You are on page 1of 18

REFRAT RSOP

Perbedaan Transient Synovitis of The Hip dengan Septic Arthritis












Oleh:
Amanda Arta G9911112014
Salamah Ary G0002136


Pembimbing:
dr. Anung B. Satriadi, Sp. OT (K)




KEPANITERAAN KLINIK SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSOP PROF. DR. R. SOEHARSO
SURAKARTA
2012



HALAMAN PENGESAHAN
Refrat ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Refrat dengan judul:


Perbedaan Transient Synovitis of The Hip dengan Septic Arthritis



Oleh :
D Amanda Arta G9911112014
Salamah Ary G0002136







Pembimbing



dr. Anung B. Satriadi, Sp. OT (K)









BAB I.
PENDAHULUAN
Rongga sendi merupakan rongga yang steril berisi cairan sinovial dan bahan selular
termasuk sel darah putih, septik artritis merupakan infeksi pada rongga sendi dan biasanya
merupakan infeksi bakterial. Septik arthriris merupakan bentuk akut arthritis yang paling
berbahaya, dan merupakan kasus kegawatdaruratan pada bidang ortopedi, keterlambatan
dalam mendiagnosa dan memberikan terapi dapat menyebabkan kerusakan sendi yang
menetap bahkan dapat menyebabkan morbiditas yang nyata bahkan kematian.
1,2.5.6
Transient sinovitis merupakan penyakit yang bersifat sementarai dan hilang tanpa
pengobatan banyak. Hal yang paling sering terjadi pada anak-anak, khususnya anak laki-laki,
dan merupakan peradangan pada pinggul pada sinovium , atau bagian dari lapisan pinggul
itu.
Gejala transient synovitis biasanya pincang satu sisi. Ada mungkin atau mungkin
tidak ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penyakit. Biasanya ada beberapa rasa
sakit, dan satu gejala ketika kondisi ini terjadi pada bayi menangis yang tampaknya memiliki
penyebab tidak. Kadang-kadang nyeri ini tidak hanya terjadi di sendi pinggul dan mungkin
juga terjadi di lutut, pangkal paha dan paha.













BAB II
ISI

A. DEFINISI
Sinovitis transien pinggul adalah kondisi peradangan akut lapisan dalam pinggul.
Transient berarti bersifat sementara dan tidak berlangsung lama. Sinovitis transien juga
dikenal sebagai toxic synovitis
Kondisi ini mempengaruhi anak-anak muda (laki-laki lebih dari perempuan) yang
paling sering.
Septik artritis dapat terjadi melalui invasi langsung pada rongga sendi oleh berbagai
mikroorganisme termasuk bakteri, virus, mycobacteria dan jamur. Reaktif artritis terjadi
suatu proses inflamasi steril pada sendi oleh karena suatu proses infeksi ditempat lain dari
tubuh. Penyebab tersering adalah bakteri.
2,4,7,8
B. EPIDEMIOLOGI
Transient synovitis adalah penyebab tersering nyeri akut pada pinggul dan pincang
yang menyerang anak umur 2 sampai 12 tahun. Rata rata umur yaitu 5 hingga 6 tahun, dan
hingga 3% dari anak mengalami episode beberapa kali dalam hidupnya. Dari survey di
Belanda dari 0 hingga 14 tahun ditemukan angka insidensi dari penyakit pinggul
nontraumatik akut adalah 148,1 per 100.000 orang per tahun dan untuk transient synovitis
76,2 per 100.000 orang per tahun. Transient synovitis jarang sekali ditemukan pada orang
dewasa. Penyakit ini lebih sering menyerang di musim gugur dan dingin. Penyakit ini dua
kali lebih sering menyerang anak laki laki dibandingkan perempuan dan lebih jarang
ditemukan pada anak kulit hitam. Jarang sekali ditemukan bilateral. Episode berulang terjadi
pada 4% hingga 17% dari anak anak. Mereka yang memiliki episode berulang biasanya
memiliki bagian jinak, walaupun pada 10% bisa menunjukkan ciri ciri kondisi inflamasi
kronik.
Kurang lebih 20.000 kasus supuratif artritis/ bakterial arthritis terjadi setiap tahunnya
di Amerika Serikat Angka kejadian bakterial arthritis setiap tahun bervariasi antara 2 10
kejadian per 100.000 populasi umum. Pada pasien dengan riwayat Reumathoid Arthritis dan
penggunaan protesis mencapai 30-70 per 100.000 populasi. 25 -50 % mengalami kehilangan
fungsi sendi yang permanen. Meskipun penggunaan antibiotika dan penanganan telah
berkembang lebih baik namun angka mortalitas tidak berubah dalam 25 tahun terakhir, yaitu
mencapai 5 -15%.
1,2,3,6

