You are on page 1of 8

1

Kebangkitan
Fundamentalisme Sekuler
Di Dunia Islam 1

Hilmy Bakar Almascaty. 2

1
Makalah ini disampaikan pada acara pembukaan : Istighoshoh dan Silaturrahmi Nasional Alim Ulama, Habaib,
Cendikiawan Muslim, Da’I dan Asatidz di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta pada tanggal 17-19 September 1999
2
DR. Hilmy B. Almascaty MA, MBA adalah pengamat sosial politik dunia Islam, President Bina Cendekia Madani
Group of Co dan Institute of Moslem Thought and Civilizations (IMTAC) serta Board of Commision dari International
Management Institute (IMI), Institute of Islamic Economics and Management Studies (IIEMSA). yang bergerak dalam
pendidikan , pengembangan SDM dan manajemen Madani serta konsultan manajemen.

1
2

Para cendikiawan biasanya mengartikan fundamentalisme sebagai faham


yang ingin melaksanakan kembali atau mempertahankan nilai-nilai dasar, tradisi,
warisan dari sebuah ajaran yang telah diamalkan oleh generasi sebelumnya.
Fundamentalisme masa kini ditujukan kepada fundamentalisme dalam
keagamaan, dan sebagian besar para cendikiawan mengkonotasikan
fundamentalisme sebagai fundamentalisme dalam beragama. Masalah ini dapat
difahami karena munculnya fundamentalisme sendiri berawal dari gerakan kaum
agamawan Kristen abad pertengahan yang ingin mempertahankan keaslian ajaran
agama mereka dari pembaharuan-pembaharuan revolusioner sebagai konsekwensi
logis renaissance Eropa masa itu. Namun akhirnya fundamentalisme berkembang
menjadi cap yang diberikan kepada semua kelompok penganut yang ingin
mempertahankan keaslian agamanya, terutama dari serangan modernisme-sekuler
sebagai produk pemikiran Barat. Kemudian muncullah istilah fundentalisme
Kristen, fundamentalisme Yahudi, fundamentalisme Hindu, fundamentalisme
Islam dan lainnya.
Demikian pula munculnya kelompok-kelompok yang dicap Barat sebagai
fundamentalisme Islam adalah kelompok-kelompok kaum Muslimin yang ingin
mempertahankan keaslian agama mereka yang berdasarkan al-Qur’an dan al-
Sunnah dari rongrongan pemikiran-pemikiran sesat buatan manusia, baik dari
Barat ataupun Timur. Diantara kelompok yang dicap Barat sebagai fundamentalis
Islam yang sangat berpengaruh serta mampu membangun kekuatan sebelum
perang dunia kedua adalah jama’ah al-Ikhwan al-Muslimin di Mesir yang
didirikan Imam Hasan al-Banna. Dengan jama’ah yang dibangunnya Hasan al-
Banna ingin menerapkan kembali ajaran-ajaran Islam yang telah dipraktekkan
Rasulullah SAW dan para sahabat yang telah mengantarkan mereka menuju
kegemilangan sekaligus menolak segala bentuk produk pemikiran sesat dari Barat
baik berupa sekulerisme, nasionalisme, sosialisme, kapitalisme, liberalisme dan
lainnya. Karena keterikatannya yang sangat kuat pada warisan tradisi generasi
Islam pertama serta penolakannya terhadap pemikiran sesat modernisme inilah
jama’ah al-Ikhwan al-Muslimun dianggap sebagai kelompok fundamentalisme
Islam terbesar yang harus segera diperangi, dilarang serta dihapuskan dari muka
bumi oleh agen-agen Barat sekuler yang telah menancapkan kekuasaannya di
Mesir. Akhirnya pendukung pemikiran Barat sekuler ini berhasil membunuh
pendiri Ikhwan dan memenjarakan sebagaian besar para pemimpin dan kadernya,
merampas seluruh kekayaannya sehingga Ikhwan sebagai jama’ah Islam yang
besar dan berpengaruh lumpuh dan para kadernya banyak yang mencari
perlidungan ke luar negeri.
Sampai sekarang fundamentalisme Islam, walaupun kalangan Islam sendiri
tidak menyukai cap yang diberikan Barat ini, dimanapun tempatnya adalah hantu
yang sangat menakutkan bagi Barat dan pengikut setia pemikirannya. Karena para
penganut pemikiran jenis ini adalah batu penghalang terbesar Barat dalam usaha
mereka untuk meluaskan pengaruh politik ataupun ekonomi serta penjajahan
pemikiran pada dunia Islam. Pada hakikatnya gerakan ini sangat efektif dalam

