You are on page 1of 22

AKUNTANSI SYARIAH LANDASAN, KONSEP DAN EKSISTENSINYA

1. Landasan Akuntansi Syariah Islam adalah sistem nilai dan tata cara serta praktek hidup. Islam memiliki nilainilai tertentu yang mengatur dan membatasi gerak langkah manusia dalam hidupnya. Tata cara dan konsep hidup itu bukan sekadar bertujuan agar manusia tidak bebas tetapi dimaksudkan untuk kesejahteraan, kebahagiaan manusia dan makhluk secara keseluruhan baik selama di dunia maupun di akhirat. Nilai-nilai Islam yang ada di dalam Al Quran dan Al Hadist harus menjadi rujukan semua aspek kehidupan baik politik, pertahanan, sosial, hukum dan ekonomi. Oleh karenanya termasuk di dalamnya ilmu akuntansi. Hal ini dimaksudkan guna membuat rancang bangun, sistem atau paradigma ilmu yang sesuai dengan nilai dan kaidah Islam. Sebagaimana dinyatakan oleh Hadjisarosa bahwa sesuatu (ekonomi/akuntansi) menurut pengertian yang umum akan memperoleh predikat syariah setelah dikenali secara benar dan utuh, dengan catatan, benar dan utuh menurut hukum-hukum ketetapanNya (sunatullah). Dengan demikian, bangunan akuntansi syariah dapat terwujud apabila kita sebagai umat Islam mampu mengkaji Al-Quran dan menurunkannya ke dalam praktik keseharian. a. Pengertian Akuntansi dalam Bahasa Arab Kata Arab yang bermakna akuntansi adalah muhasabah ( ) berasal dari kata kerja hasaba (

) dan diucapkan juga dengan hisab ( ), hasibah ).

dan hisaba (

Kata kerja hasaba termasuk kata kerja yang

menunjukkan adanya interaksi seseorang dengan orang lain. Pengertiannya seperti dalam kalimat: Menghitung semua amalnya untuk dia balas sesuai dengan amalnya tersebut. Arti muhasabah secara bahasa adalah menimbang atau memperhitungkan amal-amal manusia yang telah diperbuatnya. Seperti pada firman Allah SWT:

Artinya: Dan Berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, Maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 1

hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (QS. athThalaaq: 8) Selanjutnya akar kata hasaba ialah hisab, yaitu menghitung dengan seksama atau teliti yang harus tercatat di surat-surat atau buku-buku, seperti firman Allah SWT:

Artinya: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka Dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. (QS. al-Insyiqaaq: 7 - 8) Jadi ilmu hisab ialah cikal bakal ilmu matematika, dan kadang dinamai juga dengan ilmu bilangan, ilmu yang membahas tentang cara menentukan plus atau minusnya suatu bilangan. Secara lughawi, muhasabah sama dengan kata hisab. Keduanya akar dari kata hasaba dan bermakna menghitung dan menimbang semua amalan manusia dan tingkah lakunya sesuai dengan apa yang tercatat dan terdaftar. Tetapi kata hisab juga mempunyai arti lain dalam bahasa, yaitu merupakan akar dari kata kerja hasaba, yang berarti mengkalkulasikan dan mendata. Menghisab sesuatu juga bisa berarti mendatanya, menyusunnya, dan mengkalkulasikannya. Jadi bisa mengatakan hasaba , hasban, hisabatan dan hisaban, seperti pada firman Allah SWT:


Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (QS. Al-Israa: 12)

b. Pengertian Muhasabah dan Hisab dalam Al Quran Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 2

Kata muhasabah tidak pernah ada dalam Al Quran dalam bentuk masdar atau akar kata muhasabah ( hasaba (

) tetapi yang ada hanyalah kata kerjanya, yaitu

) sebanyak tiga kali, yaitu seperti firman Allah:


Artinya: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 284) Yang dimaksud dengan kata yuhaasibkum ialah perhitungan di Hari Kiamat kelak tentang pekerjaan manusia di dunia, apakah itu kebaikan dan keburukan seperti firman Allah,


Artinya: Dan Berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan rasul-rasul-Nya, Maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. (QS. AthThalaaq: 8) Pada ayat lain,

Artinya: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, Maka Dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, (QS. Al-Insyiqaaq: 7-8)

