You are on page 1of 16

BAB III HARMONISA PADA TRANSFORMATOR TIGA FASA

3.1. Transformator Tiga Phasa Pada prinsipnya transformator tiga phasa sama dengan transformator satu phasa, perbedaannya adalah seperti perbedaan sistem listrik satu phasa dengan tiga phasa, yaitu mengenal sistem bintang ( ) dan segitiga ( ), serta sistem zigzag, dan juga sistem bilangan jam yang sangat menentukan untuk kerja paralel transformator tiga phasa. Untuk menganalisa transformator tiga phasa dilakukan dengan memandang/menganggap transformator tiga phasa sebagai transformator satu phasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk nilai akhir biasanya parameter tertentu (arus, tegangan dan daya) transformator tiga phasa dikaitkan dengan nilai
3

3.2. Hubungan Traformator Tiga Phasa Secara umum ada 3 jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu : 3.2.1. Hubungan Bintang (Y) Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga phasa, dimana ujung-ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-ujung lilitan merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda 120.

26

Gambar 3.1. Transformator tiga phasa hubungan bintang

Dari gambar 3.1. diperoleh bahwa :


I A = I B = IC = I L
I L = I ph

V AB = V BC = VCA = V L L
V L L = 3.V ph

(3.1) dimana : VL-L Vph IL-L Iph = tegangan line to line (Volt) = tegangan phasa (Volt) = arus line to line (Ampere) = arus phasa (Ampere)

3.2.2. Hubungan Delta () Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga phasa, dimana cara penyambungannya ialah ujung akhir lilitan phasa pertama disambung dengan ujung mula lilitan phasa kedua, akhir phasa kedua dengan ujung mula phasa ketiga dan akhir phasa ketiga dengan ujung mula phasa pertama. Tegangan transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing berbeda 120.

Gambar 3.2. Transformator tiga phasa hubungan delta.

Dari gambar 3.2. diperoleh bahwa : IA = IB = IC IL =


3.I ph

27

VAB = VBC = VCA = VL-L Dimana : VL-L Vph IL-L Iph = tegangan line to line (Volt) = tegangan phasa (Volt) = arus line to line (Ampere) = arus phasa (Ampere)

(3.2)

3.2.3. Hubungan Zig zag (Z) Trafo zig zag adalah trafo dengan kegunaan khusus. Trafo ini memiliki lilitan primer namun tidak memiliki lilitan sekunder. Salah satu kegunaan trafo zig zag adalah untuk earth reference point, yaitu untuk sistem listrik yang tidak ditanahkan. Kegunaan lain dari trafo zig zag adalah untuk mengontrol harmonisa arus. Sebagaimana trafo 3 phasa pada umumnya, trafo zig zag juga memiliki enam lilitan dengan tiga inti besi. Lilitan pertama dari setiap inti besi dihubungkan dengan lilitan kedua pada inti besi berikutnya dan begitu seterusnya. Sehingga arus netral dapat diabaikan dan dapat ditanahkan. Jika pada salah satu phasa atau lebih terjadi kesalahan ke tanah maka dapat menyebabkan tegangan antar phasa menjadi tidak seimbang dan fluks pada lilitan tidak berputar. Arus urutan nol timbul antara netral trafo dan phasa yang salah. Dan dengan trafo zig zag akan membuat suatu jalur balik pada phasa yang salah pada sistem dengan hubungan delta. Sehingga arus gangguan menjadi kecil dan dapat diabaikan.

28

Gambar 3.3. Transformator tiga phasa hubungan zig-zag.

Untuk hubungan delta-zig zag berdasarkan perbandingan lilitan transformator :


2 N 1 V1 = =a 3 N 2 V2

V2

V1 = 2 N1 3N 2

(3.3)

3.3. Menentukam Parameter Transformator Tiga Phasa Parameter-parameter transformator tiga phasa dapat ditentukan dengan melakukan pengujian yaitu : 3.3.1. Pengujian Beban Nol Dalam keadaan tanpa beban, bila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan V0, maka akan mengalir arus penguat I0. Dengan pengukuran daya yang masuk (P0), arus penguat I0 dan tegangan V0 sehingga diperoleh harga : Ym Z Y Y atau : Y Y G B (3.6) Cos = 0 dimana :
P0 3 V0 I 0 I 1 1 j = 0 Cos 1 (Cos ) o Rc X m V0

