You are on page 1of 10

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

25

Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi sebagai Penukar Ion Cr3+ dalam Larutan
Oleh : Is Fatimah
*)

ABSTRACT Preparation of Na-Zeolite by stirring the activated natural zeolite in 1 of NaCl for a week were carried out. Activation of natural zeolite was done by variation method. There are consist of reflux zeolite using 6 M of HCl for 4 hours, reflux zeolite using 2 M of H2SO4 for 4 hours and stirring zeolite in 2M of NaOH for 6 hours. All of activation process followed by calcination the sampel at 500o C for 4 hours The Characterization of the zeolite was done by means Cation Exchange Capacity (CEC) (meq/g ) measurement. Ion exchange were done using batch sistem, and concentration of ion were determined by Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). The result of research showed that the highest ion exchange capability reached by activated zeolite using reflux in 6M of HCl.. Key words: Natural Zeolite, Activation

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya mineral, diantaranya adalah melimpahnya potensi zeolit alam yang ada lebih dari 40 lokasi dan relatif belum banyak dikembangkan. Melimpahnya zeolit alam tersebut telah melahirkan kecenderungan baru dalam kajian ilmu pengetahuan dan teknologi. Hingga saat ini zeolit banyak digunakan sebagai katalisator, adsorben dan penukar ion. Dalam hal kemampuan zeolit sebagai penukar ion dan adsorben, zeolit telah dimanfaatkan dalam pemurnian air dari ion ammonium dan ion
*)

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia

ISSN: 1410-2315

LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000

26

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

logam. Salah satu yang dapat dikembangkan dari sifatnya ini adalah penggunaan zeolit alam sebagai penukar ion Cr3+ dalam larutan air.Adalah penting mempelajari pertukaran ion Cr3+ dengan menggunakan zeolit mengingat di dalam lingkungan, apabila jumlah ion-ion krom melampaui baku mutu lingkungan, krom bersifat toksik (Saeni, 1989). Mengingat kemampuansuatusampel zeolit dalam menyerapdanmenukar iondari suatu larutan bersifat spesifik, perludilakukanpeningkatan kemampuan sampel zeolit sebagai penukar ion. Diantaranya adalah dengan proses aktivasi dan modifikasi.

TUJUAN PENELITIAN Dalam penelitian ini dikembangkan pemanfaatan zeolit alam sebagai pengambil atau penukar ion Cr3+ dengan memodifikasi zeolit alam menjadi homo ionzeolit; Na-zeolit alam. Selain itu, dipelajari perlunyaaktivasi terhadap zeolit sehingga didapatkan sampel zeolit yang mampu menukar ion Cr 3+ secara optimal. MANFAAT PENELITIAN Dari penelitian ini diharapkan adanya sumbangan pemikiran terhadap masalah air bersih, penanganan limbah industri yangmengandunglogam berat, khususnya logam Cr dalam bentuk ion Cr3+ dan bidang-bidang lainnya seperti industri kimia, serta bidang pertanian dan peternakan sebagai pengendali kadar Cr yang bersifat toksik. Disamping itu diharapkan adalanya peningkatan pendayagunaan sumber daya mineral, khususnya zeolit alam di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA Zeolit Zeolit merupakan senyawa tektosilikat yang berbentuk kristal alumina silikat terhidrat yang mengandung ion-ion logam alkali dan alkali tanah di dalam kerangka tiga dimensi kristal. Zeolit memiliki kerangka terbuka yang dicirikan oleh adanya jaringan ronggarongga atau pori-pori yang terdapat dalam celah-celah kristalnya (Oedjans, 1984). Beberapa silikon di dalam zeolit diganti oleh atom aluminium yang memberikan strukturbermuatan negatif. Muatan negatif diimbangi oleh adanya
LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000 ISSN: 1410-2315

