You are on page 1of 21

1.

1 Judul:

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DARI HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD SISWA KELAS 1 SMAN 1 DARUL IMARAH

1.2 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, misalnya kemajuan di bidang teknologi dan invormatika, maka harus diiringi dengan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan kualitas keimanan setiap individu terhadap Allah SWT. Kemajuan di bidang pengetahuan tentunya yang dimaksud adalah bidang pendidikan. Bidang pendidikan yang didalamnya meliputi sitem pendidikan, kurikulum, tenaga pendidik, dan sebagainya. Kalau kita melakukan pengkajian mundur terhadap output dari sistem pendidikan yang ada di negara kita Indonesia, sebenarnya banyak orang-orang yang cerdas dihasilkan dari sistem pendidikan itu namun kecerdasasn yang dimaksud hanya cerdas dalam kemampun intelektual, tetapi buta dalam hal emosional dan akhlaknya. Hal ini terbukti dengan makin maraknya orang-orang yang terlibat dalam hal korupsi, kolusi dan nepotisme. Orang yang cerdas intelektual tetapi akhlaknya buta termasuk tidak mempunyai kecerdasan emosional, maka orang-orang seperti ini sekarang telah banyak tersebar di Indonesia, justru tidak mendukung kemajuan bangsa, justru merusak citra bangsa. Orang orang seperti ini akan dengan mudah memperalat orang-orang awam dengan kelincahan dan kelicikannya, menghalakan segala cara, yang penting tujuan tercapai.

Sekarang ini kecerdasan intelektual bukan satu-satunya faktor yang mendukung kesuksesan seseorang, bahkan kesuksesan yang dipengaruhi oleh kecerdaasan intelektual hanya sekitar 20%, sedangakan yang lainnya dipengaruhi oleh kecerdasan lain termasuk kecerdasan emosional. Olehnya itu yang seharusnya sekarang sitem pendidikan menekankan pada kecerdasan emosional disamping kecerdasan intelektual. Sesuai dengan kurikulum terbaru yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan maka faktor kecerdasan emosional yang meliputi afektif dan psikomotorik mulai dijadikan indikator keberhasilan dalam pendidikan. Hal ini terbukti dengan bentuk penilaian di sekolah dasar dan menengah, ada penilaian yang dikenal dengan penilaian konseptual, kemampuan penalaran dan kemampuan psikomotorik yang akan mempertajam kecerdasan emosional siswa karena merangsan daya pikir dan kemampun siswa mengkomuniksikan pelajaran yang sedang dipelajari dengan kata-kata sendiri berdasarkan hasil pendalaman mereka pada hal-hal aplikasi dari mata pelajaran itu sendiri. Kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan mata pelajaran akan lebih nampak dan terarah pada saat menggunakan model pembelajaran kooperatif, misalnya type STAD, karena mereka selain bisa berkomunikasi di dalam kelompoknya, mereka juga akan mengkomunikasikan hasil belajar kelompok mereka pada kelompok lain ketika mereka diberikan kesempatan

mempersentasekan hasilnya maupun menanggapi kelompok lain. Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan hasil belajarnya akan meningkatkan kecerdasan emosional mereka karena hal ini akan mendorong

mereka lebih dewasa dalam menanggapai berbagai persoalan, termasuk memanagemen kelompok mereka dalam belajar yang lebih efektif dan efisien. Metode seperti ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran fisika pada tingkat pendidikan menengah. Permasalahan yang dialami oleh guru berdasarkan pengamatan penulis selama PPL di SMAN 1 Darul Imarah Aceh Besar pada tanggal 22-februari-2012 s/d 18-Mei-2012, selama dalam pembelajaran fisika berbagai perilaku dan tingkah laku yang dilakukan siswa. Namun, cenderung siswa yang aktif memperoleh hasil belajar yang tinggi daripada yang kurang aktif. Menurut pengamatan penulis siswa yang aktif tersebut memiliki IQ rata-rata daripada siswa yang kurang aktif. Kebanyakan siswa tersebut kurang teliti dan kurang bisa bekerja sama dengan kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan guru, mereka cenderung mengerjakan sendiri. Dan siswa yang IQ nya diatas rata-rata sering over akting di dalam kelas. Hal ini berpengaruh terhadap hasil ujian yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai fisika yang diharapkan bukan cuma faktor IQ yang dilihat pada diri siswa tetapi ada faktor yang lain yaitu EQ. Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah satu faktor penting untuk meraih prestasi belajar siswa, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti :Hubungan Kecerdasan Emosional Dari Hasil Belajar Fisika Dengan Model Pembelajaran Tipe STAD Siswa Kelas 1 SMAN 1 Darul Imarah Aceh Besar .