(3.4)

= R + jX = Z = R + jX =
1 1 +j R X
1 1

1 1 Rc Xm

= G jB = =
1 Rc 1 Xm

(3.5)

(3.7)

29

Rc Ic Im Xm Z0 G B Y

= resistansi kapasitif () = arus kapasitansi (Ampere) = arus magnetisasi (Ampere) = reaktansi induktif () = impedansi beban nol () = konduktansi ( ) = susebtansi ( ) = admitansi( )

Dengan demikian dari hasil pengujian beban nol dapat diketahui harga Rc dan Xm, rangkaian pengujian transformator beban nol tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1. berikut :

Gambar 3.4. Rangkaian pengujian transformator beban nol

3.2.2. Pengujian Hubung Singkat Adapun rangkaian percobaan hubung singkat suatu transformator ditunjukkan dalam gambar 3.6. Hubung singkat berarti impedansi beban ZL diperkecil sehingga menjadi nol. Dari hasil ini dapat ditentukan parameterparameter Zek (impedansi ekivalen), Rek (tahanan ekivalen) dan Xek (reaktansi ekivalen). Harga I0 pada penguin ini relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan arus nominal, sehinga I0 hasil percobaan ini dapat diabaikan. Rumus-rumus untuk menentukan parameter-parameter tersebut adalah : R1 X1 = =

Phs ( I hs ) 2
2 2 Z ek Rek

(3.8) (3.9) (3.10) (3.11) ;K =


V1 =a V2

Cos hs = Z1 Z2 = =

Phs 3 Vhs I hs

Vhs = Rek + jX ek I hs

Z1 1 = 2 Z1 2 K K

30

1 = 2 Z 1 a

(3.12)

dimana : Phs Vhs Ihs R1 Zek Xek = daya hasil pengujian hubung singkat (Watt) = tegangan hasil pengujian hubung singkat (Volt) = arus hasil pengujian hubung singkat (Ampere) = tahanan ekivalen () = impedansi ekivalen () = reaktansi ekivalen ()

Gambar 3.5. Rangkaian pengujian transformator hubung singkat

Transfer energi (secara magnetis) dari sisi primer ke sisi sekunder tidak pernah mencapai efisiensi 100%. Karena adanya rugi-rugi- magnetis, hubungan antara ggl induksi kumparan dengan arus yang mengalir dapat dilihat dengan persamaan-persamaan berikut : X1 X2 dimana : E1 E2 X1 X2 I1 I2 = GGL pada kumparan primer (Volt) = GGL pada kumparan sekunder (Volt) = reaktansi induktif pada kumparan primer () = reaktansi induktif pada kumparan sekunder () = arus sisi primer (Ampere) = arus sisi sekunder (Ampere) = =
E1 I1 E2 I2

(3.13) (3.14)

Adapun diagram ekivalen transformator hasil pengujian hubung singkat dapat diperinci dalam rangkaian primer dan sekundernya sebagai berikut :
Gambar 3.6. Rangkaian ekivalen transformator terhubung singkat

31

dengan primer sebagai referensi

dimana :
I 1' = I 2 = I 1 .a

(3.15) (3.16) (3.17) (3.18) (3.19) (3.20) (3.21) (3.22)

E1' E2 = E = k
' 1

' R1' = Rek =

R1 a2

X 1' =
V2' =

X1 a2
V1 a

Rek = R2 + R1' X ek = X 2 + X 1'


Z ek =
2 2 Rek +X ek = Z 2 + Z 1'

Gambar 3.7. Rangkaian ekivalen transformator terhubung singkat dengan sekunder sebagai referensi

dimana :
' I1 = I 2 =

I2 a

(3.23) (3.24) (3.25) (3.26) (3.27) (3.28) (3.29) (3.30)

' E1 = E 2 = E 2 .a ' R2 = R2 .a 2 ' X 2 = X 2 .a 2

V2' = V2 .a
' Rek = R1 + R2 ' X ek = X 1 + X 2

Z ek =

2 2 ' Rek + X ek = Z 1 + Z 2

32

3.3. Rugi-rugi Transformator 3.3.1. Rugi inti (Pi) Komponen rugi inti/besi (core less component) dari arus penguat Ic, yang menyatakan arus yang terpakai akibat adanya rugi histerisis dan rugi eddy current, dimana Ic sephasa dengan V1, sehingga didapat daya yang hilang (rugi inti). Ic Pi dimana : Ic = I0.cos 0 (3.33) =
E1 Rc

