You are on page 1of 9

Diakses 20/10/11

http://ilhamgutsy.blogspot.com/2011/05/perkembangan-politik-islam-di-indonesia.html

islam Menyatu dengan Pranata Politik Local Islam datang ke Indonesia terbukti dilakukan dengan secara damai. Berbeda dengan penyebaran islam yang dilakukan di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam masuk ke Indonesia setelah kehancuran Baghdad sehingga menyebabkan pedagang muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke araha Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Bersamaan dengan para pedagang dating pula dai-dai dan musafir-musafir sufi. Dari perdagangan tersebut terjadilah hubungan timbale balik, sehingga terbentuklah perkampungan masyarakat Muslim. Pertumbuhan perkampungan ini malin meluas sehingga perkampungan itu tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi membentuk struktur pemerintahan dengan mengangkat Meurah Silu, kepala suku Gampung Samudra menjadi Sultan Malik as-Sholeh. Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnyaIslam ke Indonesia adalah melalui : perdagangan, Dakwah, Perkawinan, Pendidikan, tasawuf dan tarekat, dan kesenian. 2. Ulama Sebagai Legitimator Politik Kerajaan Pengaruh ini dapat dilihat dalam system pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai dalam kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram, Demak, Banten, dan Tidore. 3. Pemberontakan Rakyat Terhadap Belanda a. Perang Diponegoro Ulama atas nama Islam menggalang kekuatan untuk melawan penjajah. Terjadilah perang jawa (1825-1830 M) dipelopori pangeran Diponegoro didampingi Kiai Mojo (1873-1905 M). walaupun perang besar ini berakhir dengan kekalahan, tetapi peran politik ulama telah menjadi pelajaran politik umat Islam Indonesia. Penggalangan atas nama Islam telah memupuk cinta tanah air dan anti kolonial. Nilai perang sabil yang dicanangkan oleh para ulama selalu menjadi landasan yang kuat dalam ketahanan umat untuk mengusir dan melawan kolonial.

b. Kalangan Petani (1888 M) Ketika penjajahan Belanda semakin meluas, maka muncullah gerakan protes petani dipimpin oleh ulama lokaluntuk melawan Belanda dan pembantu-pembantu raja-raja tradisional yang dianggap kafir. Para petani dan ulama lokal menganggap gerakan itu sebagai perang suci, perang terhadap kafir. Diantara gerakan protes petani lokal yang dianggap terbesar adalah yang terjadi di Cilegon. Dengan faktor: situasi kolonial yang menghipit kehidupan rakyat, kondisi yang bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Islam, pelarangan Umat Islam melakukan Ibadah, tindakan yang semena-mena, penggusuran tanah milik rakyat yang suburuntuk tanaman tebu, kerja paksa, pajak yang memeras, dan lain-lain.

1. Pergeseran Politik Keagamaan dari Istana kepada rakyat atau Ulama Dengan keadaan demikian (rakyat resah dan menderita), mendorong para kiai, ulama, atau haji untuk menghimpun rakyat tampil sebagai pemimpin dengan cara menghubungi beberapa pesantren. Melalui khutbah-khutbahnya mereka membantu rakyat membebaskan diri dari tindakan pemerasan Bekanda dengan melakukan perang jihad. Mereka berhasil mendapatkan dukungan luas. Namun, karena gerakan protes itu hanya bersifat lokal, kurang terkoordinasi dengan matang, maka gerakan itu dengan cepat dapat ditumpas oleh Belanda. Gerakan seperti ini belum dapat mengubah karena hanya berupa letupan seketika.

2. Perbandingan Politik Islam Era Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi a. Era Orde Lama Sejak masa Demokrasi Terpimpin, Indonesia mengalami masa yang disebut Orde Lama (10 oktober 1956). Majelis konstituante hasil pemilu 1955 mulai bersidang di Bandung 10 November 1956 untuk merumuskan UUD. 1949, UUD 1945 telah diganti menjadi RIS, ketika Indonesia kembali ke Republik persatuan 1950, UUD masih bersifat sementara. Oleh karena itu, Majelis Konstituante bertugas merumuskan UUD yang sah dan tetap. Perdebatan muncul pada BPUPKI yang akan merumuskan rancangan UUD sebagai persiapan menghadapi Indonesia merdeka. Dalam majelis konstituante1955, menyalurkan aspirasi secara demokratis untuk membentuk Negara. Apakah Negara ini republik Islam Indonesia atau cukup Republik Indonesia saja? Apakah lambang dan benderanya dalam negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam? Apakah hukum Islam yang didasarkan Al-Quran

