You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA INDUSTRI PROSES PRODUKSI ALUM (TAWAS) Disusun Oleh: KELOMPOK B-3 KELAS B

NENDEN ANNE YONATHAN PHILIP AYU RETNO UTAMI ELOK WULANDARI IRFAN HUSAINI

140210090022 140210090024 140210090026 140210090028 140210090030

LABORATORIUM KIMIA INDUSTRI JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

PROSES PRODUKSI ALUM (TAWAS)


I. TUJUAN - Mengaplikasikan perhitungan stoikiometri dalam skala industri. - Membuat koagulan (tawas) semi pilot - Mempelajari proses, operasi pembuatan tawas - Menghitung ekonomi pembuatan tawas dan dapat menghitung HPP tawas.

II. PRINSIP PERCOBAAN - Pembentukan Garam Rangkap Terbentuk apabila dua garam mengkriltal secara bersamaan dalam perbandingan molekul tertentu - Kristalisasi Proses pembentukan kristal yang didasari atas pemisahan senyawa dari larutannya karena perbedaan kelarutan dalam pelarut panas dan dingin.

III. REAKSI Alum dari alumunium hidroksida dibuat dengan jalan mereaksikan Al(OH)3 dengan asam sulfat (H2SO4) degan reaksi seperti dibawah ini: Al3+(aq) + NH4+aq) + 2SO4-(aq) + 12H2O () Reaksi parsialnya: a. Pembuatan tawas butek 2 Al(OH)3 + 3H2O Al2(SO4)3 + 6 H2O (tawas butek) NH4(SO4)2.12H2O(s)

b. Pembuatan tawas: Al2(SO4)3 + (NH4)2SO4 (tawas butek) NH4Al(SO4)2 (tawas bening)

IV. TEORI Di Amerika Serikat, 1500 kaleng alumunium didaur ulang setiap detik dengan menyimpan energi sebesar 95% daripada peleburan bijih bauksit. Walaupun kaleng alumunium didaur ulang untuk membuat lebih banyak produk alumunium, potongan alumunium dapat pula digunakan untuk membuat alum. Alum adalah bahan kimia yang digunakan untuk banyak aplikasi termasuk pemurnian air, semen marmer, bahan peledak, penyamakan, pengerasan gelatin, soda kue, penjernihan gula, pengerasan perekat, dan sebagai bahan penyegar dalam obat-obatan. Alum adalah sulfat ganda dari alumunium sulfat dengan kalium atau ammonium sulfat lain. Alum dapat ditemukan di alam di beberapa belahan dunia tapi tidak di Britain. Di negara ini alum diproses dari batuan atau bijih yang mengandung pirit besi. Di abad pertengahan alum sangat penting di bberapa industri. Alum digunakan sebagai mordant untuk pewarnaan alami suatu benda. Dalam pembuatan kertas alum berperan sebagai zat adesif untuk mengikat serat kertas. Dalam proses penyamakan alum digunakan untuk meningkatkan kelenturan kulit. Alum juga diigunakan sebagai bahan obat-obatan. Bauksit dinamai di sebuah desa Les Baux de Provence di Perancis Selatan, yang pertama kali ditemukan pada 1821 oleh ahli geologi Pierre Berthier.

Bauksit terbentuk secara alami, material heterogen yang mengandung satu atau lebih mineral alumunium hidroksida, ditambah berbagai campuran silica, besi oksida, titanium, alumunium silikat, dan pengotor-pengotor lain dalam jumlah yang kecil. Bauksit adalah batuan sediment dihasilkan dari in situ cuaca kimia yang biasanya pada kondisi iklim antara tropis dan subtropics.