(3.31) (3.32)

= V1 I c

3.3.2. Rugi-rugi Tembaga (Pcu) Rugi-rugi tembaga adalah rugi yang disebabkan arus yang mengalir pada kawat tembaga. Nilai rugi-rugi sebesar : Pcu dimana : Pcu
P

= I 12 .R1 = rugi-rugi tembaga (watt)

(3.34)

Maka dari rugi-rugi inti dan tembaga, didapatkan total rugi-rugi yang terjadi :
rug i

= Pi + Pcu

(3.35)

3.4. Daya Transformator Berdasarkan rugi-rugi daya yang didapatkan di atas, maka dapat ditentukan nilai daya keluaran : Pinput Poutput Poutput dimana : Pinput Poutput = daya input transformator (Watt) = daya output transformator (Watt) = =
3.V1 .I lineprim r e .c s o

(3.36)

3.V LL .I L . cos atau

= Pinput - Plosses

(3.37)

3.5. Macam-macam beban listrik

33

Pada umumnya pada beban listrik yakni beban resistif, beban induktif dan beban kapasitif yang masing-masing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 3.5.1. Beban Resistif Beban resistif adalah beban yang semata-mata terdiri dari tahanan murni Saja, seperti lampu pijar, alat-alat pemanas dan lain-lain. Jika pada beban resistif murni dalam suatu rangkaian beban listrik arus balak balik tidak akan terjadi suatu reaktansi (gambar 3.8a ). Dalam rangkaian ini tidak terjadi selisih fasa antara arus dan tegangan (gambar 3.8b) atau faktor reaktifnya yang terjadi dalam rangkaian ini adalah nol.

I V R I

Gambar 3.8a Beban Resistif murni

Gambar 3.8b selisih fasa arus dan tegangan pada beban resistif

3.5.2. Beban Induktif Beban induktif merupakan beban yang mengandung induktansi, seperti motor-motor listrik, transformator, balast dan lain-lain. Bagian dari suatu rangkaian yang mengandung induktansi disebut induktoryang dinyatakan dalam suatu Hendry (H). induktansi yang terjadi dari suatu rangkaian induktor tergantung ukuran, bentuk, jumlah lilitan dan sebagainya. Misalkan suatu rangkaian induktor yang terhubung seri dengan tahanan yang dihubungkan sumber arus bolak balik maka dalam rangkaian tersebut akan terjadi reaktansi induktif seperti gambar dibawah ini.

I V

R L

34

Gambar 3.9. Rangkaian seri R dan L

Reaktansi induktif yang terjadi pada induktor sebesar: XL = L atau XL = 2 . f . L seperti gambar 3.9. maka
2

(3.38) (3.39)

Sedangkan impedansi (Z) yang terjadi dapat kita jumlahkan secara vektor

Z = R2 + X L

(3.40)

dan besar sudut fasa , dapat diperoleh


tan = XL R

(3.41)

dengan adanya perubahan besar sudut fasa pada impedansi induktor, maka arus dan tegangannya akan berbeda fasa yang sebenarnya sesuai dengan beda fasa impedansi diatas, dimana arus akan tertinggal terhadap tegangan sebesar o (dalam kondisi legging). Besarnya beda fasa tersebut yakni lebih besar dari 0o dan lebih kecil dari 90o. perbedaan fasa antara arus dan tegangan sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini:
I,V

Z XL R

I wt

Gambar 3.10a Vektor diagram impedansi pada beban R dan L

Gambar 3.10b Bentuk arus dan tegangan dimana arus tertinggal sebesar .