dan Hadis dapat digunakan dalam kehidupan baik perorangan, keluarga, masyarat, maupun Negara? Tuntutan tersebut dengan sebab: Islam adalah sebuah konsep yang utuh yang tidak membedakan negara dan masyarakat Islam telah tampil dalam sejarah Indonesia dalam proses terbenntuknya negara dan bangsa sejak zaman sultan beserta ulama-ulama melawan kolonial. Kenyataan bahwa secara kuantitatif mayoritas rakyat Indonesia adalah Islam. Pada tanggal 5 juli 1958 presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden RI/panglima Tertinggi Angkatan Perang. Isi dekrit : Pembubaran Majelis Konstituante Kembali ke UUD 1945 dan mencabut UUD sementara Membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang terdiri dari anggota DPR ditambah utusan daerah dan golongan serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara. Pada masa Demokrasi terpimpin, Masyumi dan PSII dibubarkan. Akan tetapi masih ada wakil umat Islam di Parlemen, yaitu NU. Pertentangan terjadi dimana-mana. Secara umum, pada tahun 1960-an terdapat golongan NU, PNI, dan PKI. Ketiganya adalah pendukung Nasakom yang dimaksudkan sebagai ide pemersatu, tapi pada kenyataanya malah menjadi unsur pemecah belah. Tahun 1964, PKI melancarkan berbagai aksi: merebut tanah perkebunan, tanah wakaf, melakukan penggerebegan dan penganiayaan. Tahun 1965, terjadi bentrokan antara PKI dan Islam. Peristiwa ini telah mengembangkan kerjasama yang baik antara kelompok tentara dan kelompok / organisasi Islam melawan PKI. Tahun 1966, aksi pemuda, mahasiswa, pelajar dan ABRI berhasil menurunkan Soekarno dan membubarkan PKI serta melarang semua ajaran komunis di Indonesia. b. Era Orde Baru Sejak terjadinya G30S PKI,kedudukan Soekarno semakin kritis. Aksi pemuda yang disebut sebagai angkatan seperti yang tergabung dalam KAMI dan KAPPI, dimana HMI mempunyai peranan sangat penting,turun ke jalan menuntut: (1) turunkan harga, (2) bubarkan PKI, (3) anti penyelewengan. Orde Baru menunjuk kepada tatanan dengan tujuan kehidupan sosial, politik, ekonomi, kultural yang dijiwai oleh moral Pancasila, khususnya sila pertama. Dengan demikian

Soeharto meraih kekuasaan berdasarkan sebuah koalisi para perwira militer, organisasiorganisasi Muslim dengan golongan Kristen. Orde Baru mengalami banyak perubahan. Restrukturisasi politik, dilakukan tidak hanya dalam penyederhanaan partai politik tapi juga dalam bentuk penyadaran pentingnya persatuan. Menjelang diberlakukannya asas tunggal, semula umat islam banyak yang cemas karena UU no.8/1985 mewajibkan semua ormas mencantumkan asas tunggal yang berarti dilarang mencantumkan asas lain sebagai ciri khas atau identitas sendiri. Berdasarkan pertimbanganpertimbangan dari berbagai golongan, umat Islam dengan segala keberaniannya menerima pancasila sebagai asas tunggal sambil berusaha untuuk mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Setelahh asas tunggal diterima, umat Islam mulai berjuang untuk berbagai masalah, mulai dari masalah pernikahan, hubungan umat dengan pemerintah, hingga masalah ekonomi. Namun Soeharto adalah seorang yang dikatakan melanjutkan politik Snouck Hurgronje yang berpendapat bahwa umat Islam harus diberikan fasilitas. Dengan demikian umat tersebut berkembang dan asyik dalam bidang sosial keagamaan saja, tapi dalam bidang politik tidak diberi kesempatan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa kebijakan Soekarno dan Soeharto terhadap pergerakan Muslim ternyata sama. Yaitu membedakan aspek keagamaan dan aspek politik. Sampai tanggal 19 Mei 1998 tidak ada tanda-tanda Soeharto akan lengser. Yang terlihat justru Soeharto akan menggunakan militer untuk menghabisi gerakan pro demokrasi. Namun karena desakan dari banyak pihak terutama para ulama dan tokoh nasional, agar membatalkan rencana demi menghindari jatuhnya banyak korban, Amien setuju mengurungkan niatnya untuk memimpin apel akbar Tugu Monas 20 Mei 1998, yang diikuti ratusan ribu rakyat. Tak dapat dipungkiri rencana apel akbar di Monas itu adalah salah satu faktor utama yang membuat soeharto akhirnya memilih mundur, pada tanggal 21 Mei 1998. Dan melantik Habibie, yang merupakan wakil, menjadi Presiden RI. c. Era Orde Reformasi Runtuhnya pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan korup membawa harapan munculnya pemerintahan yang demokratis. Hal itu tercermin dari kebebasan mendirikan partai politik. Termasuk didalamnya partai-partai Islam. Hal ini memengaruhi ulama untuk kembali aktif di dunia politik dengan terjun langsung untuk memenangkan partai tertentu sesuai dengan posisinya.