Bauksit Bauksit adalah bahan mentah yang secara luas digunakan dalam produksi alumunium pada skala komersial. Bahan mentah lain, seperti anorthosite, alunite, buangan batubara, dan minyak dari batuan, selebihnya ditambah sumber Al2O3 yang potensial. Meskipun ini akan membutuhkan fasilitas dan teknologi baru, Al2O3 dari bahan nonbauksit dapat memuaskan kebutuhan utama logam, refraktori, bahanbahan kimia alumunium, dan abrasive. Pembuatan mullite, dihasilkan dari kyanite dan sillimanite, ditukar dengan bauksit berdasarkan refraktori. Meskipun lebih mahal, silicon-karbida dan alumina-zirkonia ditukar dengan bauksit berdasarkan abrasive. Mineral alumunium hidroksida utama yang ditemukan dari berbagai bagian dengan bauksit adalah gibbsite dan polimorf boehmite dan diaspore. Bauksit diklasifikasikan berdasarkan tujuan aplikasi komersial: abrasive, semen, bahan kimia, bahan metalurgi, refraktor, dan lain-lain.

Produksi bauksit (mendekati 85%) diproses menjadi alumunium oksida (Al2O3, juga dikenal sebagai alumina) melalui zat kimia basah, proses Bayer. Hasil Al2O3 kemudian direduksi menjadi logam (Al) melalui proses elektrolisis, HallHeroult proses. Deodorant kristal tawas adalah alum, suatu kristal garam mineral. Kristal terbentuk di daerah vulkanik di Asia, dan baru digunakan beberapa abad sebagai sumber perlindungan antibakteri terhadap bau. Alum dibuat tanpa penambahan zat kimia beracun, bau atau minyak. Kristal deodoran 100% ramah lingkungan dan belum pernah dites terhadap hewan(Anonymous, 2009).

Tawas Ekstraksi pertama secara komersial terhadap alumina (Al2O3) dari bauksit dilakukan oleh Henri Sainte-Claire Deville pada sekitar tahun 1854. Segera setelah itu, pada 1888, Karl Joseph Bayer memberi penjelasan yang sekarang dikenal sebagai Bayer Proses, yang mengarahkan pada penuruna dramatis harga logam alumunium. Sekarang, alumunium merupakan komoditas harian, lebih baik daripada logam sebelumnya (Anonymous, 2009). Proses Bayer, yang merupakan metode pengolahan alumina yang ekonomis dapat dirngkas secara sistematik dalam diagram alir,

dan melibatkan operasi berikut: Penambangan Pengendapan alumina pada suhu bertingkat Penambahan flokulan Pengendapan Gibbsite murni Regenerasi larutan untuk daur ulang

Pemanasan Gibbsite sampai 1100C (kalsinasi) untuk memberikan alumina (Basset et al ., 1994. Tawas adalah garam sulfat rangkap terhidrat dengan formula M+M3+ (SO4)2.12H2O. M+ merupakan kation univalen, umumnya Na+, Fe+, Cr+, Ti3+ atau Co3+, tawas biasa dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah amonium sulfat dodekahidrat.

Tawas Beberapa contoh tawas, cara membuat dan kegunaannya:

(Anonymous,2009)

1. Natrium aluminium sulfat dodekahidrat (tawas natrium) dengan formula NaAl(SO4)2. 12H2O digunakan sebagai serbuk pengembang roti. 2. Kalium aluminium sulfat dodekahidrat (tawas kalium) dengan rumus KAl(SO4)2. 12H2O digunakan dalam pemurnian air, pengolahan limbah, dan bahan pemadam api. Tawas kalium dibuat dari logam aluminium dan kalium hidroksida. Logam aluminium bereaksi secara cepat dengan KOH panas menghasilkan larutan garam kalium aluminat. 3. Amonium aluminium sulfat dodekahidrat (tawas amonium) dengan formula NH4Al(SO4)2.12H2O digunakan sebagai acar ketimun. 4. Kalium kromium(III) sulfat dodekahidrat (tawas kromium) dengan formula KCr(SO4)2.12H2O digunakan sebagai penyamak kulit dan bahan pembuat kain tahan api. tawas kromium dapat diperoleh dengan cara mereduksi ion dokronat dari kaliium dikromat K2Cr2O7, menjadi kromium(III) dalam larutan asam sulfat dengan reduktor etanol, C2H5OH. Amonium besi(III) sulfat dodekahidrat (tawas besi(II)) dengan formula NH4Fe(SO4)2.12H2O digunakan untuk mordan pada pewarnaan tekstil. Tawas ini

