You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

TRANSPOR MATERI DAN ENERGI PADA ORGANISME

NAMA NIM ASISTEN

: : :

PAMONA DWIRAHAYU J1A112011 1 ( SATU ) FARAH RIZKIA AWALIA

KELOMPOK :

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA BANJARBARU 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bekakang Metabolisme pada organisme multi seluler meliputi banyak hal, diantaranya tranfor materi dan energi. Sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan massa organisme tersebut. Pada tanaman dan hewan yang masih sederhana atau belum memiliki struktur organisme yang rumit, transfor materi (nutrien dan zat hara) dan hasil metabolisme cukup dari sel ke sel. Transportasi tersebut dapat berlangsung secara aktif maupun pasif. Transport pasif berlangsung antara lain secara osmosis (Kimball, 1992). Metabolisme secara umum didefinisikan sebagai proses pembentukan atau sintesa dan penguraian zat zat dan karena terjadi di dalam sel maka disebut metabolisme sel. Metabolisme sel pada organisme multiselular meliputi banyak hal diantaranya transpor materi dan energi. Sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan massa organisme tersebut. Pada tumbuhan maupun hewan yang masih sederhana atau belum memiliki struktur organisasi yang rumit, transpor materi dan metabolisme cukup dilakukan dari sel ke sel (Salisbury, 1995). Pada tumbuhan protoplasma sel mempunyai plasma dan pada hewan berupa selaput sel yang mampu mengatur sel secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel atau sebaliknya. Terdapat dua proses fisiokimia yang penting, yaitu difusi dan osmosis, dengan adanya proses osmosis suatu selaput dinyatakan permeabel, semipermiabel, atau impermiabel. Sistem transportasi pada tumbuhan melibatkan proses difusi, osmosis, dan transpor aktif (Dwidjoseputro, 1986). Tumbuhan mengambil bahan makanan berupa air dan garam mineral yang terlarut di dalamnya serta O2 dan CO2 dari lingkungannya. Pengambilan dan pengangkutan bahan makanan terjadi melalui proses difusi, osmosis, dan transpor aktif. Zat-zat yang berupa air dan bahan kimia masuk melalui akar, sedangkan gas O2 dan CO2 masuk melalui daun. Zat yang diperlukan dan sisa-sasa metabolisme

perlu ditransportasikan. Sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan massa organisme tersebut. Transportasi yang terjadi di dalam tubuh hewan maupun tumbuhan berlangsung secara aktif maupun pasif (Dwidjoseputro, 1986). Pada makhluk bersel banyak, transportasi jarak jauh di dalam tubuhnya dan transportasi jarak dekat melalui selaput plasmanya merupakan masalah yang kompleks. Selaput membran merupakan hal yang penting dalam transportasi keleluasaan. Berikut manfaat dari keluasan tersebut : Menjaga kestabilan pH yang cocok Menjaga konsentrasi zat dalam sel untuk kegiatan enzim Memperoleh pasokan zat makanan bahan energi dan bahan mentah lain Membuang sisa metabolisme yang bersifat racun

(Syamsuri, 2000). 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui proses difusi dan osmosis pada organisme hidup serta memahami penyebabnya, mengetahui proses terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis pada sel-sel tumbuhan serta memahami penyebabnya, dan mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya krenasi dan hemolisis sel darah merah manusia serta penyebabnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dilihat dari kemampuannya mengembang, benda-benda yang dapat mengadakan imbibisi di bedakan menjadi dua yaitu : o Mengembang terbatas, artinya setelah mencapai volume tertentu benda tersebut tidak akan mengembang lagi dan bagian penyusun benda itu tetap mempunyai ikatan satu sama lainnya. Hal ini dapat terjadi pada dinding sel yang jika bersentuhan dengan air akan mengadakan imbibisi mengembang secara terbatas o Mengembang tak terbatas, artinya bagian yang menyusun benda terlepas atau larut sehingga merupakan suatu koloid atau sol (Dwidjoseputro, 1986). Osmosis adalah perpindahan molekol air dari larutan yang berkonsentrasi air rendah ke larutan yang berkosentrasi air tinggi melalui selaput semipermiabel atau selektif permiabel. Pada osmosis perpindahan larutan berlangsung melalui selaput semi permeabel, yaitu selaput yang memisahkan dua larutan, yang hanya dapat dilalui oleh air dan zat- zat tertentu yang terlarut didalamnya. Beberapa jenis molekul dapat bergerak dengan mudah menembus membran semipermeabel, misalnya, air, oksigen, karbondioksida, nitrogen, molekul polar kecil seperti gliserol, dan substitusi non polar (Hidrofob) (Syamsuri, 2000). Proses osmosis ini juga merupakan proses difusi, karena osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu permeabel secara diferensial. Makin besar perbedaan air konsentrasi air pada kedua sisi dinding selaput, maka makin besar kecendrungan terjadinya osmosis, dan dengan demikian makin besar tekanan osmosis. Jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi, maka proses osmosis akan terhenti (Salisbury, 1995). Proses osmosis ini terbagi menjadi dua sistem yaitu sistem osmosis terbuka dan sistem osmosis tertutup (sistem osmosis yang tidak memiliki tabung tempat menampung air pendatang). Perbedaan antara osmosis terbuka dengan sistem osmosis tertutup ini adalah pada sistem osmosisi terbuka, tekanan digunakan