Pemilu 1999 telah membawa ulama ikut berperan kembali secara mandiri di dalam pemerintahan, sehingga beberapa ulama telah duduk di legislatif. Sampai pada pemilu 2004, serta pemilihan langsung presiden/wakil presiden 5 juli 2004, peran ulama dalam politik terus berlanjut.

http://blog.uin-malang.ac.id/jokopurwanto/2011/09/28/perkembangan-politik-islam-di-indonesia/

Jika kita berbicara politik, maka asumsi yang muncul adalah suatu cara untuk mendapatkan sesuatu. Diantaranya adalah mengenai pemerintahan, kekuasaan, hubungan kerjasama, antar daerah, nasional maupun internasional. Perkembangan politik Islam sudah sangatlah tua, bersamaan dengan dakwah Islam menyebarkan agama ke nusantara. Islam melakukan hubungan dan politik dengan pribumi nusantara untuk menyebarkan dakwah Islam seperti di Aceh dan Jawa. Bahkan untuk mengislamkan masyarakat nusantara salah satu politik yang digunakan olah para pendakwah adalah dengan melakukan perkawinan dengan para bangsawan, tokoh dan kerabat kerajaan agar mendapat tempat sehingga bisa menyebarkan agama Islam. Kemudian ketika nusantara kedatangan tamu penjajah dari daratan eropa jalan politik Islam mulai bergeser. Mulai dari politik untuk menyebarkan Islam para ulama menjadi promotor umat Islam pribumi

untuk melawan penjajahan yang dilakukan oleh Portugis dan Belanda. Apalagi semenjak para pejabat kerajaan dan istana dikuasai oleh penjajah Belanda dengan ditandai adanya perjanjian Giyanti dimana isi perjanjian itu menguntungkan pihak VOC dan merugikan kerajaan. Sehingga raja kehilangan politik dan penjajah bisa dengan mudah mengendalikan raja dan rakyatnya sesuka hati mereka. Rakyat diperlakukan seperti budak, tanah mereka yang subur dirampas dan dijadikan perkembunan Belanda, memeras rakyat dengan pajak yang tinggi dan dijadikan buruh kerja kolonial. Namun yang terjadi para petinggi kerajaan hanya diam saja dan ikut membantu