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 3

Kata kerja yuhasabu (

) di sini menunjukkan atas perhitungan yang

ringan, yang sesuai dengan data-data dan catatan dari setiap kitab itu. Dari kata kerja hasaba, muhasabah, hisaba di atas berarti perhitungan dan pembalasan, baik di dunia maupun di akhirat, sesuai dengan data-data dan catatan dalam buku amalan. Sedangkan kata hisab terdapat dalam Al Quran sebanyak 39 kali dan tidak satu kata pun muncul dalam bentuk kata kerja, yaitu hasaba. Kata hisab muncul dalam Al Quran dalam beberapa bentuk sebagai berikut: 1. Hisab dengan arti perhitungan dan pendataan, seperti pada firman Allah:


Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. Yunus: 5) Selanjutnya di ayat lain,


Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (QS. al-Israa: 12) Yang dimaksud dengan kata al-hisab dalam ayat ini dalah perhitungan dan pendataan waktu.

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 4

2. Hisab dengan arti perhitungan dan pembalasan di Hari Kiamat tatkala Allah menanyai setiap individu tentang perbuatannya, tingkah lakunya, atau perhitungan pemimpin terhadap umatnya, seperti pada firman Allah surah al-Insiqaaq: 7-8 dan surah an-Nuur: 39


Artinya: Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. c. Pengertian Muhasabah dan Hisab dalam Sunah Nabawiyyah Dalam hadist-hadist Nabi banyak dijumpai kata-kata haasaba maupun hasaba seperti pada hadist berikut ini:


Yang pertama dihisab di Hari Kiamat nanti ialah shalat. Jika shalat itu dikerjakan dengan benar, benarlah semua perbuatannya. Tetapi jika shalat itu rusak, rusaklah semua perbuatannya. (HR. Thabrani) Arti lafal yuhasabu dalam hadist ini ialah musaalah (perhitungan dan pembalasan), untuk menegaskan makna ini, Rasulullah bersabda, Tidaklah akan bergerak kaki seseorang di Hari Kiamat sehingga ia ditanya empat persoalan: untuk apa ia menghabiskan umurnya, bagaimana ia memanfaatkan masa mudanya, bagaimana ia mendapatkan hartanya serta ke mana ia menafkahkannya, dan apa yang ia perbuat dengan ilmunya. (HR. Tirmidzi) Pada hadist lain,

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 5

Bahwa Ibnu al-Lutaibah ditugaskan oleh Rasulullah SAW untuk mengurusi zakat Bani Tamim, Setelah ia datang kepada Rasulullah dan menghitungnya, lalu ia berkata, Ini adalah milik Kalian dan ini hadiah yang diberikan kepada saya. (HR. Bukhari) Dari hadist-hadist di atas dapat disimpulkan bahwa kata muhasabah mempunyai dua pengertian, yaitu: a. Perhitungan dan pembalasan b. Catatan, data dan hitungan d. Pengertian Muhasabah dan Hisab di Kalangan Ahli Fiqih Ahli fiqih menganggap bahwa istilah muhasabah sama artinya dengan catatan keuangan. Al-Qalqasyandi mengatakan dalam bukunya, Shubhu al-Asya, bahwa lafal kitabah dalam bahasa Arab terbagi pada dua bagian utama, yaitu: kitabatul insya (menulis karangan) ialah menyusun kalimat-kalimat dan urutan-urutan makna dan kitabatul amwal (menulis/mencatat keuangan) artinya penulisan pemasukan uang dan pengeluaran serta semua proses lain yang semakna dengan ini, seperti catatan baitulmal dari kas negara terhadap jenis-jenis uang yang harus diambil dan yang harus didistribusikan, misalnya upah dan ongkos-ongkos. Dari suatu riwayat yang datang dari Umar Ibnul-Khaththab RA, Hitunglah dirimu sebelum kamu sendiri yang dihitung dan timbanglah amal perbuatanmu sebelum amal itu ditimbang atas dirimu, dan bersiaplah untuk menghadapi hari di mana semua amal perbuatan dibeberkan. Muhammad l-Ghazali, Ihya Ulumuddin, juz 15, hlm, 2734) Hasan al-Bashri pun berkata: Seorang mukmin adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, yang mana dirinya itu akan dihisab oleh Allah, Hisab akan menjadi ringan hanya bagi kaum yang menghisab diri mereka di dunia. Hisab itu akan menjadi berat hanya bagi kaum yang menanggapi hal hisab itu tanpa perhitungan. Ulumuddin, juz 15, hlm, 2758) Juga seperti riwayat dari Imam al-Ghazali dalam bukunya, Ihya Ulumuddin, bagian kitab muraqabah dan muhasabah, Segala puji bagi Allah yang muhasib (menghitung) kebaikan dan keburukan, sedikit dan banyaknya amal perbuatan..Allah menghisab mereka agar mereka tahu apa yang mereka bawa dan apa yang mereka kerjakan serta apa yang mereka lalaikan. Juga, agar mereka tahu, kalaulah tidak ada pengawasan dan penghitungan di dunia, mereka akan binasa. Jadi siapa yang telah menghisab dirinya sendiri sebelum dia sendiri Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 6 (Imam Abu Hamid Muhammad l-Ghazali, Ihya (Imam Abu Hamid