Arus yang mengalir dalam rangkaian hukum Ohm yaitu :


I = V R

sebanding dengan perbedaan

tegangan yang dapat dinyatakan dengan persamaan yang bentuknya sama dengan

(3.42)

35

3.5.3. Beban Kapasitif Beban kapasitif merupakan beban yang mengandung kapasitansi. Bagian dari suatu rangkaian yang mengandung kapasitansi disebut kapasitor yang dinyatakan dalam Farad (F). kapasitor pada dasarnya merupakan sebuah benda yang terdiri dari susunan dua lempeng yang terletak sangat dekat dan mempu memyimpan muatan listrik. Kapasitansi yang terjadi dari suatu rangkaian kapasitor tergantung dari ukuran atau jumlah kapasitansi dari suatu kapasitor itu sendiri. Misalnya suatu rangkaian kapasitor yang terhubung seri dengan tahanan yang dihubungkan sumber arus bolak balik maka dalam rangkaian tersebut akan terjadi reaktansi kapasitif seperti gambar berikut:

I V

R C

Gambar 3.11. Rangkaian seri R dan C

Apabila kapasitor dialiri arus listrik maka rektansi kapasitif yang terjadi pada kapasitor adalah:
X = c X = c 1 c 1 2. f .C

(3.43)

sedangkan impedansi (Z), yang terjadi pada rangkaian kapasitor dari diagram vektor gambar 3.12a adalah.
Z = R 2 + Xc 2

(3.44)

sedangkan besar sudut fasa , dapat dicari dengan :


tan = Xc R

(3.45)

dan beasrnya arus yang mengalir dalam rangkaian adalah:


I = V R

(3.46)

36

Seperti juga halnya sebuah induktor maka, dengan adanya perubahan sudut fasa pada impedansi kapasitor, maka arus dan tegangan pun akan berbeda fasa, dimana arus mendahului tegangan sebesar ( dalam kondisi leading ). Besarnya beda fasa tersebut yakni lebih besar dari 0o dan lebih kecil dari 90o. perbedaan fasa arus dan tegangan sebagaimana telihat pada gambar :
I,V I V w t

R Xc Z
Gambar 3.12a Bentuk vektor

Gambar 3.12b Bentuk arus dan tegangan dimana arus mendahului tegangan sebesar

3.6. Sumber-Sumber Harmonisa Harmonisa disebabkan oleh beban yang tidak seimbang, dimana penyebab terjadinya beban yang tak seimbang umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya terdapat komponen semikonduktor. Dalam proses bekerjanya berlaku sebagai saklar yang bekerja setiap siklus gelombang dari sumber tegangan. Secara umum penyebab timbulnya harmonisa adalah: 1. Penyearah daya statis Pengendalian pengerak kecepatan AC-DC komponen yang digunakan yaitu bahan semikonduktor yang mana dalam penyuplaiannya gelombang yang dihasilkan akan mengalami distorsi. 2. Peralatan non linear Dapur busur listrik, peralatan dapur busur listrik juga menggunakan bahan semikonduktor. 3. Persediaan tenaga untuk perlengkapan. 4. Berbagai beban yang dioperasikan untuk sebuah sistem tenaga yang memerlukan tidak hanya arus sinusoidal tetapi juga sumber arus lain

37

yang bentuk gelombangnya tidak sinusoidal, seperti yang digunakan untuk mengatur putaran motor.

3.7. Identifikasi Harmonisa Untuk mengantisipasi harmonisa pada sistem distribusi, perlu dilakukan langkah-langkah pengindentifikasi masalah disamping tersedianya peralatan pengukuran yang memadai. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah : a. Identifikasi Jenis Beban Jenis beban yang dipasok perlu diketahui, misalnya peralatan apa yang dipakai oleh konsumen. Bila banyak peralatan yang mempunyai komponen utama seperti : komputer dan peralatan bantu lainnya, pengaturan kecepatan motor atau peralatan lain yang menggunakan arus searah, maka dapat diperkirakan masalah harmonisa ada di instalasi konsumen tersebut. b. Pemeriksaan Transformator Untuk transformator yang memasok beban non linear perlu diperiksa apakah kenaikkan temperaturnya tidak normal (dengan kipas pendingin bekerja normal) dan arus sekunder transformator baik phasa atau netral perlu diukur. Bandingkan arus netralnya dengan arus phasan keadaan beban tidak seimbang. Apabila arus netralnya lebih besar, maka dapat diperkirakan adanya triple harmonisa dan kemungkinan turunnya daya manpu transformator. c. Pemeriksaan Tegangan Netral-Tanah Terjadinya arus lebih pada kawat netral dapat diketahui dengan melakukan pengukuran tegangan netral-tanah pada keadaan berbeban. Apabila tegangan yang terukur lebih besar dari dua volt, maka terdapat indikasi adanya masalah harmonisa pada beban ini. Apabila indikasi-indikasi adanya harmonisa telah diketahui, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mangatasi masalah gangguan harmonisa, antara