Belanda memeras rakyatnya. Peran ulama menjadi sangat penting sebagai pemimpin kaum petani yang tertindas untuk berjuang dan melakukan perlawanan terhadap kesewenang-wenangan penjajah dan tuan-tuan yang menjadi budak Belanda. Rakyat sudah kehilangan kepercayaan kepada raja dan mereke lebih condong kepada para ulama dan sisa-sisa abdi kerajaan yang melarikan diri ke pedalaman untuk menyusun perlawanan. Pesantren-pesantren merupakan tempat utama kaum muslim sebagai benteng dan markas mereka selama berabad-abad. Pemberontakan pribumi sudah dimulai sejak awal penjajahan hingga abad 18. Namun bentuk perlawanan masih tradisional dan terpisah-pisah tidak ada koordinasi antar daerah. Sehingga perlawanan mereka selalu mengalami kegagalan diakhirnya. Hal ini karena jumlah dan fasilitas perang jauh dibanding perlengkapan penjajah. Kemudian semakin bertambahnya kaum intelektual muda yang berasal dari pribumi. Arah politik untuk melawan penjajah mulai berubah. Di akhir abad ke 18 dan di awal abad 19 mulai bermunculan organisasi maupun partai yang mempelopori perlawanan untuk mencapai kemerdekaan dengan lebih jelas. Karena oraganisasi ini mempunyai landasan, filosofi, strategi dan tujuan yang jelas dalam mewujudkan kemerdekaan. Dari cara tradisional yang hanya mengandalkan perang kini perjuangan lebih diplomatis dengan mengadakan perjanjian maupun yang lain. Beberapa organisasi yang muncul diantaranya adalah SI yang mengusung perasaan kebangsaan hingga ditemukannya nasionalisme Indonesia, Sarekat Dagang Islam, Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya yang berjuang melalui pendidikan dan kesehatan dan KH. Hasyim Asyari dengan NU dengan pemurnian madzabnya. Yang kemudian menjadi landasan dalam berjuang melawan kolonial benlanda. Setelah berkuasa lebih dari 300 tahun akhirnya Belanda menyingkir dari Indonesia setelah dikalahkan oleh Jepang tahun 1942. Penyerangan Jepang ke Belanda di Indonesia ini merupakan rentetan dari perang dunia ke II yang terjadi sejak tahun 1939. Kedatangan Jepang di Indonesia membawa babak baru dalam kancah pergerakan kemerdakaan dan politik bangsa Indonesia, terutama kaum muslimin sebagai basis terbesar perjuangan kemerdekaan. Ada harapan bangsa Indonesia kepda Jepang karena kedatangan Jepang menggunakan dalih Saudara Tua Indonesia. Bangsa Indonesia pun percaya. Namun dalam perkembangannya ternyata bangsa Jepang justru menjajah Indonesia lebih kejam daripada Belanda. Jika Belanda memberlakukan kerja rodi dimana masih bersifat lunak, bangsa Jepang memberlakukan kerja romusha lebih parah. Rakyat dipaksa kerja keras namun dibiarkan hingga kelaparan. Ribuan pekerja tewas dalam kerja paksa yang dilakukan Jepang. Bahkan banyak rakyat yang dibawa keluar negeri terutama Vietnam untuk bekerja membuat jalur kereta api. Dari 300.000 pekerja yang dibawa keluar negeri hanya 70.000 yang bisa kembali dengan selamat dan itupun sesudah masa perang reda. Kaum wanita dibujuk untuk menjadi pelajar dan disekolahkan ke Jepang tapi ternyata dijadikan buda nafsu tentara Jepang di Singapura. Sebagian dari mereka banyak yang meninggal ataupun menjadi gila. Dibalik segi negatif dari penguasaan Jepang selama 3,5 tahun ada juga segi positif yang bisa dinikmati oleh bangsa Indonesia. Para ulama dan santri serta pemuda diberi pendidikan dan pelatihan militer. Dibentuk barisan-barisan tentara dengan nama Hisbullah (NU) dan lainnya. Pembentukan barisan tentara ini sebenarnya ditujukan untuk memperkuat tentara Jepang namun belakangan baliran tentara yang terdiri dari kalangan muslim ini kelak menjadi senjata makan tuan Jepang yang bisa mengusir Jepang dari tanah Indonesia. Para kaum elit dan ulama diikutkan dalam politik dan jabatan-jabatan di pemerintahan. Sehingga dengan ini mereka bisa belajar menata organisasi dan mempersiapkan untuk