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti transient synovitis ini tidak diketahui. Dalam beberapa kasus,
mungkin berkembang setelah infeksi virus baru-baru ini (seperti infeksi pernafasan dingin
atau atas). Dalam sejumlah kecil anak-anak, trauma pinggul yang diikuti oleh sinovitis
transien.
Ada banyak perdebatan tentang kemungkinan adanya hubungan antara sinovitis
transien dan kondisi lain yang disebut Legg-Calve-penyakit Perthes. Pada penyakit Perthes,
suplai darah ke pusat pertumbuhan pinggul (ibukota femoralis epiphysis) terganggu,
menyebabkan tulang di daerah ini untuk mati. Pasokan darah akhirnya kembali, dan
menyembuhkan tulang.

Hanya sejumlah kecil anak-anak dengan sinovitis transien mengembangkan Legg-
Calve-penyakit Perthes. Ada kemungkinan peningkatan berkepanjangan tekanan di dalam
hilangnya penyebab gabungan dari suplai darah ke pinggul. Beberapa ahli menduga anak-
anak yang mengembangkan penyakit Perthes mungkin memiliki sinovitis transien terdeteksi
sebelum runtuhnya kepala femoral terjadi.
Septic Bakterial atau supuratif artritis dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu, gonokokal
dan non-gonokokal. Neisseria gonorrhoeae merupakan patogen tersering ( 75%) pada
pasien dengan aktifitas seksual yang aktif. Staphylococcus Aureus merupakan patogen
tersering pada bakterial arthritis pada usia anak-anak diatas usia 2 tahun dan dewasa,
sedangkan penyebab tersering ( 80%) infeksi sendi yang dipicu oleh rheumatoid arthritis
adalah spesies Streptococcal seperti Streptococcus viridans, Streptococcus pneumoniae, dan
streptococci group B. Bakteri gram negatif dapat menjadi penyebab 20- 25% dan terjadi
penderita yang sangat muda atau sangat tua yang mana terjadi gangguan fungsi imunitas, atau
pengguna obat-obat suntikan terlarang.
Pada pasien yang menggunakan sendi buatan / prosthetic joint dapat juga terjadi
septic arthritis, yang berdasarkan waktunya dibagi menjadi tiga jenis infeksi yaitu: 1. early,
infeksi terjadi pada awal, 3 bulan sejak implantasi, biasanya disebabkan ol eh S aureus. 2.
delayed, terjadi 3-24 bulan sejak implantasi, kuman tersering coagulase-negative
Staphylococcus aureus dan gram negatif. Kedua jenis ini didapat dari kuman di kamar
operasi. 3. late, terjadi sekunder dari penyebaran hematogen dari berbagai jenis kuman

D. PATOFISIOLOGI
Biopsi pada transient synovitis menunjukkan inflamasi nonspesifik dan hipertrofi
dari sinovial membran. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya efusi yang
menyebabkan pembengkakan dari kapsul sendi anterior. Cairan sinovial memiliki
proteoglikan yang meningkat.
Pada septic arthritis organisme dapat masuk ke dalam sendi melalui direct
inoculation, melalui penyebaran dari jaringan periartikular atau melalui aliran darah yang
merupakan rute infeksi tersering Sendi normal mempunyai komponen protektif untuk
mencegah terjadinya proses infeksi, yaitu: sel sinovial memiliki kemampuan untuk
memfagositik dan cairan sinovial memiliki kemampuan bakterisidal. Pada penyakit
rheumatoid arthritis dan SLE terjadi penurunan fungsi imun tersebut.
Gambar 2. patofisiologi terjadinya septic arthritis