2
3

menghambat segala bentuk infiltrasi ajaran dan budaya hedonistik Barat sekuler
yang ingin diperjuangkan sebagai ajaran dan budaya global oleh pengikutnya.
Itulah sebabnya apabila para rezim diktator boneka Yahudi dan Nashrani di
negara mayoritas Muslim ingin menghapuskan lawan-lawan politiknya, terutama
yang beraliran keagamaan mereka akan menuduhnya sebagai kaum fundamentalis
Islam agar mendapat dukungan Barat, sebagaimana yang terjadi di Algeria, Turki,
Mesir dan dunia Islam lainnya. Dan Barat sendiri, yang mengklaim dirinya
sebagai bapak demokrasi dan HAM, akan membantu para diktator ini
melumpuhkan kekuatan kelompok Islam walaupun mereka didukung mayoritas
rakyat, sebagaimana yang menimpa Front Keselamatan Islam (FIS), partai Islam
yang memenangkan pemilu demokratis di Algeria, kemudian dibatalkan dengan
alasan yang dicari-cari dan kekuasaan dipegang kembali oleh kelompok
Nasionalis-sekuler yang didukung kekuatan militer.
Pasang surut kebangkitan Islam di Turki adalah kasus tragis dan dramatis
yang perlu mendapat perhatian serius para pemerhati gerakan Islam. Turki pada
abad 19 dan sebelumnya adalah pusat pemerintahan dan peradaban Islam yang
menjadi urat nadi dunia Islam. Setelah Kamal Ata Turk menumbangkan kekuasaan
Khilafah Islamiyah, dia melakukan sekulerisasi dalam seluruh aspek kehidupan
masyarakat Turki dengan keyakinan akan mengantarkannya menjadi sebuah
negara maju dan modern sebagaimana bangsa-bangsa Barat yang telah
menerapkan sekulerisme. Dimulailah penghapusan segala bentuk yang berbau
Islam dan diganti dengan ajaran sekulerisme yang telah memisahkan bangsa Turki
dari tradisi Islam yang dianutnya berabad-abad. Namun setelah beberapa dekade di
bawah Sekulerisme, Turki tidak pernah menjadi negara maju dan modern
sebagaimana Barat, bahkan Turki dibawah kekuasaan para pemimpin Sekuler
tidak diterima sebagai mitra sejajar Barat. Bahkan Sekulerisasi Turki telah
menghilangkan identitas bangsa Turki dan menghantarkannya menuju krisis demi
krisis. Kegagalan sekulerisasi Turki telah mendorong para cendikiawan untuk
mencari solusi dari krsis yang dihadapi bangsanya, dan mereka menemukan
jawabannya pada Islam. Kelompok cendikiawan ini berkeyakinan bahwa
menerapkan nilai-nilai spiritualitas Islam akan mengembalikan keagungan bangsa
Turki, karena Islam adalah tradisi dan warisan serta jiwa bangsa Turki. Kemudian
mereka membuat gerakan sosial-pendidikan yang menyadarkan rakyat dan
mendapatkan dukungan meluas sehingga gerakan ini akhirnya menjadi sebuah
partai Islam besar yang memenangkan pemilu dibawah pimpinan seorang
cendikiawan Muslim ternama, Prof. Erbakan. Ketika gerakan Islamisasi yang
dipromotori Erbakan dengan partai Refah-nya mendapat sambutan meluas,
kelompok sekuler penerus Ata Turk merasa terancam kedudukannya. Keadaan ini
mendorong mereka menggunakan kekuatan militer melakukan kudeta damai
yang mendorong mundurnya Perdana Menteri Erbakan yang didukung mayoritas
rakyat dan memenangkan pemilu demokratis. Dengan kekuasaan di tangannya
mulailah kelompok sekuler ini melarang dan menghapuskan segala sesuatu yang
berbau Islamisasi. Termasuk larangan mendirikan masjid, sekolah Islam sampai