dibuat dengan mengoksidasi ion besi(II) menjadi ion besi(III) dengan asam nitrat dalam larutan amonium sulfat. Untuk setiap kali pembuatan tawas, sebagian pelarut mungkin perlu dikurangi dengan cara penguapan untuk menghasilkan larutan jenuh yang kemudian menghasilkan kristal tawas pada waktu didinginkan. Untuk mendapatkan kristal yang berukuran besar, pendinginan larutan jenuh harus dilakukan secara pelanpelan (Dedy, 2009). Alum mempunyai kegunaan yang sama dengan garam pembentuknya. Satu keguanan penting dari patas alum adalah sebagai zat pewarna. Alum atau tawas (AlK(SO4)2) dapoat dibuat dengan mereaksikan senyawa aluminium sulfat (Al2(SO4)3) dengan kalium sulfat (K2SO4). Reaksi yang terjadi sebagai berikut : K2SO4 +Al2(SO4)3 2KAl(SO4)2 (Puput, 2009).

Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan negatip partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai garam dari Aluminium, Al (III) atau garam besi (II) dan besi (III). Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air adalah seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
REAKSI DENGAN AIR

NAMA

FORMULA

BENTUK

pH OPTIMUM

Aluminium sulfat, Alum sulfat, Alum, Salum

Al2(SO4)3.xH2O x = 14,16,18

Bongkah, bubuk

Asam

6,0 - 7,8

Sodium aluminat Polyaluminium Chloride, PAC Ferri sulfat Ferri klorida Ferro sulfat

NaAlO2 atau Na2Al2O4 Aln(OH)mCl3n-m Fe2(SO4)3.9H2O FeCl3.6H2O FeSO4.7H2O

Bubuk

Basa

6,0 - 7,8

Cairan, bubuk Kristal halus Bongkah, cairan Kristal halus

Asam Asam Asam Asam

6,0 - 7,8 4-9 4-9 > 8,5

Zat Koagulan terhidrolisa yang paling umum digunakan dalam proses pengolahan air minum adalah garam besi (ion Fe3+ ) atau Aluminium (ion Al3+ ) yang terdapat didalam bentuk yang berbeda-beda seperti tercantum di atas dan bentuk lainnya seperti : 1. 2. 3. AlCl3 Aluminium klorida dan sulfat yang bersifat basa/alkalis Senyawa kompleks dari zat-zat tersebut diatas.(pararaja, 2009)

Penggunaan tawas efektif pada air limbah dgn tingkat kekeruhan sampai 1000 ppm, jika lebih dari 1000 ppm maka digunakan PAC ( Polly Aluminum Chloride). Tawas efektif pada pH 5,5 sampai 7,8. Dalam penjernihan air, tawas digunakan sebagai bahan pengental (koagulan). Jika ke dalam air ditambahkan tawas, maka ion Al akan bereaksi dengan unsur alkali membentuk suatu bahan yang disebut flok. Flok akan mempercepat pengendapan bahan padat dalam air (Rossa, 2009)

V. ALAT DAN BAHAN

A. Alat: 1. Beaker glass 1000 mL 2. Neraca teknis 3. Pemanas Listrik 4. Reaktor gelas

B. Bahan: 1. Akuades 2. Alumunium Hidroksida 3. Asam Sulfat

VI. PROSEDUR Sebanyak 100 gram alumunium hidroksida ditimbang dengan menggunakan neraca teknis.Selanjutnya asam sulfat 50% diukur hingga 400 ml. Kedua zat ini kemudian dicampurkan ke dalam reaktor gelas dan diaduk hingga mengental (seperti lem). Selanjutnya dipindahkan ke dalam cetakan yang telah disediakan. Larutan didiamkan hingga terbentuk kristal. Kristal yang terbentuk kemudian ditimbang massanya. Hasil kemudian dicatat. VII. PERHITUNGAN Pada percobaan ini berat tawas yang dihasilkan adalah 564,5 g = 0, 5645 kg H2SO4 = 1.8305 g/cm-3 untuk produksi tawas 1000 kg/bulan (40 kg/hari). Stoikiometri: mH2SO4 = H2SO4 x Volume