dihisab, ringanlah hisabnya di Hari Kiamat. Siapa yang tidak pernah menghisab dirinya di dunia, merugilah ia selamanya dan lamalah ia menanti kesaksiannya di akhirat nanti. Dari perkataan-perkataan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud muhasabah adalah introspeksi individual, penghitungan berikut balasannya. Seperti halnya dalam tujuan terpenting akuntansi adalah evaluasi modal pokok, merinci serta mengukur laba dan rugi. 2. Konsep Akuntansi Syariah Akuntansi sebenarnya merupakan domain muamalah dalam kajian Islam. Artinya diserahkan kepada kemampuan akal pikiran manusia untuk mengembangkannya. Namun, karena pentingnya permasalahan ini maka Allah SWT bahkan memberikannya tempat dalam kitab suci Al Quran, Al Baqarah ayat 282. Penempatan ayat ini juga unik dan relevan dengan sifat akuntansi. Ia ditempatkan dalam Surat Sapi Betina sebagai lambang komoditi ekonomi.


Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 7

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 282) Prof. Dr. Hamka dalam tafsir Al Azhar juz 3 tentang Surat Al Baqarah ayat 282 ini mengemukakan beberapa hal yang relevan dengan akuntansi sebagai berikut: Perhatikanlah tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah supaya utang piutang ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksanakan. Sebab itu tidaklah layak karena berbuat baik hati kepada kepada kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama-sama di tangan Allah. Si Anu mati dalam berutang, tempat berutang menagih pada warisnya yang tinggal. Si waris bisa mengingkari utang itu karena tidak ada surat perjanjian. Beliau mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya memelihara tulisan. Dan perintah inilah yang selalu diabaikan umat Islam sekarang ini. Bahkan yang lebih parah sudah sampai pada suatu situasi seolah-olah menulis transaksi seperti ini menunjukkan kekurangpercayaan satu sama lain pada hal ini merupakan perintah Allah SWT kepada umatnya yang harus dipatuhi. Mengomentari tentang transaksi Buya Hamka menulis sebagai berikut: Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 8