1.3 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan kecerdasan emosional dari hasil belajar fisika dengan model pembelajaran koopertif tipe STAD siswa kelas 1 SMAN 1 Darul Imarah .

1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui hubungan kecerdasan emosional dari hasil belajar fisika dengan model pembelajaran koopertif tipe STAD siswa kelas 1 SMAN 1 Darul Imarah.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai pengalaman berharga bagi penulis apabila membuat karya ilmiah selanjutnya. 2. Sebagai bahan informasi bagi guru-guru SMAN 1 Darul Imarah khususnya guru fisika yang mengajarkan materi optik dalam upaya meningkatkan hasil belajar. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti yang akan datang yang penelitiannya relevan dengan penelitian ini.

1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut. Terdapat hubungan kecerdasan emosional dari hasil belajar fisika dengan model pembelajaran koopertif tipe STAD siswa kelas 1 SMAN 1 Darul Imarah.

1.7 Definisi Operasional Untuk mempermudah pemahaman dan isi karya tulis ini, maka didefinisikan istilah-istilah yang menjadi pokok pembahasan utama dalam karya tulis ini yaitu: a. Kecerdasan emosional adalah kemampuan marasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi. kecerdasan emosional yang terdiri dari lima dimensi utama yaitu (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan. b. model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model kooperatif yang sederhana. Sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yan baru memulai menggunakan pendekatan pembelajaran secara berkelompok.

2.1 Landasan Teoritis 2.1.1Karakteristik Pembelajaran Fisika Belajar fisika merupakan suatu aktifitas mental untuk memahami arti dari hubungan-hubungan dan simbol-simbol yang terkandung dalam fisika secara sistematik, cermat dan tepat, kemudian menerapkan konsep-konsep yang dihasilkan untuk memecahkan masalah dalam berbagai hal/ keadaan/ situasi nyata. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ditunjukkan oleh perubahanperubahan dalam bidang pengetahuan/ pemahaman, keterampilan, analisis, sintesis, evaluasi, serta nilai dan sikap. Perubahan yang dihasilkan dari belajar dapat berupa perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu dilihat sebagai tingkah laku (Soekamto dan Winataputra, 1997: 21). Adanya perubahan itu tercermin dalam prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi adalah bukti keberhasilan dari usaha yang dapat dicapai (Winkel, 1998: 102). Briggs (1979: 149) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Romiszowski membagi hasil belajar menjadi empat ranah yaitu: (1) kognitif, (2) psikomotorik, (3) reaksi emosional, dan (4) interaksi yaitu merupakan keterampilan menerima dan menyampaikan informasi (1981: 253). Gagne dan Briggs (79:49-50) membagi hasil belajar dalam lima kategori yaitu: (1)

keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap. Merril dan Twitcell (1994: 106) mengelompokkan hasil belajar ke dalam dua dimensi yaitu (1) tingkat untuk kerja, dan (2) tipe isi. Bloom (1981: 7) membagi hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Ranah kognitif terbagi menjadi enam tingkatan yaitu: (a) ingatan, (b) pemahaman, (c) penerapan, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi. Gronlund (1982: 3) menyatakan bahwa hasil belajar di ranah kognitif dibagi menjadi dua bagian besar yaitu (1) pengetahuan, dan (2) kemampuan intelektual serta keterampilan. Batasan mengenai hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas sesuai dengan hasil belajar fisika yang diharapkan pada jenjang pendidikan menengah umum yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Tetapi dalam penelitian ini, hasil belajar fisika yang hendak diteliti dan diukur dibatasi hanya pada hasil belajar di ranah kognitif. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hasil belajar fisika pada ranah kognitif yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses belajar mengajar fisika selama kurun waktu tertentu berdasarkan tujuan instruksional tertentu yang mengacu pada garis besar program pengajaran fisika SMA.

