You are on page 1of 63

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

TINJAUAN PENGARUH EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT

Diajukan oleh: ANA PELINA DODU NPM : 06330004498

Mahasiswa Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Penilai / Pajak Bumi dan Bangunan

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara 2009

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG

PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

NAMA NOMOR POKOK MAHASISWA DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI BIDANG LAPORAN PKL JUDUL LAPORAN PKL

: ANA PELINA DODU : 06330004498

: PENILAI/PAJAK BUMI DAN BANGUNAN : PENERIMAAN DAN PENAGIHAN : TINJAUAN PENGARUH EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT

Mengetahui Kepala Bidang Akademis Pendidikan Pembantu Akuntan

Menyetujui Dosen Pembimbing

Drs. Nuzirwan Rahman NIP.060050175

Elia Ernawati, S.E. NIP.06004498

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI

NAMA NOMOR POKOK MAHASISWA DIPLOMA III KEUANGAN

: ANA PELINA DODU : 06330004498

SPESIALISASI BIDANG LAPORAN PKL JUDUL LAPORAN PKL

: PENILAI/PAJAK BUMI DAN BANGUNAN : PENERIMAAN DAN PENAGIHAN : TINJAUAN PENGARUH EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT

Tangerang, 24 Agustus 2009

1. ....................................... Elia Ernawati, S.E. NIP 06004498

Penilai I/ Pembimbing

2. ....................................... Drs. H. Wibowo Rahardjo, M.Sc.

Penilai II

KATA PENGANTAR

Segala hormat dan pujian bagi Bapa di sorga yang telah memberikan rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Penyusunan Laporan PKL ini merupakan salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa yang harus dipenuhi dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Keuangan Spesialisasi PBB/Penilai yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini masih jauh dari sempurna baik dari teknis maupun dari segi materi ilmiahnya yang semuanya disebabkan dari keterbatasan pengetahuan Penulis. Oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sehingga dapat dijadikan masukan yang bermanfaat untuk kemampuan Penulis dalam membuat laporan yang lebih baik. Dalam menyusun Laporan ini Penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun materiil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan terima kasihnya kepada: 1. Bapak Kusmanadji selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, 2. Bapak Nuzirwan Rahman selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Pembantu Akuntan, 3. Ibu Elia Ernawati S.E, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan Laporan ini,

4. Bapak-Ibu Dosen di lingkungan STAN yang telah mendidik dan membimbing Penulis selama mengikuti pendidikan di Program Diploma III Keuangan spesialisasi PBB/Penilai, 5. Bapak Yond Rizal selaku Kepala KPP Pratama Jakarta Gambir Empat 6. Kepala Seksi dan Staf Karyawan KPP Pratama Jakarta Gambir Empat 7. Teman-teman PKL di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat dan teman-teman ku CIA (Christian Integrity Appraiser) atas doa, semangat dan dukungan yang luar biasa 8. Teman-teman kosan dpausers atas kebersamaan yang indah selama tiga tahun ini, khususnya buat room mate ku ima...tiga tahun yang penuh kenangan. 9. Bapak, Ibu serta kakak dan adik-adikku tercinta yang tiada henti-hentinya memberikan dorongan dan semangat kepada Penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, 10. Rekan-rekan mahasiswa spesialisasi PBB/Penilai angkatan XVIII dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu. Mudah-mudahan Laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Penulis Tangerang, 24 Agustus 2009

Ana Pelina Dodu NPM : 06330004498

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan ini seluruhnya adalah hasil kerja saya sendiri. Dalam hal kutipan yang saya ambil dari buku, majalah, peraturan-peraturan yang berlaku dan/atau sumber-sumber lainnya, telah saya sebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dalam laporan ini ditemui bahwa sebagian atau seluruh isinya merupakan jiplakan atau bersifat plagiat sesuai dengan Bab II A No. 7 dan Bab II B No. 3 Keputusan Direktur STAN No. Kep-100/PP.7/2001 Tahun 2001 saya bersedia untuk dinyatakan tidak lulus/ kelulusan dibatalkan dari Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Penilai/PBB

Tangerang, 24 Agustus 2009 Yang membuat pernyataan

Ana Pelina Dodu NPM 06330004498

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN............. ii

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI..... iii KATA PENGANTAR............. DAFTAR ISI................ iv vii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN................ BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penulisan............. B. Tujuan Penulisan................. C. Batasan Masalah.............................. D. Metode Pengumpulan Data................................................................................. E. Sistematika Penulisan.......................................................................................... BAB II LANDASAN KONSEP, DATA DAN FAKTA A. Landasan Teori............................................ 1. Pengertian Pajak............................ 2. Tinjauan Umum Pajak Bumi dan Bangunan................................................. 3. Pengertian Umum.................................................................. 4. Pengertian Penerimaan PBB......................................................................... 8 8 9 10 11 1 4 5 5 6 x

5. Pengertian Ekstensifikasi Perpajakan......... .................................................. 14

B. Data dan fakta.............. 15 1. Sejarah Singkat.............................................. 2. Gambaran Umum Wilayah Kerja Gambir Empat......................... 3. Gambaran Umum Fungsi Organisasi............................................................ 4. Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB....................................................... BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH A. Tinjauan terhadap Penerimaan PBB Sektor Perkotaan di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat........................................................................................ B. Tinjauan Kinerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan............................................. C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Ekstensifikasi Perpajakan............................ 23 30 38 15 16 17 19

D. Alternatif pemecahan masalah............................................................................ 42 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan............. 44 B. Saran-saran............. DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 46

DAFTAR TABEL dan GAMBAR

Tabel 2.1 Data Wajib Pajak Terdaftar ............................................................ .......16 Tabel 2.2 Data Objek PBB dan Kepala Keluarga ............................................ .......17 Tabel 2.3 Rencana Penerimaan PBB KPP Pratama Jakarta Gambir Empat .... .......20 Tabel 2.4 Realisasi Penerimaan PBB KPP Pratama Jakarta Gambir Empat ... .......21 Tabel 2.5 Penambahan Jumlah WP dan OP PBB ............................................ .......22 Tabel 2.6 Permohonan Pendaftaran Objek pajak ............................................. .......22 Tabel 3.1 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Sektor perkotaan ................ ...... 26 Tabel 3.2 Target dan Realisasi Penerimaan BPHTB ....................................... ...... 27 Tabel 3.3 Pencapaian per Jenis Pajak .............................................................. ...... 29 Tabel 3.4 Penambahan Jumlah WP dan OP PBB ............................................ ...... 34 Tabel 3.5 Permohonan Pendaftaran Objek Pajak ........................................... ...... 35 Tabel 3.6 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak PBB dengan Jumlah Wajib Pajak yang sudah memiliki NPWP ............................................................. ....... 36 Tabel 3.7 Jumlah unit perumahan/apartemen dan tempat usaha ...................... ...... 37

Gambar 3.1 Penerimaan Pajak keseluruhan tahun 2008...................................... 28

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Blok Wilayah KPP Pratama Jakarta Gambir Empat Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Gambir Empat Lampiran 3 Gambaran Umum Sumber Daya Manusia Pegawai KPP Pratama Jakarta Gambir Empat

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Mengutip perkataan Benjamin Franklin,ada dua hal yang tidak bisa dihindarkan dalam hidup manusia yaitu pajak dan kematian, jadi adalah suatu hal yang wajar jika orang tidak suka bayar pajak, karena pajak akan mengurangi jumlah uang yang sudah berada di kantong yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan pribadi. Karena pada umumnya setiap orang tidak rela penghasilannya dikurangi walau oleh negara sekalipun, maka pasti ada yang berusaha menghindari pajak. Apalagi manfaat langsungnya tidak dinikmati. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan lepas dari bantuan manusia lain, maka manusia yang baik adalah manusia yang dapat berguna bagi manusia yang lainnya. Jika prinsip ini dapat kita pahami, maka kewajiban pajak yang awalnya tidak disukai pada akhirnya harus menjadi kerelaan setiap orang agar bisa digunakan untuk kepentingan seluruh masyarakat.

