You are on page 1of 19

PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL

I.

Tujuan Percobaan.
1. Dapat melakukan analisa kadar karbohidrat dalam suatu bahan pangan. 2. Dapat mengetahui kadar karbohidrat dalam bahan.

II.

Alat dan Bahan.


1. Alat yang digunakan : Gelas ukur 50 ml Erlenmeyer 250 ml Pipet ukur 25 ml Neraca Analitik Buret Hot plate 2 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

Labu ukur 100 ml, 50 ml 4 buah Corong gelas Spatula Pengaduk Bola Karet 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah

2. Bahan yang digunakan :


Larutan luff schoorl, 100 ml Larutan KI 20 % , 50 ml Asam sulfat 25 %, 50 ml Natrium tiosulfat 0,1 N , 100 ml Indikator amilum 1 %, 100 ml Larutan HCl 3 %, 100 ml Natrium hidroksida 30 %, 50 ml Indikator Fenolftalein (pp) Larutan asam asetat 3 %, 50 ml Tapioka Tepung beras

III. Dasar Teori.

Karbohidrat adalah golongan senyawa senyawa yang terdiri dari unsur unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Senyawa senyawa ini dapat didefinisikan sebagai senyawa senyawa polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Di tinjau dari segi gizi, karbohidrat merupakan segolongan senyawa senyawa penting karena merupakan sumber energi yang paling ekonomis dan paling tersebar luas. Bahan pangan yang dihasilkan di dunia sebagian besar terdiri dari bahan pangan yang kaya akan karbohidrat. Metode luff schoorl adalah berdasarkan proses reduksi dari larutan luff schoorl oleh gula gula pereduksi (semua monoksida, laktosa dan maltosa). Hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu1+. Reaksi yang terjadi dalam metode luff schoorl : O RC H + 2 Cu2+ + 4OHRC OH O + Cu2O + 2H2O

Gula reduksi luff schoorl Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 I2 + 2Na2S3O3 2NaI + Na2S4O6

Sukrosa tidak memiliki sifat sifat mereduksi, karena itu untuk menentukan kadar sukrosa harus dilakukan inversi terlebih dahulu menjadi glukosa dan fruktosa. Dalam hal ini kadar sukrosa harus diperhitungkan dengan faktor 0,95 karena pada hidrolisis berubah menjadi gula inver.

C12O22O11 + H2O C6O12O6 Sukrosa Gula reduksi

Karbohidrat terdiri dari bermacam macam dan menuntut ukuran molekul dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu : 1. Monosakarida yaitu karbohidrat yang paling sederhana susunan molekulnya dan tidak dapat diuraikan lagi. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain glukosa dan fruktosa. 2. Disakarida yaitu karbohidrat yang terdiri dari 2 molekul monosakarida. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain sukrosa, maltosa, dan laktosa. 3. Polisakarida yaitu karbohidrat yang terdiri dari banyak molekul monosakarida. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah pati, glikogen dan selulosa. Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda. Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut : R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O 2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 IMonosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iodamilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.

Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.

IV. Langkah Kerja. Pembuatan larutan luff schoorl.


Melarutkan 14,28 gr Na2CO3 anhidrat dalam 20 ml air suling. Sambil mengaduk, menambahkan 5 gr asam sitrat monohidrat yang telah tercampur dengan 5 ml air suling. Menambahkan 2,5 gr CuSO4.5H2O yang telah larut dengan 10 ml air suling. Memindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 100 ml, menempatkan sampai tanda garis dengan air suling dan mengocoknya. Membiarkan semalam dan menyaring bila perlu. Larutan ini mempunyai kepekatan Cu2+ = 0,1 N.

Penentuan kadar gula dengan metode luff schoorl.


1. Menimbang dengan seksama 5 gr sampel ke dalam erlemeyer 500 ml. 2. Menambahkan 100 ml HCl 3%, kemudian dididihkan selama jam dengan pendingin tegak. 3. Mendinginkan dan menetralkan larutan NaOH 3% dan menambahkan CH3COOH 3% suasana sedikit asam. 4. Memindahkan larutan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 500 ml. Diencerkan dengan air suling dan ditandabataskan. Larutan dikocok dan disaring dengan kertas saring. 5. Memipet 10 ml filtrat ke dalam erlemeyer 500 ml, ditambahkan 25 ml larutan luff schoorl dan beberapa batu didih serta 15 ml air suling. 6. Larutan dipanaskan dengan panas konstan sampai menididh selama 10 menit, kemudian dengan cepat didinginkan dengan bak berisi es. 7. Setelah dingin, 15 ml larutan KI 20% dan 25 ml H2SO4 25% ditambahkan ke dalamnya. 8. Melakukan titrasis ecepatnya dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kining hampir hilang, ditambahkan indikator kanji 1%, titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. 9. Membuat percobaan balnko 25 ml air dengan prosedur yang sama.

