You are on page 1of 43

Laporan Akhir Praktikum Kimia Analisa Terapan

ANALISA LINGKUNGAN AIR PADA BEBERAPA PARAMETER KIMIA DAN FISIKA


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Analisa Terapan

Disusun Oleh : Oktawirandy Rajaki Intan Nur Raesi 0810920057 0810923058

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju samudera, danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Sebuah sungai secara sederhana mengalir dan meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama (Anonim1, 2010) Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS), salah satunya adalah DAS Brantas (Anonim1, 2010) Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang di Jawa Timur, dengan panjang 320 km dengan daerah aliran seluas 12.000 km2, atau lebih kurang seperempat luas wilayah propinsi Jawa timur. Menurut Setyawati (dalam Nontji,1986) masukan buangan ke dalam sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia dan biologi di dalam perairan. Perubahan ini dapat menghabiskan bahan-bahan yang esensial dalam perairan sehingga dapat mengganggu lingkungan perairan. Berkembangnya kegiatan penduduk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, seperti bertambahnya pemukiman penduduk, kegiatan industri rumah tanggan dan kegiatan pertanian dapat berpengaruh terhadap kualitas airnya, karena limbah yang dihasilkan dari kegiatan penduduk tersebut dibuang baik secara langsung maupun tidak langsung ke sungai. Perubahan kualitas air ini dapat diketahui dengan menguji parameter fisik dan kimianya. Parameter fisik dari air berupa temperatur, pH, DO0, DO5, aasiditas, alkalinitas, dan konduktivitas. Parameter kimia berupa turbiditas, Ion logam berat (Zn dan Cu), fosfat (PO4), nitrit (NO2), ammonia (NH3) dalam air sungai. Oleh karena itu perlu untuk dilakukan penelitian tentang kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas terutama pada daerah hulu yaitu pada daerah karangploso.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat dimunculkan untuk penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah cara pengambilan sampel air sungai ? 2. Metode apa yang digunakan dalam uji parameter kualitas sampel air sungai?
3. Bagaimana kualitas air sungai yang ada di Kota Malang khususnya bagian hulu DAS

brantas (karangploso) ?

1.3 Tujuan Penelitian


1 2

Untuk mengetahui cara pengambilan sampel air sungai Untuk mengetahui parameter uji fisika dan kimia dalam penentuan kualitas sampel air sungai Untuk mengetahui kualitas air sungai yang ada di Kota Malang khususnya bagian hulu DAS brantas (karangploso)

1.4 Manfaat Penelitian


a. Memberikan informasi dan bahan masukan bagi Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan

Kimia, FMIPA, Universitas Brawijaya Malang tentang kualitas air sungai yang ada di Kota Malang.
b. Menambah wawasan berpikir bagi peneliti terutama yang berhubungan dengan metode

pengambilan sampel dan penentuan parameter uji air sungai


c. Sebagai sumber informasi untuk penelitian sejenis

BAB II DASAR TEORI

2.1 Sungai Brantas Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalirke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadiKali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km atau dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun ratarata 12 miliar m. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m per-tahun. Permasalahan pokok di DAS Kali Brantas adalah fluktuasi air permukaan yang ditandai oleh dua peristiwa: kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Kegagalan panen dan kelaparan menjadi akibat dari kekurangan air di musim kemarau, sebaliknya di musim hujan terjadi bencana yang mengakibatkan korban harta bahkan jiwa. Selain itu, kondisi aliran air Kali Brantas juga terkendala oleh endapan sedimen yang dihasilkan letusan Gunung Kelud (+1.781). Setiap 10 hingga 15 tahun, gunung ini meletus melontarkan abu dan batu piroklastik ke bagian tengah dari DAS Kali Brantas yang pada akhirnya menimbulkan gangguan fluvial pada aliran air Kali Brantas. Penduduk di wilayah sungai Kali Brantas mencapai 15,2 juta orang (1999) atau 43% dari penduduk Jatim dan mempunyai kepadatan rata-rata 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jatim. Adapun Kali Brantas mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Provinsi Jatim sebagai lumbung pangan nasional. Dalam tahun 19941997, Provinsi Jatim telah memberi kontribusi rata-rata 470.000 ton beras/tahun atau sebesar 25% dari stok pangan nasional. 2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (SNI 6989.59:2008):

a)

terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh

b) mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya

c)

contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi di dalamnya

d) mudah dan aman di bawa e) kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian Jenis alat pengambil contoh (SNI 6989.59:2008):
a) Alat pengambil contoh sederhana: Alat pengambil contoh sederhana dapat berupa ember plastik yang dilengkapi dengan tali atau gayung plastik yang bertangkai panjang. Dalam praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan dipakai untuk mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal :

Gambar 1. Contoh alat pengambil contoh gayung bertangkai panjang (SNI 6989.59:2008) Keterangan gambar: A adalah pengambil contoh terbuat dari polietilen B adalah handle (tipe teleskopi yang terbuat dari aluminium atau stanlestil

Gambar 2. Contoh botol biasa secara langsung (SNI 6989.59:2008)

b) Botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu

Gambar 3. Contoh alat pengambil air botol biasa dengan pemberat (SNI 6989.59:2008) c) Alat pengambil contoh air otomatis Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang diambil, digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu :

Gambar 4. Alat pengambil contoh air otomatis (SNI 6989.59:2008) Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan di uji. Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) terbuat dari bahan gelas atau plastik poli etilen (PE) atau poli propilen (PP) atau Teflon (Poli

Tetra Fluoro Etilen, PTFE) b) dapat ditutup dengan kuat dan rapat c) bersih dan bebas kontaminan d) tidak mudah pecah

e) a)

tidak berinteraksi dengan contoh. Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah contoh harus benar-benar dibersihkan di laboratorium sebelum dilakukan pengambilan contoh.

