You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan Menentukan kadar formaldehid dalam sampel air.

1.2 Dasar Teori A. Pengertian Formaldehida Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida, bentuknya gas, yang rumus kimianya . Formaldehida awalnya disentesa

oleh kimiawan Rusia, Alexander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung karbon. Dikandung dari asap kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme termasuk manusia. B. Sifat Formaldehida Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merek dagang formalin atau formol). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer .

Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktiif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrolit, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik

dan alkena. Karena keadaannya katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizaro menghasilkan asam format metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1, 3, 5-trioksan atau polimer linier polioksimetiler. Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida haru ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. C. Produksi Formaldehida Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdeum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses fermox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia dan

Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira . Dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia

sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang diatad, sedangkan satu lagi adalah reaksi dihidrogenasi

Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan. D. Kegunaan Formaldehida Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga lebih sering digunakan sebagai desinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai desinfektan, formalin dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam

vaksinasi.

Dalam

bidang

medis,

larutan

formaldehida

dipakai

untuk

mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Kalau digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin, formaldehida mengahsilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayu lapis/ tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busanya seprti insulasi. Produksi resin formaldehida menghabiskan lebih dari setengahnya dari produksi formaldehida. Untuk mensintesa bahan-bahan kimia, formaldehida misalnya dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilen difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretan, serta heksametilen tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida, serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak. Daftar kegunaan formalin: Pengawet mayat Pembasmi serangga Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca Pengeras lapisan gelatin dan kertas Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea Bahan untuk pembuatan parfum Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku Pencegah korosi untuk sumber minyak

E. Indikator Kanji Warna iod 0,1 cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung kepada pelarut sejati seperti karbon tetra klorida atau khloroform, dan kadangkadang ini digunakan dalam mendeteksi titil akhir reaksi. Tetapi lebih lazim digunakan suatu larutan (dispersi koloid) kanji, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Mekanisme yang eksak pembentukan kompleks itu belum diketahui. Tetapi dibayangkan bahwa molekul iod diikat pada permukaan -amilosa, suatu konstituen kanji. Konstituen kanji lain, -amilosa atau amilopektin. Membentuk senyawa kompleks kemerahan dengan iod, warna mana tak mudah dihilangkan. Oleh karena itu, kanji mengandug banyak amilopektin sebaiknya tak digunakan. Produk komersial kanji larut terdiri terutama dari -amilosa. Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri. Suatu proses yang dapat dihambatannya disengan sterelisasi atau dengan penambahan suatu pengawet. Hasil uraiannya mengkonsumsi iod dan berubah kemerahan. Merkuri (II) iodida, atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet. Kondisi ini yang menimbulkan hidrolisis atau koagulasi kanji hendaknya dihindari. Kepekaan indikator berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik, seperti metil dan etil alkohol.

F. Natrium Thiosulfat Natruim Thiosulfat umumnya dibeli sebagai pentahidrat, dan larutan-larutannya distandarisasi terhadap sebuah standar primer. Larutanlarutan tersebut tidak stabil dalam jangka waktu yang lama, sehinggga boraks atau natrium karbonat seringkali ditambahkan sebagai bahan pengawet. Iodin mengoksidasi thiosulfat menjadi ion tetranoat:

Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan. Berat ekuivalen dari adalah berat molekularnya, , karena

satu elektron per satu molekul hilang. Jika pH dari larutan di atas 9, thiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:

Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksidasi kuat, seperti garam permanganat, garam dikromat, dan garam serium (IV), mengoksidasi thiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif.

G. Titrasi Iodometri Titrasi iodometri adalah titrasi yang menggunakan iod. Dalam proses analitis, iod dipergunakan sebagai zat pengoksidasi (idiometri) dan iodida sebagai agen pereduksi (idiometri). Sistem redoks iod (trioda)-ioda

Iod merupakan zat pengoksida yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium (IV), dan kalium dikromat. Di pihak lain, ion iodida merupakan zat pereduksi yang wajar kuatnya, lebih kuat dari ion Fe (III). Larutan iodin standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodin murni dan pengenceran dalam sebuah labu volumentrik. Iodin akan dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan ke dalam sebuah larutan KI yang terkonsentrasi yang ditimbang secara akurat sebelum dan sesudah penambahn iodin. Namun demikian, biasanya larutan tersebut distandarisasi terhadap sebuah standar primer seperti . Kelebihan iodakan menyebabkan larutan menjadi kuning, akan tetapi selalu dipergunakan larutan kanji sebagai petunjuk dimana kanji dan iod akan

memberikan warna biru. Pada titrasi iod dengan larutan thiosulfat, larutan kanji baru ditambahkan bila sebagian iod telah bereaksi (warna cokelat telah berubah menjadi kuning). Proses iodometri terbagi menjadi dua, yaitu: Iodometri langung Iodometri tidak langsung