Agar dana pajak bisa digunakan untuk kepentingan seluruh masyarakat, maka jumlahnya harus mencukupi. Cukup untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dapat dinikmati bersama. Oleh karenanya harus ada keseimbangan dan keadilan dalam pengumpulan pajak. Pajak tidak hanya menjadi kewajiban beberapa anggota masyarakat tetapi harus menjadi kewajiban seluruh anggota masyarakat. Sebuah negara tidak mungkin kuat jika warga negaranya enggan

membayar pajak. Semakin besar jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi, semakin sehat kehidupan berbangsa dan bernegara. Membayar pajak adalah bentuk

kegotongroyongan nasional untuk mewujudkan bangsa yang bermartabat. Jika pajak dapat dipungut secara maksimal sesuai dengan potensinya maka negara akan lebih leluasa untuk membelanjakannya berupa fasilitas maupun layanan masyarakat dengan lebih baik, misalnya pendidikan gratis. Sayangnya, di Indonesia perbandingan antara jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dengan potensi Wajib Pajak masih rendah. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di Indonesia masih sedikit. Berapakah besarnya potensi Wajib Pajak Orang Pribadi di Indonesia? Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menghitungnya, yaitu pendekatan karyawan dan properti. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Deputi Bidang Informasi Kepegawaian, potensi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bila menggunakan pendekatan berbasis karyawan dapat mencapai 14 juta. Jumlah karyawan swasta lakilaki dan mempunyai penghasilan di atas Rp 1 juta sebesar 7,8 juta sedang PNS lakilaki golongan III ke atas sebesar 1,5 juta jiwa. Jadi total NPWP berbasis karyawan 9,3

juta. Angka tersebut akan bertambah jika perempuan ikut memiliki NPWP sendiri. Bila menghitung potensi berdasarkan properti akan muncul angka 10,2 juta objek pajak yang subjek pajaknya wajib memiliki NPWP. Perhitungannya, berdasar data Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu jumlah objek pajak (bisa berupa rumah, toko, atau apartemen) dengan nilai NJOP tiga ratus juta rupiah ke atas. Untuk menjaring potensi itu, Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian adalah ujung tombaknya. Ekstensifikasi basis properti dijalankan bersamaan dengan pendataan objek PBB. Walaupun seksi Ekstensifikasi ini merupakan produk baru dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP), namun sebagaimana kita ketahui bahwa langkah ekstensifikasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak ini telah berjalan sukses meningkatkan penerimaan negara pada tahun 2008 hingga melampaui target. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mencoba melakukan tinjauan atas seksi ekstensifikasi perpajakan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Empat. Oleh karena itu Laporan PKL yang penulis buat akan diberi judul
TINJAUAN PENGARUH EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN TERHADAP

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT.

B. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah : Tujuan Umum 1. Untuk memenuhi tugas dan persyaratan kelulusan mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Spesialisasi Penilai/Pajak Bumi dan Bangunan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. 2. Untuk mendidik dan melatih penulis agar mempunyai kemampuan dalam berpikir secara sistematis, dan kritis khususnya agar dapat memecahkan permasalahan serta mencari alternatif pemecahan yang terbaik. 3. Untuk meningkatkan pengetahuan penulis di bidang Pajak Bumi dan Bangunan agar dapat membandingkan antara teori yang diperoleh pada bangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan selama mengikuti praktik kerja lapangan.

Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui teori mengenai penerimaan pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 2. Untuk mengetahui pelaksanaan penerimaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Empat. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan ekstensifikasi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Empat. 4. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan ekstensifikasi perpajakan terhadap penerimaan PBB di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Empat.

C. BATASAN MASALAH Sehubungan dengan luasnya permasalahan mengenai hal-hal yang menjadi pembahasan dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis merumuskan

masalah yang diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan penerimaan PBB dari sektor perkotaan di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi perpajakan di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat. 3. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi perpajakan, sekaligus pemecahan permasalahannya. 4. Kaitan antara penerimaan PBB dengan kegiatan ekstensifikasi perpajakan

D. METODE PENGUMPULAN DATA Dalam menyusun dan menyelesaikan tugas Laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis akan menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain: 1. Observasi lapangan. Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dan penelitian terhadap basis data untuk mengetahui permasalahan yang terjadi.

2. Wawancara. Yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan objek pembahasan laporan yang akan disusun. 3. Studi Kepustakaan. Yaitu dengan mempelajari buku-buku, peraturan-peraturan dan berbagai sumber bacaan lain yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan data, permasalahan dan alternatif pemecahannya.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Laporan ini secara keseluruhan terdiri dari empat bab. Bab I merupakan pendahuluan, bab II dan III merupakan isi dan yang terakhir bab IV merupakan penutup. Secara sistematis empat bab laporan PKL ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, batasan masalah dan sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun laporan PKL. 2. BAB II LANDASAN TEORI Berisi uraian tentang landasan teori, gambaran keadaan yang terjadi dan gambaran yang seharusnya beserta berbagai faktor yang berhubungan dengan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.

3. BAB III PEMBAHASAN Berisi uraian tentang kinerja dan tugas seksi ekstensifikasi perpajakan, serta masalah yang dihadapi serta alternatif pemecahan masalah. 4. BAB IV PENUTUP Berisi mengenai kesimpulan atas pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran yang mungkin bermanfaat dalam kaitannya terhadap pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.

BAB II LANDASAN TEORI, DATA DAN FAKTA A. LANDASAN TEORI 1. Pengertian pajak Salah satu sumber pendapatan negara dalam menyokong pembiayaaan pembangunan adalah pajak. Pajak mempunyai banyak pengertian, salah satunya menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH sebagaimana dikutip oleh Drs. Wahyu Msc, MM, Akt dalam buku Perpajakan Indonesia: pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak mempunyai dua fungsi: i.Fungsi budgeter Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara. ii.Fungsi regulerent Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Adapun jenis-jenis pajak pusat antara lain: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), BPHTB, cukai, bea masuk, PPnBM dan lain-lain.

2. Tinjauan umum Pajak Bumi dan Bangunan Pajak sebagai sumber penerimaan negara mempunyai arti penting dalam kelangsungan penyelenggaran Negara. Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan adalah suatu pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dan atau pemilikan suatu hak terhadap bumi dan atau bangunan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Dasar dari pengenaan PBB atas suatu Objek Pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Wajib Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Sedangkan penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak Bumi dan Bangunan yang ditetapkan oleh fiskus ditetapkan berdasarkan keterangan yang diisi dalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh Wajib Pajak. Surat Pemberitahuan Objek Pajak adalah surat yang digunakan

Wajib Pajak untuk melaporkan data Objek Pajak menurut ketentuan undang-undang. Sebagai hasil dari laporan yang disampaikan Wajib Pajak dalam SPOP tersebut, Direktorat Jenderal Pajak memberitahukan besarnya pajak yang terutang kepada Wajib Pajak melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). SPPT yaitu suatu surat yang antara lain berisi nama dan alamat wajib pajak, data obyek pajak dan besarnya pajak terhutang, SPPT ini dibuat untuk per wajib pajak.