38

lain dengan pengukuran harmonisa untuk menentukan harmonisa-harmonisa yang dominant dan sumber utamanya. 3.8. Distorsi Harmonisa Arus harmonisa dibangkitkan karena penggunaan alat-alat, misalnya penyearah, inverter, penggerak kecepatan, tungku busur listrik dan lain-lain. Arus ini adalah akibat dari kenyataan bahwa peralatan mempunyai impedansi yang berubah tiap setengah gelombang dari e.m.f (GGL) yang bekerja atau dia membangkitkan GGL balik dengan bentuk gelombang non sinussiodal. Besar dari harmonisa yang ditimbulkan beban dipengaruhi oleh sifat-sifat peralatan, maka semakin banyak tahap-tahap pada peralatan, semakin sedikit jumlah harmonisanya dan juga semakin kecil. Untuk penyearah dengan pengaturan (misalnya thyristor), harmonisa yang dibangkitkan merupaka fungsi sudut delay gelombang penyearah. Arus sumber yang tidak berbentuk sinusoidal berpeluang menyebabkan terjadinya cacat tegangan pada tegangan jala-jala. Dalam domain waktu, fenomena cacat tegangan berupa puncak dan lembah yang terpotong dapat dijelaskan sebagai berikut : arus yang ditarik dari sumber hanya mengalir ketika gelombang tegangan berada di sekitar puncak dan lembah. Dengan demikian, jatuh tegangan pada feeder juga hanya terjadi ketika tegangan berada di sekitar puncak dan lembah. Jatuh tegangan ini ditandai dengan pemotongan (clipping) tegangan yang hanya terjadi di sekitar puncak dan lembah. Arus terdiri atas komponen komponen dengan frekuensi fundamental (50Hz) beserta kelipatan bulatnya. Dalam sebagian besar kasus, komponen yang muncul hanyalah komponen kelipatan ganjilnya saja, sehingga komponen arus harmonisa yang muncul memiliki frekuensi 150Hz, 250Hz, 350Hz, 450Hz dan seterusnya.

V in R j3 1 4 .n .L

Vs

VPCC

39

Gambar 3.13. Rangkaian ekivalen feeder

Sebagaimana diperlihatkan pada gambar 3.9, feeder memiliki elemen resistif dan induktif. Apabila efek kulit (skin effect) dan efek proximity dapat diabaikan, elemen resistif secara ideal memiliki sifat bernilai konstan untuk setiap nilai frekuensi dari DC hingga infinit. Dengan demikian, elemen resistif memberikan kontribusi jatuh tegangan yang tetap untuk setiap komponen frekuensi. Perilaku yang berbeda terjadi pada elemen induktif, yang disebabkan oleh reaktansi induktif yang bervariasi terhadap frekuensi, dari nol pada DC hingga infinit pada frekuensi infinit. Dengan demikian, elemen induktif memberikan kontribusi jatuh tegangan yang berbeda untuk setiap komponen frekuensi. Reaktansi induktif untuk setiap komponen frekuensi dapat dinyatakan sebagai :
X n = j2.n.50 .L = j314 .n.L .

(3.47) Jatuh tegangan V untuk setiap komponen dapat dituliskan sebagai :

Vn = In.Zn
dimana In adalah nilai-nilai efektif komponen arus harmonisa dan Zn = R + j314.n.L.

(3.48) (3.49)

Faktor daya sistem secara praktis diekivalenkan dengan efisiensi daya dan juga menentukan kualitas daya. Rendahnya faktor daya dipengaruhi oleh sifat beban dan juga kandungan arus harmonisa. Faktor daya didefenisikan sebagai perbandingan antara daya aktif dan daya semu yaitu :
PF = P S

(3.50)

dan arus harmonisa adalah :

40

I Sh =

h = , 3, 5 ,... 1

.Sin .( h.h t h)

(3.51) dimana :
I S 1 .Sin .( h. t ) h h

= komponen arus harmonisa orde h = sudut pergeseran komponen arus harmonisa

daya aktif harmonisa adalah


Ph = 3.V S .(. I S 1 .Sin ( t ). cos 1 1

(3.52)
3.VS .(. I S 1 .Sin ( t ). cos 1 1 3.V S .(. I S 1 .Sin ( t ). cos + Prugi 1 1
rugi

h =

100 %

(3.52)

You might also like