1.8305 g/cm-3 x 200 mL = 2 Al(OH)3 100 g + 3H2SO4

366,1 gram Al2(SO4)3.6 H2O

200 mL

M R S

1,28 mol 1,28 mol -

3,72 mol 1,92 mol 1,81 mol 0,64 mol 0,64 mol

Massa alum teoritis = mol alum x Mr Alum = 0,64 mol x 342,07 g/mol = 218,92 gram

Biaya bahan baku per bulan: - Al(OH)3 - H2SO4 -Air = = = x 0,1 kg x Rp. 7.000/Kg x 0,2 L x Rp. 1000/L x 0,2 L x Rp 10.000/1000L = Rp 1.240.035,43 = Rp 354.295,84

= Rp 3.542,96 + Rp 1.597.874,23

Umur produktif peralatan = 1 tahun = 12 bulan - Nilai sisa di akhir tahun = Rp. 1.000.000,00 Nilai penyusutan = modal tetap nilai sisa Umur produktif = Rp 10.000.000,00-Rp 1.000.000,00 12 = Rp 750.000,00/bulan

Modal tetap Rp 10.000.000,00

Modal kerja Rp 1.000.000,00 Total modal Rp 11.000.000,00 Biaya produksi Total 1. Biaya bahan baku 1.597.874,23 2. Karyawan 2 org = @ Rp 1.200.000,00/bulan x 2 2.400.000,00 Listrik 25.000,00
3. 4. air

=Rp =Rp =Rp

= 25 Kwh/bln x Rp 1.000/Kwh = 5 m3/bln x Rp10.000,00/bln

Biaya variabel/bulan

=Rp 50.000,00 + = Rp 4.072.874,23

Total biaya variabel/kg : Biaya variabel Kg Biaya Tetap Depresiasi 750.000,00


1.

= Rp 4.072.874,23 1000

= Rp 4.072,87

Rp 750.000,00/bulan 1% x Rp 11.000.000,00

=Rp =Rp

Bunga Bank 110.000,00 +


2.

Biaya tetap Total keseluruhan = Biaya variabel + biaya tetap = Rp 4.072.874,23+ Rp 860.000,00 = Rp 4.932.874,23
Total Penjualan

=Rp 860.000,00

=Rp 5.000.000,00 =Rp =Rp 4.932.874,23 67.125,77

Total biaya produksi Laba Kotor

Laba Kotor Pajak penghasilan Laba bersih

=Rp =15% x laba kotor

67.125,77 =Rp 10.068,86 =Rp 57.056,91

Laba bersih Depresiasi Penerimaan bersih/ aliran kas (cash flow) Indikator kelayakan 1. ROR = Laba bersih

= Rp 57.056,91 = Rp 750.000,00+ = Rp 807.056,91

x 100 %

Total Investasi = Rp 57.056,91 x 100 % = 0.52 %

Rp 11.000.000,00 Pembanding dengan suku bunga : ROR > 0,5% 2. POP =Modal tetap Nilai sisa Aliran kas = Rp 10.000.000,00 - Rp 1.000.000,00 Rp 807.056,91 =11 bulan 11 bulan < 12 bulan layak (go on)

3. BEP Jumlah biaya produksi = Penjualan Kapasitas BEP = n Kg/bulan Total Penjualan Biaya Produksi =n Kg x Rp 5.000,00/kg = biaya variabel + biaya tetap = Rp 5.000,00 n