3
4

penggunanaan jilbab yang mana hal ini bebas dilakukan di negara-negara Barat,
negara asal sekulerisme.
Melihat perkembangan terakhir di Turki dan juga di beberapa negara
mayoritas Muslim lainnya belakangan ini, maka dapat disimpulkan telah bangkit
sebuah aliran baru yang ingin mempertahankan status quo sekulerisme yang
sedang terancam keberadaannya akibat maraknya usaha-usaha yang merongrong
ajarannya, sebagaimana awal lahirnya faham fundamentalisme agama. Faham
yang membela mati-matian sekulerisme ini lahir justru di tengah-tengah dunia
Islam, di dukung oleh mereka yang mengaku sebagai penganut Islam dan terang-
terangan menyatakan diri sebagai reaksi keras sekaligus antitesa terhadap gerakan
kebangkitan Islam yang semakin mendapat tempat di masyarakat. Pengikut aliran
ini dengan segala kesombongannya telah menyerang secara halus ataupun kasar
orang-orang yang ingin mengganti sekulerisme sebagai sistim kehidupan. Menurut
karakteristik gerakannya yang menunjukkan fundamentalisme, maka para
cendikiawan menyebutnya sebagai fundamentalisme sekuler..
Mungkin ada yang tidak setuju dengan penggunaan fundamentalisme pada
kelompok sekuler, karena fundamentalisme sendiri sudah identik dengan
fundamentalisme keagamaan. Namun jika dianalisa lebih jauh, fundamentalisme
adalah aliran yang ingin mempertahankan status quo sebuah ajaran dari
rongrongan pemikiran luar yang dikhawatirkan akan merusak kemurniannya.
Sebagaimana lahirnya fundamentalisme Kristen pada abad pertengahan yang ingin
mempertahankan keaslian dan kemurnian ajaran Kristus dari campur tangan para
pembaharu-pembaharu yang ingin memasukkan pemikiran-pemikiran sekuler ke
dalam ajaran Kristen. Jika dilihat latar belakang kemunculan kelompok
fundamentalisme sekuler ini tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan
kemurnian ajaran sekulerisme dari pembaharuan-pembaharuan. Pembaharuan
terhadap sekulerisme di dunia Islam sendiri terjadi akibat kegagalan sekulerisme
dalam mengantarkan penganutnya menuju kemajuan sempurna yang seimbang dan
telah melahirkan pemikiran-pemikiran alternatif yang akan menggantikannya atau
memperbaharuinya dengan memberikan tambahan spirit keagamaan pada sistim
yang menolak peranan agama ini. Namun para pengikut setianya yang fanatik
ingin tetap mempertahankan kemurnian ajaran-ajaran sekulerisme sebagaimana
aslinya. Maka perilaku yang fanatik, eksklusif, non kompromi bahkan melahirkan
sikap militansi dan ekstrim pada kelompok yang ingin mempertahankan
sekulerisme inilah yang mendorong mereka menjadi kaum fundamentalis, karena
mempertahankan kemurnian sekulerisme, mereka dijuluki sebagai kelompok
fundamentalisme sekuler.
Dengan demikian fundamentalisme sekuler dapat diartikan sebagai faham
yang menghendaki diterapkannya ajaran sekulerisme dalam bentuknya yang asli,
sebagaimana dikemukakan oleh para perumusnya kemudian mempertahankannya
dari segala bentuk pembaharuan ataupun penambahan-penambahan pada doktrin
ajarannya. Sementara sekulerisme adalah faham yang memisahkan agama dari
kehidupan dunia. Maka dengan demikian fundamentalisme sekuler tetap ingin