Langkah-langkah persiapan wadah contoh, sebagai berikut (SNI 6989.59:2008):

b) Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang dibutuhkan, untuk jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan.
c) Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung dari jenis contoh

yang akan diambil, sebagai berikut:


-

Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang mudah menguap (Volatile Organic Compound, VOC)

Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang dapat diekstraksi Wadah contoh untuk pengujian logam total dan terlarut Wadah contoh untuk pengujian KOB, KOK dan nutrient Wadah contoh untuk anorganik non-logam

2.3 Sifat Fisik Air


Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan. Fungsi air tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan salah satu komponen utama dalam bahan dan produk pangan. Air memiliki manfaat yang sangat banyak yang berguna bagi mahluk hidup di bumi, sehingga air mempunyai peranan yang penting dalam melangsungkan kehidupan. Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam macam diantaranya adalah kekruhan (turbidity) (Endrah,2010). Karakteristik Fisik Air (Endrah,2010) : a. Kekeruhan: Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri. b. Temperatur: Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi. c. Warna: Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.

d. Solid (Zat padat): Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air e. Bau dan rasa: Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu

2.4 DO (Dissolve Oxygen) Oksigen terlarut adalah suatu hal yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup dalam air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupannya. Standar baku mutu air minum sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kadar DO normal adalah 4 mg/l (Bulekbasandiang, 2010). Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya, dan dari atsmosfer (udara) yang masuk kedalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan. Misalnya danau di pegunungan yang tinggi mungkin mengandung oksigen terlarut 20-40 % kurang daripada danau pada permukaan laut (Bulekbasandiang, 2010). 2.5 Asiditas dan Alkalinitas Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatil yang segera hilang dari sample (Anonim, 2009). Asiditas kultur dan supernatan diukur secara langsung dengan menggunakan pH meter (Widawati, 2008). Untuk asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah asam mineral bebas (free mineral acid). Acid Mineral Water mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi yang harus diperhitungkan. Reaksi-reaksi yang terjadi(Anonim5, 2009) : Asiditas H+ + OH- => H2O CO2 + OH- => HCO3HCO3- + H+ => H2O + CO2 Ada 2 cara untuk menentukan asiditas, yaitu(Anonim5, 2009):

Asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir phenolphthalein.

Asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir methyl orange.

Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode seperti ini biasanya dilakukan di laboratorium. Beberapa jenis titrasi yaitu (Anonim5, 2009): 1. titrasi asam basa 2. titrasi redoks 3. titrasi pengendapan Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air. Pengawasan keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu(Anonim5, 2009): 1. asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5; 2. asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 8,3; 3. alkalinitas sebagai HCO3-, hanya ada dalam air pada pH 4,5 8,3; 4. alkalinitas sebagai CO32-, hanya ada dalam air pada pH >8,3; 5. alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari 10,5. Pada dasarnya asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH. Asiditas melibatkan dua komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah (misalnya asam karbonat dan asam asetat), dan konsentrasi ion hidrogen. Pada dasarnya asiditas menggambarkan kapasitat kuantitatif air untuk menetralkan basa hingga pH tertentu, yang dikenal dengan sebutan base-neutralizing capacity (BNC) (Effendi, 2003). 2.6 Turbiditas Turbidimetri adalah analisa kuantitatif untuk menentukan kadar larutan . Larutan diencerkan dulu oleh pereaksi untuk membuat suspensi. Kekeruhan yang disebabkan kemudian diukur oleh spektrofotometer. Jika cahaya dilewatkan melalui suspensi, sebagian dari energi radiasi yang masuk mengalami absorbsi, refleksi, dan refraksi serta bagian yang lain akan ditransmisikan. Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi konsentrasi yang terdifusi adalah dasar dari analisa turbidimetri, sehingga besar absorbansi dapat diketahui. Konsentrasi pewarna dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang (). Turbidimetri, atau analisa turbidimetri, sedikit berbeda prinsipnya dengan adsorbansi (spektrofotometri). Turbidimeter mengukur sinar yang dibelokkan sedangkan spektrofotometri mengukur sinar yang diteruskan. Namun ada pula Turbidimeter yang mengukur sinar yang diteruskan. Untuk turbidimeter yang pertama satuannya adalah NTU sedangkan yang kedua adalah FAU. Inilah mengapa alat spektrofotometer portabel

keluaran misalnya Hach tidak bisa memberikan turbidity dalam NTU. Syarat utama penerapan turbidimetri adalah:terjadinya reaksi sempurna antara zat yg akan dianalisa dan pereaksinya dan kelarutan zat yang terbentuk sangat kecil. Analisa turbidimetri yang terkenal antara lain penentuan SO4 terlarut dalam air dengan penambahan BaCl2 dengan pembentukan BaSO4. Aplikasi teknik turbidimeter cukup luas, misalkan dalam studi pencemaran air, jumlah sulfat dalam air dapat diukur dengan turbidimeter. Penentuan sulfat dalam air laut, dapat dilakukan dengan mengubah sulfat menjadi suatu partikel yang tersuspensi dalam air laut tersebut, sehingga memungkinkan dilakukannya analisa secara turbidimetri 2.7 Ion Logam (Zn dan Cu) Seng (bahasa Belanda: zink) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida). Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150 C. Di atas 210 C, logam ini kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur (420 C) dan tidik didih (900 C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium. Tembaga memiliki warna kemerah-merahan. Unsur ini sangat mudah dibentuk, lunak, dan merupakan konduktor yang bagus untuk aliran elektron. Industri elektrik merupakan konsumen terbesar unsur ini. Campuran logam besi yang memakai tembaga seperti brass dan perunggu sangat penting. Semua koin-koin di Amerika dan logam-logam senjata mengandung tembaga. Tembaga memiliki kegunaan yang luas sebagai racun pertanian dan sebagai algisida dalam pemurnian air. Senyawa-senyawa tembaga seperti solusi Fehling banyak digunakan di bidang kimia analitik untuk tes gula.

2.8 Fosfat (PO4) Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai atau danau melalui drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat, seperti industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhannya ( Alaerts, 1984). Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan ganggang akan terhalang, kedaan ini dinamakan oligotrofikasi. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang akan melimpah (kedaaan eutrofikasi), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kelestrian ekosistem perairan (Cahyono, 2010). Kegunaan fosfor yang penting adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, pestisida, odol dan deterjen. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat tulang dan gigi (Cahyono, 2010). 2.9 Nitrit (NO2) Salah satu bagian dari siklus nitrogen yang merupakan ion-ion anorganik alami adalah Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-). Sampah yang mengandung dapat terurai akibat aktifitas mikroba di tanah atau air. Nitrogen organik mula-mula diurai menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Dalam air bawah tanah dan air yang terdapat di permukaan, nitrat menjadi senyawa yang paling sering ditemukan. Hal ini terjadi karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat (Anonym6, 2010). Nitrit merupakan ion-ion anorganik alami yang merupakan bagian dari sebuah siklus unsur nitrogen di alam. Proses dimulai dari bahan/material yang mengandung nitrogen oleh mikroorganisme dirubah menjadi amoniak (NH4), kemudian akan mengalami oksidasi menjadi nitrit (NO2-), ikatan kimia nitrit tersebut tidak stabil maka nitrit tersebut akan mengalami oksidasi

