Professional Documents
Culture Documents
Kebangkitan
Fundamentalisme Sekuler
Di Dunia Islam 1
1
Makalah ini disampaikan pada acara pembukaan : Istighoshoh dan Silaturrahmi Nasional Alim Ulama, Habaib,
Cendikiawan Muslim, Da’I dan Asatidz di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta pada tanggal 17-19 September 1999
2
DR. Hilmy B. Almascaty MA, MBA adalah pengamat sosial politik dunia Islam, President Bina Cendekia Madani
Group of Co dan Institute of Moslem Thought and Civilizations (IMTAC) serta Board of Commision dari International
Management Institute (IMI), Institute of Islamic Economics and Management Studies (IIEMSA). yang bergerak dalam
pendidikan , pengembangan SDM dan manajemen Madani serta konsultan manajemen.
1
2
2
3
menghambat segala bentuk infiltrasi ajaran dan budaya hedonistik Barat sekuler
yang ingin diperjuangkan sebagai ajaran dan budaya global oleh pengikutnya.
Itulah sebabnya apabila para rezim diktator boneka Yahudi dan Nashrani di
negara mayoritas Muslim ingin menghapuskan lawan-lawan politiknya, terutama
yang beraliran keagamaan mereka akan menuduhnya sebagai kaum fundamentalis
Islam agar mendapat dukungan Barat, sebagaimana yang terjadi di Algeria, Turki,
Mesir dan dunia Islam lainnya. Dan Barat sendiri, yang mengklaim dirinya
sebagai bapak demokrasi dan HAM, akan membantu para diktator ini
melumpuhkan kekuatan kelompok Islam walaupun mereka didukung mayoritas
rakyat, sebagaimana yang menimpa Front Keselamatan Islam (FIS), partai Islam
yang memenangkan pemilu demokratis di Algeria, kemudian dibatalkan dengan
alasan yang dicari-cari dan kekuasaan dipegang kembali oleh kelompok
Nasionalis-sekuler yang didukung kekuatan militer.
Pasang surut kebangkitan Islam di Turki adalah kasus tragis dan dramatis
yang perlu mendapat perhatian serius para pemerhati gerakan Islam. Turki pada
abad 19 dan sebelumnya adalah pusat pemerintahan dan peradaban Islam yang
menjadi urat nadi dunia Islam. Setelah Kamal Ata Turk menumbangkan kekuasaan
Khilafah Islamiyah, dia melakukan sekulerisasi dalam seluruh aspek kehidupan
masyarakat Turki dengan keyakinan akan mengantarkannya menjadi sebuah
negara maju dan modern sebagaimana bangsa-bangsa Barat yang telah
menerapkan sekulerisme. Dimulailah penghapusan segala bentuk yang berbau
Islam dan diganti dengan ajaran sekulerisme yang telah memisahkan bangsa Turki
dari tradisi Islam yang dianutnya berabad-abad. Namun setelah beberapa dekade di
bawah Sekulerisme, Turki tidak pernah menjadi negara maju dan modern
sebagaimana Barat, bahkan Turki dibawah kekuasaan para pemimpin Sekuler
tidak diterima sebagai mitra sejajar Barat. Bahkan Sekulerisasi Turki telah
menghilangkan identitas bangsa Turki dan menghantarkannya menuju krisis demi
krisis. Kegagalan sekulerisasi Turki telah mendorong para cendikiawan untuk
mencari solusi dari krsis yang dihadapi bangsanya, dan mereka menemukan
jawabannya pada Islam. Kelompok cendikiawan ini berkeyakinan bahwa
menerapkan nilai-nilai spiritualitas Islam akan mengembalikan keagungan bangsa
Turki, karena Islam adalah tradisi dan warisan serta jiwa bangsa Turki. Kemudian
mereka membuat gerakan sosial-pendidikan yang menyadarkan rakyat dan
mendapatkan dukungan meluas sehingga gerakan ini akhirnya menjadi sebuah
partai Islam besar yang memenangkan pemilu dibawah pimpinan seorang
cendikiawan Muslim ternama, Prof. Erbakan. Ketika gerakan Islamisasi yang
dipromotori Erbakan dengan partai Refah-nya mendapat sambutan meluas,
kelompok sekuler penerus Ata Turk merasa terancam kedudukannya. Keadaan ini
mendorong mereka menggunakan kekuatan militer melakukan kudeta damai
yang mendorong mundurnya Perdana Menteri Erbakan yang didukung mayoritas
rakyat dan memenangkan pemilu demokratis. Dengan kekuasaan di tangannya
mulailah kelompok sekuler ini melarang dan menghapuskan segala sesuatu yang
berbau Islamisasi. Termasuk larangan mendirikan masjid, sekolah Islam sampai
3
4
penggunanaan jilbab yang mana hal ini bebas dilakukan di negara-negara Barat,
negara asal sekulerisme.