di zaman kemajuan sebagai sekarang, orang berniaga sudah lebih teratur, sehingga membeli kontanpun dituliskan juga, sehingga pembeli dapat mencatat berapa uangnya keluar pada hari itu dan si penjual pada menghitung penjualan berapa barang yang laku dapat pula menjumlahkan dengan sempurna. Tetapi yang semacam itu terpuji pula pada syara. Kalau dikatakan tidak mengapa (dalam Al Quran) tandanya ditulis lebih baik. Pendapat Buya Hamka ini menunjukkan bahwa sebenarnya syara pun menganjurkan pencatatan baik yang tunai maupun yang masih accrual sebagaimana yang sekarang diterapkan dalam akuntansi. Sementara M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah mengemukakan bahwa: ayat ini menasihati setiap orang yang melakukan transaksi hutang-piutang dengan dua nasihat pokok. Pertama, dikandung oleh pernyataan untuk waktu yang ditentukan ini bukan saja mengisyaratkan bahwa ketika berhutang masa pelunasannya harus ditentukan, bukan dengan berkata,kalau saya ada uang atau Kalau si A datang karena ucapan semacam ini tidak pasti. Bahkan ayat ini bukan hanya mengandung syarat tersebut, tetapi juga mengesankan bahwa ketika berhutang seharusnya sudah harus tergambar dalam benak pengutang, bagaimana serta dari sumber mana pembayarannya. Sedangkan nasihat kedua adalah perintah menulis yang mencakup perintah kepada kedua orang yang bertransaksi, dalam arti salah seorang menulis dan apa yang ditulisnya diserahkan kepada mitranya jika mitra pandai tulis baca, dan bila tidak pandai, atau keduanya tidak pandai, maka mereka hendaknya mencari orang ketiga. Selanjutnya Allah menegaskan: Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan adil, yakni dengan benar, tidak menyalahi ketentuan Allah dan perundangan yang berlaku dalam masyarakat. Tidak juga merugikan salah satu pihak yang bermuamalah, sebagaimana dipahami dari kata adil dan di antara kamu. Ayat ini mendahulukan penyebutan adil daripada penyebutan pengetahuan yang dianjarkan Allah. Ini karena keadilan, di samping menuntut adanya pengetahuan bagi yang akan berlaku adil, juga karena seorang yang adil tapi tidak mengetahui, keadilannya akan mendorong dia untuk belajar. Berbeda dengan yang mengetahui tetapi tidak adil. Ketika itu pengetahuannya akan dia gunakan untuk menutupi ketidakadilannya. Ia akan mencari celah hukum untuk membenarkan penyelewengan dan menghindari saksi. Ayat ini ditempatkan setelah uraian tentang anjuran bersedekah dan berinfaq (ayat 271 274), kemudian disusul dengan larangan melakukan transaksi riba (275 279), serta anjuran memberi tangguh kepada yang tidak mampu membayar hutangnya sampai mereka mampu atau bahkan menyedekahkan sebagian atau semua hutang itu Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 9

(ayat 280). Anjuran bersedekah dan melakukan infaq di jalan Allah, merupakan pengejawantahan rasa kasih sayang yang murni; selanjutnya larangan riba merupakan pengejawantahan kekejaman dan kekerasan hati, maka dengan perintah menulis hutang piutang yang mengakibatkan terpeliharanya harta, tercermin keadilan yang didambakan Al-Quran, sehingga lahir jalan tengah antara rahmat murni yang diperankan oleh sedekah dengan kekejaman yang diperagakan oleh pelaku riba. Dari ayat ini dapat kita catat bahwa dalam Islam sejak munculnya peradaban Islam sejak Nabi Muhammad SAW telah ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanannya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara dua pihak yang mempunyai hubungan muamalah tadi. Dalam istilah akuntansi dikenal konsep accountability. Dengan perkataan lain dapat kita sebutkan bahwa Islam mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan dan kebenaran. Sedangkan pencatatan untuk tujuan lain seperti data untuk pengambilan keputusan tidak diharuskan. Mungkin ketidakwajiban ini disebabkan hal ini sudah dianggap merupakan urusan yang sifatnya tidak perlu diatur dalam Al Quran. Dan mengenai hal ini Rasulullah mengatakan: Kamu lebih tahu urusan duniamu. Urusan dunia yang diserahkan sepenuhnya kepada manusia merupakan bukti kebebasan berfikir sekaligus membuktikan kedinamisan Islam dan menjaga agar Al Quran tetap up to date dan tidak pernah ketinggalan karena perubahan dan kemajuan cara befikir manusia. Akuntansi juga merupakan upaya untuk menjaga terciptanya keadilan dalam masyarakat karena akuntansi memelihara catatan sebagai accountability dan menjamin akurasinya. Pentingnya keadilan ini dapat dilihat dari ayat Al Quran surat Al Hadiid 25 sebagai berikut:


Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 10

menolong

(agama)Nya

dan

rasul-rasul-Nya

Padahal

Allah

tidak

dilihatnya.

Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dalam Al Quran Surat Asy-syuara 181-183 berbunyi sebagai berikut:


Artinya: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Penggunaan sistem akuntansi jelas merupakan manifestasi dari pelaksanaan perintah ini. Karena sistem akuntansi dapat menjaga agar aset yang dikelola terjaga akuntabilitasnya sehingga tidak ada yang dirugikan, lurus, adil dan kepada yang berhak akan diberikan sesuai haknya. Upaya untuk mencapai keadilan baik dalam pelaksanaan transaksi utang piutang maupun dalam hubungan kerjasama antara berbagai pihak seperti dalam persekutuan, musyarakah, mudharabah, memerlukan sarana pencatatan yang tidak merugikan satu sama lain sebagaimana spirit ayat di atas. Dari ushul fiqih disebutkan untuk mencapai sesuatu yang diwajibkan maka sarana untuk mencapainya pun menjadi wajib. Mala yutimmul wajibu ila bihi fahua wajibun. Jika untuk melaksanakan sesuatu yang hukumnya wajib harus dengan dia, maka dia itupun menjadi wajib. Oleh karena itu maka dapat disebutkan bahwa memelihara pencatatan baik sebagai informasi, untuk penyaksian, untuk pertanggungjawaban, untuk pemeliharaan hak, untuk keadilan maka hukumnya termasuk wajib. Antara Islam dan hakikat akuntansi itu mempunyai persamaan yang searah dan inilah sebagai bukti bahwa apa yang ingin dicapai oleh fungsi akuntansi ternyata diperlukan untuk menegakkan syiar Islam dan malah bisa dinyatakan wajib karena merupakan perintah dan memberikan andil yang besar dalam penegakkan keadilan, kejujuran, dan membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemikiran Teori dan Konsep Akuntansi Islam Gambling dan Karim (Harahap, 1992) menarik hipotesis karena Islam memiliki syariah yang dipatuhi semua umatnya maka wajarlah bahwa masyarakatnya memiliki

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 11

lembaga keuangan dan akuntansinya yang disahkan melalui pembuktian sendiri sesuai landasan agama. Toshikabu Hayashi (1989) dalam tesisnya yang berjudul: On Islamic Accounting membahas dan mengakui keberadaan Akuntansi Islam. Beliau mengisahkan Akuntansi Barat yang dinilainya memiliki sifat yang dibuatnya sendiri dengan berpedoman pada filsafat kapitalisme. Sifat-sifat Akuntansi Barat ini menurut dia kehilangan arah bila dihubungkan dengan aspek etika dan sosial dan bebas nilai. Sedangkan trendnya harus bernuansa sosial sebagaimana yang dimiliki Akuntansi Islam. Dalam akuntansi Islam dia katakan bahwa ada meta rule yang berada di luar konsep akuntansi yang harus dipatuhinya yaitu hukum syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan ciptaan manusia. Menurut beliau akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial. Konsep akuntansi sudah ada dalam sejarah Islam yang sangat berbeda dengan konsep konvensional sekarang. Dia menunjukkan istilah muhtasib sebagai seseorang yang diberikan kekuasaan besar dalam masyarakat untuk memastikan setiap tindakan ekonomi berjalan sesuai syariah. Ia menerjemahkan akuntansi sebagai muhasabah. Bahkan beliau menjelaskan bahwa dalam konsep Islam ada pertanggungjawaban di akhirat, di mana setiap orang akan mempertanggungjawabkan tindakannya di hadapan Tuhan. Dan Tuhan memiliki akuntan (Rakib dan Atid) yang yang mencatat semua tindakan manusia bukan saja bidang ekonomi tetapi sosial dalam pelaksanaan hukum syariah lainnya. Muhammad Akram Khan (Harahap, 1992) merumuskan sifat akuntansi Islam sebagai berikut: 1. Penentuan Laba Rugi yang Tepat Walaupun penentuan laba rugi agak bersifat subjektif dan bergantung nilai, kehatihatian harus dilaksanakan agar tercapai hasil yang bijaksana (atau dalam Islam sesuai dengan syariah) dan konsisten sehingga dapat menjamin bahwa kepentingan semua pihak pemakai laporan dilindungi. 2. Mempromosikan dan Menilai Efisiensi Kepemimpinan Sistem akuntansi harus mampu memberikan standar berdasarkan hukum sejarah untuk menjamin bahwa manajemen mengikuti kebijaksanaan-kebijaksanaan yang baik. 3. Ketaatan kepada Hukum Syariah Setiap aktivitas yang dilakukan oleh unit ekonomi harus dinilai halal haramnya. Faktor ekonomi tidak harus menjadi alasan tunggal untuk menentukan berlanjut tidaknya suatu organisasi. Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 12

4. Keterikatan pada Keadilan Karena tujuan utama dari syariah adalah penerapan keadilan dalam masyarakat seluruhnya, informasi akuntan harus mampu melaporkan (selanjutnya mencegah) setiap kegiatan atau keputusan yang dibuat untuk menambah ketidakadilan dalam masyarakat. 5. Melaporkan dengan Baik Peranan perusahaan dianggap dari pandangan luas pada dasarnya bertanggung jawab kepada masyarakat secara keseluruhan). Nilai sosial ekonomi Islam harus diikuti dan dianjurkan. Informasi akuntansi harus berada dalam posisi yang terbaik untuk melaporkan hal ini. 6. Perubahan dalam Praktek Akuntansi Peranan akuntansi yang demikian luas dalam kerangka Islam memerlukan perubahan yang sesuai dan cepat dalam praktek akuntansi sekarang. Akuntansi harus mampu bekerjasama untuk menyusun saran-saran yang tepat untuk mengikuti perubahan ini.