Bakteri dapat masuk kedalam ruang sendi melalui beberapa cara yaitu, masuk melalui
proses operasi daerah sendi, melalui tindakan aspirasi sendi, penyuntikan kortikosteroid atau
melalui trauma lainnya. Bakteri yang berhasil masuk kedalam rongga sendi dalam beberapa
jam menimbulkan reaksi inflamasi pada membran sinovial berupa hiperplasi dan proliferasi
dan terjadi pelepasan faktor-faktor inflamasi seperti cytokines dan proteases yang
menyebabkan degradasi dari kartilago sendi.
Pada Rheumatoid arthritis telah terjadi kerusakan sendi, hal ini mempermudah
terjadinya suatu infeksi membran sinovial, pada sendi ini terjadi neovaskularisasi dan terjadi
peningkatan faktor munculnya adhesi yang kemudian menyebabkan terjadinya bakterimia
dan berlanjut menjadi infeksi sendi. Konsekuensi dari infesi sendi adalah kerusakan articular
cartilage. Pada S aureus chondrocyte proteases kuman tersebut dapat bereaksi dengan
polymorphonuclear leukocytes host yang kemudian megaktifkan sintesis sitokins dan
berbagai produk inflamasi lainnya yang menyebabkan hidrolisa dari kolagen dan
oteoglycans.
Pada infeksi Karena N. Gonorrhoeae terjadi influks dari sel-sel darah putih ke dalam
sendi yang hanya menyebabkan kerusakan sendi yang minimal dibandingkan dengan S
aureus Kerusakan yang terus terjadi menyebabkan erosi kartilago pada lateral margins dari
sendi, kemudian dapat terjadi efusi yang cukup banyak yang kemudian menyebabkan
gangguan pada aliran pembuluh darah dan menyebabkan aseptik nekrosis tulang. Proses
kerusakan ini dapat terjadi dalam 3 hari awal pada pasien yang mengalami infeksi sendi tanpa
pengobatan
Infeksi virus dapat terjadi melalui cara invasi langsung (rubella) atau melalui produk
antigen antibodi kompleks contohnya pada infeksi virus hepatitis B, parvorvirus B19 dan
lymphocytic choriomeningitis viruses. Selain itu septic arthritis dapat juga terjadi oleh karena
proses ditempat lain, paling sering di gastrointestinal, dengan kuman-kuman tersering yaitu:
Salmonella enteritidis, Salmonella typhimurium, Yersinia enterocolitica, Campylobacter
jejuni, Clostridium difficile, Shigella sonnei, Entamoeba histolytica, Cryptosporidium.
Tersering kedua adalah infeksi pada genitourinaria adalah Chlamydia trachomatis
Morbiditas yang dapat terjadi berupa disfungsi sendi dan kejadian mortalitas terjadi
tergantung kuman penyebabnya, pada N gonorrhoeae angka mortlitas rendah , sedangkan
pada A aureus dapat mencapai 50 %. 56% terjadi pada pria, 45 % septic arthritis terjadi pada
usia diatas 65
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik pada transient synovitis yatu terdapatnya peradangan dan efusi
(pembengkakan) dapat menyebabkan nyeri pinggul mendadak. Biasanya hanya satu pinggul
yang terlibat. Anak mungkin menolak untuk berjalan atau mungkin lemas ketika berjalan
sebagai tanda pertama dari masalah. Anak muda yang tidak berjalan belum berhenti
merangkak atau mengubah cara mereka mendapatkan sekitar. Mereka mungkin menangis di
malam hari atau ketika memiliki popok berubah.
Anak Anda mungkin memiliki sedikit demam. Sebuah demam tinggi biasanya
merupakan tanda dari sesuatu yang lebih serius seperti arthritis septik (infeksi bakteri dari
pinggul) atau osteomielitis (infeksi tulang).
Dalam semua kelompok umur, biasanya ada hilangnya gerak pinggul. Anak tidak
ingin menempatkan berat pada kaki itu. Gejala yang menyakitkan dapat melakukan
perjalanan ke paha, pangkal paha, atau lutut di sisi yang sama. Kadang-kadang tidak ada
nyeri pinggul tetapi rasa sakit hanya selangkangan, paha, atau lutut.
Anak Anda mungkin ingin menjaga pinggul dan kaki dalam posisi istirahat fleksi
(tertekuk), rotasi eksternal (berpaling ke luar), dan penculikan (jauh dari kaki yang lain).
Posisi ini membuka kapsul sendi membantu mengurangi rasa sakit dengan mengambil
tekanan dari struktur jaringan lunak
Gejala yang paling sering muncul adalah trias yaitu: nyeri (75%), demam ( 40-60%),
dan keterbatasan gerak sendi, gejala ini dapat terjadi dalam bebeapa hari sampai beberapa
minggu, demam biasanya tidak tinggi. Gejala yang paling utama adalah nyeri pada sendi,
yang harus dievaluasi pada nyeri sendi adalah seberapa akut nyeri terdebut terjadi, ataukah
nyeri tersebut merupakan superimposed chronic pain, adakah riwayat trauma ataukah riwayat
operasi sebelumya, apakah nyeri tersebut monoartikular ataukah poliartikular.
Selain itu harus digali riwayat rheumatoid arthritis, riwayat suntikan pada daerah
sendi, riwayat diare Adakah gejala-gejala ekstra artikuler atau adakah riwayat penggunaan
obat terlarang intravena atau riwayat kateterisasi pembuluh darah. Adakah riwayat penyakit
penyakit kelamin, adakah penyakit penyakit lain yang menyebabkan penurunan system imun
seperti penyakit liver, diabetes mellitus limfoma, penggunaan obat obat imunosupresive
Gejala klinis septic arthritis pada infeksi non gonokokal gejala timbul mendadak
dengan terjadinya pembengkakan sendi, teraba hangat dan sangat nyeri, paling sering terjadi
pada sendi lutut ( 50% kasus ), sedangkan pada anak-anak paling sering terjadi pada sendi
pinggul, sendi pinggul biasanya dalam posisi fleksi dan eksternal rotasi dan sangat nyeri bila
digerakkan. Kurang lebih 10-20 % terjadi infeksi poliartikular, biasanya 2 atau 3 sendi.
Poliartikular septik arthtritis biasanya terjadi pada pasien dengan reumatoid arthritis, pasien
dengan infeksi jaringan lunak atau pada pasien dengan sepsis berat.