lagi menjadi nitrat (NO3-) sehingga unsur ion nitrat ini paling umum dijumpai pada air permukaan dan bawah tanah (Anonym6, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN


c.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2011 hingga 15 Juni 2011. Tempat penelitian adalah :
a. Sungai Brantas bagian hulu, Desa Pendem, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang

untuk parameter uji fisika


b. Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya

Malang untuk parameter uji kimia c.2 Bahan Sampel Bahan sampel adalah air sungai Brantas bagian pinggir dan tengah dari seluruh badan sungai brantas. c.3 Alat Penelitian pH universal spektronik 20 kuvet botol winkler air Pipet tetes Pipet ukur Pipet volume Gelas ukur (10 mL dan 100 Hot plate Karet hisap Botol akuades Botol plastik tempat sampel Gelas arloji Neraca analitik Statif dan klem Buret 50mL pH-meter corong gelas spatula kertas saring

labu takar (10 mL, 100 mL dan 250 mL) mL) mL) Erlenmeyer (50 mL dan 250

Gelas kimia (100 mL, 200 mL, dan 500 mL)

c.4 Bahan Penelitian c.4.1 Temperatur

bahan penelitian untuk uji temperatur adalah sampel air sungai c.4.2 pH

bahan penelitian untuk uji pH adalah sampel air sungai


c.4.3 DO0 dan DO5

Bahan penelitian untuk uji DO0 dan DO5 diantaranya adalah :


-

1 mL Larutan MnSO4 1 mL larutan alkali-iodida-azida 1 mL H2SO4 pekat

Larutan Natrium tiosulfat 0,025 M 1 2 mL Indikator amilum Akuades

c.4.4

COD

Bahan penelitian untuk COD diantaranya adalah ;


-

Larutan K2Cr2O4 Larutan H2SO4 Larutan HgSO4 c.4.5 Asiditas

Feroin FAS - Akuades

Bahan penelitian untuk uji asiditas diantaranya adalah : - 20 mL Larutan Kalium hydrogen Phtalat (KHP) 0,05 M 1 mL larutan alkali-iodida-azida c.4.6 Alkalinitas Indikator phenoftalein Larutan NaOH 0,025 M Akuades

Bahan penelitian untuk uji alkalinitas diantaranya adalah :

1 mL HCl 0,05 M Idikator metil orange c.4.7 Turbiditas

Bahan penelitian untuk uji turbiditas sampel air sungai dan seperangkat bahan formazin pada berbagai nilai NTU. c.4.8 Logam Berat Cu

Bahan penelitian untuk uji logam berat Cu diantaranya adalah :


-

Larutan HNO3 (1:3) Larutan standar Cu2+ c.4.9 Konduktivitas

Akuades

bahan penelitian untuk uji konduktivitas adalah sampel air sungai


c.4.10 Fosfat (PO4)

Bahan penelitian untuk uji logam berat Cu diantaranya adalah : -

Larutan Ammonium molibdat 2,5 % 35 mL H2SO4 10 M 0,0143 gram Padatan KH2PO4 0,25 gram Padatan SnCl2

10 mL liserol Indikator pp Akuades

c.5 Metode Penelitian c.5.1 Metode Sampling

a. Titik pengambilan sampel Titik-titik kedalaman pengambilan sampel air ditentukan dengan kaedah standar yaitu lapisan permukaan 0,2 d. Diperkirakan kedalaman sungai setinggi 1,5 meter, sehingga titik pengambilan sampel berada di pinggir badan sungai dantengah badan sungai dengan jarak 2 meter dari pinggir sungai :

B 2 meter

b. Cara pengambilan sampel yang digunakan, yaitu :


A. Pengambilan sampel untuk pengujian kualitas air

a) siapkan alat pengambil sampel sesuai dengan saluran pembuangan; b) bilas alat dengan sampel yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali; c) ambil sampel sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung sementara, kemudian homogenkan; d) masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis; e) lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan; f) hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus; g) pengambilan sampel untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan pengawetan. CATATAN Untuk sampel yang akan di uji kandungan senyawa organiknya dan logam, hendaknya tidak membilas alat 3 kali dengan sampel air, tetapi digunakan wadah yang bersih dan siap pakai.

B. Pengambilan sampel untuk pengujian oksigen terlarut

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Cara langsung a. Gunakan alat DO meter. b. Cara pengoperasian alat, lihat petunjuk kerja alat. c. Nilai oksigen terlarut dapat langsung terbaca. 2) Cara tidak langsung a. siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta dilengkapi dengan tutup asah; b. celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon; c. isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara selama pengisian, kemudian botol ditutup; d. sampel siap untuk dianalisa.
C. Pengambilan sampel untuk pengujian logam terlarut

Tahapan pengambilan sampel untuk pengujian logam terlarut, dilakukan sebagai berikut: a. bilas botol sampel dan tutupnya dengan contoh yang akan dianalisa; b. buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa cm di bawah puncak botol agar masih tersedia ruang untuk menambahkan pengawet dan melakukan pengocokan.

c. Penyaringan sampel

Bila analisis tidak dapat segera dilakukan, maka perlu dilakukan penyaringan di lapangan untuk pemeriksaan parameter yang terlarut. Cara penyaringan dapat dilakukan sebagai berikut: a. sampel yang akan disaring diambil sesuai keperluannya;
b. masukkan sampel tersebut ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi saringan yang

mempunyai ukuran pori 0,45 m dan saring sampai selesai; air saringan ditampung dalam wadah yang telah dsisiapkan

c.5.2 a.

Metode preservasi Metode Preservasi Analisa Logam

Air sungai yang didapat disaring dengan menggunakan kertas saring kedalam botol sampel yang telah dikondisikan (dengan aquadest dan beberapa tetes larutan HNO3). Air sampel ditambahkan dengan 20 tetes larutan HNO3 pekat atau hingga pH <2. b. Metode Preservasi Nutrien Sampel di dalam botol diasamkan dengan H2SO4 sampai konsentrasi sampel di dalam botol 0,5 M.

c.5.3

Metode Penelitian

a. Temperatur
Sampel air sungai

- Dimasukkan kedalam botol KOB - Ducelupkan termometer - Dilakukan pengukuran di dua titik hasil K

b. pH
Sampel air sungai - dimasukkan kedalam botol KOB - dicelupkan pH meter - dilakukan pengukuran di dua titik hasil

c. DO0 dan DO5 Pada DO0 Sampel air sungai - Dimasukkan kedalam botol KOB - Ditambahkan 1 mL larutan MnSO4 dan 1 mL larutan alkali-iodida-azida - Dibiarkan endapan terbentuk kira-kira setengah bagian dari botol - Ditambahkan H2SO4 melalui dinding dalam botol - Diukur 200 mL larutan kedalam labu erlenmayer 500 mL

- Dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,025 N sampai berwarna kuning muda - Ditambahkan indikator amilum 1-2 mL sampai timbul warna biru - Dititrasi kembali hingga warna biru hilang - Dicatat volume titrasi yang digunakan - Dilakukan duplo hasil

Pada DO5 Sampel air sungai - Dimasukkan kedalam botol KOB - Dibiarkan selama 5 hari dalam temperatur ruang - Ditambahkan 1 mL larutan MnSO4 dan 1 mL larutan alkali-iodida-azida - Dibiarkan endapan terbentuk kira-kira setengah bagian dari botol - Ditambahkan H2SO4 melalui dinding dalam botol kemudian botol langsung d tutup kembali - Diukur 200 mL larutan kedalam labu erlenmayer 500 mL - Dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,025 N sampai berwarna kuning muda - Ditambahkan indikator amilum 1-2 mL sampai timbul warna biru - Dititrasi kembali hingga warna biru hilang - Dicatat volume titrasi yang digunakan - Dilakukan duplo hasil

d. Asiditas
Larutan kalium hidrogen - dipipet 20 mL kedalam erlenmeyer - ditambah 20 mL sampel air sungai - ditambah 5 tetes indikator PP - dititrasi dengan 0,25 M NaOH sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda - dihitung volume titran yang digunakan - dilakukan duplo hasil

e. Alkalinitas
Sampel air sungai

- Dipipet 100 mL kedalam erlenmayer - Ditambahkan indikator MO - Dititrasi dengan HCl 0,05 M yang telah distandarisasi hingga tepat berubah menjadi orange - Dihiting volume titran yang digunakan - Dilakukan duplo untuk setiap titik sampel air sungai hasil

f. Turbiditas

Kalibrasi turbiditas

- Dinyalakan terlebih dahulu instrumentasinya - Didiamkan selama 30 menit - Diatur pada ranget NTU-nya - Dimasukkan kuvet yang berisi larutan standar - Diukur NTU - Dikeluarkan kuvet yang berisi larutan standard an diisi dengan yang berisi sampel air hasil

Sampel air sungai

- Sampel yang telah dipreparasi dimasukkan kedalam kuvet turbidimeter yang telah di kalibrasi hingga batas yang ditentukan - Diukur turbiditasnya - Dihitung turbiditas dengan memasukkan ke persamaan regresi linear dari kurva standar hasil

g. Logam Berat Cu
Pembuatan larutan standar CuSO4

- dibuat larutan Cu dengan konsetrasi 0,0;o,4;1,0;2,5;5,0 dan 10 ppm - dibuat kurva kalibrasi yang diperoleh dari serapan unsur menggunakan AAS Hasil pengukuran kadar logam Cu dalam sanpel Sampel dalam air sungai - Dipiper sampel kedalam kuvet sampai tanda batas - Diukur dengan AAS dengan panjang gelombang 324,7 nm Hasil

h. Konduktivitas

Electrical conduktivity meter

- Dicelupkan kedalam sampel air sungai - Dicatat angka yang tertera Hasil

i.

Fosfat (PO4)
Persiapan sampel Larutan H2SO4 pekat

- Ditambahkan secara perlahan 30 mL H2SO4 - Diletakkan ke dalam gelas kimia yang terisi 60 mL akuades - Dibiarkan hingga dingin - Diencerkan ke dalam labu takar 100 mL hingga tanda batas

Hasil

Pembuatan larutan standar


Garam fosfat KH2PO4

Ditimbang 0,0143 gram KH2PO4 Dilarutkan dengan sedikit akuades dalam gelas kimia Ditanda bataskan dari labu takar 100 mL dengan akuades Dari larutan tersebut (100 ppm) dibuat larutan intermediet 2 ppm

Hasil

- Dibuat larutan standar 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm

Prosedur analisis Larutan sampel air sungai Dipipet 10 mL sampel air sungai Ditambahkan 0,4 mL reagen ammonium molibdat Ditambahkan 0,05 mL reagen SnCl2 Dikocok hingga warna biru homogen

- Dimasukkan kedalam kuvet dan di ukur dengan menggunakan spektronik 20 pada panjang gelombang 660 nm Hasil

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temperatur Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal : Minggu, 12 Juni 2011

Jam

: 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh


Temperatur ( 0C)

Kerja 1 21 23

Kerja 2 21 23

Rata-rata 21 23

Titik tengah Titik pinggir Pembahasan :

Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahan dan kedalaman. Air yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu perairan. Suhu dari kedua titik yaitu bagian pinggir dan tengah badan sungai dalam satu lokasi berbeda-beda. Suhu tiap titik adalah pada titik pinggir sebesar 21 0C dan bagian titik tengah sebesar 23 0C sehingga rata-rata suhu pada lokasi hulu ini sebesar 22 oC. perbedaan temperatur pada bagian badan sungai dapat terjadi karena faktor-faktor lain misalnya waktu pengambilan sampel dan pengukuran yang memiliki selisih waktu yang lama sehingga dapat merubah suhu awal dari sampel tersebut. Selain itu waktu pengukuran suhu air juga akan berpengaruh, semakin siang waktunya maka suasana akan semakin panas dan akan menyebabkan peningkatan suhu air.

4.2 pH Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal Jam : Minggu, 12 Juni 2011 : 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh


pH

Kerja 1 6

Kerja 2 6

Rata-rata 6

Titik tengah

Titik pinggir Pembahasan :

Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. pH air untuk daerah hulu berada di sekitar pH 6-7 yaitu 6,5. Pada titik A (tepi sungai) pHnya sebesar 7, pada titik B (tengah sungai) pH sebesar 6. Menurunnya nilai pH dapat disebabkan oleh adanya limbah buangan manusia yang bersifat asam, seperti limbah pertanian atau limbah organik yang terdapat pada sungai tersebut.