V.

Gambar Alat ( Terlampir )

VI.

Data Pengamatan

No 1.

Perlakuan
5 gr sampel + 200 ml HCl 3% direfluk 100 oC 1 jam dalam Erlenmeyer 500 ml

Keterangan
Tidak semua sampel larut, warna larutan menjadi agak keruh dan masih terdapat tepung beras yang mengendap di dasar Erlenmeyer .

2.

Campuran didinginkan , di netralakan dengan NaOH 30% dan diasamkan dengan CH3COOH 5 %

Warna larutan menjadi agak keruh setelah di netralkan dan setelah ditambahkan asam menjadi bening keruh.

3. 4. 5. 6. 7.

Campuran di encerkan sampai 500 ml dan di saring. 10 ml sampel + 25 ml luff schoorl + 15 ml aquadest di didihkan selama 10 menit. Setelah didinginkan sampel +15 ml KI 20% + 25 ml H2SO4 25% Sampel di titrasi dengan Na tiosulfat 0,1 N

Warna agak keruh dan endapan dipisahkan dari sampel. Warna larutan berubah menjadi biru muda dan agak keruh Warna larutan menjadi biru pekat ( kehitaman ) Warna biru sampel berubah menjadi kuning hampir menyerupai warna cream

Sampel di tambahkan 5 tetes indicator kanji 1% dan ditetesi lagi Ni tiosulfat 0,1 N

Warna cream kekuningan sampel perlahan lahan menjadi agak bening tetapi masih seperti warna awal dan jumlah volume Titrannya 30 ml

8.

Blanko di titrasi dengan Na tiosulfat 0,1 N

Sama seperti sampel untuk perubahan warnanya dan membutuhklan volume titrannya 36,5 ml

VII. Perhitungan.

Pembuatan Larutan

Pembuatan HCl 3 % 250 ml V1 %1 250 ml 3% V2 = V2 %2 = V2 36 % = 20,8 ml

Pembuatan NaOH 30 % 100 ml V1 %1 100 ml 30% V2 = V2 %2 = V2 60 % = 50 ml

Pembuatan CH3COOH 3 % 100 ml V1 %1 100 ml 3% V2 = V2 %2 = V2 99,7% = 3 ml

Pembuatan H2SO4 25 % 100 ml V1 %1 100 ml 25% V2 = V2 %2 = V2 98 % = 22,51 ml

Na2S2O3 0,1 N 100 ml, BM = 158 gr/mol Masa = V x N x BE = 0,1 L x 0,1 ek/L x 158 gr/mol / 2 ek/mol = 0,79 gr

Menghitung nilai W1 ( mg glukosa ) dari table sesui normalitas Na2S2O3 Dimana : ml blanko ml sampel = 36,5 ml = 30 ml

selisih titrasi ( blanko sampel ) = ( 36,5 ml 30 ml ) = 6,5 ml N Na2S2O3 = 0,1 N

Jadi : (ml blanko ml sampel) x = ( 36,5 30 ) ml x = 6,5 ml Na2S2O3 Maka : nilai w1 (6,5 ml ) =
( ( ) ( ) )

= 15,95 mg

W1 = 15,95 mg fp = = 50 kali

W = 5 gr = 5000 mg

Kadar Karbohidrat

= =

x 100%

x 100%

= 15,95 %

VIII. Analisa Percobaan.

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa kadar karbohidrat ditentukan dengan metode Luff Schoorl berdasarkan reduksi tembaga pada larutan Luff Schoorl oleh gula-gula pereduksi pada karbohidrat. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut : Karbohidrat mereduksi tembaga 2 Cu2+ + +4 4 OH- R-COOH reduksi + Cu2O + +2 2H2O

R-CHO +

Ion tembaga pada tembaga oksida bereaksi dengan ion iodin dari KI (pada larutan luff schoorl) 2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2

I2 yang terbentuk dianalisis Na2S2O3 melalui proses titasi I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6 Dengan demikian, jumlah karbohidrat dalam sampel dapat dihitung dengan

menyetarakan selisih volume titrasi blanko dan sampel menjadi miligram glukosa berdasarkan tabel penetapan kadar luff schoorl. Dari percobaan yang dilakukan dapat dihitung % karbohidrat dalam sampel tepung beras rosebrand yang digunakan, yaitu senilai15,95 %. menyatakan bahwa terdapat 84,3 gr karbohidrat dalam 100 gr tepung beras pada umumnya. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini antara lain : Proses pendidihan/refluks harus dilakukan dengan takaran waktu yang tepat agar gula-gula karbohidrat dapat dengan tepat bereaksi dengan larutan luff schoorl saat larutan tersebut dicampur.