Melihat perkembangan terakhir di Turki dan juga di beberapa negara
mayoritas Muslim lainnya belakangan ini, maka dapat disimpulkan telah bangkit
sebuah aliran baru yang ingin mempertahankan status quo sekulerisme yang
sedang terancam keberadaannya akibat maraknya usaha-usaha yang merongrong
ajarannya, sebagaimana awal lahirnya faham fundamentalisme agama. Faham
yang membela mati-matian sekulerisme ini lahir justru di tengah-tengah dunia
Islam, di dukung oleh mereka yang mengaku sebagai penganut Islam dan terang-
terangan menyatakan diri sebagai reaksi keras sekaligus antitesa terhadap gerakan
kebangkitan Islam yang semakin mendapat tempat di masyarakat. Pengikut aliran
ini dengan segala kesombongannya telah menyerang secara halus ataupun kasar
orang-orang yang ingin mengganti sekulerisme sebagai sistim kehidupan. Menurut
karakteristik gerakannya yang menunjukkan fundamentalisme, maka para
cendikiawan menyebutnya sebagai fundamentalisme sekuler..
Mungkin ada yang tidak setuju dengan penggunaan fundamentalisme pada
kelompok sekuler, karena fundamentalisme sendiri sudah identik dengan
fundamentalisme keagamaan. Namun jika dianalisa lebih jauh, fundamentalisme
adalah aliran yang ingin mempertahankan status quo sebuah ajaran dari
rongrongan pemikiran luar yang dikhawatirkan akan merusak kemurniannya.
Sebagaimana lahirnya fundamentalisme Kristen pada abad pertengahan yang ingin
mempertahankan keaslian dan kemurnian ajaran Kristus dari campur tangan para
pembaharu-pembaharu yang ingin memasukkan pemikiran-pemikiran sekuler ke
dalam ajaran Kristen. Jika dilihat latar belakang kemunculan kelompok
fundamentalisme sekuler ini tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan
kemurnian ajaran sekulerisme dari pembaharuan-pembaharuan. Pembaharuan
terhadap sekulerisme di dunia Islam sendiri terjadi akibat kegagalan sekulerisme
dalam mengantarkan penganutnya menuju kemajuan sempurna yang seimbang dan
telah melahirkan pemikiran-pemikiran alternatif yang akan menggantikannya atau
memperbaharuinya dengan memberikan tambahan spirit keagamaan pada sistim
yang menolak peranan agama ini. Namun para pengikut setianya yang fanatik
ingin tetap mempertahankan kemurnian ajaran-ajaran sekulerisme sebagaimana
aslinya. Maka perilaku yang fanatik, eksklusif, non kompromi bahkan melahirkan
sikap militansi dan ekstrim pada kelompok yang ingin mempertahankan
sekulerisme inilah yang mendorong mereka menjadi kaum fundamentalis, karena
mempertahankan kemurnian sekulerisme, mereka dijuluki sebagai kelompok
fundamentalisme sekuler.