4.3 Konduktivitas Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal Jam : Minggu, 12 Juni 2011 : 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh


Konduktivitas

Kerja 1 330 321

Kerja 2 330 321

Rata-rata 330 321

Titik tengah Titik pinggir

Pembahasan : Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi

rendahnyaberkaitan erat dengan nilai salinitas. Nilai konduktivitas dari kedua titik pada lokasi tersebut yaitu diatas 300 S. Kemampuan air untuk bisa mengalirkan listrik disebut konduktivitas dimana pada air sungai daerah tersebut mampu mengalirkan arus karena banyak terdapat ion-ion penghantar listrik yang dikandungnya mengingat bagian tersebut merupakan bagian hilir. Nilai konduktivitas yang paling tinggi adalah pada titik A yaitu tepi sungai, dimana pada daerah ini diasumsikan banyak pencemar atau senyawa-senyawa lain yang dalam bentuk ion, sehingga akan meningkatkan kemampuan air untuk menghantarkan listrik. Sedangkan untuk nilai kondiktivitas

paling kecil ini mungkin terjadi karena pada daerah ini merupakan kawasan yang masih alami dan jarang tercemar oleh limbah logam atau zat lainnya, melainkan hanya tercemar oleh sampah organik saja, dimana sampah ini tidak meningkatkan perubahan nilai konduktivitas yang signifikan.

4.4 Turbiditas Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal Jam : Minggu, 12 Juni 2011 : 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh Larutan Standar Konsentrasi blank 10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm Absorbsi (NTU) 0 28 63 118 153 172

Persamaan regresi linearnya adalah : Y = 3,6X

Titik Pinggir = 26.5 NTU Y = 3.6 X 26.5 = 3.6 X

Besar Konsentrasi sulfat dalam 1 lokasi = 7.36 ppm

Titik Tengah = 16.5 NTU Y =3.6 X 16.5 = 3.6 X

Besar Konsentrasi sulfat dalam 1 lokasi = 4.58 ppm Pembahasan : Kekeruhan merupakan keadaan mendung atau kekaburan dari cairan yang disebabkan oleh partikel individu (padatan tersuspensi) yang umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang, mirip dengan asap di udara. Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Pengukuran kekeruhan adalah tes kunci dari kualitas air. Titik A (titik pinggir) kekeruhannya sebesar 7,36 ppm, titik B (tengah sungai) sebesar 4,58 ppm. Kekeruhan disini merupakan konsentrasi SO4 yang terlarut dalam sampel air tersebut. Setiap sampel mempunyai tingkat kekeruhan yang berbeda satu sama lain. Tingkat Kekeruhan tertinggi adalah pada titik A yaitu pinggir badan sungai. Kekeruhan tertinggi adalah pada titik A karena dapat diperkirakan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air. Selain itu, terdapat partikulat berupa pasir sedimen yang ada di pinggir sungai. Kekeruhan dalam air terbuka dapat disebabkan oleh pertumbuhan fitoplankton. Kegiatan manusia yang mengganggu tanah, seperti konstruksi, dapat menyebabkan tingkat sedimen yang tinggi memasuki badan air selama hujan badai, akibat limpasan air hujan, dan menciptakan kondisi keruh. Urbanisasi daerah berkontribusi dalam jumlah besar kekeruhan ke perairan dekat, melalui polusi stormwater dari permukaan beraspal seperti jalan, jembatan tempat parkir dan industri tertentu seperti penambangan, pertambangan dan batubara pemulihan dapat menghasilkan tingkat kekeruhan sangat tinggi dari partikel koloid batu.

4.5 Logam Berat Cu Elemen Arus lampu : Cu : 10 mA

Panjang gelombang Lebar celah Model lampu Tipe flame Laju alir

: 324,8 nm : 0,7 nm : BGC-D2 : Udara-C2H2 : 1,8 L/min Konsentrasi (ppm) 0 0,5 1 3 5 10 Absorbansi 0,0000 0,0397 0,0764 0,2205 0,3394 0,6459

Data Kurva Standar Cu

Perhitungan

Konsentrasi y = a = slope ysampel = a xsampel xsampel = y sampel a

Sampel ax

Sehingga, persamaan garis linear kurva standar adalah : Y = 0,0650X Data Sampel Air Sungai Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal Jam : Minggu, 12 Juni 2011 : 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh Daerah Pinggir Tengah

Absorbansi Sampel 1 0,0056 0,0020 Sampel 2 0,0068 0,0018

Titik Pinggir = 26.5 NTU Y = 0,0650 X 0,0062 = 0,0650 X

Besar Konsentrasi sulfat dalam 1 lokasi = 0,0034 ppm

Titik Tengah = 16.5 NTU Y =0,0650 X 0,0019 = 0,0650 X

Besar Konsentrasi sulfat dalam 1 lokasi = 0,00053 ppm Pembahasan : Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7. Analisa logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometrik serapan atom (AAS) yaitu dengan menggunakan prinsip berdasarkan Hukum Lambert-Beert yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat. Pada umumnya, pencemaran Cu berasal dari penambangan. Apabila kadar pencemaran Cu sudah sangat tinggi maka dapat membahayakan masyarakat sekitar yang menggunakan sungai untuk aktivitas mencuci, mandi, dan lain-lain. Apabila kadar Cu yang dikonsumsi cukup besar maka dapat menyebabkan keracunan. Dari data hasil perhitungan diperoleh bahwa tingkat pencemaran Cu pada daerah Desa Pendem, kecamatan Karang ploso, Kab malang memiliki kadar yang rendah. Hal ini disebabkan karena daerah hulu umumnya jarang terdapat penambang pasir ataupun kegiatan industri yang dapat menghasilkan limbah logam berat Cu. 4.6 Asiditas Pembakuan NaOH dengan H2C2O4.2H2O
Asiditas (mg/ L) = a. NaOH

V NaOH x M NaOH x 1000 x BM CO32Vsampel

M = 0.002 M Mol = M x V = 0.002 x 0.1 L = 0.002 mol

Massa = mol x mr = 0.002 x 40 = 0.08 gram

b. H2C2O4. 2H2O

M = 0.002 M Mol = M x V = 0.002 x 0.1 L = 0.002 mol

Massa = mol x mr = 0.002 x 126 = 0.252 gram

Data Pembakuan NaOH dan H2C2O4. 2H2O Keterangan Berat NaOH Volume NaOH Volume H2C2O4. 2H2O untuk titrasi with Hasil 0.08 gr 100 ml 5 ml

NaOH Volume NaOH yang digunakan 9 ml

V1 x M1 = V2 x M2 9 ml x M1 = 5 ml x 0.02 M M1 = = 0.0111 M NaOH Perhitungan sampel Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal Jam : Minggu, 12 Juni 2011 : 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh


Asiditas

Kerja 1 2,4 mL 1,7 mL

Kerja 2 2,9 mL 2,0 mL


=

Rata-rata 2,65 mL 1,85 mL

Titik tengah Titik pinggir


Asiditas (mg/ L)

V NaOH x M NaOH x 1000 x BM CO32Vsampel x 1000 x 60

= = 0.2941 x 60 = 17.6460 mg/L

Asiditas (mg/ L)