BAB II METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan A. Alat yang Digunakan Erlenmeyer 250 ml Labu ukur 100 ml Buret Pipet volume 25 ml Pipet ukur 10 ml Gelas kimia 100 ml Bulp Botol aquadest Stativ Pipet tetes

B. Bahan yang Digunakan Larutan formalin Aquadest Larutan iod Larutan Larutan Larutan Natrium Thiosulfat 0,1N Indikator kanji

2.2 Prosedur Kerja Memipet 5 ml larutan formalin ke dalam labu ukur 100 ml. kemudian membilaskan dengan air suling dan mengencerkan hingga tanda batas.

Memipet 10 ml ke dalam erlenmeyer 250 ml, menambahkan 25 ml larutan iod 0,1 N dan 1,5 ml larutan , selanjutnya membiarkan selama 15 menit

erlenmeyer yang berisi larutan contoh, lalu menambahkan kedalamnya 3 ml larutan .

Menitrasi kelebihan iod dengan larutan Natrium Thiosulfat 0,1N. Menggunakan larutan kanji sebagai indikator. Melakukan penetapan sebanyak dua kali.

2.3 Diagram Alir


Memipet 5 ml larutan formalin ke dalam labu ukur 100 ml. kemudian membilaskan dengan air suling dan mengencerkan hingga tanda batas.

Memipet 10 ml ke dalam erlenmeyer 250 ml, menambahkan 25 ml larutan iod 0,1 N dan 1,5 ml larutan , selanjutnya membiarkan selama 15 menit erlenmeyer yang berisi larutan contoh, lalu menambahkan kedalamnya 3 ml larutan .

Menitrasi kelebihan iod dengan larutan Natrium Thiosulfat 0,1N.

Menggunakan larutan kanji sebagai indikator

Melakukan penetapan sebanyak dua kali

BAB III DATA PENGAMATAN


Bahan yang ditambahkan sampel + iod perubahan yang terjadi sampel 1 warna menjadi cokelat gelap 2 sampel + iod + NaOH menjadi berwarna kuning 3 didiamkan selama 15 menit 4 HCl 4N dititrasi dengan dari warna cokelat tua menjadi bening 6 larutan kanji dari warna cokelat tua menjadi bening berwarna cokelat tua berwarna cokelat tua kuning cerah sampel 2 warna menjadi cokelat gelap menjadi berwarna kuning kuning cerah

No 1

tetap berwarna bening

tetap berwarna bening

BAB IV PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar formaldehida dalam formalin. Senyawa formaldehida itu sendiri yaitu merupakan aldehida yang berbentuk gas dengan rumus kimia . Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas

tetapi bisa larut dalam air yang biasa disebut dengan formalin (dalam kadar 37%). Langkah pertama yang dilakukan adalah mengencerkan sampel formalin, hal ini bertujuan untuk memperkecil kesalahan pada saat titrasi. Karena semakin encer larutan formalin, maka akan semakin teliti dalam proses titrasi. Setelah diencerkan sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 10 ml dan ditambahkan dengan larutan iod sebanyak 25 ml. Sehingga terjadi perubahan warna dari bening menjadi cokelat gelap. Kemudian ditambah sebanyak 1,5 ml, hal ini bermaksud agar terjadi proses

iodometri. Iodometri merupakan analisa secara tidak langsung dimana oksidator atau direaksikan dengan ion iodida yang berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan Natruim Thiosulfat ( diberi larutan ). Namun sebelum dilakukan titrasi, senyawa formalin yang telah harus ditambah terlebih dahulu sebanyak 3 ml. Hal ini

karena proses iodometri berlangsung dalam suasana asam sedikit basa (pH<8). Setelah itu didiamkan selama 15 menit, agar larutan tersebut tercampur sempurna. Perubahan warna yang terjadi setelah ditambahkan larutan sebanyak 1,5 ml, warna

berubah menjadi warna kuning cerah. Perubahan warna yang terjadi setelah diberikan menjadi warna cokelat tua. Kemudian dilakukan titrasi dengan menambahkan larutan Natruim Thiosulfat ( ) sehingga terjadi perubahanwarna dari cokelat tua menjadi bening. Dalam hal

ini, terjadi reaksi:

Fungsi dari larutan Natruim Thiosulfat ( mengikat iodin yang berlebih.