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 13

Teori Akuntansi Islam Untuk menyusun kerangka teori akuntansi Islam masih sangat sulit apalagi dalam kesempatan, keahlian dan tenaga yang terbatas. Sedangkan kerangka teori akuntansi kapitalis saja memerlukan waktu berpuluh-puluh tahun sehingga sampai pada kerangka konseptual akuntansi dan itu dilakukan tidak kurang dari 5 studi dan beberapa kali perbaikan (Harahap, 1994: 16) Jika ingin mendapatkan konsep akuntansi Islam maka sesuai dengan model kolonial sebagaimana dikemukakan oleh Gambling dan Karim maka mestinya konsep akuntansi Islam lahir dari:

MASYARAKAT ISLAM

EKONOMI ISLAM

TEORI AKUNTANSI ISLAM

PRAKTEK AKUNTANSI ISLAM

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 14

Dari sisi lain akuntansi Islam dapat digambarkan sebagai berikut:

LEMBAGA PERUSAHAAN INDIVIDU

MELAKUKAN KEGIATAN MUMALAH HARUS SESUAI SYARIAH

KEGIATAN DICATAT (ACCOUNTING)

INPUT TRANSAKSI

PROSES PEMBUKUAN

OUTPUT LAPORAN

PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI + PENEKANAN PADA KEADILAN KEBENARAN PENEGAKAN SYARIAT ALLAH

Dalam kenyataannya sekarang ini dimana masyarakat menganut sistem ekonomi campuran, maka akuntansinya pun adalah campuran, sebagaimana dalam gambar sebagai berikut:

MASYARAKAT CAMPURAN

EKONOMI CAMPURAN

TEORI AKUNTANSI CAMPURAN

PRAKTEK AKUNTANSI CAMPURAN

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 15

Dalam suasana seperti ini maka upaya yang harus dilakukan adalah bagaiman sistem campuran itu dijernihkan. Dihilangkan yang tidak sesuai dengan konsep Islam dan ditambah dengan konsep yang diwajibkan Islam. Dalam konsep kapitalis banyak yang dapat dipakai dalam konsep Islam dan ada yang memang tidak sesuai dengan syariat Islam.

ALLAH AL QURAN DAN HADIST INFORMASI DAN TANGGUNG JAWAB

POSTULAT

KONSEP

PRINSIP DASAR

PRINSIP AKUNTANSI (TEKNIK)

Nilai pertanggung jawaban, keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam sistem akuntansi syariah. Ketiga nilai tersebut tentu saja sudah menjadi prinsip dasar yang operasional dalam prinsip akuntansi syariah. Berikut uraian yang ketiga prinsip yang tedapat dalam surat Al-Baqarah:282. Prinsip pertanggung jawaban, Prinsip pertanggungjawaban (accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan sang khalik mulai dari alam kandungan.. manusia dibebani olehAllah untuk menjalankan fungsi kehalifahan di muka bumi. Inti kekhalifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 16