3. Pengertian Umum a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. b. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Pengertian ini bukan berarti hanya tanah permukaan bumi saja tetapi betul-betul tubuh bumi dari permukaan sampai dengan magma, hasil tambang, gas material yang lainnya. c. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan. Dalam hal ini adalah rekayasa teknik yang dirancang dan disusun sedemikian rupa sehingga merupakan hasil karya manusia berupa/ujud perubahan dari bahan dasar/material dan bahan fasilitas menjadi bangunan, misalnya berupa gedung, jembatan, jalan, tol, pabrik, lapangan golf, tower/rig pertambangan minyak lepas pantai dan lain-lain.

d. Pajak Bumi dan Bangunan adalah iuran kepada negara dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum, yang diberikan oleh Wajib Pajak secara nyata mempunyai hak dan/atau memperoleh manfaat atas Objek Pajak berupa Bumi dan/atau bangunan sesuai dengan ketentuan Undang-undang No.12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.12 tahun 1994 tentang Perubahan Atas Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan. e. Objek Pajak adalah bumi dan/atau bangunan. f. Wajib Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dengan demikian tanda

pembayaran/pelunasan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. g. Ekstensifikasi perpajakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk menjaring Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dengan jalan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada setiap WPOP yang belum memilikinya.

4. Pengertian Penerimaan PBB Untuk memperoleh pemahaman yang utuh, penulis merasa perlu mengutip beberapa sumber tentang pengertian penerimaan. Penerimaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah:

1. proses, perbuatan, cara menerima dan sebagainya; 2. besarnya uang yang diterima dari hasil tertentu. Menurut Wibowo Rahardjo dalam buku Penerimaan PBB dan BPHTB 1996-2000 terbitan Direktorat PBB dan BPHTB 2001 menjelaskan Penerimaan adalah kegiatan administrasi PBB yang berkaitan dengan pembayaran, pemungutan, penyetoran, pelimpahan dan pembagian hasil penerimaan PBB Definisi selanjutnya dari kegiatan-kegiatan administrasi tersebut adalah Pembayaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam rangka memenuhi PBB terutangnya ke tempat pembayaran. Wajib Pajak bersifat aktif mendatangi tempat pembayaran, misalnya bank persepsi, Kantor Pos dan Giro, atau melalui POS (Payment online System). setelah adanya POS ini, pembayaran PBB sektor pedesaan dan perkotaan dapat dilakukan secara elektronik melalui ATM atau fasilitas perbankan elektronik lainnya. Pemungutan adalah kegiatan yang dilakukan petugas pemungut dalam rangka memungut piutang dari wajib pajak PBB. Pihak wajib pajak pasif, karena pihak pemungut datang ke alamat masing-masing wajib pajak. Petugas pemungut di sini adalah petugas yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang untuk memungut PBB sektor pedesaan dan atau perkotaan kemudian meyetorkannya ke TP-PBB atau TPPBB online. Penyetoran adalah kegiatan yang dilakukan petugas pemungut dalam rangka pelunasan PBB terutang yang telah dipungutnya ke tempat pembayaran. Di sini petugas pemungut yang menerima pembayaran PBB dari wajib pajak

menyetorkannya kembali ke tempat pembayaran sesuai dengan jumlah yang dipungutnya. Penagihan adalah kegiatan menagih piutang PBB kepada wajib pajak apabila masa jatuh tempo telah dilalui. Meskipun demikian, dapat pula dilakukan penagihan pasif sebelum masa jatuh tempo, antara lain dengan memberikan himbauan pada wajib pajak agar segera melunasi PBB terutangnya. Dalam administrasi PBB, Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Surat Ketetapan Pajak (SKP) merupakan dasar penagihan PBB. Apabila SPPT atau SKP tidak atau kurang dibayar setelah lewat masa jatuh tempo pembayaran, maka akan diterbitkan surat tagihan pajak (STP) untuk menagih tunggakan PBB. Pelimpahan adalah kegiatan melimpahkan hasil penerimaan PBB dari tempat pembayaran ke Bank Persepsi, atau dari Bank Persepsi ke Bank Operasional V dan kemudian membaginya ke rekening instansi yang berhak. Pembagian ke instansi lain yang berhak ini dijelaskan dalam Keputusan Menteri Keuangan No.82/KMK.04/2000 tanggal 21 Maret 2000 yaitu : A. Untuk pemerintah pusat sebesar 10%, dikembalikan lagi ke daerah dengan rincian: 1. 65% dibagikan secara merata ke seluruh daerah kabupaten/kota. 2. 35% dibagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten/kota yang realisasi penerimaan PBB pada tahun anggaran sebelumnya mencapai/ melampaui target penerimaan yang ditetapkan.

B. Untuk pemerintah daerah dengan rincian: 1. 16.2% untuk daerah tingkat I yang bersangkutan. 2. 64.8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. 3. 9% untuk biaya pemungutan, yang berdasarkan ketentuan yang berlaku juga dibagikan kepada daerah kabupaten/kota atas peran sertanya dalam

mengamankan pemungutan dan penerimaan PBB. 5. Pengertian Ekstensifikasi Perpajakan Kegiatan ekstensifikasi perpajakan diatur dalam PER DJP NO. PER116/PJ/2007 tanggal 29 Agustus 2007 diubah dengan PER DJP NO. PER 32/PJ/2008 tanggal 1 Juli 2008 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) melalui pendataan Objek PBB dan PER DJP NO. PER-35/PJ/2008 tanggal 9 September 2008 tentang Kewajiban Pemilikan NPWP dalam rangka Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Pengertian Ekstensifikasi Perpajakan sendiri adalah kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk menjaring Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dengan jalan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada setiap WPOP yang belum memilikinya. Ekstensifikasi Perpajakan ini juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah objek pajak dengan cara menjaring objek pajak baru. Atau dengan kata lain kegiatan ekstensifikasi dijalankan bersamaan dengan pendataan objek PBB, sehingga : Data properti yang diperoleh lebih update Data NPWP dapat diperoleh

Sesuai dengan ketentuan pasal 2 PER DJP NO. PER-116/PJ/2007 maka Objek PBB yang dapat dikenakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan memiliki syaratsyarat sebagai berikut : 1. berupa unit tempat usaha dan atau 2. unit perumahan dan atau unit apartemen yang memiliki NJOP tertentu 3. NJOP tertentu unit perumahan ditetapkan sebagai berikut : NJOP Bumi dan Bangunan paling rendah Rp60.000.000,00 (Enam Puluh Juta Rupiah), dan NJOP Bangunan paling rendah Rp350.000,00/m2 (Tiga Ratus Lima Puluh Ribu per meter persegi) 4. NJOP tertentu unit apartemen ditetapkan paling rendah Rp60.000.000,00 (Enam Puluh Juta Rupiah) Setiap wajib pajak yang belum memiliki NPWP dan memiliki objek pajak dengan kriteria seperti di atas akan didaftarkan untuk dibuatkan NPWPnya.

B. DATA DAN FAKTA 1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Gambir Empat berawal dari KPP Jakarta Pusat Satu. Pada tahun 1994 berdasarkan KMK 94/KMK.01/1994 terjadi pemecahan Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pusat menjadi beberapa KPP termasuk KPP Jakarta Gambir dengan wilayah kerja kecamatan Gambir dan berkedudukan di Jl. Batu Tulis 53-55. Kemudian berdasarkan KMK 162/KMK.01/1997 terjadi pemecahan KPP Jakarta Gambir menjadi KPP Jakarta Gambir I dengan wilayah kerja Kelurahan

Gambir, Kebon Kelapa, dan Petojo Utara serta KPP Gambir II dengan wilayah Kerja Kelurahan Cideng, Petojo Selatan, dan Duri Pulo. KPP Jakarta Gambir I berkedudukan di Jl. Batu Tulis 53-55, sedangkan KPP Jakarta Gambir II berkedudukan di JL. KH. Hasyim Ashari 6-12. Pada tahun 2004 berdasarkan KMK 254/KMK.01/2004 terjadi pemecahan KPP Jakarta Gambir I menjadi KPP Jakarta Gambir Satu dan KPP Jakarta Gambir Empat. KPP Jakarta Gambir Satu memiliki wilayah kerja kelurahan Gambir dan berkedudukan di Jl. Gunung Sahari Raya 25. Sedangkan KPP Pratama Jakarta Gambir Empat memiliki wilayah kerja Kelurahan Kebon Kelapa dan berkedudukan di Jl. Batu Tulis 53-55

2. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Gambir Empat KPP Pratama Jakarta Gambir Empat terletak di Jl. Batu Tulis Raya 53-55, Jakarta Pusat. KPP Pratama Jakarta Gambir Empat menempati sebidang tanah seluas 1.775 meter persegi dengan bangunan seluas 4.500 meter persegi. KPP Pratama Jakarta Gambir Empat memiliki wilayah kerja Kelurahan Kebon Kelapa, yang terdiri dari empat Rukun Warga (RW) dengan jumlah penduduk 10.678 jiwa atau 4.276 KK. Luas wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat adalah 78.10 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut : Utara : Jl. Sukoharjo Wiryopranoto dan kelurahan Maphar, Taman Sari. Selatan: Jl. Ir.H. Juanda Raya dan kelurahan Gambir Barat : Jl. Hayam Wuruk dan Kelurahan Petojo Utara Timur : Stasiun Kereta Api Juanda dan KElurahan Pasar Baru

Tabel 2.1 Data Wajib Pajak terdaftar No 1 2 4 Badan Orang Pribadi WP Pemotong PPh Ps. 21 Jenis wajib Jumlah 4.721 3.131 2.879

Tabel 2.2 Data Objek PBB dan Kepala Keluarga No 1 2 Uraian Objek PBB Kepala Keluarga Jumlah 3.028 4276

Data tahun 2008 3. Gambaran Umum Fungsi Organisasi a) Sub Bagian Umum, bertugas mengkoordinasikan tugas pelayanan

kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk menunjang kelancaran tugas KPP b) Seksi Pengolahan Data dan Informasi, bertugas mengkoordinasikan pengumpulan, perekaman pengolahan data, penyajian urusan informasi tata usaha perpajakan, penerimaan

dokumen

perpajakan,

perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer,

pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, dan penyiapan laporan kinerja. c) Seksi Pelayanan, bertugas mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta

penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, dan kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku. d) Seksi Penagihan, bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang berlaku. e) Seksi Ekstensifikasi, bertugas mengkoordinasikan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak,mengumpulkan data Wajib Pajak dan Objek Pajak, membuat monografi fiskal, dan melakukan penilaian objek PBB. f) Seksi Pemeriksaan, bertugas mengkoordinasikan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan, dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya g) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, bertugas mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka

melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.

4. Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat Peranan pajak dalam perekonomian nasional saat ini diharapkan tidak saja menjadi tulang punggung penerimaan keuangan Negara, tetapi juga diharapkan mampu menjadi instrument penunjang pemulihan kestabilan ekonomormi nasional. Adapun yang dimaksud pajak disini adalah pajak umum dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang termasuk salah satu pajak bagi penerimaan daerah telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan daerah. Mengingat akan peranan tersebut, pemerintah dalam hal ini Ditjen Pajak telah melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang PBB sebagai upaya meningkatkan penerimaan PBB yang pada akhirnya sebagian besar akan dilimpahkan ke pemerintah daerah yaitu propinsi dan kotamadya/kabupaten. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Empat yang wilayah kerjanya meliputi Kelurahan Kebon Kelapa sebenarnya merupakan KPP yang dapat memenuhi target penerimaan PBB yang telah ditetapkan oleh Kanwil Jakarta Pusat. Kemampuan tersebut dibuktikan dengan adanya surplus penerimaan antara rencana penerimaan dan realisasi penerimaan PBB selama tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Selama tiga tahun terakhir ini penerimaan PBB di KPP

Pratama Jakarta Gambir Empat selalu memenuhi target bahkan melebihi target yang ditetapkan oleh Kanwil. Apalagi pada tahun 2008, untuk pertama kalinya sejak berdiri, KPP Pratama Jakarta Gambir Empat berhasil memenuhi target penerimaan satu tahun penuh yang diamanahkan. Pencapaian penerimaan sebesar 111,4 % dari target sebesar Rp 247 miliar yang diamanahkan Kanwil DJP Jakpus dan dengan prestasi tersebut, ditambah lagi dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh KPP Jakarta Gambir Empat, akhirnya KPP ini dinobatkan menjadi KPP terbaik di Indonesia. Hal ini juga seiring dengan kestabilan perekonomian nasional dan keadaan politik serta keamanan yang sudah semakin kondusif sehingga menyebabkan kesadaran Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban membayar PBB menjadi meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rencana penerimaan dan realisasi penerimaan PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat di bawah ini:

Tabel 2.3
RENCANA PENERIMAAN PBB DAN BPHTB KPP PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT Dalam ribuan rupiah RENCANA PENERIMAAN PBB 2005 SEKTOR Pedesaan Perkotaan SKB APBN (PBB) BPHTB 7.500.531 7.500.531 7.500.531 5.575.266 8.688.492 8.688.492 8.688.492 11.538.607 10.254.000 10.254.000 10.254.000 11.539.000 11793.680 11793.680 11793.680 10.385.100 2006 2007 2008

PBB + BPHTB

13.075.797

20.227.099

21.793.000

22.178.780

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat

Tabel 2.4 REALISASI PENERIMAAN PBB DAN BPHTB KPP PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT
Dalam ribuan rupiah REALISASI PENERIMAAN PBB SEKTOR Pedesaan Perkotaan SKB APBN (PBB) BPHTB PBB+BPHTB 2005 6.578.380 6.578.380 6.578.380 1.340.517 7.918.897 2006 9.229.933 9.229.933 9.229.933 4.508.113 13.738.046 2007 10.379.138 10.379.138 10.379.138 6.204.235 16.583.373 2008 12.428.243 12.428.243 12.428.243 5.492.143 17.920.386

Sumber: seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat

Berikut ini hasil ekstensifikasi perpajakan yang dilakukan KPP Pratama Jakarta Gambir Empat selama lima tahun terakhir :
Tabel 2.5

Penambahan jumlah WP dan OP PBB Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Wajib Pajak PBB 2840 2842 2899 2910 2975 Jumlah Objek Pajak terdaftar 2678 2680 2720 2731 2794

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat

Tabel 2.6 Permohonan pendaftaran objek pajak tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah permohonan pendaftaran objek pajak 6 2 2 2

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

A. Tinjauan terhadap Penerimaan PBB dari Sektor perkotaan di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat Sebagaimana kita ketahui bahwa penerimaan adalah fungsi terpenting dalam PBB, sebab pada praktiknya di lapangan seringkali ukuran keberhasilan sebuah Kantor Pelayanan Pajak adalah dilihat dari penerimaan KPP tersebut dalam memenuhi target penerimaan khususnya PBB. Upaya pencapaian target penerimaan PBB tersebut dapat dilakukan melalui: 1. Ekstensifikasi yaitu peningkatan jumlah objek pajak melalui upaya untuk menjaring objek pajak baru. 2. Intensifikasi yaitu melalui peningkatan kualitas pendataan dan penilaian objek pajak, khususnya objek pajak yang bernilai tinggi. 3. Teknologi yaitu melalui penggunaan komputer dan teknologi lain seperti terwujudnya SIG dan sebagainya. 4. Peraturan, yaitu melalui perwujudan peraturan yang baik, adil, sistematis dan applicable.