4
5

mengasingkan peranan agama dari seluruh sistim kehidupan, baik dalam politik,
ekonomi, pendidikan, budaya, iptek dan lainnya. Siapapun yang coba-coba
memasukkan unsur agama pada salah satu sistim kehidupan dunia, mereka akan
dicap sebagai kaum murtad yang tidak memiliki hak dan harus disingkirkan oleh
para penganut fundamentalisme sekuler. Kelompok pemikiran yang kehadirannya
sangat menyolok dan dominan di dunia Islam ini bahkan lebih sekuler dari Barat
yang sekuler. Jika penganut sekulerisme di Eropa atau Amerika memberikan izin
kepada rakyatnya untuk mendirikan masjid, sekolah Islam, menggunakan jilbab
dan melaksanakan amalan-amalan Islam lainnya asal tidak mengganggu ketertiban
umum dan melanggar hukum. Namun para penganut fundamentalisme sekuler di
dunia Islam justru melarang semua itu dengan alasan mempertahankan
kemurniaan ajaran sekulerisme sebagaimana terjadi di Turki setelah kekalahan
politik partai Refah pimpinan Erbakan.
Sekulerisme sendiri lahir akibat pemberontakan para cendikiawan Eropa
yang tercerahkan terhadap segala bentuk doktrin palsu para pemuka Kristen abad
pertengahan yang telah membelenggu kreatifitas dan kebebasan berfikir mereka.
Pada masa itu kelompok agamawan Kristen mendapat kedudukan untuk
menentukan salah atau benarnya sebuah pemikiran, boleh atau tidaknya diajarkan
pada masyarakat. Namun realitanya doktrin-doktrin Kristen masa itu banyak yang
bertentangan dengan pengetahuan yang dikemukakan para cendikiawan Eropa
yang tercerahkan sehingga menimbulkan pertentangan hebat yang telah memakan
korban. Akibat pertentangan ini, para cendikiawan menyatakan dirinya bebas dari
pengaruh kelompok agama, sekaligus memisahkan dirinya dengan segala sesuatu
yang berkaitan dengan agama, karena menurut mereka agama tidak sejalan dengan
rasio dan pemikiran ilmiah dan memproklamirkan faham ini sebagai sekulerisme.
Kelompok cendikiawan sekuler ini mengawali perjuangannya untuk mendapatkan
kebebasan mutlak dalam berfikir, meneliti dan mencipta pengetahuan dan
teknologi. Kebebasan inilah kemudian yang mengantarkan mereka menuju
revolusi demi revolusi, baik revolusi dalam pengetahuan, teknologi, sistim, sampai
revolusi agama yang akhirnya mengantarkan mereka menuju kemajuan
peradaban.
Dengan demikian jelaslah bahwa sejak awal diajarkannya, para penganjur
sekulerisme memperjuangkan kebebasan mutlak berdasarkan rasio. Dan tidak
berlebihan jika dikatakan jiwa sekulerisme adalah kebebasan mutlak, kebebasan
dalam berfikir, kebebasan dalam berkarya, kebebasan dalam menganut keyakinan,
kebebasan mengemukakan pendapat, kebebasan melaksakan keyakinan,
kebebasan memilih jalan hidup dan seterusnya. Itulah sebabnya di negara-negara
sekuler, para pemimpinnya sangat menjunjung tinggi kebebasan dalam sistim
kehidupan masyarakat. Masyarakat dibebaskan melaksanakan keyakinannya asal
tidak mengganggu ketertiban umum, apalagi jika didukung oleh mayoritas rakyat.
Namun ironisnya di dunia Islam, para penganut sekulerisme telah menghilangkan
jiwa dan semangat ajaran sekulerisme ini. Mereka telah merampas kebebasan dari
rakyatnya, rakyat dikekang, dipaksa, diteror bahkan diperangi agar mengikuti