kemerdekaan. Selanjutnya dimasa-masa akhir pendudukan Jepang, mereka menjanjikan kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan pertama kali terbentuknya PPKI, setelah itu berlanjut menjadi BPUPKI. Lembaga inilah yang menjadi cikap bakal dan wadah para kaum elit (Soekarno, Hatta, para ulama dan yang lainnya) merumuskan dasar negara dan persiapan kemerdekaan RI. Awal tahun 1945 adalah masa akhir Jepang di Indonesia. Ketika terjadi puncaknya perang dunia II, Jepang menyerang pangkalan militer AS di Hawai. Kegiatan ini memicu sekutu (AS, Perancis, Inggris) untuk membalas dendam kepada Jepang. Pembalasan sekutu kepada Jepang ini dijadikan kesempatan oleh Belanda untuk kembali ke Indonesia. Akhirnya Jepang menyerah kepada sekutu secara mutlak, dan dari ini Belanda mendapat jalan kembali ke Indonesia. Ketika masa-masa menyerahnya Jepang kepada sekutu, di tanah air para pemuda mendesak kepada Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun ketika itu mereka berdua masih menolak dengan alasan belum adanya kesiapan dan Jepang belum menyerahkan kepada Indonesia. Namun pemuda tidak kehabisan akal. Pada malam 17 agustus 1945 Soekarno dan hatta diculik dan didesak pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Akhirnya tanggal 17 agustus 1945 setelah subuh teks proklamasi jadi dan jam 10.00 Soekarno mengumandangkan proklamasi kemerdekaan dengan melalui radio yang disebarkan ke seluruh negeri. Informasi disebarkan melalui berbagai media, mulut ke mulut hingga semua wilayah mengetahui. Dan kemerdekaan pun disambut dengan gembira oleh seluruh rakyat Indonesia. Setelah itu terjadi tarik-ulur antara para nasionalis, kaum muslim dan non muslim untuk merumuskan UUD dan dasar negara. Akhirnya terbentuklah UUD 45 dan Pancasila sebagai negara dengan ditandai Piagam Jakarta. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia mengalami babak baru. Yaitu berjuang mempertahankan kemerdekaan dari pihak Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia dan bagaimana mengisi kemerdekaan ini. Tentara yang dibentuk semasa penjajahan Jepang diubah menjadi TNI sebagai militer negara. Dibentuk berbagai departemen untuk menaungi permasalahan negara. Bulan-bulan berikutnya Belanda berhasil mendarat kembali di Indonesia dan menduduki tempat-tempat strategis dan perang tak terelakkan sehingga terjadi puncaknya yaitu perang 10 November yang kemudian dikenal sebagai hari pahlawan. Akhirnya kemerdekaan Indonesia dapat diakui dunia internasional dan Belanda setelah diadakan Konferensi Meja Bundar oleh PBB di Den Haag tahun 1948. Selanjutnya percaturan politik Islam mengalami berbagai permasalahan dalam andil membentuk dasar negara. NU, Muhammadiyah, Persis, Masyumi dan ormas lainnya bersama para naionalis selalu mengadakan sidang-sidang untuk menentukan UUD negara Indonesia karena UUD 45 masih dianggap sementara. Sejak merdeka pemerintahan mengalami berkali-kali perubahan kabinet. Presiden berusaha menerapkan sistem pemerintahan demokrasi parlementer namun sistem inipun gagal diberlakukan. Sehingga pada Tahun 1956 presiden mengumumkan untuk merubah pemerintahan menjadi demokrasi terpimpin. Gagasan ini di tentang oleh berbagai kalangan. Namun presiden tetap berjalan terus. Karena keadaan juga tidak stabil dan terus terjadi gesekan antar partai Islam, ormas, dan lainnya maka pada tahun 1959 presiden mengeluarkan dekrit presiden dan kemudian lahirlah sistem pemerintahan yang dikenal dengan orde lama. Pada saat itu partai terdiri dari Masyumi yang terdiri sari ormas Islam, PKI, dan nasionalis. Namun pada perkembangan selanjutnya NU memutuskan untuk mundur dari kancah politik dan kembali ke khitahnya untuk membina masyarakat melalui pendidikan dan dakwah sosial. Begitupun Muhammadiyah.

