru Thimol biru 2 pH 8,0 9,6 kuning biru Fenolphtalein pH 8,3 10 tdk berwarna ungu

Menggunakan alat pH meter yaitu alat yang digunakan di lab untuk menentukan pH dari suatu larutan dan nilainya tertera sangat jelas. pH meter bekerja berdasarkan prinsip elektrolit atau konduktivitas suatu larutan.

2.5 Manfaat pengukuran pH Aplikasi dalam bidang kesehatan, biologi, kimia dan lain lain. Dapat mengetahui pH berbagai substansi dalam tubuh pH 1,0 2,0 pH 4,8 7,5 pH 6,5 6,9 pH 7,35 7,45

Cairan getah lambung Urine Saliva (air liur) Darah


13 | P a g e

Dapat lebih mudah untuk menunjang teori terapi Dapat menyesuaikan kadar enzim untuk terapi suatu penyakit pada organ tertentu, contoh: Enzim A memiliki sifat spesifik akan rusak pada pH tertentu, maka harus disesuaikan dengan pH organ yang akan diterapi Dapat mengetahui segala kemungkinan dari gangguan keseimbangan asam-basa jika memakan makanan yang asam seperti jeruk limo, cuka, orange juice, dll. Menentukan derajat keasaman dari suatu larutan Menyatakan konsentrasi ion hidrogen Menentukan suatu kondisi asidosis atau alkalosis Mengatur mekanisme ion-ion di cairan ekstraseluler

L.O. 3. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan asam basa 3.1 definisi gangguan keseimbangan asam basa Penyimpangan status asam-basa normal dibagi menjadi empat kategori umum, bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H +]. Kategori-kategori tersebut adalah asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, dan asidosis respiratorik. Pemeriksaan gas darah di arteri dapat menunjukkan kondisi asam basa di dalam tubuh, dengan menggunakan 3 indikator : pH, PaCO2 dan HCO3. 1. pH netral di dalam cairan ekstra seluler : 7,35 7,45 pH < 7,35 pH > 7,45 : asidosis : alkalosis

2. PaCO2, merupakan komponen respirasi : normal 35 45 mmHg PaCO2 > 45 mmHg PaCO2 < 45 mmHg : asidosis respirasi : alkalosis respirasi

3. HCO3, merupakan ginjal atau metabolik : normal 24 28 mEq/L


14 | P a g e

HCO3 > 28 mmHg HCO3 < 24 mmHg

: alkalosis metabolik : asidosis metabolik

4. Base Excess, nilai normalnya 2 s/d +2 berkaitan dengan nilai bikarbonat 24 28 mEq/L ( 2 = 24 mEq/L dan + 2 = 28 mEq/L)

3.2 Jenis gangguan keseimbangan asam basa Penyimpangan status asam-basa normal dibagi menjadi empat kategori umum, bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H+].Kategori-kategori tersebut adalah asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, dan asidosis respiratorik. Pemeriksaan gas darah di arteri dapat menunjukkan kondisi asam basa di dalam tubuh, dengan menggunakan 3 indikator : pH, PaCO2 dan HCO3. 1. pH netral di dalam cairan ekstra seluler : 7,35 7,45 pH < 7,35 pH > 7,45 : asidosis : alkalosis

2. PaCO2, merupakan komponen respirasi : normal 35 45 mmHg PaCO2 > 45 mmHg PaCO2 < 45 mmHg : asidosis respirasi : alkalosis respirasi

3. HCO3, merupakan ginjal atau metabolik : normal 24 28 mEq/L HCO3 > 28 mmHg HCO3 < 24 mmHg : alkalosis metabolik : asidosis metabolik

4. Base Excess, nilai normalnya 2 s/d +2 berkaitan dengan nilai bikarbonat 24 28 mEq/L ( 2 = 24 mEq/L dan + 2 = 28 mEq/L)

1. Asidosis Metabolik Asidosis metabolik (kekurangan HC ) adalah gangguan sistemik yang ditandai ]). [HC ] ECF adalah kurang dari

dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH (peningkatan [ 22 mEq/L dan pH-nya kurang dari 7.35.Kompensasi pernapasan kemudian segera dimulai untuk menurunkan PaC asidosis metabolik jarang terjadi secara akut. 2. Alkalosis Respiratorik Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer PaCO2 (hipokapnia), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO2 <35 mmHg dan pH >7,45. Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H + akibat lebih sedikit
15 | P a g e

melalui hiperventilasi sehingga

absorpsi HCO3- serum berbeda-beda, bergantung pada keadaannya yang akut atau kronis.

3. Asidosis Respiratorik Asidosis respiratorik (kelebihan H2CO3) ditandai dengan peningkatan primer PaCO2 (hiperkapnia), sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH: PaCO 2 lebih besar dari 45 mmHg dan pH kurang dari 7.35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan HCO3- serum.Asidosis respiratorik dapat timbul secara akut maupun kronis.

4. Alkalosis Metabolik Alkalosis metabolik (kelebihan HCO3-) adalah suatu gangguan sistemik yang dicirikan dengan adanya peningkatan primer kadar HCO 3- plasma, sehingga menyebabkan peningkatan pH (penurunan [H+]. [HCO3-] ECF lebih besar dari 26 mEq/L dan pH lebih besar dari 7.45.Alkalosis metabolik sering disertai dengan berkurangnya volume ECF dan hipokalemia.