dalam pembentukan tekanan hidrostatik larutan, sedangkan pada sistem tertutup tekanan digunakan untuk pengembangan tekanan dinding ke dalam. Sistem ini sangat sejajar dengan yang ada pada sel tumbuhan hidup (Kimball, 1992). Difusi adalah perpindahan zat (padat, cair, gas) dari larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) ke larutan yang berkonsentrasi rendah (Hipotonik) baik melalui selaput maupun tidak melalui selaput pemisah. Difusi dapat terjadi karena gerakan acak yang kontinu yang manjadi ciri khas semua molekul yang tidak terikat dalam suatu zat padat. Kecepatan difusi zat melalui membran sel tidak hanya tergantung pada gradien konsentrasi (perbedaan konsentrasi antar ruang) , tetapi juga pada besar, muatan dan daya larut dalam lipid dari partikel- partikel tersebut. Pada umumnya zat- zat yang lipid, yaitu molekul hidrofobik, lebih mudah berdifusi melalui membran daripada molekul hidrofilik (Kimball, 1992). Proses difusi ini terbagi menjadi dua yaitu proses difusi sederhana dan proses difusi terfasilitas : o o Difusi sederhana adalah penyebaran zat semata- mata disebabkan Difusi terbantu atau difusi terfasilitas adalah penyebaran zat- zat oleh perbedaan konsentrasi. sukar dalam sistem lemak membran melalui pori di dalam protein membran. (Wilkins, 1992). Difusi dapat dikatakan penyebaran molekul-molekul zat secara lebar, baik zat padat, zat cair maupun gas, ke segala arah yang digerakkan oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul zat selalu dalam keadaan bergerak. Molekul-molekul zat itu saling tarik-menarik atau saling tolak-menolak. Difusi berlangsung dari larutan yang berkadar tinggi ke larutan yang berkadar rendah, sehingga kadar larutan tersebut merata. Kecepatan difusi tergantung pada tekanan, konsentrasi zat terlarut dan suhu (Kimball, 1992). Plasmolosis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik. Misalnya, sel spirogyra diletakkan dalam larutan yang hipertonik, maka air akan berada dalam vakuola merembes keluar dari sel, dan akibatnya protoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sel. Sebaliknya, Deplasmosis adalah peristiwa dimana plasmolisis tersebut dapat

kembali dalam keadaan semula, apabila lingkungan sel tersebut diganti dengan larutan yang hipotonik (lebih encer dari larutan sel) (Salisbury, 1995). Krenasi adalah peristiwa pengerutan sel darah merah jika berada dalam larutan yang hipertonik. Hal ini terjadi karena tekanan osmotik diluar tidak sama dengan yang di dalam sel. Plasma darah bersifat isotonis (normal) dengan tekanan dalam eritrosit. Tekanan ini terjadi karena isi sel terjapit oleh tekanan yang berusaha memasukkannya, namun selaput sel darah tersebut begitu kuatnya sehingga cairan diluar sel terus menekan cairan yang ada di dalam sel. Sebaliknya, bila sel darah merah berada dalam larutan yang hipotonik, maka sel darah akan membengkak, kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah. Peristiwa ini disebut dengan Hemolisis. Pecahnya sel darah merah dapat juga terjadi akibat dari penyakit malaria, yaitu siklus plasmodium di tubuh manusia pada akhirnya menyebabkan terjadinya hemolisis (Salisbury, 1995). Sel darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik. Jika tidak akan terjadi pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang hipertonik akan mengalami pembengkakan. Kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Wilkins, 1992).