individu yang terlibat dala praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait. Prinsip keadilan, jika ditafsirkan lebih lanjut, surat Al-Baqarah;282 mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Prinsip keadilan ini tidak saja merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis, tetapi juga merupakan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapsitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya. Dalam konteks akuntansi, menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah, secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahan harus dicatat dengan benar. Misalnya, bila nilai transaksi adalah sebesar Rp 100 juta, maka akuntansi (perusahan) harus mencatat dengan jumlah yang sama. Dengan kata lain tidak ada window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan. Prinsip kebenaran, prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita kan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandaskan pada niali kebenaran, kebenaran ini kan dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur, dan melaporkan tansaksi-transaksi dalam ekonomi. Dengan demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat diterangkan. Akuntan muslim harus meyakini bahwa Islam sebagai way of life (Q.S. 3 : 85). Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, adil, dan dapat dipercaya (Q.S. AnNisa : 135). Akuntan bertanggung jawab melaporkan semua transaksi yang terjadi (muamalah) dengan benar, jujur serta teliti, sesuai dengan syariah Islam (Q.S. Al-Baqarah : 7 8). Dalam penilaian kekayaan (aset), dapat digunakan harga pasar atau harga pokok. Keakuratan penilaiannya harus dipersaksikan pihak yang kompeten dan independen (Al-Baqarah : 282). Standar akuntansi yang diterima umum dapat dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan syariah Islam. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah, harus dihindari, sebab setiap aktivitas usaha harus dinilai halal-haramnya. Faktor ekonomi bukan alasan tunggal untuk menentukan berlangsungnya kegiatan usaha. Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 17

Konsep akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki sifat dan karakteristik khusus yang berbeda. Sebab, dasar-dasar akuntansi Islam ialah Syariat Islam yang diimplementasikan di kalangan masyarakat muslim, yang prosesnya ditangani oleh para akuntan yang mengkombinasikan kemampuan dan kecakapan dengan kejujuran bekerja. Adapun sifat-sifat spesifik akuntansi Islam adalah sebagai berikut: 1. Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al Quran, Sunnah Nabawiyyah serta fiqih para ulama. Oleh karena itu kaidah-kaidah ini memiliki keistimewaan yaitu permanen dan objektif. Tidak akan berubah karena dasar akidah ini berasal dari Allah dan sesuai untuk segala waktu dan kondisi, sesuai dengan firman Allah,


Artinya: Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu nyatakan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (QS. alMulk: 14) Berdasarkan ayat ini, tidak boleh bagi seorang akuntan pun untuk mengabaikan atau berpaling dari kaidah-kaidah akuntansi yang bersumber dari Al-Quran dan AsSunnah serta ijma ulama. 2. Akuntansi Islam dilandasi oleh akidah yang kuat. Wajiblah bagi setiap akuntan yang menjalankan berbagai proses akuntansi untuk percaya bahwa harta yang ia hitung itu ialah harta Allah, dan Allah telah menyuruhnya untuk mencatat perputaran harta itu, karena Allah juga akan menghisabnya pada Hari Kiamat terhadap sejauh mana ia melaksanakan pekerjaan ini dengan baik. Ia pun harus percaya bahwa Allah selalu mengawasi perbuatannya dan mengetahui segala informasi yang diberikannya kepada pihak yang berkepentingan. Ini termasuk tanggungjawab dari segi akidah di hadapan Allah. Oleh karena itu seorang akuntan harus menguasai hukum-hukum syariat Islam sehingga ia mampu menyebarluaskan dan meneliti dengan cermat akuntansi Islam. Dan ia juga harus konsisten dengan kaidah-kaidah itu, baik dalam ucapan maupun perbuatan.

3. Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya seorang akuntan yang melaksanakan proses akuntansi harus mempunyai sifat amanah, jujur, netral, Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya Page 18

adil dan profesional supaya setiap kliennya merasa tenang terhadap harta dan terhadap orang yang berinteraksi dengannya. 4. Akuntansi Islam berkaitan dengan proses-proses keuangan yang sah. Seorang akuntan harus menyiapkan laporan-laporan dan mendiskusikan akibat-akibat dari proses keuangan untuk menghindari kesalahan yang serupa di masa mendatang. 5. Akuntansi Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku sebagai unsur yang juga berperan dalam kesatuan ekonomi. Ketika merumuskan undang-undang akuntansi dan penentuan petunjuk-petunjuk evaluasi kerja juga diperhatikan motivasi-motivasi yang manusiawi, baik materiil maupun moril.