2.1.2 Kecerdasan Emosional Goleman (1995) dan Shapiro (1997) mengungkapkan bahwa secara neuroanatomis otak manusia terdiri atas milyaran sel yang memainkan peranan

berbeda-beda, ada bagian untuk berpikir konvergen dan ada pula yang berkenaan dengan emosi, yang selanjutnya dikenal sebagai konsep kecerdasan emosi atau emotional intelligence. Kecerdasan emosi adalah suatu dimensi kemampuan manusia yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk watak atau karakter, yang di dalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti kemampuan mengendalikan diri, empati, motivasi, kesabaran, ketekunan, keterampilan sosial, dan lain-lain. Salovey (1997) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari lima dimensi utama yaitu: (1) mengenali emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.

A. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri yaitu kesadaran diri untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kesadaran diri merupakan prasyarat bagi keempat wilayah utama lainnya. Hal itu dapat diartikan sebagai pintu masuk pada rumah emosi. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah siapa yang akan dinikahi sampai kepekerjaan apa yang akan diambil.

B. Mengelolah emosi Mengelola emosi adalah salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Sebagai ilustrasi adalah bagaimana sakitnya hati kita dan sulitnya meredakan kemarahan yang meluap keubun-ubun jika kita dipersalahkan atas hal yang merupakan kesalahan orang lain. Namun jika emosi dapat dikuasai tentu emosi dapat dikelola dengan baik, artinya dapat tercipta keseimbangan emosi atau pengendalian emosi yang berlebihan. C. Memotivasi diri sendiri Dimensi selanjutnya adalah memotivasi diri sendiri. Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi yang mencapai tujuan. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam diri pribadi. Selanjutnya motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan effective arousal, dan juga ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. D. Mengenali empati Mengenali empati orang lain merupakan salah satu dimensi yang penting dari emosi. Empati merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan dan keinginan orang dari kacamata orang tersebut. Di samping itu empati merupakan kemampuan yang bergantung kepada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul dasar, dan juga dapat menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan asmara. E. Membina hubungan Dimensi terakhir dari emosi adalah membina hubungan. Seni membina hubungan dengan orang lain erat kaitannya dengan keterampilan memahami

emosi orang lain. Agar terampil membina hubungan dengan orang lain, kita harus mampu mengenal dan mengelola emisi mereka. Untuk mengelola emosi orang lain kita perlu lebih dahulu mampu mengendalikan diri, mngendalikan emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan sosial, menyimpan dulu kemarahan dan bebas strea tertentu, dan mengekspresikan perasaan diri. EQ dan IQ adalah dua sumber sinergis, bila satu diantaranya tidak ada atau tidak seimbang maka seseorang akan menjadi tidak lengkap dan tidak efektif. IQ tanpa EQ bisa saja mencetak nilai pada salah satu ujian, tetapi tidak akan mambuat Anda dapat maju dalam hidup, bahkan dengan IQ tinggi tapi tidak diimbangi dengan EQ yang baik maka keunggulan IQ bisa mengarah pada hal-hal yang merugikan masyarakat. EQ mempunyai pengaruh yang besar dalam hal hubungan pribadi dengan orang lain, dia bertanggung jawab untuk penghargaan diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan adaptasi sosial. Ini berarti dengan EQ memungkinkan kita untuk memilih apa yang harus dilakukan, pekerjaan apa yang diambil, dan bagaimana menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain. EQ merupakan kemampuan yang sebagian besar diperoleh dari pengalaman, berarti EQ dapat ditingkatkan melalui usaha sungguh-sungguh dengan latihan oleh orang tua dan guru di sekolah. Dengan demikian tentu hal ini akan memberikan harapan dan optimisme baru terhadap pendidikan, karena EQ dapat dikembangkan pada anak. Hasil dari beberapa survei membuktikan bahwa siswa yang telah mendapat pendidikan EQ mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