Gambar 3 : (kiri)Gonokokal infeksi pada pasien usia muda dengan gambaran septic arthritis
pada ankle kiri, tampak gambaran petecie, odema, (Kanan) septic arthritis pada pergelangan
tangan
Pada infeksi oleh karena gonokokal (DGI) Disseminated GonococcalI Infection gejala yang
muncul berupa migratory polyarthralgia, tenosynovitis, dermatitis dan demam. Kurang dari
separuhnya mengalami efusi sendi purulenta.

Tabel 1, Perbedaan bakterial arthtritis pada Gonokokal dan Non Gonokokal
Pemeriksaan fisik
Sendi paling sering terkena adalah sendi lutut (50%), hip (20%), shoulder (8%) ankle
(7%), and wrists (7%). elbow, interphalangeal, sternoclavicular, dan sacroiliac masing-
masing kurang lebih 1- 4 %. Eritema dan odema ( 90%), teraba hangat dan kaku, infeksi
sendi biasanya menyebabkan efusi pada sendi yang mengkibatkan keterbatasan gerakan aktif
maupun pasif.
Gejala-gejala dari infeksi bisa tidak muncul pada orang-orang yang mengalami
gangguan imunitas khususnya pada pasien rheumatoid arthritis dan pengguna obat suntikan
terlarang. Pada non-gonokokal arthritis, 85-90% monoartikuler, bila mengenai lebih dari 1
sendi biasanya ada keterlibatan S aureus. Bila mengenai poliartikuler biasanya disebabkan
oleh gonokokal , virus, lyme disease, reactif arthritis. Group B streptokokus biasanya
menyerang sacroiliac dan sternoclavicular joints.
Laboratorium
Untuk menegakkan diagnosa secara definitif diperlukan bukti adanya bakteri pada
cairan sinovial baik dengan pengecatan gram atau kultur, begitu ada kecurigaan suatu septic
arthritis harus dilakukan aspirasi cairan sinovial, bila perlu dengan guiding imaging terutama
pada sendi-sendi yang sulit dilakukan aspirasi, contohnya hip, shoulder dan sacroiliac. Bila
perlu dilakukan surgical anthrotomy untuk mendapatkan cairan dan jaringan sinovial
Pada kasus non gonokokal hasil kultur pada cairan sinovial 90% positif, namun pada
pengecatan gram hanya memberikan hasil positif 50 %, kebanyakan infeksi sendi terjadi efusi
cairan sendi yang purulen, dengan jumlah leukosit 50-150 x 10
9
/L terutama sel PMN, kadar
glukosa menurun, kadar asam laktat dan laktat dehidrogenase meningkat, namun tidak
spesifik untuk septic arthtritis. Pada kasus Gonokokal hasil kultur hanya positif 50%,
pengecatan gram positif 25 %.
- Pemeriksaan Laboratorium kultur cairan sinovial dan jaringan sinovial merupakan
diagnostik definitif. Namun terapi harus segera diberikan tanpa menunggu hasil kultur
- Pemeriksaan dengan polarizing microscopy untuk melihat adanya Kristal didalam
cairan dan untuk melihat adanya kuman dengan pengecatan gram. Bila hasil kristal
positip, hasil pengecatan gram negatif maka pasien diterapi sebagai crystal-associated
arthritis,kecuali ada sumber infeksi ditempat lain seperti pneumonia atau
