You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Undang-undang no 20 tahun 2003 memuat tentang sistem pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi beriman kepada tuhan yang maha esa, bertanggung jawab,kreatif, mandiri, cakap, dan berbudi luhur. Sehingga untuk mencapai pendidikan nasional, pemerintah ikut berperan dalam menyelenggarakan perbaikan-perbaikan untuk adanya peningkatan dalam berbagai jenjang. Namun fakta dilapangan belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, terutama pendidikan formal. Masalah utama dalam pendidikan formal adalah rendahnya daya serap dari peserta didik. Hal ini didukung dengan rerata dari hasil prestasi peserta didik yang sangat

memprihatinkan, yang merupakan akibat dari adanya belajar yang masih bersifat konvensional. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara antara peneliti dengan salah seorang guru A pada tanggal 4 maret 2012, pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Pertama X masih terpusat pada guru dan menggunakan metode yang konvensional. Guru hanya menjelaskan, tanpa melibatkan siswa dalam proses belajar sehingga siswa menjadi bosan,ngantuk,pasif, mencatat, dan hanya duduk serta diam saja. Prestasi belajarnya pun menunjukkan hasil yang kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dari hasil semester ganjil pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII di Sekolah Menengah Pertama X pada tahun ajaran 2011/2012 yang masih memperoleh nilai di bawah Standar Ketuntasan Minimum (SKM). Standar Ketuntasan Minimum (SKM) untuk mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Pertama X adalah 6,5. Berhubungan dengan hal tersebut, faktor yang mempengaruhi belajar adalah metode pembelajaran yang digunakan guru. Jika metode yang digunakan kurang baik, maka berpengaruh pada hasil belajar yang kurang baik pula. Salah satu cara dalam membantu siswa dalam belajar efektif dan efisien adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Karena pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar berbagi ilmu dengan kelompok saja, melainkan ada unsur yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
1

Sehingga apabila pelaksanaan model pembelajaran aktif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu dicoba pengoptimalan model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran Fisika. Dimana model yang digunakan adalah yang dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, agar siswa terlibat secara aktif, maka peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Metode Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedurnya dapat digunakan agar siswa lebih banyak waktu untuk berfikir untuk merespons dan saling membantu. Guru lebih suka menggunakan Think Pair Share (TPS) sebagai pengganti metode tanya jawab seluruh kelas untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan setelah guru menyelesaikan penyajian singkat atau setelah siswa membaca suatu tugas (Trianto,2009). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Metode Think Pair Share (TPS) terhadap Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama X Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas,maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Apakah ada pengaruh metode Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar fisika pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama X Tahun Ajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui prestasi belajar fisika yang lebih baik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat

mempengaruhi prestasi belajar fisika pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama X Tahun Ajaran 2011/2012.

D. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama X semester Ganjil tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 200 orang. 2. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah Gaya 3. Prestasi belajar yang diukur hanya sebatas pada ranah kognitif.

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif terhadap pengembangan pembelajaran fisika. Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut : 1. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran ini dapat membuat siswa termotivasi untuk belajar fisika dan selanjutnya dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. 2. Bagi guru diharapkan dengan penerapan model pembelajaran ini dapat : a. Dijadikan sebagai salah satu alternatif teknik belajar mengajar fisika sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.. b. Membantu mengatasi kesulitan dalam mengajarkan konsep-konsep fisika. 3. Bagi mahasiswa diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan daya fikir mahasiswa untuk mengembangkan strategi belajar yang inovatif,kreatif, dan menarik sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran.

F. Definisi Operasional 1. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yangmemiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. 2. Metode pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi susasana pola diskusi kelas.
3

3. Prestasi belajar merupakan gambaran dari keberhasilan suatu proses belajar mengajar secara keseluruhan, prestasi merupakan perubahan-perubahan yang dicapai oleh seseorang. Perubahan-perubahan tersebut kemudian diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka dan pernyataan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Fisika (IPA)


4

Menurut Sumaji dkk (1998:31), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains (dalam arti sempit) merupakan disiplin ilmu yang terdiri atas physical sciences dan lifes sciences. Termasuk physical sciences ilmu-ilmu astronomi,kimia,geologi, mineralogi, dan fisika; sedangkan life sciences meliputi biologi,zoology, dan fisiologi. James Conant dan Sumaji (1998:31) mengatakan bahwa sains merupakan suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan

dieksperimentasi lebih lanjut. Dengan demikian, dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pembelajaran fisika (IPA) itu sendiri. Dimana pembelajaran fisika (IPA) merupakan deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan satu sama lain yang dipandang sebagai suatu proses sekaligus produk,serta tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi yang berguna untuk diamati dan dieksperimentasi lebih lanjut.

B. Model pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran koooperatif adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran ini mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Suprijono,2010:46).

Zamroni dalam trianto (2009:57) mengemukakan bahwa : Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan penidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Adapun pelaksanaan model cooperative learning menurut isjoni (2010:21) membutuhkan partisipasi dan kerjasama antar kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik,sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok
5

bersamateman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995) dalam Trianto (2009:61), adalah sebagai berikut : 1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan. 2. Tanggung jawab individual,bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain. 3. Kesempatan yang sama untuk suskses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai. Didalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran. Langkah-langkah dasar tersebut ditunjukkan pada tabel 2.1 dihalaman berikut ini : Fase Fase -1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase-5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas mereka.