5
6

kemauan sekuler mereka yang pada hakikatnya bertentangan dengan semangat


kebebasan mutlak yang diajarkan sekulerisme. Maka tidak diragukan lagi, perilaku
mereka inilah yang telah melahirkan fundamentalisme sekuler.
Fundamentalisme sekuler dengan segala bentuk dan atributnya sangat
membahayakan persatuan, keharmonisan, keamanan, kestabilan dan kedamaian
sebuah bangsa. Sebagaimana fundamentalisme-fundamentalisme ekstrim lainnya,
idiologi ini akan mendorong lahirnya kelompok militan yang akan menyerang
siapapun yang berbeda pendapat dengannya yang dianggap sebagai musuh yang
akan diserang dengan kekuatan yang dimilikinya tanpa menghiraukan pendapat
dan keinginan mayoritas rakyat. Kemudian mereka akan menjadi manusia-
manusia angkuh dan sombong yang merasa benar sendiri, menolak segala bentuk
perundingan dan kompromi dengan fihak-fihak lainnya. Jika kelompok ini
memegang kekuasaan, mereka akan menjadi penguasa diktator otoriter yang akan
memaksakan segala kehendaknya walaupun bertentangan dengan kehendak
mayoritas rakyat. Apalagi didukung kekuatan militer, mereka akan menjadi mesin
pemusnah sebuah bangsa sebagaimana yang terjadi pada pemimpin-pemimpin dan
pendukung gerakan Islam di dunia Islam. Apa yang terjadi di Turki dan Algeria
saat ini adalah realita kezaliman dan kekejaman kaum fundamentalisme sekuler
terhadap mayoritas rakyatnya yang menghendaki Islam. Dan kelompok inilah
yang akan menjadi pemicu kerusuhan sebagai teroris ketika kelompok mayoritas
Muslim memegang kekuasaan sebagaimana yang terjadi di Sudan yang
menerapkan Islam.
Sesungguhnya fundamentalisme sekuler muncul disebabkan terutama oleh
kekalahan mental para pengikut setianya terhadap realita kegagalan demi
kegagalan yang ditimbulkan sekulerisme dalam kehidupan modern. Kegagalan ini
sendiri tidak lain akibat dari kepalsuan ajaran sekulerisme yang telah memisahkan
dirinya dengan agama dan keberadaan Tuhan semesta alam, yang akhirnya
mengantarkan manusia modern menuju krisis demi krisis. Krisis yang paling
berbahaya adalah krisis spiritual yang telah menjadikan manusia modern sebagai
makhluk yang asing terhadap hakikat jati dirinya, menimbulkan keresahan dan
goncangan jiwa. Secara teori kini telah terbukti ajaran-ajaran sekulerisme banyak
yang bertentangan dengan realitas zaman yang semakin global dan terbuka ini.
Kegagalan sekulerisme ini kemudian mendorong para pencari kebenaran untuk
menemukan alternatif-alternatif lain yang akan menyelesaikan krisis-krisis ini, dan
mereka menemukannya pada spiritualitas agama. Akibat kefanatikan kaum
fundamentalis yang ingin memelihara kemurnian sekulerisme, mendorong mereka
untuk menolak segala bentuk pembaharuan dalam ajaran sekulerisme, apalagi jika
memberikan spirit agama. Sikap inilah kemudian yang mendorong penganut-
penganut setia sekulerisme untuk mempertahankan pemikiran mereka secara
membabi buta tanpa mengenal kompromi sehingga mendorong mereka menjadi
kaum fundamentalis yang mempertahankan sekulerisme.
Ironisnya fundamentalisme sekuler ini muncul di tengah-tengah
masyarakat mayoritas Muslim yang ingin kembali menerapkan dan mengamalkan