BAB III METODE KERJA 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 19 Oktober 2012 pada pukul 08.00 10.00 WITA di ruang Biologi 1 Laboraratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. 3.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan untuk percobaan proses osmosis dan difusi adalah gelas kimia (50 ml), pipet tetes, penunjuk waktu (arloji / stop watch), cawan petri, jarum, dan pengaduk. Alat yang digunakan untuk percobaan proses plasmolisis dan deplasmolisis adalah mkroskop, kaca benda dan penutup, pisau silet, dan penunjuk waktu. Alat yang digunakan untuk percobaan proses krenasi dan hemolisis adalah mikroskop, kaca benda dan penutup, blood Lanset, dan pipet tetes. Bahan yang digunakan untuk percobaan proses osmosis dan difusi adalah air, larutan metilen blue, eosin, kristal CuSO4, mentimun, kentang, dan kertas label. Bahan yang digunakan untuk percobaan proses plasmolisis dan deplasmolisis adalah daun Rhoe discolor, akuades, larutan sokrosa 0,2 M, dan kertas saring atau penghisap. Bahan yang digunakan untuk percobaan proses krenasi dan hemolisis adalah darah, larutan NaCL 0,3 N, HCl 0,1 N, alkohol 70%, dan kapas. 3.3 Prosedur Kerja A. Proses Difusi dan Osmosis - Proses Difusi 1. Meneteskan larutan metelin blue pada gelas kimia yang telah berisi air dan masukkan kristal CuSO4 pada gelas kimia lainnya. 2 Mengamati perubahan yang terjadi, saat peneetesan dianggap sebagai waktu T0 dan saat tercapainya keadaan homogen atau T1.

3. Mengulangi langkah 1-2 dan setelah penetsan metelin blue kemudian masukkan kristal CuSO4 dan segera diaduk. 4. Membandingkan hasil pengamatan. - Proses Osmosis 1. Menyiapkan larutan garam dapur dengan menambahan 3 sendok makan garam dapur dalam 100 ml air. Masukkan ke dalam mangkuk cawan A dan berisi label (larutan garam), ke dalam cawan B, masukkan air dan berisi label (air). 2. Membuat irisan mentimun dan ubi kentang setebal 3-4 mm. 3. Masukkan 2 iris mentimun dan 2 iris kentang ke dalam masing-masing cawan (A dan B). Biarkan selama 15 menit, angkat dengan jarum dan amati perubahanyang terjadi. 4. Mengembalikan kembali ke dalam cawan, diteruskan sampai 30 menit. 5. Membandingkan hasil pengamatan, bagaimana kekerasan yang menunjukkan turgor, dengan memijit kedua bahan tersebut. B. Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis 1. Menyayat permukaan bagian bawah dalam Rhoe discolor. 2. Meletakkan sayatan pada kaca benda yang telah terisi akuades, dan tutup dengan kaca penutup, mengamati di bawah mikroskop. 3. Meneteskan larutan sukrosa pada salah satu tepi kaca penutup. Pada tepi yang lain tempelkan kertas saring/pengisap, sehingga akuades akan tertarik dari medium sayatan digantikan larutan sukrosa. 4. Mengamati dengan mikroskop selama 5 menit, mencatat perubahan terutama terjadinya plasmolisis. 5. Mengulangi lankah 3 dengan mengganti medium larutan sukrosa dengan akuades, mengamati dan mencatat terjadinya deplasmolisis. C. Proses Krenasi dan Hemolisis 1. Mengambil darah dari jari manis dengan lanset atau jarum Franke, diteteskan pada dua buah kaca benda masing-masing satu tetes. 2. Menambahkan 2 tetes larutan NaCL 0,3 M, pada kaca benda pertama untuk mengamati proses krenasi.