Biaya Variabel Rp 5.000,00n n

= n kg x Rp

= Rp

= Rp 4.072,87n + Rp 860.000,00 = 927,59 kg/bln

VIII. PEMBAHASAN Percobaan ini bertujuan untuk mengaplikasikan perhitungan stoikiometri dalam dalam skala industri, membuat koagulan(tawas) semi pilot, mempelajari proses operasi pembuatan tawas, serta menghitung ekonomi pembuatan tawas dan dapat menghitung HPP tawas. Alumunium (alum) sulfat dikenal dengan tawas dapat berfungsi sebagai penjernih air karena dapat mengabsorpsi pengoto-pengotor dalam air yang keruh. Penggunaan tawas ini dapat diaplikasikan pada pengolahan air limbah di sungaisungai. Tawas memiliki nama dagang atau biasa dikenal juga dalam bahasa ilmiah alum sulfat Al2(SO4)3. Tawas sangat efektif mengendapkan partikel yang melayang baik berupa suspensi maupun koloid. Selain sebagai koagulan, tawas juga dikenal sebagai zat aditif untuk antirespirant (deodorant). Aluminium sulfat atau biasa kita sebut dengan tawas merupakan salah satu contoh dari garam rangkap. Garam rangkap terbentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan tertentu. Tawas terdapat dalam dua jenis yaitu tawas butek (alumunium sulfat, Al2(SO4)3) dan tawas bening (NH4)Al(SO4)2.12H2O. Alumunium sulfat dikatakan sebagai tawas butek karena daya destabilisasi dari tawas masih kurang baik

sehingga perlu adanya proses lanjutan untuk memperoleh hasil yang lebih baik melalui pengkristalan kembali menjadi tawas bening. Terdapat dua cara untuk memperoleh tawas, yaitu 1. Proses bauxite Tawas langsung diperoleh dengan mereaksikan bauksit dan asam sulfat dimana kandungan tawas yang diperoleh berkisar 50%. 2. Proses Al(OH)3 Tawas diperoleh dengan mereaksikan Al(OH)3 dan asam sulfat membentuk alum sulfat. Prosedur awal dalam pembuatan tawas ialah melarutkan Al(OH)3 alumunium hidroksida dengan air hingga larut dan homogen kemudian ditambahkan sejumlah asam sulfat H2SO4 melalui dinding wadah sambil diaduk. Reaksi akan berlangsung secara eksoterm dimana menghasilkan panas yang cukup besar sehingga pengerjaannya perlu lebih hati-hati dan dikerjakan di ruang asam karena dengan adanya panas maka potensi terjadinya penguapan zat termasuk asam sulfat yang bersifat korosif semakin besar. Selain itu juga penambahan asam sulfat sedikit demi sedikit akan memaksimalkan reaksi yang akan terjadi. Jika penambahan asam sulfat dilakukan dalam jumlah yang banyak, maka dikhawatirkan suhu larutan akan meningkat drastis sehingga dapat terjadi ledakan. Pada proses ini terbentuk larutan putih keruh. Adanya asam sulfat menghasilkan panas sehingga interaksi atau tumbukan antar partikel larutan meningkat. karena energi kinetik masing-masing partikel akan bertambah sehingga partikel-partikel mudah bergerak,

berinteraksi, dan bertumbukan satu sama lainnya. Pada suhu kamar, interaksi partikel satu sama lain terbatas. Reaksi sebagai berikut: 2 Al(OH)3 + 6H2O + 3 H2SO4 Al2(SO4)3 + 12H2O Untuk memudahkan dalam pelarutan tawas juga dilakukan pengadukan. Pengadukan di sini berfungsi untuk mempercepat reaksi antara asam sulfat dengan larutan aluminium hidroksida. Melalui pengadukan, partikel-partikel dalam larutan akan saling bertabrakan dengan sejumlah energi kinetik tertentu. Air digunakan sebagai medium pelarut dan air yang digunakan secara stoikiometri seluruhnya langsung digunakan untuk melarutkan alummunium hidroksida agar jumlah air semakin banyak sehingga pada saat bereaksi dengan asam sulfat akan menghasilkan panas yang cukup tinggi sehingga tidak perlu lagi menambahkan katalis. Kemudian akan diperoleh larutan tawas. Larutan ini kemudian didiamkan dalam suhu ruang hingga terbentuk kristal tawas. Kristalisasi merupakan suatu proses pembentukan kristal dari suatu larutan jenuh karena perbedaan pelarut pada keadaan panas dan dingin. Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting yaitu laju pembentukan inti atau nukleasi dan laju pertumbuhan kristal. Laju pertumbuhan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satupun dari inti akan tambah menjadi terlalu besar. Jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh (supersaturasi) dari larutan.

Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi semakin besarlah laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju inti tinggi, kristal besar-besar terbentuk. Namun sebaliknya diciptakan kondisi-kondisi pada mana lewat jenuhnya sedang-sedang saja, yang hanya memungkinkan terbentuknya sejumlah inti yang relatif sedikit, yang setelah itu dapat timbul menjadi kristalkristal besar. Setelah larutan membeku atau mengkristal, kita dapatkan tawas keseluruhan tanpa ada sisa (Bassett et al., 1994). Proses pembentukan kristal dijelaskan sebagai berikut. Tahap pertama pada pembentukan kristal dimulai dengan pembentukan inti kristal (nukleasi) dalam hal ini partikel-partikel tawas mulai membentuk inti kristal yaitu pasangan beberapa partikel menjadi butir-butir sangat kecil. Tahap berikutnya adalah pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik partikel-partikel lain sehingga kumpulan dari beberapa molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar. Mekanisme penjernihan air yang terjadi hampir mirip dengan mekanisme koagulasi. Tawas dalam campuran air yang kotor akan membentuk ion-ion yang memiliki sifat mudah menarik molekul-molekul yang berada disekelilingnya. Baik ion aluminium maupun amonia akan berinteraksi dengan pengotor yang besar maupun kecil yang memiliki muatan yang berlawanan akibat adanya tarikan elektronik. Akibatnya pengotor akan tertarik dan membentuk gumpalan kotoran yang ukurannya lebih besar dengan ion Al3+ maupun NH4+ sebagai intinya. Proses ini terjadi sampai semua kotoran terendapkan. Jadi dapat disimpulkan tawas dapat

dijadikan juga sebagai koagulan. Selain sebagai koagulan tawas juga dapat digunakan sebagai zat aditif untuk anti respirant atau deodorant.

IX. KESIMPULAN 1. Perhitungan stoikiometri dapat digunakan dalam skala industri. 2. Koagulan (tawas) semi pilot dapat dibuat dari percobaan ini dengan berat 564,5 gram 3. Operasi dan proses pembuatan tawas dapat dipelajari dari percobaan ini. 4. Harga jual untuk produksi 1000 Kg per bulan: Rp 5.000.000,00 Total pengeluaran produksi total Rp 4.932.874,23 Jadi laba yang diperoleh dari produksi 1000 Kg per bulan adalah Rp 57.056,91 dengan harga jual Rp 5.000,00 per kg.

DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2009. Alum. http://www.deodorantstones.com/potassiumalum.ivnu. Bassett, J. , R. C. Denney, G. H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Alanisis Kuantitatif Anorganik, diterjemahkan oleh A. H. Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Dedy. 2009. Pembuatan Tawas. http://dedy21.com/2009/03/12/pembuatan-tawas/. Pararaja, A. 2009. Bahan Kimia Penjernih Air (Koagulan).

http://smk3ae.wordpress.com/20 koagulan/.

08/08/05/bahan-kimia-penjernih-air-

Puput. 2009. Pembuatan Aluminium Kalium Sulfat Hidrat (KAl(SO4)2.12H2O). http:// about chemistry21.blogspot.com/2008/12/pembuatan-aluminiumkalium-sulfat.html. Rossa. 2009. Efektivitas Tawas Sebagai Bahan Koagulan Air Limbah. http://id.answers.yahoo.com/question/index? qid=20080603193801AAigvZx.

You might also like