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6 Memberikan penghargaan (sumber :Depdiknas,2005) 1. Tipe Think-Pair-Share (TPS) Isjoni (2010:78) mengemukakan bahwa metode Think Pair Share (TPS) merupakan teknik yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Sedangkan menurut Trianto(2009:81), metode Think-Pair-Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS)merupakan satu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share (TPS) dapat memberikan siswa lebih banayak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekrang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih dan menggunakan Think-Pair-Share (TPS) untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Guru menggunakan langkahlangkah berikut : a. Langkah 1 : berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan demham pelajran dan ,e,inta siswa menggunakan waktu beberapa menit berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkanpenjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. b. Langkah 2 : berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru memintasiswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
7

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

c. Langkah 3 : Berbagi ( Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasanan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasang dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat esepatan untuk melaporkan. Dari bebrapa pendapat diatas,dapat disimpulkan bahwa metode -Pair-Share (TPS) merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Dimana siswa diberikan kesempatan untuk berpikir sendiri dan selanjutnya bekerja sama dengan teman. Dalam penerapan model -Pair-Share (TPS) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan : a. Kelebihan 1. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukam pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperolrh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan. 2. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah. 3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok,dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang. 4. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasl diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar. 5. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran. b. Kekurangan 1. 2. 3. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. (http://ariffadholi.blogspot.com.2009/10/kelebihan-kekurangan -tps.html).

C. Belajar dan Prestasi Belajar


8

1. Pengertian Belajar-mengajar Djamarah (1994:21) mengemukakan bahwa : Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan demikian, belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar(Sudjana,2010:28). Dari kedua pendapat diatas dapat diambil suatu definisi belajar mengajar yaitu penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dengan melibatkan peserta didik dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya serta ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. 2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor itu dibedakan menjadi dua golongan : a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, yang meliputi faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. b.Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial,yang meliputi faktor keluarga/keadaan dipergunakan rumah tangga,guru dan cara mengajarnya,alat-alat dan kesempatan yang yang

dalam

mengajar-mengajar,lingkungan

tersedia,dan motivasi sosial (purwanto,2002:102). 3. Prestasi Belajar Menurut Djamarah (1994:24): Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak akan bisa
9

diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaiakan suatu aktivitas,tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar giat belajar,baik secara individual melalui kelompok.

Suratinah (2001) menambahkan prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, kita dapat mengetahui kedudukan siswa didalam kelas,apakah siswa tersebut termasuk anak yang pandai,sedang atau kurang. Secara lebih khusus kita juga dapat mendefinisikan prestasi belajar dibidang pendidikan sebagai hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif,afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen atau instrumen yang relevan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil penilaian pendidikan yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang setelah melakukan aktivitas yang dinyatakan dalam bentuk angka,simbol,huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam pembelajaran. 4. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Slameto (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pretasi belajar siswa. Faktor tersebut dapat berupa faktor yang bersifat internal maupun eksternal. a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, diantaranya adalah: 1. Faktor jasmani terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. 2. Faktor psikologis, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. b. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada diluar individu,diantaranya adalah : 1. Faktor keluarga, terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,suasana rumah,keadaan ekonomi keluarga,pengertian keluarga dan latar belakang kebudayaan. 2. Faktor sekolah, terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, standar pelajaran dan ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
10

D. Kerangka Berfikir Dalam proses pembelajaran fisika, tidak terlepas dari suatu metode yang diterapkan pada proses pembelajaran tersebut. Penerapan suatu metode dalam pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar siswa. Tetapi pada kenyataan, sebagian besar guru di sekolah hanya menggunakan metode konvensional atau metode ceramah dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan jenuh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dituntut kreativitasnya agar mampu meraancang proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Metode yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) memberikan kesempatan kesempatan kepada siswa untuk berfikir dan merespon serta saling bekerjasama dengan siswa lain (berpasangan) terhadap pertanyaan yang diajukan gurunya. Pertanyaan di ajukan seelah guru memberikan sajian singkat atau tugas membaca kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas. Selain dapat meningkatkan penguasaan akademik, metode ini juga mengajarkan kepada siswa untuk bekerjasama (beinteraksi sosial) dengan temannya karena memiliki bahasa yang sama jika dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka perlu diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Berdasarkan hal ini dapat diduga prestasi belajar fisika yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan urian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H0 : Tidak ada pengaruh metode Think-Pair-Share (TPS) terhadap prestasi belajar siswa pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama X Tahun Ajaran 2011/2012. Ha : Ada pengaruh metode Think-Pair-Share (TPS) terhadap prestasi belajar siswa pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama X Tahun Ajaran 2011/2012.

11

DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Djamarah,Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Fadholi, Arif. 2009. Kelebihan Kekurangan TPS . http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/kelebihan-kekurangan-tps.html (diakses 14 maret 2012,17:30).

Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Purwanto, M.Ngalim.2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Sudjana, Nana.2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Sumaji,dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanius. Suratinah. 2001. Prestasi Belajar. (http://Sunartombs.Wordpress.com,2009). (diakses 14 maret 2012,17:35). Suprijono,Agus.2010. Cooperative Learning. Surabaya : Pustaka Pelajar. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana

12

You might also like