You are on page 1of 13

BATUAN METAMORFOSIS

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geokimia

Oleh : Natalia Debora Panggabean NIM 24030111150011

JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Geokimia. Makalah ini membahas mengenai Batuan Metamorfosis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi pembaca di masa yang akan datang.

Semarang, 25 September 2012

Penulis

i|

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. I DAFTAR ISI ........................................................................................................... II BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 BAB II BATUAN METAMORFOSIS ................................................................... 2 1. DEFINISI BATUAN METAMORFOSIS...2 2. KARAKTERISTIK BATUAN METAMORFOSIS.. 2 3. KLASIFIKASI BATUAN METAMORFOSIS 2 4. MACAM-MACAM BATUAN METAMORFOSIS..3 4.1. SLATE ........................................................................................ 3 4.2. FILIT........................................................................................... 3 4.3. GNEIS ......................................................................................... 4 4.4. SEKIS ......................................................................................... 4 4.5. MARMER .................................................................................... 5 4.6. KUARSIT .................................................................................... 6 4.7. MILONIT..................................................................................... 6 4.8. FILONIT ...................................................................................... 7 4.9. SERPENTINIT .............................................................................. 7 4.10. HORNFELS .................................................................................. 8 BAB III METAMORFISME ................................................................................ 10

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Slate ........................................................................................................ 3 Gambar 2 Filit ......................................................................................................... 4 Gambar 3 Gneis....................................................................................................... 4 Gambar 4 Sekis ....................................................................................................... 5 Gambar 5 Marmer ................................................................................................... 5 Gambar 6 Kuarsit .................................................................................................... 6 Gambar 7 Milonit .................................................................................................... 7 Gambar 8 Serpentinit .............................................................................................. 8 Gambar 9 Hornfels .................................................................................................. 8

ii |

BAB I PENDAHULUAN

Magma yang membeku membentuk batuan beku. Batuan beku ini dapat mengalami pengangkatan, tersingkap di permukaan dan mengalami pelapukan dan erosi. Batuan ini terurai menjadi fragmen atau sedimen yang tertransportasi dan terendapkan pada suatu cekungan pengendapan. Sedimen ini kemudian mengalami litifikasi (pembatuan) melalui proses kompaksi (penekanan massa sedimen yang terendapkan di atasnya), atau proses sementasi alamiah dari presipitasi mineral di dalam air, kemudian membentuk batuan sedimen. Bila batuan sedimen mengalami tekanan dan temperature yang tinggi, batuan ini akan berubah (bentuk, warna, densitas dan komposisi) menjadi batuan metamorf. Bila batuan metamorf ini mengalami pemanasan hingga titik leburnya, maka akan kembali membentuk magma. Seperti itulah gambaran ideal suatu siklus batuan. Struktur struktur yang biasa dikenal pada batuan metamorf adalah : a) Slaty cleavage : merupakan struktur foliasi planar yang dijumpai sebagai bibang bidang belah pada batu sabak. b) Granulose / hornfelsik : struktur yang tidak menunjukkan cleavage,merupakan bmozaik yang terdiri dari mineral yang equidimensional, hasil dari metamorphosis thermal c) Filitik : terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty cleavage, sudah mulai terjadi pemisahan mineral granular (segregasi) tetapi belum sempurna, lebih kilap daripada batu sabak. d) Schistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral equigranular, mineralnya pipih orientasi tidak terputus putus.10Petrologi batuan metamorf e) Gneistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan mineral equigranular, orientasi mineral pipih terputus putus oleh mineral granular. f) Milonitik : berbutir halus, menunjukkan gerusan gerusan akibat granulation yang kuat.

1|

BAB II BATUAN METAMORFOSIS


1. Definisi Batuan Metamorfosis Batuan metamorfosis adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses metamorfisme.

2. Karakteristik Batuan Metamorfosis Batuan metamorfosis memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ; Komposisi mineral batuan asal Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme Pengaruh gaya tektonik Pengaruh fluida

3. Klasifikasi Batuan Metamorfosis Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.

2|

Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut.

4. Macam-macam Batuan Metamorfosis 4.1. Slate Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah. Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat halus (very fine grained).

Gambar 1 Slate

Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi Derajat metamorfisme Ciri khas

: Metamorfisme Shale dan Mudstone : Abu-abu, hitam, hijau, merah : Very fine grained : Foliated (Slaty Cleavage) : Quartz, Muscovite, Illite : Rendah : Mudah membelah menjadi lembaran tipis

4.2. Filit Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.

3|

Gambar 2 Filit Asal Warna Ukuran butir Stuktur Komposisi : Metamorfisme Shale : Merah, kehijauan : Halus : Foliated (Slaty-Schistose) : Mika, kuarsa

Derajat metamorfisme : Rendah Intermediate Ciri khas : Membelah mengikuti permukaan gelombang

4.3. Gneis Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi dan foliasi dari kuarsa, feldspar, mika dan amphibole.

Gambar 3 Gneis Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi : Metamorfisme regional siltstone, shale, granit : Abu-abu : Medium Coarse grained : Foliated (Gneissic) : Kuarsa, feldspar, amphibole, mika

Derajat metamorfisme : Tinggi Ciri khas : Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling

dengan lapisan tipis kaya amphibole dan mika.