10

1.Lebih pintar menangani emosinya dan lebih stabil emosinya. 2.Lebih dapat berkonsentrasi. 3.Lebih tegas dan bertanggung jawab. 4.Lebih dapat memahami orang lain. 5.Lebih terampil menyelesaikan konflik. 6.Lebih dapat berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula sebaliknya, kemerosotan emosi siswa tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik seperti berikut : 1. Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial : lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, dan terlampau bergantung. 2. Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih. 3. Memiliki masalah dalam hal perhatian dan berpikir, tidak mampu memusatkan perhatian dan duduk tenang, melamun, bertindak tanpa berpikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang. 4. Nakal dan agresif : bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar pada orang lain, menuntut perhatian, meruak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana hati yang sering berubah-ubah. Dalam kenyataannya keadaan manusia berada antara keduanya yaitu campuran antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan kadar

11

yang berbeda-beda. Namun demikian kecerdasan emosional manambah jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat individu lebih manusiawi. Dengan demikian yang dimaksud dengan klecerdasan emosional adalah kemampuan siswa yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang terdiri dari lima dimensi utama yaitu: (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.

3.1 METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Darul Imarah Aceh Besar yang berlokasi di lampenereut. Lamanya Penelitian ini selama.......... yang dimulai dari tanggal .................... sampai dengan.....................

3.1.2 Populasi dan Sampel Penelitian Salah satu hal yang penting dalam suatu penelitian adalah menentukan subjek yang akan diteliti, karena penelitian bertujuan mengambil kesimpulan tentang subjek tersebut secara keseluruhan. Maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 SMAN 1 Darul Imarah Aceh Besar yang berjumlah 8 kelas sebanyak 268 siswa. Metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik proporsional random sampling.

12

Menurut Sutrisno (1996:223) alasan penulis menggunakan random sampling ini adalah memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Sutrisno (1996:223) mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti tidak memilih-milih individu yang akan ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel, setelah membuat nomor yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang kemudian diambil sebanyak 136 kali dengan mengacu pada tabel morgan. Sesuai dengan pendapat Usman (2006:190) menyebutkan bahwa: Jika populasi tertentu yang sudah diketahui jumlah anggota, maka Krejcie dan Morgan telah memberikan tabelnya dengan sebutan tabel Morgan. Nomor yang keluar dipergunakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan proporsional adalah dimana tiaptiap sub populasi mendapat bagian atau kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, digunakan instrumen penelitian. Menurut Arikunto (1998:137), Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut

13

3.3.1 Observasi Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan. Ternyata ada beberapa tipologi pengamatan. Terlepas dari jenis pengamatan, dapat dikatakan bahwa pengamatan terbatas dan tergantung pada jenis dan variasi pendekatan Menurut Sukardi (2003:78), observasi merupakan salah satu instrumen lain yang dipakai dalam penelitian pendidikan yang lebih banyak menggunakan indra penglihatan. Instrumen observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi alami. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang perilaku siswa di SMAN 1 Darul Imarah Aceh Besar terutama tentang keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar dan pembelajaran fisika juga mengamati keadaan sekolah dan jumlah siswa kelas 1 SMAN 1 Darul Imarah Aceh Besar.

3.3.2

Membagikan Angket Angket yang diberikan pada siswa merupakan angket tertutup yang

berisikan pertanyaan mengacu kepada skala kecerdasan emosional menurut teori Goleman. Skala kecerdasan emosional terdiri dari aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan bekerja sama dengan orang lain.

14

Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alternatif skala yaitu sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Alternatif skala yang digunakan dalam angket penelitian disesuaikan dengan konteks pertanyaan yang ada dalam angket. Sedangkan untuk alternatif tidak punya pendapat peneliti tidak memasukkannya dalam alternatif skala pada angket, sesuai dengan yang dikatakan oleh Subiyanto (1988:204), Untuk menghindari siswa memilih netral (ini memang cenderung untuk dipilih jika sedikit saja ada keraguan), maka skala itu tidak lima melainkan hanya empat tanpa kategori netral. Jadi yang ada hanya SS, S, TS, dan STS. Ini memaksa siswa untuk mengadakan pilihan. Berarti dalam angket pada penelitian ini skor maksimal terhadap jawaban siswa adalah 4 untuk satu pertanyaan. Menurut Sudjana (2005:81), beberapa petunjuk untuk menyusun skala Likert yaitu: a) Tentukan objek yang dituju, kemudian tetapkan variabel yang akan diukur dengan skala tersebut. b) Lakukan analisis variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau dimensi variabel, lalu kembangkan indikator setiap dimensi tersebut.