pielonefritis
- Apabila secara mikroskopis tidak ditemukan kristal, pasien tetap diberikan terapi
dengan tetap dianggap ada proses infeksi walaupun hasil pengecatan gram negatif,
oleh karena pengecatan gram hanya memberikan angka sensitifitas sebesar 60 %
untuk mendeteksi adanya bakteri didalam cairan sinovial, cairan sinovial harus
dikultur untuk melihat myobacteria atau jamur
- Apabila kondisi pasien tidak membaik setelah 5 hari perawatan, cairan sendi harus di
aspirasi dan diperiksa, sebagian besar septic arthritis terjadi peningkatan sel darah
putih lebih dari 50.000, dengan 75 % merupakan polimorfonuklear, namun proses
inflamasi steril juga dapat memberikan gambaran yang serupa, peningkatan kadar
glukosa dan protein di cairan sinovial tidak spesifik oleh sebab itu tidak rutin
dikerjakan
- Apabila kita mencurigai suatu infeksi gonokokal, maka harus diambil kultur dari
rectum, serviks, uretra dan pharing dan dari setiap lesi pada kulit
- Pemeriksaan PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA bakteri di cairan sinovial
khususnya untuk untuk kuman Yersinia species, B burgdorferi, Chlamydia species, N
gonorrhoeae dan Ureaplasma species
-
Pada infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis terjadi leukositosis cairan sinovial,
hasil pengecatan asam biasanya negative, hasil kultur positif pada 80 % kasus
13,14
Pemeriksaan Radiologis
- Pemeriksaan foto polos sendi sangat terbatas dalam menilai infeksi sendi
- Gambaran yang paling sering adalah Periarticular soft tissue swelling
o Pemeriksaan radiologis lebih banyak bermanfaat untuk menyingkirkan adanya
osteomielitis atau periartikular osteomielitis sebagai akibat dari infeksi sendi
tersebut
o Penumpukan calsium pyrophosphat dapat dideteksi dengan foto ini
- Ultrasonograpi dapat digunakan untuk mendiagnosa efusi pada kasus kerusakan sendi
yang kronis (sekunder dari trauma atau rheumatoid arthritis)
- CT Scan dan MRI lebih sensitive untuk membedakan antara osteomielitis,
periartikular abses dan infeksi sendi. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk infeksi
sendi di sacroiliac atau sternoclavicular untuk menyingkirkan penyebaran infeksi ke
mediastinum atau ke pelvis


Gambar 4. (kiri): Foto pelvis AP Tampak proses destruksi pada permukaan sendi hip kiri.
(kanan) : MRI potongan sagital pasien septic arthritis pada sendi lutut kiri, tampak efusi
sendi, synovial thickening dan subcutaneous edem

- Radionuclide scans (technetium Tc 99m, gallium Ga 67, indium In 111 leukocyte
scans), kelemahannya tidak dapat membedakan antara suatu proses infeksi atau
proses steril.
- Pada PJI pemeriksaan foto polos dapat memberikan gambaran pertumbuhan
subperiosteal baru dan sinus transcortical yang mana menggambarkan suatu infeksi