3. Menambahkan dua tetes larutan HCL 0,1 M pada kaca benda kedua, untuk mengamati proses terjadinya hemolisis. 4. Menutup masing-masing kaca benda dengan kaca penutup, kemudian mengamati di bawah mikroskop. 5. Menggambarkan beberapa sel darah merah hasil pengamatan dan memberi keterangan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil A. Proses Difusi dan Osmosis

1. Proses Difusi Tabel 1 hasil pengamatan Proses difusi dengan pengadukan dan tanpa pengadukan. No 1 Pelarutan Metilen blue to (menit) 0 t1(tanpa diaduk) 14 menit 13 detik t1(diaduk) 5 detik

Kristal CuSO4

16 menit 12 detik

26 detik

2. Proses Osmosis Table 2 hasil pengamatan osmosis dengan merendam objek didalam air dan garam. Kentang Air 0 ras Le bih keras 30 makin keras Se lunak Mengerut Ke Garam Keras eras Lunak Semakin keras ebih keras S emakin lunak Mengerut Semakin L Lunak Air K Mentimun Garam Keras

Waktu (Menit)

15

B.Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis Perlakuan I Perlakuan II

Sayatan daun Rhoe discolor ditambah Sayatan daun Rhoe discolor ditambah akuades Kesimpulan : Peristiwa yang terjadi larutan sukrosa 0,2 N Kesimpulan : adalah Peristiwa yang terjadi karena adalah akuades

plamolisis, karena larutan sukrosa deplasmolisis, merupakan larutan hipertonik. Keterangan : 1. Dinding sel 2. Membram sel

merupakan larutan hipotonik. keterangan : 1. Dinding sel 2. Membran sel

Gambar 1 plasmolisis

Gambar 2 deplasmolisis

C.Proses Krenasi dan Hemolisis

Sel darah diteteskan NaCl 0,3 N Keterangan : 1. dinding sel 2. sitoplasma

Sel darah diteteskan HCl 0,1 N keterangan : 1. dinding sel 2. sitoplasma

Gambar 3 krenasi dan hemolisis

4.2

Pembahasan Difusi adalah peristiwa mengalirnya /berpindahnya suatu zat dalam pelarut

dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Pada proses difusi, yang diamati hanya perbedaan waktu antara larutan yang ditetesi dengan metilen blue dan larutan yang dimasukkan kristal CuSO4. Metilen blue yang diteteskan ke dalam air menyebar ke seluruh bagian air. Molekul metilen blue menyebar ke air yang konsentrasinya lebih rendah. Dari percobaan didapatkan waktu yang diperlukan oleh metilen blue untuk dapat larut dalam aquades tanpa pengadukan adalah 14 menit 13 detik, sedangkan pada kristal CuSO4 yang ditambahkan pada aquades untuk menjadi homogen diperlukan waktu sebesar 16 menit. Ini menunjukkan bahwa metilen blue memiliki tingkat difusi yang lebih tinggi dibandingkan kristal CuSO4. Perbedaan sifat dari kedua zat tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan waktu difusi dimana zat yang berupa larutan lebih cepat terlarut dibandingkan zat yang berupa padatan. Hal ini disebabkan karena perbedaan susunan partikelnya, dimana susunan partikel zat cair (larutan) agak renggang dibandingkan susunan pertikel zat padat (kristal) sehingga mempengaruhi proses difusi Ketika air ditetesi metilen blue dan disertai pengadukan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan larutan yang homogen

adalah 5 detik, sedangkan air yang ditambahkan kristal CuSO4 memerlukan waktu yang lebih lama yaitu sebesar 26 detik. Ini menunjukkan bahwa pengadukan dapat mempercepat proses difusi. Osmosis adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi rendah ke bagian yang berkonsentrasi tinggi. Pada percobaan osmosis, didapatkan bahwa kentang dan mentimun yang ada di wadah berisi larutan garam akan menjadi lebih lunak dari sebelumnya, sedangkan pada wadah yang berisi air biasa kentang dan mentimun tetap keras dan semakin keras. Hal ini terjadi karena cairan air garam dianggap sebagai pelarut yang bersifat hipertonik, sehingga plasma sel dari kentang dan mentimun sel-selnya menjadi mengkerut dan menjadi lunak. Plasmolosis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik. Dan Deplasmosis adalah peristiwa dimana plasmolisis tersebut dapat kembali dalam keadaan semula, apabila lingkungan sel tersebut diganti dengan larutan yang hipotonik (lebih encer dari larutan sel). Pada percobaan tentang proses plasmolisis dan deplasmolisis, kami menggunakan daun Rhoe discolor sebagai objek. Pada saat daun Rhoe discolor ditetesi media air dapat dilihat sel daun berwarna ungu. Tetapi setelah ditetesi dengan menggunakan sukrosa terjadi perubahan warna dari yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna putih. Peristiwa ini menandakan bahwa terjadi peristiwa plasmolisis, yang disebabkan karena terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada pada larutan hipertonik. Ketika ditetesi kembali dengan air, keadaan sel kembali seperti yang pertama yaitu berwana ungu tapi warnanya lebih muda. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peristiwa deplasmolisis, dimana sel kembali seperti keadaan semula jika lingkungan diganti dengan larutan hipotonik. Krenasi adalah peristiwa pengerutan sel darah merah jika berada dalam larutan yang hipertonik. Hal ini terjadi karena tekanan osmotik diluar tidak sama dengan yang di dalam sel. Sebaliknya, bila sel darah merah berada dalam larutan yang hipotonik, maka sel darah akan membengkak, kemudian pecah dan yang direndam di dalamnya menjadi bergerak keluar meninggalkan inti sel, akibatnya

mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah. Peristiwa ini disebut dengan Hemolisis. Pecahnya sel darah merah dapat juga terjadi akibat dari penyakit malaria, yaitu siklus plasmodium di tubuh manusia pada akhirnya menyebabkan terjadinya hemolisis. Sebaliknya, bila sel darah merah berada dalam larutan yang hipotonik, maka sel darah akan membengkak, kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah. Peristiwa ini disebut dengan Hemolisis. Pecahnya sel darah merah dapat juga terjadi akibat dari penyakit malaria, yaitu siklus plasmodium di tubuh manusia pada akhirnya menyebabkan terjadinya hemolisis Keadaan darah manusia pada proses krenasi berbeda dengan keadaan pada proses hemolisis, pada proses krenasi setelah ditetesi dengan 2 tetes larutan NaCL 0,3 N darah menjadi lebih cair dengan warna lebih muda. Pada mikroskop terlihat sel darah merah mengerut, hal ini terjadi karena cairan di luar sel lebih pekat daripada cairan di dalam sel, sehingga cairan di dalam sel merembes keluar yang diikuti dengan penurunan tekanan turgor sehingga keadaan sel menjadi mengkerut. Pada proses hemolisis setelah ditetesi dengan 2 tetes larutan HCl 0,1 N warna darah menjadi agak gelap yaitu agak kuning kehitaman. Pada mikroskop terlihat sel darah membengkak karena cairan di dalam sel lebih pekat daripada cairan di luar sel, sehingga cairan di luar sel merembes masuk ke dalam sel, akibatnya volume cairan di dalam sel meningkat. Peristiwa ini diikuti dengan peningkatan tekanan turgor di dalam sel sehingga membran sel akan membengkak, bila keadaan ini berlangsung terus-menerus maka kemampuan membran sel untuk menahan tekanan turgor akan menurun akibatnya membran sel akan pecah yang diikuti dengan keluarnya hemoglobin dari membran sel.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Pada proses difusi, metilen blue lebih cepat larut daripada kristal CuSO4 karena metilen blue yang berwujud cair memiliki kerapatan partikel yang lebih rengggang padat. dibandingkan dengan kristal CuSO4 yang berwujud

2. Mentimun dan kentang yang dimasukkan ke dalam larutan garam berubah menjadi lunak dan mengecil. Sedangkan mentimun dan kentang yang dimasukkan ke dalam air tetap keras. 3. Plasmolisis terjadi pada daun Rhoe discolor ketika berada dalam larutan sukrosa yang bersifat hipertonik. Daun Rhoe discolor mengalami deplasmolisis ketika berada dalam larutan hipotonik (air). 4. Darah ditambahkan larutan NaCl 0,3 N akan mengerut. Dan darah yang ditambahkan larutan HCl 0,1 N akan membengkak. 5.2 Saran Demi kelancaran praktikum sebaiknya alat dan bahan untuk praktikum dipersiapkan terlebih dahulu agar pada saat praktikum dimulai tidak ada waktu yang terbuang untuk mempersiapkan alat dan bahan kembali.

DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta. Kimball, J. W. 1992. Biologi Jilid I. Erlangga : Jakarta. Salisbury, F. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB : Erlangga : Jakarta Bandung. Syamsuri, I. 2000. Biologi 2000. Erlangga : Jakarta. Wilkins, M.B. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bumi Aksara : Jakarta.

You might also like