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

27

kation seperti ion-ion natrium, kalsium, dan barium yang kurang terikat kuat. Keadaan ini memungkinkan pergantian ion-ion tersebut dengan kation lain di dalam larutan dengan cara pertukaran ion (Vaughan, 1978). Kromium Kromium merupakan salah satu logam berat. Iom krom dapat berada dalam keadaan polivalen dengan muatan elektris tergantung pada sistem. Pada larutan basa di atas pH=6, kromium (VI) berada dalam bentuk ion CrO 4 2-. Pada pH antara 2 dan 6, HCrO 4 - dan Cr 2 O7 2- ada dalam kesetimbangan. Sedangkan pada pH kurang dari 1, spesies yang utama adalah H2Cr2O4. Kesetimbangan yang terjadi adalah sebagai berikut: H2 CrO4 HCrO4 - + H+ HCrO4- CrO4 2- + H+ CrO7 2- + H2 O 2HCrO 4HCrO4- + -OH CrO4 2- + H 2O Dalam perairan, kromium dalam keadaan heksavalen karena ion kromat dan dikromat sangat mudah larut (Cotton dan Wilkinson, 1989). Senyawa krom (III) bersifat stabil karena krom (III) bertahan dalam larutan. Dalam larutan, ion ini berwarna hijau, dan dapat terkompleks dengan berbagai jenis ligan dan struktur (Cotton dan Wilkinson, 1989). Pertukaran Ion Pada zeolit Reaksi pertukaran ion pada zeolit terjadi apabila kation-kation yang awalnya berada dalam sistem berpori dalam kristal digantikan ion-ion lainnya dari larutan. Larutan dan zeolit selanjutnya mencapai kesetimbangan sebagai berikut: ZaB(z)b + ZbA(s) a <=====> ZaB(s)b + ZbA(z)a Dengan zeolit Za dan Zb merupakan muatan kation A dan B yang dipertukarkan, z dan s merupakan singkatan dari zeolit dan larutan. Menurut Mumpton (1978) pertukaran ini tidak sempurna bila tidak digunakan larutan yang sangat berlebihan atau temperatur sistem tidak dinaikkan untuk memaksa kesetimbangan ke kanan. Kecenderuntan zeolit terhadap
ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000

K= 4,1 K= 10-5,9 K= 10-2,2

28

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

suatu ion dapat ditunjukkan oleh koefisien selektifitas, K dengan: AzBs = = untuk Za = Zb = 1 BzAs

Harga K bergantung pada konsentrasi total larutan, temperatur dan fraksi ekivalen A. Pertukaran ion pada zeolit terjadi dengan mekanisme diffusi ion terhidrat. Kemudahan proses diffusi pada zeolit secara umum dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Sistem zeolit dan adsorbat spesifik 2. Geometri bidang terbuka zeolit sebagai sisi aktif muka 3. Polaritas adsorbat 4. Adanya ion yang dapat dipertukarkan dalam jaringan zeolit 5. Kerusakan struktur dalam jaringan 6. Perlakuan kimiawi dan fisika terhadap zeolit 7. Ada tidaknya pengotor dalam sistem adsorbat (Vaughan, 1978). Aktivasi dan Modifikasi Zeolit Alam Peningkatan mutu zeolit alam melalui proses aktivasi dan modifikasi dimaksudkan untuk memperbesar kemampuan zeolit baik dari segi daya katalisis, adsorben maupun pertukaran ion. Beberapa teknik dilakukan untuk meningkatkan mutu zeolit alam. Secara garis besar, peningkatan mutu zeolit alam tersebut adalah dengan cara aktivasi dan modifikasi. Proses aktivasi zeolit alam dapat dikelompokkam ke dalam dua cara, yaitu aktivasi secara kimiawi dan aktivasi secara fisik. Aktivasi secara kimiawi bertujuan untuk membersihkan permukaan pori, membuang senyawa pengotor, mengatur kembali letak atom yang dipertukarkan. Prinsip aktivasi secara kimiawi ini adalah penambahan pereaksi tertentu sehingga didapatkan pori-pori zeolit yang bersih (aktif). Sedangkan proses aktivasi secara fisika dilakukan dengan cara pemanasan baik secara kontak langsung maupun tak langsung( sistem vakum ) dengan tujuan menguapkan air kristal yang terperangkap di dalam pori-pori zeolit sehingga luas permukaan internal pori meningkat. Hasil penelitian PPTM (1992) menunjukkan bahwa aktivasi zeolit alam dengan penambahan asam memberikan luas permukaan spesifik yang lebih besar daripada zeolit alam tanpa aktivasi maupun yang diaktivasi dengan penambahan basa. Asam yang optimal digunakan adalah asam sulfat
LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000 ISSN: 1410-2315

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

29

sedangkan untuk perlakuan aktivasi dengan basa, paling optimal dilakukan dengan penambahan NaOH. Proses aktivasi yang berbeda akan mempengaruhi selektivitas zeolit terhadap pertukaran ion. Sebagai contoh, zeolit alam hasil aktivasi dengan asam sulfat memiliki kemampuan menukar ion dengan urutan selektivitas sebagai berikut : Pb/Fe > Cu >Zn > Cr >Mn >Co, sedangkan selektivitas pertukaran ion oleh zeolit alam teraktivasi NaOH memiliki urutan Pb/Fe/Cu >Co >Zn>Cr (Husaini, 1992).