Proses pemanasan. Lamanya proses pemanasan harus sesuai, tidak boleh terlalu sebentar sehingga tembafa dapat tereduksi sempurna dan dapat diikan oleh iodin secara maksimal

Proses titrasi haru dilakukan dengan cepat agar senyawa Na 2S2O3 dapat bereaksi dengan I2 secara aktif dan efektif.

IX. Kesimpulan.

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Kadar karbohidrat dapat ditentukan engan metode luff schoorl oleh gula-gula pereduksi pada tepung (karohidrat) Kadar karbohidrat tepung bersa yang diperoleh adalah 15,95 % dalam 5 gr sampel.

Daftar Pustaka.

Yuniar. 2011. Petunjuk Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan. Palembang : Polsri. www.wikipedia.com//penentuankadarkarbohidrat//

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN


( PENETAPAN KADAR KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL )

Disusun oleh : Kelompok : Ami Lestari Bayu Akbar Hartanto Fitri Romlah Sari M. Permana Rangkuti Nurbaiti Ultri Amalia Yolanda Febri Astuti II / 4KIB NIM.061030401011 NIM.061030401013 NIM.061030401017 NIM.061030401020 NIM.061030401024 NIM.061030401029 NIM.061030401031

Dosen pembimbing : Yuniar , S.T , M.Si

JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2012

Gambar Alat

Bola Karet

Pipet Ukur 25 ml

Erlenmeyer 250 ml

Spatula

Neraca Analitik

Buret

Seperangkat alat refluks

Labu ukur

I.

Lampiran

Karbohidrat

Makanan kaya karbohidrat

Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani , skcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).[1] Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat. Karbohidrat dalam Bahan Pangan Kentang Dijelaskan Prof. Made, kentang masuk dalam lima kelompok besar makanan pokok dunia selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Sebagai sumber karbohidrat, kentang juga mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat kentang sekitar 18 persen, protein 2,4 persen dan lemak 0,1 persen. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang sekitar 80 kalori. Dibandingkan beras, kandungan karbohidrat, protein, lemak, dan energi kentang lebih rendah. Namun, jika dibandingkan dengan umbi-umbian lain seperti singkong, ubi jalar, dan talas, komposisi gizi kentang masih relatif lebih baik. Kentang merupakan satu-satunya jenis umbi yang kaya vitamin C, kadarnya mencapai 31 miligram per 100 gram kentang. Umbi-umbian lainnya sangat

miskin vitamin C. Kadar vitamin lain yang cukup menonjol adalah niasin dan tiamin (vitamin B1). Kentang juga mengandung berbagai mineral seperti kalsium (26 mg/100 g), fosfor (49 mg per 100 g), besi (1,1 mg/100 g), dan kalium (449 mg/100 g). Sementara kandungan natriumnya sangat rendah, yaitu 0,4 mg/100 g. Rasio kalium terhadap natrium yang tinggi pada kentang sangat menguntungkan bagi kesehatan, khususnya dalam mencegah penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi). Sagu Tidak banyak lagi orang yang tahu kalau Indonesia adalah negara terbesar yang memiliki areal tanaman sagu. Menurut Prof. Made, sagu merupakan tanaman asli Asia Tenggara dengan wilayah tanam terluas berada di Indonesia. Mestinya, dengan areal terluas tersebut, sagu dapat diupayakan menjadi makanan pokok Indonesia. Sayangnya, hanya daerah tertentu saja yang menjadikan sagu sebagai pangan pokok. Sebagai sumber energi, sagu setara dengan beras, jagung, singkong, kentang, dan tepung terigu. Sagu dapat dijadikan pangan potensial sumber karbohidrat karena kandungannya cukup tinggi, yaitu 84,7 gram per 100 gram bahan. Kadar karbohidrat ini pula setara dengan yang terdapat pada tepung beras, singkong, dan kentang. Dibandingkan dengan tepung jagung dan tepung terigu, kandungan karbohidrat tepung sagu relatif lebih tinggi. Kandungan energi dalam 100 gram tepung sagu adalah 353 kalori. Sayangnya, sagu termasuk bahan pangan yang sangat miskin akan protein. Kandungan protein tepung sagu hanya 0,7 g/100 g bahan, jauh lebih rendah dari tepung beras, jagung, dan terigu. Ditinjau dari kadar vitamin dan mineral pun, sagu memiliki kadar yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan makanan pokok lainnya. Menyadari potensi gizi sagu yang tidak selengkap dan sebaik bahan makanan pokok lain, sagu harus dikonsumsi bersama-sama dengan bahan lain yang lebih baik kadar gizinya. Konsep diversifikasi konsumsi pangan seperti itulah yang telah dipraktikkan oleh masyarakat tradisional Maluku dan Papua. Mereka mengombinasikan sagu dengan ikan (sebagai sumber protein) dan berbagai sayuran (sebagai sumber vitamin, mineral, antioksidan, dan serat pangan). Singkong Salah satu umbi yang memiliki nilai strategis sebagai pengganti nasi putih adalah singkong. Dikatakan Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian, IPB ini,