4.4. Sekis Schist (sekis) adalah batuan metamorf yang mengandung lapisan mika, grafit, horndlende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi

4|

berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang mengkilap.

Gambar 4 Sekis Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi Derajat metamorfisme Ciri khas : Metamorfisme siltstone, shale, basalt : Hitam, hijau, ungu : Fine Medium Coarse : Foliated (Schistose) : Mika, grafit, hornblende : Intermediate Tinggi : Foliasi yang kadang bergelombang,

terkadang terdapat kristal garnet

4.5. Marmer Terbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.

Gambar 5 Marmer Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi : Metamorfisme batu gamping, dolostone : Bervariasi : Medium Coarse Grained : Non foliasi : Kalsit atau Dolomit

Derajat metamorfisme : Rendah Tinggi

5|

Ciri khas

: Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang

terdapat fosil, bereaksi dengan HCl.

4.6. Kuarsit Adalah salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir (sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses metamorfosis.

Gambar 6 Kuarsit Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi : Metamorfisme sandstone (batupasir) : Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah : Medium coarse : Non foliasi : Kuarsa

Derajat metamorfisme : Intermediate Tinggi Ciri khas : Lebih keras dibanding glass

4.7. Milonit Milonit merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan. Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.

6|

Gambar 7 Milonit Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi : Metamorfisme dinamik : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru : Fine grained : Non foliasi : Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan

Derajat metamorfisme : Tinggi Ciri khas : Dapat dibelah-belah

4.8. Filonit Merupakan batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan filosilikat (klorit atau mika) Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi : Metamorfisme Shale, Mudstone : Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman : Medium Coarse grained : Non foliasi : Beragam (kuarsa, mika, dll)

Derajat metamorfisme : Tinggi Ciri khas : Permukaan terlihat berkilau

4.9. Serpentinit Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses proses metamorfosis temperatur rendah yang

7|

menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan terhidrolize dengan air menjadi serpentinit.

Gambar 8 Serpentinit Asal Warna : Batuan beku basa : Hijau terang / gelap

Ukuran butir : Medium grained Struktur Komposisi Ciri khas : Non foliasi : Serpentine : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

4.10. Hornfels Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.

Gambar 9 Hornfels Asal Warna Ukuran butir Struktur Komposisi : Metamorfisme kontak shale dan claystone : Abu-abu, biru kehitaman, hitam : Fine grained : Non foliasi : Kuarsa, mika

Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

8|

5. Mineral dalam Batuan Metamorfosis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kwarsa : bentuk agak pipih atau mengkristal tak teratur berwarna agak mengkilap, putih jernih atau putih kehijauan. Klorit : berwarna hijau, coklat, atau coklat kehitaman,bentuk terpilin atau bengkok, seperti tanah. Kilab viterous, kekerasan 1-2,5. Feldsfar : Bentuk dan sifatnya sama dengan feldsfar dalam batuan beku atau agak pipih akibat tekanan. Mika : bentuk lembar-lembar halus, dapat memberikan warna mengkilap. Terdapat banyak pada sekis dan gneis. Andalusit : prismatik kasar, berwarna pudar, merah jambu sampai violet. Kilab viterous, kekerasan 5-7. Glaukofan : kristal monoklin, perismatik seperti serat, batang atau butiran, pecahan konkoidal, warna biru abu-abu, biru kehitaman. Kianit : bentuk kristal triklin, memanjang atau lempeng-lempeng, warna biru laut, kilab viterous, kekerasan 4-7. Aktinolit : menjarum halus atau serupa serat-serat, warna hijau atau abuabu kehijauan, kilab viterous seperti sutra. Garnet : kristal sistem reguler, berbentu kubus, warna merah jambu hingga merah kecoklat atau merah tua, kilab viterous, transparan hingga opak. Serpentin : bentuk seratan pipih atau seratan fleksibel warna merah kecoklatan dan hijau kekuningan, Talk : berbentuk granular, tipis-tipis semacam serabut, fleksible, warna hijau muda sampai hijau tua, kilab mutiara, kekerasan 1-2. Kordierit : perismatik pendek, kompak atau granular, warna abu-abu kebiruan, hijau kuning atau tak berwarna, kilab viterous. Silimatit : panjang-panjang tipis seperti jarum kadang-kadang bengkok, warna abu-abu, putih atau kuning pucat. Kilab viterous. Tremolit : lempeng-lempeng berserat seperti asbes, granular. Warna putih, abu-abu, hijau, atau kuning, belahan prismatik, kilab viterous. Wolanstonit : tabular atau prismatik, berserat-serat paralel, menyebar atau granular. Warna putih keabu-abuan atau tidak berwarna, kilab sutera. Piroksin : perismatik pendek, warna coklat hingga hitam, belahan dua arah. Olivine : berwarna hijau, kuning kecoklatan. Kekerasan 6 hingga 7. Amphibole : perismatik panjang bersisi 6, warna hijau kehitaman, kilab viterous, kekerasan 5-6.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

9|

BAB III METAMORFISME


Jenis-jenis Metamorfisme : 1. Metamorfisme kontak/termal Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava. 2. Metamorfisme regional Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas. 3. Metamorfisme Dinamik Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan lempeng. 4. Facies Metamorfisme Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau kimia.

Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.

10 |

You might also like