V NaOH x M NaOH x 1000 x BM CO32Vsampel x 1000 x 60

= = 0.2053 x 60

= 12.3180 mg/L

Pembahasan : Ion hidrogen dalam sampel merupakan hasil dari disosiasi atau hidrolisis terlarut yang bereaksi dengan penambahan larutan standar basa. Oleh karena itu, asiditas bergantung pada pH titik ahir titrasi atau indikator yang digunakan. Titik akhir titrasi dari titrasi asiditas idealnya berhubungan dengan titik ekivalen stoikiometri untuk menetralkan asam yang ada dalam air. pH titik ekivalen akan bergantung pada sampel, pemilihan antara beberapa titik infleksi, dan pengolahan data. Dalam sampel yang hanya mengandung karbon dioksida-bikarbonat-karbonat, titrasi hingga pH 8,3 pada suhu 25C berhubungan dengan stoikiometri penetralan asam karbonat menjadi bikarbonat. Karena perubahan warna dari indikator phenolphthalein mendekati pH 8,3, nilai ini biasanya dapat diterima sebagai titik akhir standar untuk titrasi total asiditas termasuk CO2 dan asam lemah. Penentuan asiditas sampel dari volume standar basa membutuhkan titrasi hingga pH 8,3 (asiditas phenolphthalein). Titrasi menggunakan indikator warna dapat dilakukan pada suhu ruang. Hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai kalsium karbonat (CaCO3) dalam satuan mg/L Asiditas dari air sungai merupakan kapasitas untuk menetralisir ion hidroksida. Sistem karbonat adalah kelompok utama molekul untuk menentukan seberapa baik sumber mata air alami dapat memberikan suasana buffer ke dalam suatu larutan basa tanpa meningkatkan pH dengan cepat. Asiditas dari sumber air biasanya disebabkan oleh molekul karbonat H2CO3, HCO3-, dan terkadang oleh asam kuat yang mengandung H+. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam dimana ketika suatu basa (OH-) ditambahkan, basa tersebut dapat secara kimia terikat dengan asam. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: H+ + OH- (dari NaOH) H2O H2CO3 + OH- HCO3HCO3 + OH- CO32Karbon dioksida terlarut biasanya adalah komponen utama yang dapat menyebabkan keasaman, karena karbon dioksida terlarut tersebut dapat diubah menjadi asam karbonat. Kadar karbon dioksida dapat meningkat dalam sungai karena berasal dari metabolisme respirasi yang dikeluarkan oleh organisme dalam air sungai.

Berdasarkan titrasi menggunakan titran NaOH dan indikator phenolphthalein yang telah dilakukan untuk mengetahui asiditas dari air sungai daerah hulu, dapat diketahui bahwa pada titik pertama (permukaan tepi sungai) diperoleh kadar 17,6460 mg/L CaCO3, titik kedua (permukaan tengah sungai) diperoleh kadar 12,3180 mg/L CaCO3. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar asiditas tertinggi pada daerah hulu adalah pinggir sungai. Secara sederhana, hal ini dapat dikarenakan kebanyakan organisme air sungai berada pada daerah badan sungai tertentu, sehingga hasil karbon dioksida terlarut yang dihasilkan dari metabolisme respirasi organisme lebih banyak berada pada daerah tertentu air sungai. Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang (mendekati asam). Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan organisme, ikan pada khususnya, adalah dengan kadar kalsium karbonat diatas 20 ppm. Oleh karena itu, berdasarkan ukuran tersebut dapat dikatakan bahwa sampel air sungai yang diambil pada 2 titik berbeda memiliki kadar kalsium karbonat sedang dan menunjukkan keasaman yang rendah, sehingga baik bagi kehidupan organisme air sungai tersebut. Selain itu, kualitas suatu air dapat dipengaruhi oleh sifat fisika dari air. Dalam air sungai, terdapat beberapa mineral seperti kalsium, magnesium, potasium, natrium dan klorin, yang berasal dari kelebihan kebutuhan biologis dan dapat mengalir sepanjang air sungai tanpa diganggu. Akan tetapi, beberapa mineral lainnya seperti nitrogen, fosfat, dan karbon organik terlarut dapat mengalami siklus penting karena dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi organisme. Siklus ini biasa disebut dengan proses spiralling, yaitu suatu atom nutrisi akan mengalami serangkaian transformasi dan berputar ke bawah layaknya suatu siklus. Satu siklus dalam spiral melibatkan pengambilan nutrien dari bahan organik yang terlarut yang akan melalui jalur rantai makanan dan kembali ke air untuk penggunaan kembali. Proses spiral ini menjelaskan bahwa belum tentu kadar keasaman di daerah hulu akan mengalir dengan kadar yang sama di daerah tengah dan hilir.

4.7 Alkalinitas

Standarisasi Dengan Na2CO3 Pembuatan larutan Na2CO3 0,02 M Massa Na2CO3 = V x MNa2CO3 xBM(Na2CO3) = 0,1 L x 0,02 mol/L x 106 g/mol =0,212 g Vtitran= 0,6mL + 0,7 mL = 0,65mL 2

Karena 1 mol H2SO4 = 1 mol Na2CO3 M1 xV1 = M2 x V2 M1 = M 2 xV2 V1 0,02 x10mL = 0,307 M , Konsentrasi H2SO4 = 0,307 M 0,9mL

Perhitungan sampel Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal Jam : Minggu, 12 Juni 2011 : 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh


Alkalinitas

Kerja 1 0,4 mL 0,5 mL

Kerja 2 0,4 mL 0,5 mL

Rata-rata 0,4 mL 0,5 mL

Titik tengah Titik pinggir

Perhitungan :

1 mol CaCO3 = 1 mol H2SO4 Vtitran x M H2SO4 x BM CaCO 3 x 1000 Vsdampel 0,5mL + 0,5mL = 0,5mL 2 0,5mL x 0,307 mol/L x 50g/mol x 1000 100 mL 0,4mL + 0,4mL = 0,4mL 2 0,4mL x 0,307 mol/L x 50g/mol x 1000 100 mL

mgCaCO3/L =

pinggir Vtitran =

mgCaCO3/L =

= 76,75 mg/L

Tengah Vtitran =

mgCaCO3/L =

= 61,4 mg/L

Pembahasan : Menentukan alkalinitas air sungai dengan metode titrasi asam-basa yaitu dengan menitrasi sampel yang telah ditambahkan indikator phenolphtalain atau metil merah dengan asam kuat, seperti asam sulfat atau asam klorida, dimana asam kuat yang digunakan untuk titrasi akan menetralkan zat-zat alkaliniti yang merupakan zat basa hingga titik akhir titrasi (pH 8,3 4,5), dan zat-zat alkaliniti tersebut dinyatakan sebagai mg/l CaCO3. Reaksi yang terjadi adalah: OH- + H+ CO + H
23 +