Dengan demikian fundamentalisme sekuler dapat diartikan sebagai faham
yang menghendaki diterapkannya ajaran sekulerisme dalam bentuknya yang asli,
sebagaimana dikemukakan oleh para perumusnya kemudian mempertahankannya
dari segala bentuk pembaharuan ataupun penambahan-penambahan pada doktrin
ajarannya. Sementara sekulerisme adalah faham yang memisahkan agama dari
kehidupan dunia. Maka dengan demikian fundamentalisme sekuler tetap ingin
4
5
mengasingkan peranan agama dari seluruh sistim kehidupan, baik dalam politik,
ekonomi, pendidikan, budaya, iptek dan lainnya. Siapapun yang coba-coba
memasukkan unsur agama pada salah satu sistim kehidupan dunia, mereka akan
dicap sebagai kaum murtad yang tidak memiliki hak dan harus disingkirkan oleh
para penganut fundamentalisme sekuler. Kelompok pemikiran yang kehadirannya
sangat menyolok dan dominan di dunia Islam ini bahkan lebih sekuler dari Barat
yang sekuler. Jika penganut sekulerisme di Eropa atau Amerika memberikan izin
kepada rakyatnya untuk mendirikan masjid, sekolah Islam, menggunakan jilbab
dan melaksanakan amalan-amalan Islam lainnya asal tidak mengganggu ketertiban
umum dan melanggar hukum. Namun para penganut fundamentalisme sekuler di
dunia Islam justru melarang semua itu dengan alasan mempertahankan
kemurniaan ajaran sekulerisme sebagaimana terjadi di Turki setelah kekalahan
politik partai Refah pimpinan Erbakan.
Sekulerisme sendiri lahir akibat pemberontakan para cendikiawan Eropa
yang tercerahkan terhadap segala bentuk doktrin palsu para pemuka Kristen abad
pertengahan yang telah membelenggu kreatifitas dan kebebasan berfikir mereka.
Pada masa itu kelompok agamawan Kristen mendapat kedudukan untuk
menentukan salah atau benarnya sebuah pemikiran, boleh atau tidaknya diajarkan
pada masyarakat. Namun realitanya doktrin-doktrin Kristen masa itu banyak yang
bertentangan dengan pengetahuan yang dikemukakan para cendikiawan Eropa
yang tercerahkan sehingga menimbulkan pertentangan hebat yang telah memakan
korban. Akibat pertentangan ini, para cendikiawan menyatakan dirinya bebas dari
pengaruh kelompok agama, sekaligus memisahkan dirinya dengan segala sesuatu
yang berkaitan dengan agama, karena menurut mereka agama tidak sejalan dengan
rasio dan pemikiran ilmiah dan memproklamirkan faham ini sebagai sekulerisme.
Kelompok cendikiawan sekuler ini mengawali perjuangannya untuk mendapatkan
kebebasan mutlak dalam berfikir, meneliti dan mencipta pengetahuan dan
teknologi. Kebebasan inilah kemudian yang mengantarkan mereka menuju
revolusi demi revolusi, baik revolusi dalam pengetahuan, teknologi, sistim, sampai
revolusi agama yang akhirnya mengantarkan mereka menuju kemajuan
peradaban.
Dengan demikian jelaslah bahwa sejak awal diajarkannya, para penganjur
sekulerisme memperjuangkan kebebasan mutlak berdasarkan rasio. Dan tidak
berlebihan jika dikatakan jiwa sekulerisme adalah kebebasan mutlak, kebebasan
dalam berfikir, kebebasan dalam berkarya, kebebasan dalam menganut keyakinan,
kebebasan mengemukakan pendapat, kebebasan melaksakan keyakinan,
kebebasan memilih jalan hidup dan seterusnya. Itulah sebabnya di negara-negara
sekuler, para pemimpinnya sangat menjunjung tinggi kebebasan dalam sistim
kehidupan masyarakat. Masyarakat dibebaskan melaksanakan keyakinannya asal
tidak mengganggu ketertiban umum, apalagi jika didukung oleh mayoritas rakyat.
Namun ironisnya di dunia Islam, para penganut sekulerisme telah menghilangkan
jiwa dan semangat ajaran sekulerisme ini. Mereka telah merampas kebebasan dari
rakyatnya, rakyat dikekang, dipaksa, diteror bahkan diperangi agar mengikuti
5
6
6
7
7
8