You are on page 1of 6

TUGAS PAPER FARMASETIKA II AEROSOL DAN INHALASI

PENYUSUN 1. RAFDI FALIH ALBANI (G1F012076)

2. NOVITA CAHYA PUSPITASARI (G1F012078) 3. AFIAH ROBITHOH 4. RIZKI AKBAR RAMADHAN (G1F012080) (G1F012082)

KELAS B/ANGKATAN 2012

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JURUSAN FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2013 AEROSOL DAN INHALASI

I.

DEFINISI 1. AEROSOL Menurut FI III, aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan propelan yang cocok (Ditjen POM RI, 1979). Jika digunakan sebagai obat dalam atau secara inhalasi, aerosol di lengkapi dengan pengatur dosis. Aerosol boleh mengandung bahan pensuspensi, emulgator, dan pelarut pembantu (Syamsuni, 2006). Menurut FI IV, aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat system katup yang sesuai ditekan (Ditjen POM RI, 1995). Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit dan juga pemakian local pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual), atau paru-paru (aerosol inhalasi), ukuran partikelnya harus lebih kecil dari 10 m, dan sering disebut inhaler dosis terukur (Syamsuni, 2006). Istilah aerosol digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari system bertekanan tinggi. Sering disalah artikan untuk semua jenis sediaan bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat. Aerosol busa adalah emulsi yang emngandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan, cairan mengandung air atau tidak mengandung air, dan propelan (Syamsuni, 2006). Dalam litelatur lain, aerosol adalah suatu sisitem koloid liofob (hidrofil), dengan fase eksternalnya berupa gas atau campuran gas dan fase internalnya berupa partikel zat cair yang terbagi sangat halus atau

partikel-partikelnya tidak padat, ukuran partikel tersebut lebih kecil dari 50 m. Jika partikel internalnya terdiri atas partikel zat cair, system koloid itu berupa asap atau debu (Syamsuni,2006).

2. INHALASI Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspense terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal maupun sistemik. Serbuk juga dapatdiberikan secra inhalasi, menggunakan alat mekanik secara manual untuk menghasilkan tekanan atau inhalasi yang dalam bagi penderita yang bersangkutan. Inhalan terdiri atas satu atau kombinasi beberapa obat, yang karena bertekanan uap tinggi, dapat terbawa oleh aliran udara ke dalam saluran hidung dan memberikan efek. Wadah obat yang diberikan secara inhalasi disebut inhaler (Syamsuni, 2006). II. PERBEDAAN AEROSOL DAN INHALASI

III. PERKEMBANGAN DARI SEDIAAN AEROSOL DAN INHALASI

Aerosol terdiri dari sistem dua fase (gas dan cair) atau sistem tiga fase (gas, cair dan padat atau cair). Sistem dua fase terdiri dari larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk uap. Pelarut yang digunakan terdiri dari propelan atau campuran propelan dan kosolven seperti etanol, propilenglikol dan polietilen glikol yang sering digunakan untuk menambah kelarutan zat aktif. Sistem tiga fase terdiri dari suspensi atau emulsi zat aktif dan propelan bentuk uap. Suspensi terdiri dari zat aktif yang dapat didispersikan dalam sistem propelan dengan zat tambahan yang sesuai seperti zat pembasah dan atau bahan pembawa padat seperti talk atau silika koloidal.

Aerosol busa adalah emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan, cairan mengandung air atau tidak mengandung air dan propelan. Jika propelan berada dalam fase internal (misalnya tipe minyak dalam air), akan menghasilkan busa stabil, dan jika propelan berada dalam fase eksternal (misalnya air dalam minyak), akan menghasilkan semprotan atau busa yang kurang stabil. Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai terapi inhalasi. Secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi, yaitu nebulizer, MDI (metered dose inhaler), dan DPI (dry powder inhaler). Jenis DPI yang paling sering digunakan adalahturbuhaler. Terapi inhalasi memiliki keuntungan dibandingkan dengan cara oral (diminum) atau disuntik, yaitu langsung ke organ sasaran, awitan kerja lebih singkat, dosis obat lebih kecil, dan efek samping juga lebih kecil. Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal , obat yang diberikan per inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat yang digunakan biasanya dalam bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas. Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik, sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah. Jenis Terapi Inhalasi Pemberian aerosol yang idel adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa, tidak mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang tertinggal di saluran napas atas, serta dapat digunakan oleh anak, orang cacat, dan orang tua. Namun keadaan ideal tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai.

Berikut beberapa alat terapi inhalasi: A. Metered Dose Inhaler (MDI)

MDI tanpa Spacer Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat menguntungkan pada anak. Kerugian bentuk sediaan aerosol dalam bentuk MDI yaitu biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul berkaitan dengan masalah stabilitas fisiknya. Obat sering kurang efektif dan efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan MDI dengan baik dan benar.

D.

Dry Powder Inhaler (DPI) Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan

hirupan yang cukup kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan. Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Deposisi (penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan. Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun. E. Nebulizer Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan, atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk dihirup penderita melalui mouth piece atau sungkup.

Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran bronkus) yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang.

You might also like