Pada tahun 1965 terjadi peristiwa G30S PKI. PKI berusaha menggulingkan presiden Soekarno dan merebut kekuasaan. Mereka menculik presiden, para jendral ditangkap dan dibunuh. Akhirnya umat Islam kembali berkobar untuk melakukan perang terhadap PKI. Kemudian presiden mengeluarkan surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) kepada jendral Soeharto untuk menumpas PKI. ABRI bersama Banser dan gerakan pemuda Islam yang lain kemudian mengejar dan menghabisi PKI sampai ke akarnya. Setelah peristiwa ini, presiden Soekarno lengser dan pemerintahan dilanjutkan oleh Presiden Soeharto. Perjuangan dan politik Islam pun mengalami babak baru. Namun sebenarnya Soeharto sama saja, dia meneruskan apa yang telah dilakukan oleh pendahulunya. Yaitu memisahkan urusan agama dengan negara. Namun pada masa yang dikenal dengan orde baru ini agama Islam mengalami banyak perkembangan. Agama Islam bisa lebih eksis dan bisa berkembang dalam berdakwah. Apalagi setelah dibentuknya Departemen Agama dan Pendidikan Nasional dimana diwajibkan pendidikan agama bagi seluruh lembaga pendidikan mulai tingkat SD hingga perguruan tinggi. Dalam kancah politik, para ormas Islam ada yang pro pemerintah dan ada yang oposisi. Pada saat itu partai dibagi menjadi 3, yaitu nasionalis, partai Islam yang menjelma menjadi PPP dan golkar partai yang diusung presiden. Pada masa orde baru ini NU tidak terlalu ikut dalam kancah politik dan kembali melakukan dakwah pada masyarakat setelah PPP yang menjadi kendaraannya juga mengalami gejolak dan tidak mendapatkan kursi mayoritas pada tahun 1982. Walaupun keinginan ormas Islam untuk membentuk negara Islam tidak bisa dilaksanakan dengan jalan politik. Mereka sudah lega dan menerima dengan bisa dibentuknya lembaga-lembaga yang bisa menaungi permasalahan agama dan sosial masarakat. Pada masa Soeharto dibentuk MUI, BAZIS, bahkan presiden membangun sebanyak 419 masjid Pancasila diseluruh wilayah. Ternyata pemerintahan Soeharto tidak bisa bersih. Terjadi korupsi yang sudah sangat parah. Hutang luar negeri mengatasnamakan negara. Akhirnya negara mengalami kebangkrutan. Dalam suasana seperti ini rakyat, ulama dan kalangan pelajar kembali melakukan pergerakan. Para pemuda dan kaum intelektual muda menyuarakan reformasi dan meminta presiden untuk mundur dari jabatannya. Karena ia telah berkuasa selama 32 tahun. Para Mahasiswa yang didukung oleh para kyai dan tokoh yang mendambakan perubahan turun ke jalan-jalan. Perjuangan ini dimulai sejak tahun 1995. Presiden dengan kekuasaannya memanfaatkan militer dan polisi untuk memberantas pemberontakan yang terjadi. Banyak jatuh korban dikalangan mahasiswa. Demonstrasi mencapai puncaknya pada tahun 1997. Setelah presiden mundur dan mengangkat wakil presiden BJ. Habibi menjadi presiden disitulah titik akhir masa demokrasi orde baru yang penuh korupsi dan semrawut dan titik awal reformasi Indonesia. Dengan semangat demokrasi, reformasi dan keinginan terciptanya pemerintahan yang bersih. Diadakan pemilu pada tahun 1999 yang diikuti oleh 48 partai. Karena reformasi membuka pintu untuk adanya kebebasan demokrasi. Keadaan itu membuat kaum muslim bersama para ulamanya ikut kembali dalam kancah politik. Namun suara muslimin tidak bisa bersatu. Dari NU sendiri muncul banyak partai, salah satunya adalah PKB dan PPP. Di Muhammadiyah ada PAN. Sebagian ada yang memilih partai nasionalis seperti PDIP, Golkar, PBB dan para intelektual muslim muda membuat partai keadilan (PKS) yang kemudian dimotori oleh alumnus timur tengah serta lainnya. Para kyai yang tadinya hanya berdakwah di bawah saat itu semangat untuk berdakwah memperbaiki negara muncul kembali. Namun mereka tidak bisa bersatu dan berjalan sendiri-sendiri. Namun kekuatan Islam terbukti dengan kemenangan partai Islam yang ditandai dengan KH Abdurahman Wahid menjadi presiden.

Dengan terpilihnya Gus Dur menjadi presiden peran ulama dalam urusan negara kembali mendapat tempat. Mereka sering diundang presiden dalam membahas permasalahan negara. Namun pemerintahan Gus Dur tidak bertahan lama. Beliau dilengserkan karena dianggap semena-mena memecat menteri dan menghapus departemen. Padahal apa yang presiden lakukan adalah untuk memutus korupsi di negara yang sudah merajalela. Kemudian pada tahun 2001 pemerintahan berganti kepada presiden Megawati. Partai Islam (warga NU) yang tadinya bersatu dalam PKB pun pecah kembali karena dalam tubuh PKB terjadi perebutan kekuasaan. Akhirnya warga NU dan umat Islam kalangan bawah kehilangan kepercayaan pada partai Islam dan banyak yang lari pada partai nasionalis pada pemilu tahun 2004. Kini masa reformasi sudah berjalan lebih 10 tahun. Namun cita-cita untuk menjadikan negara ini makmur dan bersih belum terwujud. Korupsi masih merajalela dan sulit diberantas. Rakyat masih banyak yang dibawah garis kemiskinan, pemberontakan terus bergulir, isu teroris pun mewarnai negara ini, akhirnya pesantren dan kyai pun tak luput dari pengawasan. Sistem keadilan masih tumpang tindih. Koruptor mendapat keringanan dan bisa membeli hukum. Namun pencuri kapas dan wortel dihukum lebih dari setahun. Islam seakan tidak bisa mengendalikan politik yang sudah kotor di negeri ini. Bahkan kyai yang turut terjun ke politik kini kurang mendapat simpatik dari umatnya. Karena banyak kyai yang terseret kasus korupsi dalam jabatan yang ia duduki di pemerintahan.

You might also like