F. TATALAKSANA
Penatalaksanaan transient synovitis dengan istirahat dan obat antiinflamasi adalah
teknik pengobatan utama. Tidak apa-apa jika anak Anda terus kaki ternyata. Setiap posisi
yang nyaman akan membantu proses penyembuhan. Anak biasanya sudah membatasi berapa
banyak berat badan diletakkan pada kaki itu. Jika tidak, setiap upaya harus dilakukan untuk
menghindari menahan beban.
Kegiatan fisik yang kuat seperti berlari, melompat, dan berpartisipasi dalam kegiatan
olahraga harus dihindari selama fase akut. Dokter Anda akan memberitahu Anda jika kruk
diperlukan untuk membantu batas berat-bearing melalui kaki itu. Jika kruk disarankan,
mereka hanya akan diperlukan untuk beberapa minggu.
Pembedahan biasanya tidak diperlukan. Dalam kasus yang parah anak sinovitis
transien dapat dirawat di rumah sakit untuk observasi dan traksi kaki. Menerapkan tarik di
pinggul melalui kaki dapat mengurangi tekanan di dalam kapsul sendi. Jika anak adalah
koperasi, traksi rumah mungkin menjadi mungkin
Penatalaksanaan septic arhtritis dapat dengan nonoperatif dan operatif. Prinsip
terapi pada septic arthritis adalah drainase cairan sinovial yang terinfeksi secara adekuat,
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, kombinasi Beta-lactam dengan aminoglikosida
atau generasi kedua golongan kuinolon. imobilisasi sendi untuk mengurangi nyeri. Pada akut
PJI ( prosthetic joint infection ) kurang dari 3 minggu (tipe early) atau sekunder dari
penyebaran hematogen tanpa keterlibatan jaringan sekitar sendi atau tidak terjadi joint
instability, dapat diterapi dengan obat-obatan Antibiotik intravena diberikan selama 3-4
minggu.
Drainage dapat berupa perkutaneus atau pembedahan, aspirasi dengan menggunakan
jarum secara berulang untuk mencegah pengumpulan cairan di dalam sendi, aspirasi dapat
dilakukan 2-3 kali sehari pada hari-hari awal, apabila drainage lebih sering diperlukan maka
pertimbangan untuk operasi Apabila dalam 5 hari perawatan, sendi mengalami perbaikan
maka dapat diberikan obat-obat antiiflamasi, apabila tidak membaik setelah 5 hari, klinis
febris yang menetap, cairan sinovial tetap purulen, hasil kultur tetap positip, maka perlu
dilakukan reevaluasi terhadap terapi :
1. lakukan kultur ulang cairan sinovial
2. periksa serologis untuk diagnosa lyme disease
3. jika dicurigai adanya jamur atau mikobakterial perlu dilakukan sinovial biopsy
4. pertimbangakan kemungkinan reactive arthritis
5. periksa foto polos ataupun MRI untuk menyingkirkan periarticular osteomyelitis.

Surgical drainage diindikasikan apabila satu atau lebih kriteria dibawah ini :
1. Penggunaan antibiotik yang sesuai dan perkutan drainage yang aktif selama
5-7 hari tetap gagal
2. Sendi yang terkena sulit untuk diaspirasi ( hip )
3. Adanya infeksi pada jaringan sekitar
Infeksi gonokokal jarang memerlukan surgikal drainasePada kasus PJI
(prothease joint infection) terapi dengan memberikan antibiotik yang adekuat dan
pengangkatan protesis, meskipun penggunaan antibiotik telah adekuat angka keberhasilan
hanya 20 % bila protesis tetap ditinggalkan, teknik dengan 2 tahap merupakan teknik yang
paling efektif
1. Angkat protesis diikuti pemberian antibiotik selama 6 minggu
2 Ganti sendi yang baru dengan methylmethacrylate cement dengan antibiotik (
gentamicin, tobramycin ). Difusi antibiotik ke jaringan sekitar merupakan tujuan
terapi. Angka keberhasilan rata-rata 95%
Cara lain dengan intermediate method, dengan mengganti sendi terinfeksi dengan
sendi baru dalam 1 tahap operasi disertai pemberian antibiotik, metode ini memberikan
angka keberhasilan 70-90%. Apabila kondisi penderita membaik dalam 5 hari perawatan,
dapat dimulai mobilisasi ringan pada sendi yang terinfeksi, kebanyakan penderita
memerlukan rehabilitasi medik umtuk mengembalikan fungsi sendi secara maksimal.