H2O HCO
3

(pada pH 8,3) (pada pH 4,5)

HCO3- + H+

H2O + CO2

Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), serta borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat (SiO44-), dan lain sebagainya. Dalam air alam, alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, tapi juga disebabkan adanya karbonat dan hidroksida. Pada siang hari, adanya ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbondioksida dan bikarbonat. Sabun atau lumpur dapat mempengaruhi elektroda dan memperlambat respon pada pH meter, sehingga titrasi dilakukan perlahan untuk memberikan waktu yang cukup bagi keseimbangan pH pada elektroda. Suatu sampel yang terbuka terhadap udara, maka CO2 akan

memberikan pengaruh terhadap alkalinitas. Ion karbonat atau bikarbonat atau karbondioksida yang terlarut akan mencari keseimbangan baru akibat karbondioksida di udara yang masuk atau karbondioksida yang keluar lewat permukaan air tersebut. Efek perubahan baru terlihat setelah kurang lebih setengah jam. Selain itu, hal-hal yang dapat memperluas permukaan air, seperti pengocokan, pengadukan, dan penyaringan, dapat mempercepat perubahan tersebut, sehingga titrasi harus dilakukan secepatnya. Sampel sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 tetes indikator metil merah untuk mengetahui titik akhir titrasi yang diketahui dengan perubahan warna larutan. Penambahan indikator ini menyebabkan perubahan warna larutan menjadi oranye. Pemilihan indikator metil merah adalah karena pH akhir titrasi adalah 4,3 4,5 dimana indikator metil merah bekerja pada kisaran pH tersebut yaitu 4,4 6,2. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan asam standar yaitu larutan H2SO4 0,02 N hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Volume titrasi dicatat dan dihitung alkalinitas air sungai bagian hulu sebagai mg/L CaCO3. Prosedur yang sama dilakukan untuk sampel air pada titik 2 dan titik 3. Sampel yang digunakan tidak boleh diencerkan karena air pengencer mempunyai alkalinitas yang berbeda. Selain itu, pemanasan juga dilarang karena dapat mengurangi kadar karbondioksida yang terlarut sehingga alkalinitasnya berkurang. Penyulingan juga tidak boleh dilakukan karena karbondioksida, ion karbonat, dan ion bikarbonat dalam air akan hilang. Setelah pengambilan sampel, sampel disimpan dalam botol kaca kemudian disimpan dalam cool box pada temperatur 1-5 oC, tetapi tidak boleh disimpan terlalu lama karena ganggang dan bakteri dapat menurunkan atau menambah kadar karbondioksida, sehingga paling lambat sampel disimpan selama 6 jam. Pengambilan sampel air sungai dari DAS brantas untuk analisis alkalinitas dilakukan di Desa Pendem, Kecamatan Karang ploso, dan Kabupaten Malang dimana terdapat dua titik yang di uji yaitu pinggir dan tengah badan sungai. Dari kedua titik pengambilan sampel, diperoleh alkalinitas yang berbeda-beda, untuk alkalinitas air sungai yang diambil dari bagian tepi sungai adalah 76,75 mg/L CaCO3, untuk alkalinitas air sungai yang diambil dari tengah sungai adalah 61,40 mg/L CaCO3. Sehingga diperoleh rata-rata alkalinitas air sungai bagian hulu adalah 69,075 mg/L CaCO3. Alkalinitas dari kedua titik tersebut berbeda-beda, pada titik pinggir yaitu di tepi sungai memiliki alkalinitas yang paling tinggi dikarenakan adanya lumpur dan endapan berada di tepi sungai yang mempengaruh padatan tersusupensi. Padatan tersuspensi ini memungkinkan semakin banyak CaCO3 yang terkandung dalam air sehingga alkalinitasnya semakin tinggi. Sehingga air yang berada di permukaan air di tengah sungai memiliki alkalinitas yang lebih rendah

dibandingkan di tepi sungai. begitu pula alkalinitas di tengah sungai memiliki alkalinitas yang paling rendah dibandingkan bagian pinggir sungai. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa alkalinitas DAS Brantas bagian hulu berada dalam tingkat alkalinitas sedang karena alkalinitasnya kurang dari 100 ppm. Sehingga air DAS brantas cocok dialirkan untuk air irigasi maupun untuk keperluan rumah tangga seperti air minum, dan mencuci dengan memberikan perlakuan khusus.

4.8 Ion Fosfat Data Kurva Standar Fosfat [fosfat] (mg/L) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 A 0,00 0,12 0,28 0,38 0,61 0,73

Dari data larutan standar fosfat di atas, maka dapat dibuat kurva standar fosfat sebagai berikut :

Dari kurva standar maka diperoleh persamaan kurva baku : y = 0,719x Keterangan : y adalah absorbansi x adalah konsentrasi fosfat

Berdasarkan persamaan y = 0,719x dapat dihitung konsentrasi fosfat pada masing-masing titik sampling. Perhitungan sampel Nama Lokasi : Desa Pendem, Karang Ploso, kab Malang Hari/tanggal Jam : Minggu, 12 Juni 2011 : 08.58 wib

Kondisi Lokasi: Teduh dan Keruh


Ion Fosfat

Kerja 1 1,17 0,14

Kerja 2 0,16 0,14

Rata-rata 0,165 0,14

Titik tengah Titik pinggir

Titik Pinggir = 0,14 Y = 0,719 X 0,14 = 0,719 X

Besar Konsentrasi sulfat dalam 1 lokasi = 0,195 ppm Titik Tengah = 0,165 Y =0,719 X 0,165 = 0,719 X

Besar Konsentrasi sulfat dalam 1 lokasi = 0,230 ppm

Pembahasan : Amonium molibdat dan kalium antimoniltartrat bereaksi dalam suasana asam dengan ortofosfat hingga membentuk asam fosfomolibdat. Asam fosfomolibdat tersebut kemudian direduksi oleh asam askorbat sampai menjadi molibden biru. Warna ini sebanding dengan konsentrasi fosfat. Konsentrasi fosfat didapatkan dari kurva kalibrasi yang ditentukan dengan menggunakan alat spektrofotemer yaitu spektronik 20 pada panjang gelombang maksimumnya yaitu 690 nm. Pada percobaan analisa kadar fosfat, sampel yang digunakan adalah air sungai yang berasal dari sungai bagian hulu. Preparasi sampel yang dilakukan untuk analisa kadar fosfat menggunakan larutan asam kuat yaitu HNO3 dan disimpan pada suhu 40oC.

