You are on page 1of 4

HORMON PARATIROID (PTH HORMON) DAN PERANNYA DALAM PENGATURAN METABOLISME KALSIUM

A. KALSIUM
Kalsium merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh manusia, karena kalsium memiliki banyak peran yang cukup vital dalam pengaturan fungsi-fungsi fisiologis tubuh. Peran kalsium antara lain untuk proses mineralisasi tulang, proses sekresi, reaksi enzim, integritas membran, transpor membran plasma, koagulasi darah, kerja intraselular sejumlah hormon, pelepasan hormon dan neurotransmitter, eksitabilitas neuromuskular, dan masih banyak lagi. Sekitar 99% kalsium terdapat di tulang (bergabung bersama fosfat membentuk hidroksiapatit), sisanya sekitar 1% berada bebas diluar tulang dan dapat dipertukar secara bebas. Kalsium dalam plasma terdapat dalam tiga bentuk, yaitu : 1. Sekitar 41% (1 mmol/L) kalsium bergabung dengan protein plasma dan bentuk ini tidak dapat berdifusi melalui membran kapiler. 2. Sekitar 9% kalsium (0,2 mmol/L) dapat berdifusi melalui membran kapiler, namun bergabung dengan zat anionik plasma dan cairan interstisial (contohnya, sitrat dan fosfat) sedemikian rupa sehingga tidak terionisasi. 3. Sisa 50% kalsium dalam plasma dapat berdifusi melalui membran kapiler dan terionisasi. Konsentrasi ion kalsium normalnya diatur dengan sangat tepat, sehingga jarang menurun atau meningkat terlampau jauh melebihi beberapa persen dari nilai normalnya sebesar kira-kira 9,4 mg/dl yang setara dengan 2,4 mmol kalsium per liter. Separuh dari konsentrasi ion kalsium normal tersebut berada dalam plasma dan cairan interstisial (1,2 mmol kalsium per liter) yang sudah dipersentasi total masing-masing diatas, sisanya berada ditempat lain seperti cairan ekstrasel. Pengaturan yang tepat dari kadar atau konsentrasi ion kalsium tersebut sangat penting, karena kalsium berperan utama dalam banyak proses fisiologis seperti yang sudah disebutkan diatas. Contohnya pada neurotransmitter atau transmisi impuls saraf, yang hanya beberapa dari sejumlah proses fisiologis. Sel yang dapat teriksitasi, seperti neuron, sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion kalsium, dan peningkatan konsentrasi ion kalsium melebihi normal (hiperkalsemia) menyebabkan depresi progresif pada sistem saraf pusat. Sebaliknya, penurunan konsentrasi kalsium (hipokalsemia) menyebabkan sistem saraf menjadi lebih mudah untuk dirangsang. Sehingga pengaturan kadar atau konsentrasi ion kalsium ditubuh sangat penting.

Untuk pengaturannya sendiri, ada 2 hormon utama yg menjadi pengatur konsentrasi ion kalsium, yaitu hormon paratiroid dan kalsitonin. Walaupun sebenarnya kalsitonin yang dihasilkan oleh sel-sel parafolikel atau sel-sel C kelenjar tiroid ini hanya memiliki peran minor dalam pengaturan kadar ion kalsium. Atau gampangnya peranan kalsitonin secara kuantitatif lebih lemah dibandingkan PTH (Paratiroid Hormon) dalam mengatur konsentrasi ion kalsium. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai efek mayor dari hormon paratiroid.

B. HORMON PARATIROID
Hormon paratiroid menyediakan mekanisme yang kuat untuk mengatur konsentrasi ion kalsium dan fosfat ekstrasel lewat pengaturan reabsorpsi usus, eksresi ginjal, dan pertukaran ion-ion tersebut antara cairan ekstrasel dan tulang. Aktivitas kelenjar paratiroid yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya absorpsi garam-garam kalsium yang cepat dari tulang, dengan akibatnya timbul hiperkalsemia dalam cairan ekstrasel. Sebaliknya, keadaan hipofungsi kelenjar paratiroid menimbulkan hipokalsemia, yang sering kali menimbulkan tetani.

Anatomi Fisiologis Kelenjar Paratiroid


Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada setiap individu manusia, yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid-satu kelenjar di belakang setiap kutub atas dan kutub bawah kelenjar tiroid. Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan tebalnya 2 milimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid sulit untuk ditemukan selama operasi tiroid karena kelenjar paratiroid sering tampak sebagai lobulus yang lain dari kelenjar tiroid. Dengan alasan ini, sebelum manfaat dari kelenjar ini diketahui, pada tiroidektomi total atau subtotal sering berakhir dengan pengangkatan kelenjar paratiroid juga. Pengangkatan setengah bagian kelenjar paratiroid biasanya tidak menyebabkan kelainan fisiologis yang besar. Akan tetapi, pengangkatan tiga atau empat kelenjar normal akan menyebabkan hipoparatiroidisme sementara. Tetapi bahkan sejumlah kecil dari jaringan paratiroid yang tertinggal biasanya sudah mampu mengalami hipertrofi dengan cukup memuaskan sehingga dapat melakukan fungsi semua kelenjar.