Gambar 5.: Alogaritma penanganan Septik Arthritis


BAB III.
KESIMPULAN


Sinovitis transien pinggul adalah kondisi peradangan akut lapisan dalam pinggul.
Transient berarti bersifat sementara dan tidak berlangsung lama. Sinovitis transien juga
dikenal sebagai toxic synovitis
Septik artritis dapat terjadi melalui invasi langsung pada rongga sendi oleh berbagai
mikroorganisme termasuk bakteri, virus, mycobacteria dan jamur. Reaktif artritis terjadi
suatu proses inflamasi steril pada sendi oleh karena suatu proses infeksi ditempat lain dari
tubuh. Penyebab tersering adalah bakteri.
2,4,7,8
Keduanya meupakan peradangan sendi pada. pinggul .Dalam membedakan transient
sinovitis dan septic arthritis dapat dibedakan dari kriteria klinis dan arthrosintesis. Transient
synovitis merupakan self limitting desease yang dapat sembuh dengan sendirinya dalam dua
minggu. Pada septic arthritis ditemukan LED, CRP< dam Leukosit meningkat. Anak tampak
sakit parah. Ada beberapa kriteria yang membedakan antara tansient synovitis dan septic
arthritis yaitu Kocher Criteria yaitu:
1. Demam
2. Tidak dapat menapak
3. LED > 40mm/j
4. Leukosit > 12000 mm
Apabila tidak didapatkan satu pun dari kriteria diatas kemungkinan septic atritis
0,2%, Bila didapatkan satu kriteria kemungkinan SA 3.0%, bila dua kriteria didapatkan
kemungkinan SA 40%, tiga kriteria kemungkinan SA 90% , dan apabila semua kriteria
didapatkan maka 99% kemungkinan adalah SA.


DAFTAR PUSTAKA


1. Paresh D Sonsale,1 Mark R. Philipson, Septic Arthritis of the Knee Due to
Fusobacterium necrophorum. Jourclinmycro. July 2004, p. 33693370
2. Randall et all. Septic Arthritis Due to Streptococcus sanguis. Mayo Clin Proc.
2002;77:709-710
3. Don L Goldenberg. Septic arthritis. THE LANCET. Vol 351. January 17, 1998

4. Kaandorp CJE, van Schaardenburg D, Krijnen P, Habbema JDF,
van de Laae MAFJ. Risk factors for septic arthritis in patients with
oint disease: a prospective study. Arthritis Rheum 1995; 38: 181925.
6 Goldenberg DL, Reed JI. Bacterial arthritis. N Engl J Med 1985; 312:
76471.
7 Ross JJ, Shamsuddin H. Sternoclavicular septic arthritis: review of 180
cases. Medicine (Baltimore). May 2004;83(3):139-48.
8 Berbari EF, Marculescu C, Sia I, Lahr BD, Hanssen AD, Steckelberg JM, et
al. Culture-negative prosthetic joint infection. Clin Infect Dis. Nov
1 2007;45(9):1113-9.
9 Cucurull E, Espinoza LR. Gonococcal arthritis. Rheum Dis Clin North
Am. May 1998;24(2):305-22.
10 Goldenberg DL, Cohen AS. Acute infectious arthritis. A review of patients with
nongonococcal joint infections (with emphasis on therapy and prognosis). Am J
Med. Mar 1976;60(3):369-77. .
11 Broy SB, Schmid FR. A comparison of medical drainage (needle aspiration) and
surgical drainage (arthrotomy or arthroscopy) in the initial treatment of infected
joints. Clin Rheum Dis. Aug 1986;12(2):501-22
12 Smith JW, Piercy EA. Infectious arthritis. Clin Infect Dis. Feb 1995;20(2):225-30;
quiz 231.
13 Kocher MS, et al. Validation of a clinical prediction rule for the differentiation
between septic arthritis and transient synovitis of the hip in children. J Bone Joint
Surg [Am]. August 2004;86-A:162935.
14 Used with permission from Barry H. Clinical dx of septic arthritis and transient
synovitis of hip. Accessed online October 1, 2004, at: http://www.InfoPOEMs.com.

You might also like