You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

Ada adigum yang tak mempesona tetapi terlajur melekat pada dunia pendidikan kita; Ganti Menteri Ganti Kurikulum. Sehingga setiap kali terdapat pergantian kuriulum atau setidaknya perubahan kurikulum, masyarakat selalu menanggapi dengan nada minor. Begitupun ketika mereka mendengar akan diberlakuakan kurikulum 2006 pada tahun pelajran baru 2006/2007. Mereka mereka masih menyambutnya dengan nada relative sama. Alasan yang peling mendasar, selama ini telah tujuh kali terjadi pergantian kurilkulum. Sayangnya hal itu tidak terlalu memiliki dampak peningkatan kualitas siswa didik dan dunia pendidikan itu sendiri. Alasan lainnya, bahwa dengan kurikuum baru tentu saja akan berganti buku baru pula. Dan itu berarti secara otomatis orang tua harus mengeluarkan uang buat pembelian buku tersebut. Apalagi kurikulum 2004 atau yang lazim Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), telah diujicobakan sejak tahun 2001. Dan kurikulum tersebut hingga kini masih belum secara resmi diberlakukan, tetpai justru kini akan digantikan dengan kurikukum 2006. Padahal selama ini, bayak sekali sekolahdan madrasah yang masih melaksanakan Kurikulum 2004 terebut diatas kertas saja. Konkritnya, secara tertulis mereka menggunakan Kurikuklum 2004 tetapi ternyata secara praktek lapangan mereka masih menggunakan methode pembelajaran kalsik atau tradisional. Bahkan pemahanan bahwa buku ajar bukanlah satu-satunya sumber pelajaran, masih belum bisa mereka aplikasiakan secara baik. Tak sedikit guru yang belum mampu menjadi

motivator pendidikan, yang dapat merangasng peserta didik untuk mencari dan menganalisa informasi dari berbagai sumber-sehingga proses pembelajaran berlangsung aktif. Hal ini yang menyebabkan sulitnya pelaksanaan Kurkulum Bernasis Kompetensi, adalah masih banyak guru yang menempatkan sebagai Pekerja Kurikulum. Mereka terbiasa dengan mengikuti apa yang sudah digariskan pemerintah dalam kurikulum. Padahal dalam KBK, guru sangat diharapkan agar lebih berperan senagai pengembang kurikulum. Fenomena secara ilmiah inilah yang membuat banyak pihak menjadi serba bertanya-tanya; Klaau kurikulum 2004 sejak pelaksanaannya masih terbata-bata semacam ini, kenapa justru akan digantikan dengan kurikulum yang baru? Makalah ini mencoba untuk sedikit menggunakan kesalahpamahan tersebut. Kesalahpahaman mendasarnya terletak pada angapan, bahwa kurikukum 2006 adalah sebagai pengganti kurikulum 20044. Padahal sesungguhnya, yang terjadi bukanlah demikian. Anggapan tersebut meleset dari yang dikirakan. Yang perlu dipahami bahawa kurikulum 2006 tersebut bukanlah pengganti kurikukum 2004, melainkan merupakan tindak lanjut dari tugas BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) dalam menyusun standart isi pendidikan Dengan kata lain, Kurikulum 2006 tersebut hanyalah sebagai standarisasi saja, agar sekolah dan madrash memiliki acuan secara lebih jelas. Adanya kurikulum 2006 merupakan langkah lanjut atau hasil kajian tentang kelemahan-kelemahan yang ada di KBK. Teori KBK yang terkesan muluk-muluk harusnya lebih dibumikan, sesuai kondsi di lapangan. Jika tidak demikian tentu dunia

pendidikan hanya akan berhenti pada tataran konsep semata. Maka rumusan-rumusan yang dituangkan dalam Kurikulum 2006, benar-benar merupakan jawaban atas kebutuhan pendidikan yang ada.

BAB II

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

I . Pengertian

Dewasa ini kehidupan manusia dengan cepat berubah dari waktu ke waktu. Demikian juga dengan kehidupan anak/generasi muda, yang bahkan kadangkadang perubahan itu sangat kompleks. Kehidupan keluarga, termasuk anakanak sekarang memberikan banyak kebebasan dan banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar. "Dunia menjadi semakin kosmopolitan dan kita semua mempengaruhi satu sama lain." Demikian ujar desainer Paloma Picasso, seperti dikutip oleh John Naisbitt (1990:106)

Dari gambaran di atas kiranya jelas bahwa dunia yang dihadapi peserta didik termasuk mahasiswa pada saat ini, sangat kompleks.Wajarlah jika secara periodik kurikulum senantiasa harus selalu ditinjau kembali, dan senantiasa ada pembaharuan di bidang kurikulum.

