You are on page 1of 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Asam salisilat merupakan turunan dari senyawa aldehid.

Senyawa ini juga biasa disebut o-hidroksibensaldehid, o-formilfenol atau 2-formilfenol. Senyawa ini stabil, mudah terbakar dan tidak cocok dengan basa kuat, pereduksi kuat, asam kuat, dan pengoksidasi kuat. Umumnya, sebagai asam beta-hidroksi (dan tidak seperti asam alpha-hydroxy) asam salisilat mampu menembus dan melonggarkan ikatan lemak dan lipid, sehingga mampu menyebabkan luka bakar kimia moderat untuk kulit jika pada konsentrasi yang sangat tinggi. Bila tertelan, asam salisilat memiliki efek ototoxic dengan menghambat. Temuan ini didasarkan pada studi klinis dengan tikus. Suntikan asam salisilat menyebabkan gangguan pendengaran pada pada tikus, sementara injeksi terus-menerus menyebabkan hilangnya kemampuan

pendengaran tikus. Overdosis asam salisilat dapat menyebabkan intoksikasi salisilat, yang sering digambarkan secara klinis sebagai keadaan asidosis metabolik dengan tanda munculnya alkalosis pernapasan. Salah satu metode untuk menentukan kadar asam salisilat pada sampel adalah dengan titrasi asam basa. Titrasi asam-basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi asam-basa dengan menggunakan indikator asam atau basa. 1.2.Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum 1.2.1.1.Mahasiswa mampu melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam sampel serbuk dengan titrasi asam basa, 1.2.2. Tujuan Khusus 1.2.2.1. Mampu melakukan pembakuan larutan asam dan basa. 1.2.2.2.Mampu melakukan titrasi asam basa (titrasi balik dan titrasi langsung). 1.2.2.3.Mampu melakukan penetapan kadar asam salisilat dalam sampel serbuk.

You might also like