15

c) Dari setiap indikator di atas, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang berkenan dengan aspek kognisi, afeksi dan konasi terhadap objek sikap. d) Susunlah pernyataan untuk masing-masing aspek tersebut dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif secara seimbang banyaknya.

3.3.3 Tes Tes digunakan untuk memperoleh data dari hasil belajar siswa atau hasil belahjar fisika. Tes yang digunakan yaitu dengan 30 option. Penyusunan tes hasil belajar fisika ini diawali dengan menyusun kisi-kisi yang memuat pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada semester genap tahun ajaran 2013. Sbelum instrument tersebut digunakan untuk penelitian terlabih dahulu instrument di uji coba untuk memperoleh validitas (empirik) setiap butir dan reliabilitas instrument.

16

3.4Teknik Pengolahan Data 3.4.1 Kisi-kisi angket penelitian No Faktor Indikator Positif Negatif 1. Mengenali Emosi Diri a.Mengenali dan memahami emosi diri sendiri b.Memahami penyebab timbulnya emosi 5,16,26 6 2. emosi b) Mengekspresikan emosi dengan tepat 6 2,12,22 7,17,27 Mengelola Emosi a) Mengendalikan 1,11,21 Nomor Item jumlah

3 b. 4 lain b.

Memotivasi diri sendiri Dorongan berprestasi

a. 3,13,23

Optimis 8,18,28 a. 6

Mengenali Emosi Orang lain

Peka terhadap perasaan orang

Mendengarkan masalah orang lain 6

4,14,24

9,19,29

5 b.

Membina Hubungan Dapat berkomunikasi.

a. 5,15,25

Dapat bekerja sama 10,20,30 6

17

T O T A L

30

3.4.1 Uji Chi Kuadrat Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional (EQ) dengan prestasi belajar fisika siswa tahun ajaran 2008/2009 digunakan statistik uji chi kuadrat. Menurut Soepeno (2002:101) Chi kuadrat adalah teknik analisis statistik untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara proporsi subjek atau objek penelitian yang datanya telah dikatagorikan. (Soepeno,2002:101) Keterangan : X2 Oif eif r k = Chi Kuadrat = Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian = Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian = Banyak baris = Banyak kolom

Formulasi hipotesis : Ho : tidak ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi

belajar fisika siswa H1 : ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar

fisika siswa

18

3.1.2

Jadwal Kegiatan MINGGU KE

No

KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8

1 2 3 4

Perencanaan Proses pembelajaran Evaluasi Pengumpulan Data

X X X x x

19

5 6 7

Analisis Data Penyusunan Hasil Pelaporan Hasil

x x x

DAFTAR PUSTAKA

Dermawati, 2004. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Pengetahuan Tujuan Pembelajaran dengan Keterampilan Pragmatik Siswa SMA Negeri di Kota Medan. Tesis. PPS UNIMED. Tidak Dipublikasikan.

De Porter, B. dan Mike Hernacki. 2005. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan; Penerjemah, Alwiyah Abdurrahman. Bandung : Kaifa.

20

Djamarah, S.B. dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Banja Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Goleman, D. 2007. Emotional Intelligence. (Cetakan ketujuh belas) dialihbahasakan oleh T. Hermaya. Jakrta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Hergenhahn, B.R dan Matthew H. Olson. 2008. Theories of Learning (Edisi ketujuh), dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Hoerr, Thomas R. 2007. Buku Kerja Multiple Intelligences. Pengalaman New City School di St. Luis, Missouri, AS dalam Menghargai Kecerdasan Anak . Penerjemah : Ary Nilandari. Bandung : Kaifa. Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.

Jeanne Segal, J.. 2000. Melejitkan Kepekaan Emosi, terjemahan Ary Nilandari. Bandung : Kaifa.

Karo-Karo, D. 2004. Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Media dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa terhadap Hasil Belajar IPA. Tesis. Program Pasca Sarjana UNIMED. Tidak Dipublikasikan.

Kaswanti Purwo, B. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yokyakarta : Kanisius. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative di Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo.

M. Farid Nasution dalam : http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=761:pen didikan-karakter-masih-terabaikan&catid=129:13-desember-2008&Itemid=115

21

You might also like