) itu sendiri yaitu untuk

Setelah dititrasi, larutan diberi indikator kanji dengan tujuan untuk mengukur kepekaan terhadap iod. Pada hal ini, kanji yang digunakan yaitu kanji yang banyak mengandung -amilosa karena jika kanji yang digunakan mengandung -amilosa dan amilopektin akan membentuk senyawa kompleks kemerahan dengan iod dan susah dihilangkan. Akan tetapi, dalam praktikum ini, setelah sampel ditetesi dengan indikator kanji, tidak terjadi perubahan warna (tetap bening). Hal ini menunjukkan jika sebagian iod telah habis bereaksi. Sehingga saat ditetesi larutan kanji, sampel juga tidak menunjukkan perubahan warna (tetap bening). Karena fungsi larutan kanjidisini adalah sebagai indikator yang mengikat sisa iod. Namun karena iod telah habis bereaksi dengan larutan Natruim Thiosulfat ( berubah menjadi warna biru. Kegagalan dalam percobaan ini disebabkan oleh terlalu banyaknya pemberian larutan Natruim Thiosulfat ( ) pada saat proses titrasi. Sehingga iod habis ). Sehingga pada saat ditetesi ), maka saat ditetesi indikator kanji, sampel tidak

bereaksi dengan larutan Natruim Thiosulfat (

indikator kanji, tidak ada iod yang bisa diikat oleh indikator kanji. Jika dalam proses titrasi dengan larutan Natruim Thiosulfat ( ) berlangsung dengan benar, yaitu

hingga sampel berubah warna menjadi kuning, yang menunjukkan sebagian iod bereaksi, maka setelah ditetesi indikator kanji, sampel berubah warna menjadi biru kehitaman dan kadar formaldehida dapat diukur dengan menggunakan rumus: ( )

BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan dapat disimpulkan: Kegagalan dalam praktikum ini terjadi karena iod telah habis bereaksi dengan Natruim Thiosulfat ( ).

5.2 Saran Sebaiknya dalam proses titrasi dengan Natruim Thiosulfat ( dilakukan secara teliti dan cermat. Mengamati perubahan warna yang terjadi dengan teliti. ) harus

DAFTAR PUSTAKA Day,R.A., dan Underwood,A.L., 2002, Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga Tim Laboratorium Kimia Dasar, 2007, Penuntun Praktikum Dasar Proses Kimia, Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda Chon, H.A.B.Sc., dan Krisnandi E.B.Sc., 1982, Penuntun Praktikum Kimia Analisa Jumlah II Titrometri, Bogor: Departemen Perindustrian Sekolah Menengah Analis Kimia

LAMPIRAN

GAMBAR ALAT

Bulp Gelas Kimia

Labu Ukur Buret dan Stativ

Pipet Ukur Erlenmeyer

PRAKTIKUM PROSES KIMIA TERAPAN LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA LAPORAN SEMENTARA

Nama/Nim

: 1. Kharisma mentari Putri (10 614 026) 2. Shely Diah Fitrianingtias (10 614 029) 3. Irianti Pratiwi (10 614 033)

Kelompok Judul Percobaan Tanggal Praktik Tanggal Selesai Tujuan Percobaan Prinsip Dasar

: III (tiga) : Mentukan Kadar Formaldehida Dalam Air : Senin, 4 Oktober 2010 : Senin, 4 Oktober 2010 :Untuk menentukan kadar formaldehida dalam sampel air : Sejumlah sampel formalin ditambahkan larutan iod 0,1 N, kemudian dibasakan dengan dengan indikator kanji. , setelah itu didiamkan. Kemudian diasamkan dan ditetesi dengan

. Dititrasi dengan

Data Pengamatan No 1

: Bahan yang ditambahkan sampel + iod perubahan yang terjadi sampel 1 warna menjadi cokelat gelap 2 sampel + iod + NaOH menjadi berwarna kuning 3 didiamkan selama 15 menit 4 HCl 4N berwarna cokelat tua 5 dititrasi dengan dari warna berwarna cokelat tua dari warna kuning cerah sampel 2 warna menjadi cokelat gelap menjadi berwarna kuning kuning cerah

cokelat tua menjadi bening 6 larutan kanji tetap berwarna bening

cokelat tua menjadi bening tetap berwarna bening

Hasil volume titrasi: 1. Sampel 1 2. Sampel 2 : 11,00 ml : 11,00 ml

Samarinda, 4 Oktober 2010 Dosen Pengawas

Ibnu Eka Rahayu, SST

You might also like