KPP Pratama Jakarta Gambir Empat sebagai salah satu KPP yang terletak di Kanwil Jakarta Pusat telah melakukan upaya-upaya tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dalam pelaksanaannya, fungsional/penilai KPP Pratama Gambir Empat telah melakukan pendataan dan penilaian untuk objek-objek lama maupun baru, baik melalui penilaian massal maupun penilaian individual. Hal ini dapat dilihat bahwa obyek pajak untuk wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat telah seluruhnya di SISMIOP dan semuanya tercermin dalam NJOP sebagai dasar pengenaan PBB. Lokasi kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat juga menjadi salah satu keuntungan yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan penerimaan PBB. KPP Pratama Jakarta Gambir Empat terletak di tengah-tengah wilayah kerjanya, sehingga memudahkan dalam proses pengawasan Wajib Pajak dan Objek Pajaknya. Hal ini sangat memberikan keuntungan bagi KPP ini, mengingat bahwa tidak semua KPP terletak persis di tengah-tengah wilayah kerjanya, sehingga mengakibatkan kesulitan tersendiri dalam pengawasannya. Hal ini juga memberikan manfaat bagi Wajib pajak sendiri. Dengan kelebihan ini, manfaat yang dirasakan cukup besar dalam

pencapaian penerimaan pajak secara umum dan terkhusus PBB. Mengingat bahwa wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat juga terbilang tidak terlalu luas, yaitu hanya meliputi 1 kelurahan saja, proses intensifikasi dan ekstensifikasi juga lebih mudah dilakukan, dan terbukti dari peningkatan jumlah objek pajak terdaftar setiap tahunnya diikuti dengan penambahan jumlah wajib pajak. Dan efek dari

peningkatan jumlah objek dan wajib pajak ini adalah peningkatan dalam jumlah penerimaan PBB setiap tahunnya. Dengan melihat data realisasi penerimaan PBB (tabel 2.3) yang dicapai KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, penerimaan PBB mengalami peningkatan setiap tahunnya dan hampir selalu memenuhi target yang ditetapkan. Tapi, upaya-upaya penggalian potensi PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat masih memberi peluang besar dalam rangka peningkatan penerimaan PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, mengingat masih banyak objek-objek tertentu yang masih bisa dikembangkan sebagai upaya peningkatan penerimaan PBB. Sesuai dengan pokok bahasan yang penulis kemukakan di atas, kita dapat menganalisa perkembangan dan realisasi penerimaan PBB untuk setiap tahun anggaran dimana penulis mengambil data untuk 5 tahun anggaran, yaitu tahun 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009. Data-data penerimaan ini juga akan dihubungkan dengan pelaksanaan ekstensifikasi perpajakan yang terdapat di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat. Di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, sektor perkotaan adalah sektor yang mempunyai prospek kedepan yang menjanjikan. Hal ini mengingat sektor perkotaan di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat hampir selalu memenuhi target yang telah ditetapkan KPP Pratama Jakarta Gambir Empat. Sektor perkotaan juga memegang peranan yang cukup besar dalam penerimaan PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat. Berikut penulis sajikan tabel rencana dan realisasi penerimaan PBB sektor perkotaan selama 4 tahun terakhir :

Tabel 3.1 Target dan Realisasi Penerimaan PBB Sektor perkotaan (dalam ribuan rupiah) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009* Target 7.500.531 8.688.492 10.254.000 11.793.680 12.458.497 Realisasi 6.578.380 9.229.933 10.379.138 12.428.243 3.952.546 % 87,71% 106,23% 101,22% 105,38% 31,73%

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat *sampai juli 2009

Dari tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan pada target penerimaan PBB. Kecuali pada tahun 2005, tahun-tahun berikutnya selalu terjadi pencapaian penerimaan PBB, bahkan melebihi target 100%. Puncaknya terjadi pada tahun 2006, dimana realisasi penerimaan PBB mencapai 106,23% kemudian terjadi penurunan realisasi penerimaan pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 terjadi peningkatan realisasi sebesar 105,38%. Penurunan ini terjadi bukan karena terjadi penurunan dalam penerimaan PBB, tetapi karena adanya peningkatan target pada tahun 2007 dan 2008, dan walaupun demikian realisasi penerimaan tetap melebihi target yang telah ditetapkan.

Penerimaan BPHTB juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2008, walaupun jika dibandingkan dengan realisasi PBB, realisasi BPHTB masih belum mencapai target yang telah ditentukan. Tapi setidaknya ada peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Berikut penulis sajikan tabel target dan realisasi penerimaan BPHTB selama 5 tahun, dimana pada tahun 2009 realisasi terhitung sampai akhir bulan Juli. Tabel 3.2 Target dan Realisasi Penerimaan BPHTB (dalam ribuan rupiah) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Target 5.575.266 11.538.607 11.539.000 10.385.100 12.477.248 Realisasi 1.340.517 4.508.113 6.204.235 5.492.143 4.797.194 % 24,04% 39,06% 53,76% 52,88% 38,38%

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat

Seperti yang telah disebutkan pada Bab 2, bahwa KPP Pratama Jakarta Gambir Empat berdiri sejak tahun 2005, dan pada tahun 2008, untuk pertama kalinya sejak berdiri, KPP Pratama Jakarta Gambir Empat berhasil memenuhi target penerimaan pajak secara keseluruhan satu tahun penuh yang diamanahkan. Pencapaian penerimaan sebesar 111,4 % dari target sebesar Rp 247 miliar yang

diamanahkan Kanwil DJP Jakpus dan ini tidak terlepas dari penerapan 3 pilar pencapaian sasaran jangka pendek KPP yaitu pelayanan, penyuluhan, dan pengawasan yang bertumpu pada peningkatan kapasitas SDM.

Gambar 3.1 Penerimaan Pajak keseluruhan tahun 2008

Bruto merupakan penerimaan pajak kotor yang diperoleh dalam satu tahun berjalan. Netto merupakan penerimaan pajak bersih, setelah dikurangi dengan restitusi. Dari grafik di atas terlihat bahwa terjadi penurunan penerimaan yang drastis pada bulan Maret yang disebabkan adanya pemindahan WP ke KPP Madya Jakarta Pusat. Namun demikian terjadi lonjakan penerimaan sejak bulan Oktober yang disebabkan berhasilnya extra effort dan program Sunset Policy.

Pada tahun 2008, penerimaan PPh mencapai 127,41% dari rencana penerimaannya disusul penerimaan PBB sebesar 105,12% dari rencana

penerimaannya. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 3.3 Pencapaian per jenis pajak

Walaupun jumlah penerimaan dari sektor PBB dan BPHTB tidak sebesar PPh maupun PPN, tapi dapat dilihat bahwa PBB dan BPHTB juga memiliki peran yang cukup besar dalam peningkatan penerimaan pajak pada tahun 2008, bahkan penerimaan PBB tertinggi kedua setelah PPh. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat memiliki potensi PBB yang cukup besar. Dan salah satu cara yang ampuh dalam menggali potensi PBB ini adalah dengan melakukan ekstensifikasi perpajakan yang dilakukan oleh seksi ekstensifikasi.

Mengoptimalkan pelaksanaan ekstensifikasi dengan wilayah kerjas seluas 78.10 ha dan luas bumi yang menjadi dasar pengenaan PBB sebesar 567.625 m2, seluruhnya telah terintegrasi dalam basis data SISMIOP dengan jumlah Objek Pajak sebanyak 3.029 Objek Pajak.

B. Tinjauan Kinerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Kegiatan ekstensifikasi perpajakan diatur dalam PER DJP NO. PER116/PJ/2007 tanggal 29 Agustus 2007 diubah dengan PER DJP NO. PER 32/PJ/2008 tanggal 1 Juli 2008 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) melalui pendataan Objek PBB dan PER DJP NO. PER-35/PJ/2008 tanggal 9 September 2008 tentang Kewajiban Pemilikan NPWP dalam rangka Pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Seperti yang telah disebutkan di awal Bab 2, secara umum kegiatan ekstensifikasi bertujuan untuk menjaring Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dengan jalan memberikan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) kepada setiap WPOP yang belum memilikinya dan juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah objek pajak dengan cara menjaring objek pajak baru. Jadi kegiatan kestensifikasi ini dijalankan bersamaan dengan pendataan objek PBB. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat sendiri dilaksanakan sejak tahun 2005, walaupun peraturannya baru dikeluarkan pada tahun 2007. Hal ini sesuai dengan instruksi dari Kanwil Jakarta Pusat yang menetapkan pelaksanaan ekstensifikasi di 14 KPP Pratama Modern yang ada di Jakarta Pusat, dan salah satunya adalah KPP Pratama Jakarta Gambir Empat.