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Menurut Crunkilton (1979:222) dalam Mulyasa, (2004:77) mengemukakan bahwa kompetensi ialah sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugastugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh kerja.

II . Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum nasional mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakekat pembelajaran bahasa . Yang dimaksud dengan hakekat pembelajaran bahasa yaitu pembelajaran dimaksudkan untuk menjadikan siswa belajar dan kemudian terampil berkomunikasi. Disamping itu kurikulum nasional berupaya menjadikan siswa memiliki kompetensi kesastraan, yakni membawa siswa belajar memahami manusia dan nilai-nilai kemanusiannya. Selain dari paparan di atas, KBK di arahkan agar siswa terbuka terhadap beragam informasi disekitar siswa, mampu menjaring informasi yang di perlukan untuk meningkatkan kemampuannya, memiliki motivasiyang kuat untuk secara mandiri mengembangkan kemampuan diri dan kepribadiannya, serta tidak merasa malu memiliki budaya sendiri sehingga tidak tercabut dari akar budaya yang dimilikinya.

Menurut Gordon, (1998 : 109) dalam Mulyasa, (2004 : 77-78) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :

Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sikap (attitude) yaitu (senang atau tidak senang, suka tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan terhadap yang datang dari luar. Minat (interest) adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatau perbuatan.

Berdasarkan gambaran kompetensi di atas. Maka kurikulum berbasis kompetensi adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan kompetensi tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tersebut

Dengan demikian penerapan kurikulum dapat menumbuhkan tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum,

serta memberanikan diri berperan dalam berbagai kegiatan di sekolah maupun masyarakat (Mulyasa, 2002 : 39).

Berdasarkan pengertian kompetensi diatas, maka kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KBK memfokuskan pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa. Sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk prilaku atau keterampilan peserta didik sebagai sesuatu kriteria keberhasilan. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangkaian meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hubungannya dengan pembelajaran memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar.

Kay (1977) dalam Mulyasa, mengemukakan bahwa pendidikan berbasis kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran mengapa dan bagaimana jadi perbuatan tersebut dilakukan (Mulyasa, 2002 : 23).

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kurikulum berbasis kompetensi berorientasi pada kreativitas individu untuk melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dan efek (dampak) yang diharapkan yang muncul dari peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Rumusan kompeten dalam kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap tingkatan kelas dan Madrasah, sekaligus menggambarkan kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi kompeten. KBK merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugastugas oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat pengetahuan, kemampuan, sikap dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran dengan penuh tanggung jawab.

Hall (1986) dalam Mulyasa menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup (Mulyasa, 2002 : 41).

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa perhatian harus dicurahkan kepada waktu yang diperlukan untuk kegiatan belajar. Perbedaan antara peserta didik yang pandai dengan yang kurang (bodoh) hanya terletak pada masalah waktu, peserta didik yang bodoh memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajari sesuatu

atau memecahkan suatu masalah, sementara yang pandai bisa cepat melakukannya. Kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk berkreasi dan berimajinasi jika diberikan kesempatan dan peran aktif guru terhadap siswa yang secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap penguasaan apa yang telah diajarkan guru.

Kurikulum berbasis kompetensi menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian, konsep ini tentu saja tidak dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat memberi sumbangan yang cukup signifikan, terhadap perbaikan pendidikan (Mulyasa, 2002 : 40).

Kurikulum berbasis kompetensi itu salah satu komponen dalam pembelajaran dan bukan komponen terpenting. Koponen yang lebih penting adalah guru (Karakteristiknya, kompetensinya, dan unjuk kerjanya) yang bertanggung jawab tentang jalannya proses pembelajaran, dan unjuk kerjanya) yang bertanggungjawab tentang jalannya proses pembelajaran( Sartono, 2002). Kurikulum ini menekankan pada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tingkah laku yang harus dicapai. Kurikulum berbasis kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugastugas tertentu yang sesuai denagn standar performance yang telah ditetapkan. Rumusan ini menunjukkan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan

individu agar mampu malakukan perangkat kompetensi yang mengandung empat unsure pokok, antara lain:

a. pemilihan kompetensi yang sesuai

b. spesifikasi indicator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi

c. pengenbangan sistem pengajaran

d. penilaian

Dalam pendekatan kompetensi kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan yang mengarah kepada pekerjaan, dan pendekatan pengembangan pribadi, karena standart kompetensi yang dikembangkan berkenaan dengan pribadi peseta didik, seperti kompetensi intelektual, social dan komunikasi, penguasaan nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan. Bedanya kurikulum berbasis kompetensi adalah lebih difokusakn pada kompetensi potensial yang esensialnya sedangkan pengembangan pribadi lebih menekankan pada keutuhan perkembangan kemampuan tersebut.

III. Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi Sesuai dengan prinsip diversifikasi dan desentralisasi pendidikan maka pengembangan kurikulum ini digunakan prinsip dasar kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan prinsip kesatuan dalam kebijakan yaitu dalam mencapai tujuan pendidikan perlu ditetapkan standar kompetensi yang harus dicapai

10

secara nasional, pada setiap jenjang pendidikan. Sedangkan prinsip keberagaman dalam pelaksanaan yaitu dalam menyelenggarakan pendidikan yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran penilaian dan pengelolaannya mengakomodasikan perbedaan yang berkaitan dengan kesiapan dan potensi akademik, minat lingkungan, budaya, dan sumber daya sekolah sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan masing-masing. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait (Mulyasa, 2002 : 61). Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi menfokuskan pada kompetensi tertentu berupa pedoman pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang didemostrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan para guru menilai hasil belajar yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajarinya. Secara rinci pengembangan KBK mempertimbangkan hal-hal berikut : Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur yang perlu digali, dipahami dan damalkan siswa. Penguatan integritas nasional yang dicapai melalui pendidikan Keseimbangan berbagai bentuk pengalaman belajar siswa yang meliputi etika, logika, estetika dan kinestetika Penyediaan tempat yang memberdayakan semua siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat diutamakan seluruh siswa dari berbagai kelompok

11

Kemampuan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat beruibah dan penuh ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperehensif (Sujatmiko, 2003 : 7).

Sedangkan prinsip dasar kegiatan belajar mengajar yang dikembangkan dalam KBK adalah mengembangkan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, bersikap dan bertanggung jawab pada kebiasaan dan prilaku sehari-hari melalui pembelajaran secara aktif yaitu :

1. Berpusat pada siswa 2. Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi 3. Memiliki semangat mandiri kerjasama dan berkompetensi perlu dilatih untuk terbiasa bekerja mandiri, kerjasama dan berkompetensi 4. Menciptakan kondisi yang menyenangkan 5. Mengembangkan kemampuan dan pengalaman belajar Karakteristik mata pelajaran (Depdiknas,2003:10)

IV. Kesimpulan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kurikulum berbasis kompetensi sebagai suatu kurikulum yang mendasari rencana pendidikan dan pembelajaran di Indonesia ini adalah suatu kemajuan sendiri dalam perjalanannya. Hal ini sudah

12

barang tentu sebagai suatu usaha pembangunan manusia Indonesia kearah yang lebih baik lagi

Hanya saja kurikulum di Indonesia kembali terjebak pada pola pendidikan yang tetap mempertahankan otoritas pendidik dalam kelas (pada pendidikan formal) walaupun dengan metode sekarang yang lebih variatif. Secara substansial, pendidikan dengan dasar KBK belum sampai kepada pendidikan yang dianut oleh Confucius. Akan tetapi, memang metode-metode pendidikan yang sudah dan sedang dijalankan sudah mendekati kepada tujuan pendidikan Confucianisme. Boleh dikatakan tinggal beberapa langkah lagi sampai kepada idealisme pendidikan Confucianisme.

V. Saran Karena pendapat dari masing-masing individu berfariasi maka penulis berharap saran memngenai pembahasan Kurikulum Berbasi Kompetensi ini demi kesempurnaan pembahsan KBK ini.

13

DAFTAR PUSTAKA

Creel, H. G. 1990. Alam Pikiran Cina; Sejak Confucius sampai Mao Zedong .

Yogyakarta : P. T. Tiara Wacana.

Drost. J. 2005. dari KBK (kurikulum berbasis kompetensi) sampai MBS (manajemen

. berbasis

sekolah); esai-esai pendidikan . Jakarta: Kompas

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:

Rosydakarya

Ibrahim, Dr sakdiah, M.Pd. 2006. Kurikulum Dan Pembelajaran. Darussalam.

Universitas Syiah Kuala.

Mulyasa, 2002. dari KBK (kurikulum berbasis kompetensi). . Jakarta: Kompas

14

You might also like