6
7

ajaran-ajaran agamanya, bahkan didukung oleh mereka yang menyatakan dirinya


sebagai penganut Islam. Padahal Islam sendiri jelas-jelas menolak segala bentuk
ajaran yang memisahkan antara urusan agama dengan urusan dunia sebagaimana
diajarkan sekulerisme. Penganut fundamentalisme sekuler di dunia Islam dengan
menyolok dan beraninya telah melancarkan aksi-aksi yang bertentangan dengan
nilai-nilai kebebasan yang mereka laungkan selama ini, baik dalam politik,
ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, pemikiran dan lainnya. Dengan kekuasaan
politik dan militer yang dimilikinya mereka telah merampas kebebasan dari
rakyatnya untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Seakan-akan seluruh
kekuasaan dan kekuataan yang dimiliki negara adalah hak tunggal mereka sebagai
pewaris sekulerisme sehingga tidak memberikan jalan kepada kelompok lain
untuk melaksanakan keyakinannya, walaupun telah mendapat dukungan mayoritas
rakyat.
Dalam politik para penganut fundamentalisme sekuler ini telah merampas
kebebasan mayoritas rakyat dengan segala bentuk manipulasi dan kecurangan atau
dengan kudeta demi kudeta, baik cara halus ataupun kasar, dengan alasan yang
dicari-cari dan tidak masuk akal. Para pemimpin Islam yang konsisten membela
kepentingan mayoritas rakyat disingkirkan dari gelanggang politik secara
sistimatis, dilarang bergerak dengan pengikutnya bahkan ada yang dipenjara dan
melarikan mencari perlindungan ke luar negeri. Gerakan-gerakan Islam yang
mendapat dukungan rakyat dilarang mengikuti aktivitas politik karena akan
mengancam stabilitas nasional. Mereka telah menciptakan partai-partai boneka
yang pada hakikatnya mendukung kelangsungan faham sekuler, dan melarang
partai yang beraliran keagamaan. Membahas dan menggugat kepalsuan
sekulerisme dalam sistim bernegara akan diancam hukuman berat. Akhirnya
mereka telah menciptakan sistim pemerintahan diktator-otoriter, sistim
pemerintahan yang dicaci maki oleh penganut sekuler di Barat karena
bertentangan dengan semangat kebebasan mutlak yang diserukan sekulerisme.
Namun ironisnya, penyelewengan para penguasa diktator ini mendapat restu dari
mereka yang mendakwa dirinya sebagai bapak demokrasi dan HAM. Bahkan
mereka akan membantu kelompok fundamentalis sekuler ini berkuasa kembali
dengan berbagai cara jika kelompok agama memenangkan pemilu walaupun
bertentangan dengan prinsip-prinsip kebebasan dan demokrasi yang
dilaungkannya.
Demikian pula halnya dalam kehidupan bermasyarakat lainnya. Kaum
fundamentalis sekuler ini akan melarang dengan kerasnya segala bentuk yang
merugikan kepentingan sekulerisme, walaupun mendapat dukungan mayoritas
rakyat. Mereka akan melarang didirikannya masjid yang dituduhnya sebagai
markas gerakan perlawanan sekulerisasi, jika sudah berdiri mereka akan
mengontrolnya dengan ketat, membatasi pembicaraan dan memilih para
penceramah sesuai kehendak mereka. Mereka akan melarang segala bentuk
penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat yang dianggapnya
akan mengancam kelangsungan sekulerisme dan menuduh para penyerunya

7
8

sebagai musuh negara yang membahayakan kepentingan nasional. Akhirnya


kelompok fundamentalis sekuler ini benar-benar menghendaki agara agama
tersingkir dari kehidupan berbangsa dan bernegara, kemudian menciptakan
idiologi-idiologi pengganti yang beraneka ragam namanya, namun hakikatnya
adalah sekulerisme, faham yang menyingkirkan sama sekali peranan agama.
Untuk mencapai tujuannya, kaum fundamentalis sekuler ini kemudian
memecah belah persatuan para pemeluk agama. Demikian pula mereka telah
memecah belah persatuan kaum Muslimin di dunia Islam, mengadu domba satu
sama lainnnya dengan menghembuskan perbedaan pendapat diantara mazhab-
mazhab Islam, sehingga kaum Muslimin bertambah lemah dan terceraiberai.
Kemudian sebagian mereka menjadi manusia-manusia hipokrit yang berpura-pura
alim dan mendukung Islam agar mendapat suara mayoritas Muslim, namun setelah
berkuasa mereka akan menjadi musuh Islam yang berbahaya. Ketika kelompok
Islam mendapat kemenangan, kaum fundamentalis sekuler ini akan menjadi
pasukan teroris yang ektrim. Para cendikiawannya kemudian melaungkan
pendapat semua agama adalah baik, semua agama adalah sama dan akhirnya
mereka menyerukan penyatuan agama-agama yang pada hakikatnya adalah
penghancuran terhadap agama itu sendiri.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa fundamentalisme sekuler
sangat berbahaya, khususnya bagi bangsa yang masih meyakini keberadaan Tuhan
Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi agamanya. Segala bentuk strategi dan tipu
muslihat kelompok ini harus dicegah dan digagalkan, karena faham ini akan
membawa perpecahan dan kehancuran sebuah bangsa. Menghadapi kebangkitan
kelompok ini yang mulai dominan di dunia Islam, para pemimpin ummat wajib
meningkatkan persatuan dan kesatuan mereka, mempersiapkan jama’ah dan
pengikut agar bersiap sedia menghadapi serangan fundamentalis sekuler dari
berbagai bidang. Mereka harus melobi para penguasa Muslim dan memberi
pengertian tentang bahayanya kelompok ini bagi persatuan bangsa. Demikian pula
para ulama, cendikiawan dan pendakwah Islam harus tampil mengungkap
kepalsuan faham ini sekaligus mengungkapkan bahaya yang ditimbulkannya.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa menjaga ummat dari keganasan faham ini. @

You might also like