Kemudian pelaksanaan ekstensifikasi secara nasional baru dilaksanakan pada tahun 2007. Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah salah satu unsur penunjang Penerimaan Negara di sektor Pajak. Kegiatan Intensifikasi/Ekstensifikasi Pengenaan, Penerimaan, Penagihan Aktif, dan Penyelesaian Keberatan PBB dan BPHTB merupakan bagian penting dari Penegakan Hukum Perpajakan, khususnya pengamanan Target Penerimaan Negara disektor PBB dan BPHTB. Untuk mengantisipasi peningkatan rencana penerimaan di masa yang akan datang selain dituntut peran aktif masyarakat dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas data dan peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar melalui kegiatan canvassing/penjaringan objek pajak. Menyadari bahwa untuk meningkatkan rencana dan realisasi penerimaan khususnya dari sektor PBB dan BPHTB harus diimbangi dengan peningkatan kualitas data dan peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar, maka KPP Pratama Jakarta Gambir Empat melalui seksi ekstensifikasi melakukan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi hal tersebut di atas, antara lain : 1. Kegiatan canvassing/penjaringan objek pajak 2. Pengiriman surat himbauan 3. Pemeriksaan objek pajak melalui nota dinas Kegiatan canvassing/penjaringan objek pajak dilakukan di seluruh wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat yaitu Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan

Gambir, Jakarta Pusat. Pelaksanaan kegiatan canvassing/penjaringan objek pajak ini dilakukan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan yaitu bulan April, Mei, Juni dan Juli Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan akurasi data objek dan subjek pajak sehingga diperoleh pengenaan yang adil dan akurat. 2. Tertib administrasi untuk mempermudah proses pengelolaan dan pengawasan Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan. 3. Pendataan dan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak. Setelah kegiatan penyisiran (canvassing) dilakukan, dan dilapangan ditemukan ada tambahan objek pajak baru, maka terhadap pemilik objek pajak baru ini dihimbau untuk segera mendaftarkan objek pajaknya ke KPP dan setiap wajib pajak yang belum memiliki NPWP dan memiliki objek pajak dengan kriteria tertentu seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya dihimbau untuk segera mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Apabila dalam jangka waktu 14 hari setelah pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak tidak memberikan respon atas himbauan yang diberikan, maka pelaksana seksi ekstensifikasi akan memberikan surat himbauan yang ke dua. Apabila dalam jangka waktu 14 hari surat himbauan ke-2 tidak juga direspon, maka diberikan tenggat waktu selama 7 hari lagi. Dan jika tidak ada respon juga, maka akan dilakukan pemberian NPWP secara jabatan oleh seksi yang bersangkutan. Selain kegiatan canvassing dan pengiriman surat himbauan, dilakukan juga kegiatan pemeriksaan terhadap objek pajak baik itu yang baru maupun yang lama. Kegiatan ini dilakukan oleh tim fungsional penilai yang ada di seksi

ekstensifikasi. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat apakah ada data baru yang terdapat di objek pajak lama (pemutakhiran data) dan juga mendata secara akurat objek pajak yang baru. Data-data yang diperlukan dalam pemeriksaan biasanya berupa data IMB yang diperoleh dari Pemda, data kepemilikan kendaraan yang diperoleh dari Samsat, data pengalihan hak atas tanah yang diperoleh dari PPAT maupun SSB. Secara umum, ada 3 ruang lingkup pekerjaan yang terdapat dalam seksi ekstensifikasi KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, yaitu : 1. Tahapan persiapan 2. Tahapan pekerjaan lapangan 3. Tahapan pekerjaan kantor

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan persiapan antara lain : a. Melakukan penelitian pendahuluan dan penyusunan rencana kerja. b. Melakukan pelatihan petugas lapangan.

c. Penyuluhan. d. Pengadaan barang/blanko.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan pekerjaan lapangan antara lain : a. Menyampaikan isian LPOP kepada Wajib Pajak dan atau kuasanya untuk diisi dengan jelas, lengkap, dan benar serta ditandatangani. b. Kompilasi dan validasi data informasi dengan NOP.. c. Pengambilan foto Obyek Pajak.

Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan pekerjaan kantor antara lain : a. Updating, perekaman data dan pencetakan DHR. b. Validasi. c. Editing dan prosesing foto objek pajak. d. Perekaman dan updating data tambahan. e. Penjilidan f. Validasi data LPOP g. Perekaman data LPOP h. Pencetakan dan pengiriman NPWP.

Kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan mulai dari tahun 2005 sampai sekarang sangat mendukung terjadinya peningkatan penerimaan khususnya PBB dan BPHTB dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari penambahan total wajib pajak PBB dan penambahan jumlah objek pajak yang terdaftar.
Tabel 3.4

Penambahan jumlah WP dan OP PBB Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Wajib Pajak PBB 2840 2842 2899 2910 2975 Jumlah Objek Pajak terdaftar 2678 2680 2720 2731 2794

Dari tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa sejak KPP Pratama Jakarta Gambir Empat berdiri, yaitu mulai dari tahun 2005 sampai sekarang, selalu terjadi penambahan jumlah wajib pajak PBB. Persentase penambahan jumlah wajib pajak selama 5 tahun adalah sebesar 1,35%. Begitu pula dengan jumlah objek pajak yang terdaftar, selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari total objek pajak keseluruhan yang terdapat di kelurahan kebon kelapa, yaitu berjumlah 3029 objek pajak, data terakhir menunjukkan bahwa jumlah objek pajak terdaftar berjumlah sebanyak 2794 objek pajak atau sekitar 92,24%. Kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Gambir Empat ini juga mendorong wajib pajak untuk mendaftarkan objek pajaknya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari jumlah permohonan yang masuk ke KPP Pratama Jakarta Gambir Empat. Walaupun jumlahnya masih terbilang sangat sedikit, tetapi setidaknya kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak ini dapat membantu petugas pajak sendiri, khususnya dalam melakukan pemutakhiran data-data baru yang terdapat di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat.
Tabel 3.5
Permohonan pendaftaran objek pajak tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah permohonan pendaftaran objek pajak 6 2 2 2

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat

Data dari tabel 3.5 menunjukkan bahwa tingkat kesadaran para wajib pajak untuk mendaftarkan sendiri objek pajaknya ke KPP Pratama Jakarta Gambir Empat masih sangat rendah. Oleh karena itu kegiatan ekstensifikasi melalui canvassing, pemberian himbauan maupun pemeriksaan, dilakukan setiap tahunnya untuk menjaring objek pajak baru yang tidak didaftarkan langsung oleh wajib pajak. Tujuan utama dari kegiatan ekstensifikasi perpajakan ini sebenarnya adalah untuk menjaring Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dengan jalan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada setiap WPOP yang belum memilikinya. Melalui kegiatan ekstensifikasi ini, baik canvassing, pemberian surat himbauan, maupun pemeriksaan, dapat dilihat terjadi peningkatan total jumlah wajib pajak PBB yang sudah memiliki NPWP, mulai dari tahun 2005 sampai sekarang. Tabel 3.6 Perbandingan jumlah wajib pajak PBB dengan jumlah wajib pajak yang sudah memiliki NPWP tahun Jumlah wajib pajak PBB 2005 2006 2007 2008 2009* 2840 2842 2899 2910 2975 Jumlah wajib pajak yang sudah memiliki NPWP 74 79 95 144 229 2,61% 2,78% 3,28% 4,95% 7,70% Persentase (%)