Digunakan metode spektrofotometri secara asam askorbat dimana asam askorbat akan mereduksi asam fosfomolibdat sehingga terbentuk larutan berwarna biru yang merupakan molibden biru. Warna biru ini akan mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang 690 nm. Absorbansi ini sebanding dengan konsentrasi fosfat dalam sampel. Kurva kalibrasi yang didapatkan adalah y = 0.719x (R2 = 0.988). Dari persamaan tersebut, didapatkan kadar fosfat pada sungai bagian tepi sebesar 0,195 ppm dan bagian tengah sungai sebesar 0,230 ppm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kandungan fosfat sungai brantas bagian hulu masih rendah dibawa standar yaitu 0,2 ppm. Hal ini dikarenakan, sungai pada bagian hulu tingkat pencemaran air dari limbah rumah tangga masih sedikit.

BAB V KESIMPULAN

c.6 Kesimpulan Setelah melakukan uji fisik dan kimia terhadap kualitas air sungai brantas di Desa pendem, Kecamatan Karang ploso, Kabupaten Malang diantara lain untuk temperatur pada kisaran sedang antara 21 0C 23 0C. untuk pH pada kisaran sedang yaitu 6-7. Untuk konduktivitas sebesar 325,5 S berada di ambang normal karena dibawah kurang dari 300 S. Untuk turbiditas juga berada di titik aman 4,58 - 7,36 ppm. Kandungan logam Cu (tembaga) juga tergolong aman karena dibawah titik bahaya yaitu sebesar 0,00053 - 0,0034 ppm. Asiditas dan alkalinitas air sungai aman karena dibawah <100 ppm. Untuk ion fosfat sebesar 0,195 0,230 ppm dibawah titik standar <0,2 ppm sehingga dikategorikan aman. COD sebesar 128 ppm juga tergolong aman. Dan yang terakhir adalah DO sebesar 8,595 ppm. Sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa kualitas air sungai di Desa

pendem, Kecamatan Karang ploso, Kabupaten Malang dikategorikan aman. Hal ini dikarenakan, posisi yang berada di hulu sungai sehingga tingkat pencemaran limbah industri maupun rumah tangga masih tergolong sedikit. c.7 Saran Perlu adanya tindak lanjut untuk penanganan dan pencegahan terhadap kualitas air sungai brantas dari instansi terkait mengenai pencemaran limbah yang telah dibuktikan dengan beberapa parameter uji fisik dan kimia. Sehingga, tingkat pencemaran air sungai dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan S.S. Santika. 1984. Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya. Alaerts, G., 1987, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya. Anonim1, 2010, Sungai, http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai, diakses tanggal 20 Mei 2011 Anonym2, 2010, Sungai Brantas, http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Brantas, diakses tanggal 20 Mei 2011 Anonym3, 1994, Nilai Ambang Batas (NAB) Air Minum Sesuai Standard WHO, http://helmutinfo.com/?p=158, diakses tanggal 20 Mei 2011 Anonym4, 2010, Kandungan Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2) Pada Perairan Tawar, http://illonkjie.blogspot.com/2010/04/kandungan-nitrat-no3-dan-nitritno2-pada.html, diakses tanggal 20 Mei 2011 APHA, Team of, 1980, Standard Method for the Examination of Water and Wastewater, 15 th.ed, APHA-AWWA-WPCF, Wasington Brady, J.E., 1994, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Erlangga, Jakarta Bulekbasandiang, 2011 Cahyono, E., 2010, Analisis Kandungan Fosfat Pada Air Danau Limboto Secara Spektrofotometri Mei 2011 Day, R.A. dan RA. Underwood, 1992, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta Dewi. A., 2007, Pencemaran air, diakses dari http://www.scribd.com/doc/14144746/Pencemaranair, diakses pada tanggal 19 Mei 2011 Efendi. E., 2007, Penyuluhan Pola Budidaya Sistem Intensif di Desa Margasari Kecamatan Labuhan 19 Mei 2011 Maringgai, Lampung Timur, diakses dari http://www.docstoc.com/docs/downloaddoc.aspx/?doc_id=10627406, diakses pada tanggal UV-VIS, [online], http://ilmu-kimiakimia.blogspot.com/2010/04/analisis-kandungan-fosfat-pada-air.html, diakses tanggal 23 2010, Pencemaran Air, Lingkungan Hidup,

http://bulekbasandiang.wordpress.com/2010/03/22/uji-do-dan-bod/, diakses tanggal 23 Mei

Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air, Kanisius, Yogyakarta. Endrah, 2010, Turbidimetri, http://endrah.blogspot.com/2010/04/turbidimeter.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2011 Fatimah, Siti, dkk, 2007, Pemanfaatan Air Sungai Progo Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum Kabupaten Sleman, diakes dari http://jurnal.uajy.ac.id/jts/download/7/2/Pemanfaatan%20Air%20Sungai%20Progo %20Untuk%20Memenuhi%20Kebutuhan%20Air%20Minum%20Kabupaten %20Sleman.pdf pada tanggal 9 Mei 2011 Hidayat, A. 2009, Asiditas dan Alkalinitas, diakses dari http://environmental-

ua.blogspot.com/2009/04/asiditas-danalkalinitas.html, diakses pada 19 Mei 2011 Hunt, 1984, General Chemistry, Oxford University Press, London Jatilaksono, M., 2009, Alkalinitas dan Kesadahan, http://jlcome.blogspot.com/2009/06/kesadahan.html, diakses pada tanggal 19 Mei 2011 Keenan, C.W., dan Donald, C.F., 1984, Ilmu Kimia untuk Universitas, edisi keenam, Erlangga, Jakarta Nasution, M.I., 2008, Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangkir, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14242/1/09E00091.pdf, diakses tanggal 22 Mei 2011 Rompas, R.M., 1998, Kimia Lingkungan I, Tarsito, Bandung SNI 6989.59:2008, 2008, Air dan air limbah Bagian 59: Metoda pengambilan Contoh Air Limbah, http://SNI.com, diakses tanggal 21 Mei 2011 Sudjadi, 1998, Metode Pemisahan Air, Kanisius,Yogyakarta Sumestri, S.S dan Alaerts, G, 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya Tim Sintesis Kebijakan, 2008, Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan Pertanian Dan Kerusakan Lingkungan, Pengembangan Inovasi Pertanian, 1, 125-128.

Wardhana, W. A., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi, Yogyakarta.

You might also like