umbi singkong mengandung karbohidrat sangat tinggi, sekitar 34-38 gram per 100 gram. Kandungan energinya 146-157 kalori per 100 gram bahan. Artinya, singkong dapat disejajarkan dengan kentang, terigu, bahkan beras, sebagai sumber karbohidrat. Sayangnya, kadar protein dalam singkong tergolong rendah, sehingga harus diimbangi dengan pangan sumber protein saat mengonsumsinya. Dibandingkan singkong putih, singkong kuning memiliki keunggulan kandungan provitamin A, yang di dalam tubuh diubah menjadi vitamin A. Kadar provitamin A pada singkong kuning setara dengan 385 SI vitamin A per 100 gram, sedangkan singkong putih tidak mengandung vitamin A. Satu hal yang perlu diwaspadai pada pengolahan singkong adalah kandungan asam sianida (HCN) yang bersifat racun. Ada empat golongan singkong berdasarkan kadar HCN-nya: golongan yang tidak beracun (sekitar 50 mg HCN per kg umbi segar), golongan beracun sedikit (50-80 mg HCN per kg umbi segar, golongan beracun (80-100 mg HCN per kg umbi segar), dan golongan sangat beracun (lebih dari 100 mg HCN per kg umbi segar). Beberapa jenis singkong pahit bahkan ada yang mengandung asam sianida hingga 400 miligram perkilogram umbi segar. Proses pencucian dalam air mengalir dan pemanasan yang cukup sangat ampuh dalam mencegah terbentuknya HCN yang beracun. Dengan kata lain, asal diolah secara baik dan higienis, tak perlu khawatir mengonsumsi produk olahan singkong. Singkong itu lezat. Bisa digoreng atau direbus. Nah, dibuat kripik pun jadi. Dan ketahuilah singkong bisa disulap menjadi tiwul yang cukup bergizi. Singkong pun menjadi makanan utama di daerah Gunung Kidul. Sayang, kedudukan singkong mulai bergeser karena penduduk sudah mulai terbiasa makan nasi yang didatangkan ke daerah itu. http://www.ibuprita.suatuhari.com/bahan-pangan-tidak-hanya-nasi-putih/

PENETAPAN KARBOHIDRAT METODE LUFF SCHOORL Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari molekulmolekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.

Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah:

Sebagai sumber kalori atau energy, sebagai bahan pemanis dan pengawet, Sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat (Winarno 2007).

Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer.

Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut : R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O 2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 I-

Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno 2007). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.

Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon (Anonim 2009).

Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang

menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda. http://asagisora.blogspot.com/2010/07/penetapan-karbohidrat-metode-luff.html

Luff Schoorl Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu : 1. Penentuan Cu tereduksi dengan I2 2. Menggunakan prosedur Lae-Eynon Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda. Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut : R-CHO + 2 Cu2+ R-COOH + Cu2O 2 Cu2+ + 4 I- Cu2I2 + I2 2 S2O32- + I2 S4O62- + 2 IMonosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iodamilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen. Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%.
http://queenofsheeba.wordpress.com/2009/11/17/luff-schoorl/

LAPORAN TETAP TEKNIK PENGOLAHAN PANGAN PENENTUAN KADAR KARBOHIDRAT

DISUSUN OLEH : Kelompok : 3 Kelas : 4 KA

Ahmad Rozi Zakaria Devita Septiani Putri Hardiansah Maya Susanti M Nurimansyah Rianita Safriansyah Vani Dwi Rahmawati

0609 3040 0314 0609 3040 0317 0609 3040 0321 0609 3040 0325 0609 3040 0326 0609 3040 0329 0609 3040 0332 0609 3040 0335

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA 2011

You might also like