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat *sampai juli 2009

Tabel 3.6 di atas menunjukkan perbandingan antara jumlah wajib pajak PBB keseluruhan dengan jumlah wajib pajak PBB yang sudah memiliki NPWP. Terjadi peningkatan dari tahun ke tahun walaupun jumlahnya masih kecil. Perlu diketahui bahwa tidak semua wajib pajak PBB diwajibkan untuk memiliki NPWP, karena sesuai dengan ketentuan pasal 2 PER DJP NO. PER-116/PJ/2007 maka Objek PBB yang dapat dikenakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan memiliki syarat-syarat tertentu seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Jadi, wajib pajak yang dihimbau untuk memiliki NPWP adalah wajib pajak yang memiliki objek pajak dengan kriteria tertentu. Tabel 3.7 Jumlah unit perumahan/apartemen dan tempat usaha tahun Unit perumahan/apartemen dengan NJOP tertentu 2005 2006 2007 2008 2009* 1557 1612 1666 1695 1726 954 937 954 959 1017 Unit tempat usaha

Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Empat *sampai juli 2009 Tabel 3.7 menyajikan data-data mengenai jumlah unit

perumahan/apartemen dan unit tempat usaha yang termasuk ke dalam kriteria yang dapat dikenakan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. Data tersebut menunjukkan

terjadi

peningkatan

jumlah

objek

pajak

dari

tahun

ke

tahun.

Unit

perumahan/apartemen meningkat sebanyak 169 objek pajak dari tahun 2005 sampai sekarang, sementara unit tempat usaha meningkat sebanyak 63 objek pajak. Penambahan jumlah objek pajak dari tahun ke tahun terlihat tidak terlalu besar, hal ini dikarenakan wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat yang tidak terlalu luas, hanya meliputi satu kelurahan saja, sehingga tidak banyak ditemukan penambahan objek pajak baru yang memiliki kriteria berupa NJOP tertentu maupun kriteria khusus seperti unit tempat usaha. Penambahan objek pajak yang tidak termasuk dalam kriteria ini, tidak dihitung, sehingga terlihat penambahan tiap tahunnya kecil.

C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Ekstensifikasi Perpajakan Dalam pelaksanaannya, khususnya di lapangan, kegiatan ekstensifikasi ini juga menghadapi beberapa permasalahan yang membuat hasil dari kegiatan ini menjadi kurang maksimal. Kendala yang dihadapi berasal dari pihak luar, dalam hal ini wilayah dan wajib pajaknya. Sementara jika dilihat dari pihak KPP sendiri yaitu khususnya dari para pelaksana dan fungsional penilai di seksi ekstensifikasi, sudah melaksanakan kegiatan ini dengan maksimal, ditambah lagi dengan sumber daya manusia yang dimiliki, yang memudahkan pelaksanaannya di lapangan.

Adapun kendala maupun tantangan yang dihadapi antara lain : 1. Wilayah yang relatif kecil Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat hanya meliputi satu kelurahan saja, yaitu kelurahan kebon kelapa, dengan wilayah kerja seluas 78.10 ha dan luas bumi yang menjadi dasar pengenaan PBB sebesar 567.625 m2. Hal ini berbeda dengan kebanyakan KPP yang memiliki wilayah kerja yang sangat luas, terdiri dari beberapa kelurahan. Sebenarnya hal ini bisa menjadi kelebihan, karena dengan luas yang tidak terlalu luas, akan memudahkan petugas pajak untuk melakukan pendataan wajib pajak dan objek pajak. Namun hal ini juga bisa menjadi kendala untuk meningkatkan potensi penerimaan PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, karena dengan wilayah kerja yang tidak luas, penambahan objek pajak baru jarang sekali ditemukan. Hal ini terlihat dari data yang terdapat pada tabel 3.7, dimana penambahan objek pajak tiap tahunnya tidak terlalu besar. 2. Bukan merupakan pusat central bisnis Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat dulunya merupakan pusat central bisnis. Sebelum tahun 1998 di daerah ini banyak terdapat tempat usaha bisnis berskala besar, namun semenjak terjadinya kerusuhan pada tahun 1998, daerah ini ditinggalkan oleh banyak perusahaan/bisnis. Akibatnya unit tempat usaha yang menjadi salah satu sasaran kegiatan ekstensifikasi perpajakan menjadi sangat berkurang. Dari tabel 3.7 dapat dilihat, pada tahun 2005, jumlah tempat usaha hanya sebanyak 954. Penambahan tiap tahun memang ada, tapi jumlahnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan KPP lain yang wilayah kerjanya terletak di pusat kota.

3. Daerahnya tidak berkembang lagi Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat termasuk salah satu daerah tua yang ada di Jakarta. Hal ini mengakibatkan daerahnya sulit untuk berkembang, bahkan bisa dikatakan tidak berkembang lagi. Tidak ditemukan adanya pusat bisnis besar yang baru. Hal ini mengakibatkan kesulitan untuk menggali potensi PBB yang baru. 4. Pengenaan Nomor Objek Pajak (NOP) berdasarkan asas kepemilikan Perlu diketahui bahwa hampir sebagian besar tanah di kelurahan kebon kelapa dikuasai oleh satu pihak tertentu, sehingga mengakibatkan kesulitan bagi petugas pajak untuk memberikan NOP atas setiap objek yang dikuasainya. Selain itu pengaruh kekuasaan yang dimilikinya juga cukup menyulitkan petugas pajak dalam melakukan pendataan. 5. Wajib pajak tidak merespon Setelah dilakukan kegiatan canvassing, pemeriksaan maupun pengiriman surat himbauan kepada wajib pajak, khususnya yang memiliki objek pajak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, seringkali wajib pajak tidak memberikan respon apapun. Hal ini tentu merepotkan petugas pajak sendiri. 6. Wajib pajak sudah tidak ada lagi/pindah, tapi tidak melapor Seringkali dalam melakukan kegiatan ekstensifikasi, petugas pajak kesulitan dalam hal melakukan pendataan atas subjek pajaknya, atau melakukan pemeriksaan secara mendetail atas objek pajak yang diamati,dikarenakan pemilik atau wajib pajak yang bersangkutan sudah tidak berada di wilayah tersebut lagi, yang tinggal misalnya hanyalah perwakilannya, yang bukan pemilik sah dari

objek pajak tersebut. Tentu hal ini akan menyulitkan petugas sendiri, apalagi jika akan melakukan pemeriksaan, karena pastinya yang lebih tahu banyak mengenai objek pajak adalah pemiliknya sendiri. 7. Surat himbauan tidak diterima Wajib pajak merasa tidak pernah menerima surat himbauan untuk segera mendaftarkan objek pajaknya atau himbauan untuk segera membuat NPWP ke KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, sehingga akhirnya mereka seolah-olah tidak merespon kegiatan ekstensifikasi yang telah dilakukan. Biasanya hal ini terjadi karena kesalahan teknis, baik dari petugas pajak sendiri ataupun dari pihak wajib pajak sendiri. 8. Wajib pajak merespon kegiatan ekstensifikasi yang telah dilakukan oleh petugas pajak, tapi ketika akan mendaftarkan objek pajaknya, biasanya wajib pajak langsung ke bagian pelayanan, sehingga seksi ekstensifikasi tidak mengetahui berapa banyak wajib pajak hasil ekstensifikasi yang sudah melapor ke KPP, atau dengan kata lain data mengenai hasil kegiatan ekstensifikasi menjadi kurang akurat. 9. Dalam hal pelaporan untuk pembuatan NPWP, wajib pajak merespon surat himbauan yang diberikan, tapi wajib pajak tersebut melapor ke KPP lain, karena memang tidak ada ketentuan yang mengharuskan wajib pajak harus melapor ke KPP yang ada di kelurahannya. Hal ini tentu menyulitkan petugas dalam mengidentifikasi seberapa banyak wajib pajak yang telah memberikan respon atas kegiatan ekstensifikasi yang telah dilakukan.