3.3 Penyebab gangguan keseimbangan asam basa Asidosis metabolik -

Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh Berkurangnya kadar ion HC Retensi ion H+ dalam tubuh. Penambahan asam Oksidasi lemak tak sempurna pada asidosis dibetika / kelaparan Oksidasi karbohidrat tak sempurna pada asidosis laktat dalam tubuh

Pengurangan bikarbonat : asidosis tubulus ginjal, diare, kolostomi, dan ileostomi Berbagai gangguan, seperti gagal ginjal, asidosis laktat, produksi badan keton naik, hyperaldosteron, keracunan

Alkalosis metabolik - Kekurangan H+ dari ECF(Muntah,penyedotan nasogastrik, diare dengan kehilangan klorida, diuretik, hipokalemia)
16 | P a g e

- Retensi HCO3- (Pemberian natrium bikarbonat berlebihan, sindrom susu alkali)

Asidosis respiratorik Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata (henti jantung akut), terapi oksigen pada hiperkapnia kronis, apnea saat tidur, obat-obatan:overdosis opiat, sedatif) Gangguan pada otot-otot pernafasan (penyakit neuromuskular, kifoskoliosis, obesitas yang berlebihan, cedera dinding dada) Gangguan pertukaran gas (emfisema dan bronkitis, edema paru akut, pneumonia, pneumotoraks) Obstruksi saluran nafas atas akut (aspirasi benda asing atau muntah, langiospasme atau edema laring)

Alkalosis respiratorik

Rangsangan pusat pernafasan (Hiperventilasi, hipermetabolik, tumor otak, cedera kepala, intoksikasi salisilat)

Hipoksia (Gagal jantung kongestif, fibrosis paru, tinggal ditempat yang tinggi, asma, edema paru)

Ventilasi mekanisme yang berlebihan Mekanisme yang belum jelas (Sepsis gram negatif, sirosis hepatis)

Latihan fisik

3.4 Gejala gangguan keseimbangan asam basa

Asidosis metabolik

17 | P a g e

Gejala serta tanda asidosis metabolik cenderung tidak jelas, dan pasien dapat asimtomatik, kecuali jika [HCO3-] serum turun sampai di bawah 15 mEq/L. Pernafasan kussmaul (nafas dalam dan cepat yang menunjukan adanya hiperventilasi kompensatorik) mungkin lebih menonjol pada asidosis akibat ketoasidosis diabetik dibandingkan pada asidosis akibat gagal ginjal. Gejala dan tanda utama asidosis metabolik adalah kelainan kardiovaskular,neurologis, dan fungsi tulang.

Alkalosis metabolik Tidak terdapat gejala dan tanda alkalosis metabolik yang spesifik. Adanya gangguan ini harus dicurigai pada pasien yang memiliki riwayat muntah, penyedotan, nasogastrik, pengobatan diuretik atau pasien yang baru sembuh dari gagal nafas (Hiperkapnia)

Asidosis respiratorik Gejala dan retensi CO2 tidak bersifat khas dan pada umumnya tidak mencerminkan kadar PaCO2 selain itu asidosis respiratorik akut maupun kronis selalu disertai oleh hipoksemia sehingga hipoksemia bertanggung jawab atas banyak tanda-tanda klinik akibat retensi CO2.

Alkalosis respiratorik Terdapat pola pernafasan yang berbeda-beda pada sindrom hiperventilasi yang diinduksi oleh kecemasan; mulai dari pernafasan yang normal sampai pernafasan yang jelas tampak lebih cepat, dalam, dan panjang.Pasien seringkali terlihat banyak menguap dan gejala mencolok lainnya adalah kepala terasa ringan, parestasi sekitar mulut.Apabila alkalosis yang terjadi cukup parah dapat timbul tetani seperti spasme karpopedal. Pasien dapat mengeluh kelelahan kronis, jantung berdebar-debar, cemas, mulut terasa kering, dan tidak bisa tidur. Gejala alkalosis respiratorik berat dapat disertai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, kekacauan mental, dan sinkop

18 | P a g e

Daftar Pustaka Price, Sylvia Anderson (2006), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC. Sherwood, Lauralee (2004), Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2 , Jakarta, EGC. Sudoyo, W Aru, Bambang setiyohadi, Idrus Alwi (2009), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.5, Jakarta, Interna Publishing. Sukmariah M, Karmiati A (1990), Kimia Kedokteran edisi 2, Binarupa Aksara, Jakarta. Ganong, WF, (2007), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 21,ab. M. Djauhari Widjajakusumah, Jakarta, EGC. Saifuddin, M, dkk. (2008), Gangguan Kesimbangan air-elektrolit dan asambasa edisi II. Jakarta, FKUI.
19 | P a g e

Guyton, Arthur c, dkk. (2008), Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta, EGC (http//medicastore.com/diambil pada selasa, 16 Maret 2010) (http//belajarkimia.com/oleh Harthadinajha, diambil pada jumat, 12 Maret 2010) (http//chem-is-try.org/pengukurankeasaaman/oleh Jim Clark/diambil pada selasa,16 Maret, 2010) (http://id.wikibooks.org/wiki/subjek:kimia/materi:asam,basa,garam)

20 | P a g e

You might also like