Jenis Laporan dalam Akuntansi Syariah Menurut Baydoun dan Willet (2000), bentuk laporan keuangan perusahaan yang lebih cocok dengan akuntansi islam adalah value added reporting bukan laporan laba rugi konvensional. Menurut beliau laporan value added reporting cenderung kepada prinsip-prinsip pertanggung jawaban sosial. Dalam value added reporting informasi yang disajikan meliputi laba bersih yang diperoleh perusahaan sebagai nilai tambah yang kemudian didistribusikan secara adil kepada kelompok yang terlibat dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah Menurut Harahap (2001) berbicara mengenai tangung jawab sosial, islam telah mengaturnya, tidak hanya tanggung jawab sosial, tapi hanya kepada tuhan. Oleh karena itu untuk memfasilitasi pertanggung jawaban tersebut maka beberapa kemungkinan bentuk dan jenis laporan keuangan akuntansi islam adalah sebagai berikut: Neraca dimana juga dimuat informasi tentang karyawan, dan akuntansi SDM Laporan nilai tambah sebagai pengganti laporan laba rugi. Laporan arus kas Socio Economic atau laporan pertanggng jawaban sosial catatan penyelesaian laporan keuangan yang bisa berisi laporan :

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 19

a. Mengungkapkan lebih luas tentang laporan keuangan yang disajikan b. Laporan tentang berbagai nilai dan kegiatan yang tidak sesuai dengan syarat islam. Misalnya dengan juga menyajikan pernyataan dari Dewan Pengawas Syariah c. Menyajikan Informasi tentang efisiensi, good governance dan laporan produktifitas. Eksistensi Lembaga Keuangan dan Akuntansi Syariah Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh kalangan perbankan syariah saat ini adalah standarisasi sistem akuntansi dan audit, yang bertujuan untuk menciptakan transparansi keuangan sekaligus memperbaiki kualitas pelayanan keuangan kepada masyarakat. Kita mengetahui bahwa diantara kunci kesuksesan suatu bank syariah sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan publik terhadap kekuatan finansial bank yang bersangkutan, dan kepercayaan terhadap kesesuaian operasional bank dengan sistem syariah Islam. Kepercayaan ini terutama kepercayaan yang diberikan oleh para depositor dan investor, dimana keduanya termasuk stakeholder utama sistem perbankan di dunia ini. Salah satu sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat kualitas informasi yang diberikan kepada publik, dimana bank syariah harus mampu meyakinkan publik bahwa ia memiliki kemampuan dan kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujuan finansial maupun tujuan-tujuan yang sesuai dengan syariat Islam. Karena itu, membangun sebuah sistem akuntansi dan audit yang bersifat standar merupakan sebuah keniscayaan dan telah menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Tanpa itu, mustahil bank syariah dapat meningkatkan daya saingnya dengan kalangan perbankan konvensional. Bahkan jika kita melihat pada Al-Quran, maka kebutuhan pencatatan transaksi dalam sebuah sistem akuntansi yang tertata merupakan suatu hal yang sangat penting. Kalau kita cermati surah Al-Baqarah ayat 282, Allah memerintahkan untuk melakukan penulisan secara benar atas segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan muamalah. Dari hasil penulisan tersebut dapat digunakan sebgai informasi untuk menentukan apa yang diperbuat oleh seeorang. jikalau kita kaitkan ayat tersebut dengan konteks perbankan kontemporer, maka memiliki sistem akuntansi yang sistematis, transparan, dan bertanggungjawab, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam.

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 20

Namun yang perlu kita perhatikan, terutama pada tataran operasional, sistem akuntansi pada perbankan syariah memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan sistem akuntansi perbankan konvensional, meski pada aspek-aspek tertentu, keduanya memiliki persamaan-persamaan. Diantara perbedaan yang sangat prinsipil adalah larangan riba / bunga dalam praktek perbankan syariah dan differensiasi produk perbankan syariah yang lebih variatif dan beragam bila dibandingkan dengan sistem perbankan konvensional. Sehingga konsep dan struktur dasar investasi dan keuangan pada sistem perbankan syariah haruslah menjadi konsideran utama didalam membangun sistem akuntansi yang kredibel.Dengan demikian, lahirnya sistem ekonomi islam secara langsung akan mempengaruhi bentuk sistem akuntansi yang akan diterapkan dalam suatu masyarakat.

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 21

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Akhyar, Akuntansi Syariah: Arah, Prospek dan Tantangannya, UII Press, Yogyakarta, 2005. Harahap, Sofyan Syafri, Akuntansi Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2004. Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, Salemba Empat, Jakarta, 2005. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Lentera Hati, Jakarta, 2002. Syahatah, Husein, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, Akbar Media Eka Sarana, Jakarta, 2001 Triyuwono, Iwan, Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi dan Teori, Rajawali Pers, Jakarta, 2006.

Akuntansi Syariah: Landasan, Konsep dan Eksistensinya

Page 22

You might also like