Sifat Kimia Hormon Paratiroid


PTH pertama kali dibentuk di ribosom dalam bentuk preprohormon, suatu rantai polipeptida yang terdiri dari 110 asam amino. Preprohormon ini diubah pertama kali menjadi suatu prohormon dengan 90 asam amino, kemudian diubah menjadi hormon itu sendiri dengan 84 asam amino oleh retikulum endoplasma dan aparatus golgi, dan akhirnya dibentuk dalam granula-granula sekretorik didalam sitoplasma sel. Hormon akhir kira-kira mempunyai berat molekul 9500. Senyawa-senyawa yang lebih kecil, dengan 34 asam amino

yang terletai dekat terminal N dari molekul, juga telah diisolasi dari kelenjar paratiroid, memperlihatkan aktivitas PTH yang lengkap. Pada kenyataannya, karena ginjal dengan cepat mengeluarkan semua hormon yang mengandung 84 asam amino dalam beberapa menit tetapi gagal untuk mengeluarkan banyak fragmen dalam beberapa jam, maka sebagian besar aktivitas hormonal disebabkan oleh fragmen-fragmen ini.

Efek dan Fungsi Hormon Paratiroid


Peningkatan hormon paratiroid memiliki efek yang cukup besar pada konsentrasi ion kalsium di CES (cairan ekstrasel), yaitu meningkatkan konsentrasi ion kalsium. Naiknya konsentrasi ion kalsium ini terutama disebabkan oleh dua efek, yaitu efek hormon paratiroid yang meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari tulang, dan efek yang cepat dari hormon paratiroid dalam mengurangi ekskresi kalsium oleh ginjal. Berkurangnya konsentrasi fosfat disebabkan oleh efek yang sangat kuat dari hormon paratiroid dalam meningkatkan timbulnya ekskresi fosfat dari ginjal secara berlebihan, yang merupakan suatu efek yang cukup besar untuk mengatasi peningkatan absorpsi fosfat dari tulang. 1. Hormon Paratiroid Meningkatkan Absorpsi Kalsium dan Fosfat dari Tulang PTH mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi kalsium dan fosfat. Yang pertama merupakan suatu tahap cepat yang dimulai dalam waktu beberapa menit dan meningkat secara progresif dalam beberapa jam. Tahap ini disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah ada (terutama osteosit) untuk meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat. Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan membutuhkan beberapa hari untuk menjadi berkembang penuh. Fase ini disebabkan oleh adanya proses proliferasi osteoklas, yang diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari tulang. 2. Hormon Paratiroid Menurunkan Ekskresi Kalsium dan Meningkatkan Ekskresi Fosfat oleh Ginjal Sekresi PTH menyebabkan pelepasan fosfat dengan cepat ke dalam urin karena efek dari hormon tersebut yang menyebabkan berkurangnya reabsorpsi ion fosfat di tubulus proksimal. PTH juga meningkatkan reabsorpsi kalsium di tubulus ginjal pada waktu yang sama dengan berkurangnya reabsorpsi fosfat oleh hormon paratiroid. Selain itu, hormon ini meningkatkan kecepatan reabsorpsi ion magnesium dan ion hidrogen, sewaktu hormon ini mengurangi reabsorpsi ion natrium, kalium dan asam amino dengan cara yang sangat mirip seperti hormon paratiroid memengaruhi fosfat. Peningkatan absorpsi kalsium terutama terjadi dibagian akhir tubulus distal, duktus koligentes, bagian awal duktus koligentes, dan mungkin berlanjut ke ansa henle ascenden. Bila bukan karena efek PTH pada ginjal dalam meningkatkan reabsorpsi kalsium, pelepasan kalsium yang berlangsung terus menerus itu akhirnya akan menghabiskan mineral tulang dari cairan ekstrasel dan tulang.

Bila dibandingkan dengan jumlah total kalsium dalam cairan ekstrasel (yang besarnya kira-kira 1000 kali), ternyata tulang mengandung banyak sekali kalsium, bahkan bila PTH menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium yang sangat besar dalam cairan ekstrasel, tidaklah mungkin untuk memperhatikan adanya efek yang berlangsung dengan segera pada tulang. Begitu juga sebaliknya jika PTH tidak mampu meningkatkan konsentrasi kalsium yang sangat rendah, maka efek langsung ke tulang hampir tak terlihat. Pemberian atau sekresi PTH yang diperlama-dalam waktu beberapa bulan atau beberapa tahun-akhirnya menyebabkan absorpsi seluruh tulang yang sangat dinyata disertai pembentukan ronggarongga yang besar dan terisi dengan osteoklas besar berinti banyak. 3. Hormon Paratiroid Meningkatkan Absoprsi Kalsium dan Fosfat di Usus

You might also like