D. Alternatif Pemecahan Masalah Kendala-kendala ataupun tantangan seperti yang telah dipaparkan di atas akan menjadi permasalahan yang besar khususnya dalam hal peningkatan penerimaan PBB apabila tidak segera diatasi. Oleh karena itu, berikut ini penulis paparkan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan ekstensifikasi perpajakan: 1. Seperti yang telah disebutkan di awal, apabila wajib pajak tidak memberikan respon atas pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi yang telah dilakukan, maka pihak KPP dapat mengirimkan surat himbauan kepada wajib pajak yang bersangkutan. Sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh KPP Pratama Jakarta Gambir Empat, apabila dalam jangka waktu 14 hari setelah pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak tidak memberikan respon atas himbauan yang diberikan, maka pelaksana seksi ekstensifikasi akan memberikan surat himbauan yang ke dua. Apabila dalam jangka waktu 14 hari surat himbauan ke-2 tidak juga direspon, maka diberikan tenggat waktu selama 7 hari lagi. Dan jika tidak ada respon juga, maka akan dilakukan pemberian NPWP secara jabatan oleh seksi yang bersangkutan. 2. Apabila wajib pajak yang bersangkutan telah pindah ke tempat lain, dan objek pajaknya diwakilkan kepada orang lain, atau wajib pajak tidak mau bekerjasama dengan petugas pajak dengan tidak memberikan data-data yang dibutuhkan petugas, maka petugas pajak dapat bekerja sama dengan pihak lain yang terkait dengan objek pajak yang bersangkutan, misalnya dengan Pemda setempat, pihak kelurahan ataupun instansi lain seperti Samsat atau PPAT untuk menggali

informasi

sebanyak-banyaknya

demi

kelancaran

kegiatan

ekstensifikasi

perpajakan sendiri. 3. Apabila wajib pajak yang dihimbau untuk mendaftarkan diri dalam hal pembuatan NPWP melapor ke KPP lain ataupun melapor melalui sistem elektronic registration, maka pihak KPP yang bersangkutan dapat mengecek hal ini melalui master file nasional (MFN), sehingga dapat diketahui seberapa banyak wajib pajak

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan pada bab terdahulu penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerimaan PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat dari tahun 2005 sampai 2008 (kecuali pada tahun 2005) dapat melampaui target yang ditetapkan. Pencapaian target penerimaan ini diperoleh dari hampir semua sektor penerimaan yang ada. 2. Dalam kurun waktu 2003 sampai 2004, realisasi penerimaan PBB di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat mengalami peningkatan sebesar 17,67% dari semua sektor penerimaan. 3. Potensi PBB yang dioptimalkan diperoleh dari berbagai kegiatan yaitu:

a. Ekstensifikasi yaitu peningkatan jumlah objek pajak melalui upaya untuk menjaring objek pajak baru. b. Intensifikasi yaitu melalui peningkatan kualitas pendataan dan penilaian objek pajak, khususnya objek pajak yang bernilai tinggi. c. Teknologi yaitu melalui penggunaan komputer dan teknologi lain seperti terwujudnya SIG dan sebagainya. d. Peraturan, yaitu melalui perwujudan peraturan yang baik, adil, sistematis dan applicable. Khusus untuk kegiatan ekstensifikasi yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Gambir Empat sejak tahun 2005, dari pengamatan penulis sendiri, maupun dari kegiatan wawancara yang telah dilakukan terhadap para pelaksana maupun fungsional penilai yang terjun langsung ke lapangan mengatakan bahwa kegiatan ekstensifikasi ini sangat bermanfaat dalam membantu KPP untuk melakukan pemutakhiran data baik itu data wajib pajak maupun objek pajaknya. Melalui kegiatan ini, setiap tahunnya terjaring objek pajak yang baru. Akibatnya yang dirasakan adalah peningkatan dalam penerimaan PBB setiap tahunnya, bahkan pada tahun 2008, penerimaan PBB merupakan penerimaan yang tertinggi setelah PPh. Akibat yang lain adalah meningkatnya jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang memiliki NPWP. Hal ini tentunya akan berdampak pada meningkatnya penerimaan pajak yang diperoleh dari Wajib Pajak Orang Pribadi.

B. SARAN Setelah mengadakan peninjauan dan observasi langsung di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat maka penulis berusaha memberikan saran-saran demi peningkatan kinerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat sebagai berikut : 1. Penerimaan PBB yang telah berhasil mencapai target rencana penerimaan yang ditetapkan, harusnya dapat menjadi pendorong untuk terus dapat meningkatkan kinerja seluruh komponen di. KPP Pratama Jakarta Gambir Empat Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak sehingga wajib pajak pun merasa nyaman dalam memberikan kontribusinya kepada negara khususnya dalam membayar PBB.
2.

Peningkatan penerimaan PBB dari tahun ke tahun harusnya menjadi bahan kajian untuk dapat mengestimasi penerimaan tahun-tahun berikutnya dengan melakukan analisis terhadap sektor-sektor yang dominan menyumbang penerimaan terbesar seperti perusahaan-perusahaan di kawasan industri baik yang baru maupun yang sudah terdata.

3. Perlu adanya pemeliharaan dan pemutakhiran data yang terus menerus dan terprogram, sehingga analisis terhadap potensi PBB yang masih dapat dioptimalkan dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya manipulasi data serta tidak merugikan bagi wajib pajak dalam pembayaran pajak terutangnya maupun bagi pemerintah dalam hal penerimaan PBB. 4. Mengingat wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat yang tidak terlalu luas sehingga sebenarnya lebih memudahkan petugas dalam melakukan pendataan

dan penggalian potensi dan mengingat bahwa wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat merupakan wilayah yang sudah tua (tidak berkembang lagi), penggalian potensi PBB di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Empat harus terus dilakukan, dan dibutuhkan usaha ekstra dari petugas pajak sendiri. 5. Terjalin kerjasama yang baik antara seksi ekstensifikasi perpajakan sendiri dengan seksi pelayanan dalam hal pendataan wajib pajak hasil ekstensifikasi. Seperti yang telah disebutkan pada bagian permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan ekstensifikasi ini, seringkali wajib pajak hasil ekstensifikasi yang mau dihimbau, langsung melapor ke bagian pelayanan, sehingga seksi ekstensifikasi sendiri kurang mengetahui dengan pasti seberapa baik hasil dari kegiatan ekstensifikasi yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

UndangUndang No.12/1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Jo. UndangUndang Republik Indonesia No. 12/1994 tentang Perubahan Atas UndangUndang No.12/1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Per - 116/PJ./2007 Tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui pendataan objek Pajak Bumi dan Bangunan Direktur Jendral Pajak

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Per-35/PJ/2008 tentang Kewajiban Pemilikan Nomor Pojok Wajib Pajak dalam rangka pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

KEP-533/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek Pajak dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Dalam Rangka Pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak (SISMIOP)

PETA BLOK WILAYAH KPP PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA JAKARTA GAMBIR EMPAT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Ana Pelina Dodu

Tempat / tanggal lahir : Binjai, 13 Juni 1987 Agama Alamat : Kristen : Kiwi Raya no.139, P.Mandala Medan, 20226 Taman Kanak-kanak St.Theresia, Binjai. Lulus tahun 1993, berijazah. b. Sekolah Dasar Katolik Budi Luhur. Lulus tahun 1999, berijazah. c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Katolik Budi Murni 1 Medan. Lulus tahun 2002, berijazah. d. Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Medan. Lulus tahun 2005, berijazah. e. Progam Diploma III Keuangan Spesialisasi Penilai/PBB, tahun 2006-2009.

Riwayat pendidikan : a.

You might also like