METODE PENELITIAN Zeolit alam diaktivasi melalui 3 variasi proses aktivasi. Aktivasi zeolit dengan cara merefluks zeolit alam dalam HCl 6M selama 4 jam dengan suhu 60OC, refluks dalam H2SO 4 dengan suhu 60OC, dan cara yang ketiga adalah dengan mengaduk zeolit alam dalam NaOH 2 M selama 6 jam pada suhu kamar. Selanjutnya sampel yang didapatkan masing-masing disebutAR, AA dan AB. Dari sampel zeolit alam dan zeolit yang sudah diaktivasi dilakukan proses amoniasi dengan merendam zeolit yang telah dinetralkan ke dalam NH4OH 2 M dengan pengadukan selama 4 jam pada suhu kamar. Setelah diperoleh NH4 -zeolit dilakukan deammoniasi untuk memperoleh H-zeolit. Untuk itu dilakukan kalsinasi pada suhu 500 oC selama 4 jam. Na- zeolit dibuat dari H-zeolit dilakukan menggunakan metode Louizidou, dkk. (1984) dengan cara mencampurkan 20 gram sampel zeolit dengan 300 ml larutan NaCl 1 M selama satu minggu pada suhu konstan 70o C, setiap hari larutan NaCl diganti dengan yang baru. Untuk masing-masing variasi proses aktivasi na-zeolit selanjutnya disebut Na-AR, Na-AA, dan Na-AB serta Na-TP untuk Na-zeolit tanpa perlakuan aktivasi. Setiap sampel dikenali karakternya dengan pengukuran kapasitas pertukaran kation (KPK). Penentuan kapasitas pertukaran kation (KPK) dilakukan dengan mengaduk zeolit dalam larutan Cr3+ 200 ppm selama 24 jam. Konsentrasi Cr3+ dalam filtrat ditentukan dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

HASIL PENELITIAN Proses pertukaran in dilakukan dengan sistem batch untuk memperkecil beberapa parameter yang mempengaruhi pertukaran ion dengan sistem flow; seperti diffusi longitudinal, diffusi Eddy, laju alir, luas permukaan spesifik
ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000

30

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

sampel. Penentuan kapasitas pertukaran kation (KPK dilakukan dengan mengukur kadar ion sebelum dan sesudah proses penyerapan ion dengan spektrofotometri serapan atom (SSA). Data yang didapat adalah sebagai berikut :
KPK SAMPEL (mg/g)

0.741 0.58 0.35 0.6

(Na-TP)

Na-AA

NA-AB

Na-AR

SAMPEL

Gambar 1. Diagram KPK Na- zeolit Kapasitas penukar kation (KPK) sampel meningkat dengan urutan Na-TP < Na-AB < Na-AR < Na-AA, sama halnya dengan urutan kenaikan KPK sampel zeolit. Perlakuan aktivasi mempengaruhi susunan kimia di dalam jaringan zeolit.Karenakationdalam masig-masingsampel mempunyai susunan berbeda, sehingga terjadi perbedaan interaksi kation pada masing-masing sampel. Interaksi kation yang berbeda akan mempengaruhi kemampuan pertukaran kation disebabkan pengaruh kekuatan medan anionik zeolit. Dibandingkan zeolit yang belum dibuat homoion, Na-zeolit memiliki kemampuan tukar kation yang lebih besar, disebabkan seragamnya proses diffusi di dalam mekanisme pertukaran kation tersebut. Dengan mengasumsikan terjadinya homoion zeolit pada Na-zeolit dan acuan data KPK, persamaan reaksi pertukaran kation Na+-Cr3+ : 3Na-zeolit (p) + Cr3+ (l) Cr-zeolit + 3 Na+

Pengujian daya tukar ion Cr3+ dilakukan pada kisaran konsentrasi 0,01 M sampai 0,7 M setiap liter sampel larutan yang diumpankan pada sampel zeolit sebanyak 1 gram. Pada setiap sampel dilakukan pengujian pada 6 titik konsentrasi disesuaikan dengan kapasitas penukar ion sampel.

LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000

ISSN: 1410-2315

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

31

Ion tertukar (mgrek/g)

0.8 0.6 0.4 0.2 0


Na-TP Na-AA Na-AB Na-AR 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

Konsentrasi umpan (M)

Gambar 2. Ion tertukar pada berbagai variasi konsentrasi umpan Dari paduan grafik di atas terlihat bahwa semua sampel memiliki kecenderungan sama di dalam kinetika pertukaran ion Cr3+ - Na+, yaitu persen teradsorbsi naik dengan naiknya konsentrasi umpan, dan pada konsentrasi mendekati kapasitas pertukaran kation sampel. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi rendah jumlah partikel yang bertumbukan dengan partikel sampel (adsorben) relatif lebih sedikit, sehingga karena terjadinya kesetimbangan fasa cair-padat, jumlah ion Cr3+ yang tertukar oleh ion Na+ juga relatif lebih sedikit dibandingkan kapasitas tukar Na-zeolit. Konsentrasi ion tertukar akan semakin besar dengan semakin tingginya konsentrasi. Dari keempat sampel adsorben dapat dilihat bahwa Na-zeolit alam teraktivasi memiliki kemampuan tukar kation yang lebih besar daripada Nazeolit alam tanpa perlakuan. Pengaruh ion-ion dalam zeolit alam tanpa perlakuan akan mempengaruhi kesetimbangan pertukaran ion Cr3+ -Na+. Sehingga kemungkinan kesetimbangan pada kedua fasa lebih banyak dan memungkinkan saling berkompetisi dalam menukarkan diri dengan ion Cr3+, meskipun diantara ion-ion dalam zeolit yang mungkin ada, ion Na+ adalah ion yang paling mudah dapat tergantikan. Selain itu pada zeolit alam teraktivasi, saluran-saluran atau rongga-rongga lebih bersih sehingga mobilitas ion-ion untuk mencapai sisi aktif lebih mudah tercapai. Proses diffusi Cr(III) terjadi dengan tahapan : perpindahan kation Cr(III) dari larutan ke permukaan zeolit, kemudian diffusi kation-kation melalui permukaan partikel ke sisi aktif pertukaran, pertukaran secara kimia dengan ion tertukar (Na +), diffusi ion tertukar ke permukaan zeolit dan selanjutnya diffusi ion tertukar dari permukaan ke larutan dalam bentuk ion terhidrat (Vaughan, 1978). Semua sampel mempunyai kecenderungan sama dalam menukar ion Na+ dengan Cr 3+ dimana persen ion tertukar naik dengan naiknya konsentrasi
ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000

32

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

umpan. Pada konsentrasi rendah jumlah partikel yang bertumbukan dengan partikel sampel relatif lebih sedikit. Kesetimbangan yang terjadi di dalam larutan relatif lebih sedikit, demikian juga pertukaran ionfasa cair-padat. Dilihat dari faktor diffusi, pada konsentrasi rendah jarak lintasan antar kation untuk mencapai sisi aktifnya lebih besar. Persaingan antar partikel dalam mencapai sisi aktifnya kecil menyebabkan berkurangnya faktor difusi pada pertukaran ion. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya slope grafik pada konsentrasi umpan di bawah 0,5 M. Pada daerah mendekati KPK-nya, pola grafik menjadi landai mendekati konstan. Kemampuan Na-zeolit alam teraktivasi asam (Na-AA) dan Na-zeolit teraktivasi basa (Na-AB) relatif sama, disusul dengan kemampuan Nazeolit teraktivasi dengan cara refluks dengan HCl dan kalsinasi (Na-AR) dan kemampuan terendah dimiliki Na-zeolit tanpa perlakuan (Na-TP). Kemampuan NA-AR dalam menukar ion Cr(III) lebih rendah daripada NAAA dan Na-AB, padahal proses perlakuan pada Na-AR lebih banyak dan melibatkan proses kimiawi dan fisik, dibandingkan Na-AA dan NA-AB yang hanya melibatkan proses perlakuan kimiawi saja. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kerusakan jaringan, rongga atau bahkan struktur kristal zeolit dengan adanya proses refluks dan juga fisik. Dari data daya adsorpsi terhadap I2 dan keasaman, terlihat juga bahwa keasaman dan daya adsorpsi Na-AA> Na-AR>Na-AB. Gejala lebih tingginya persentase pertukaran ion Na-AB dibandingkan dengan Na-AR dimungkinkan oleh adanya proses kimiawi pada proses aktivasi. Na-AB dibuat dari impregnasi Na+ pada zeolit alam teraktivasi dengan NaOH. Lebih tingginya Na+ yang terjerap pada struktur jaringan zeolit sehingga memungkinkan mudahnya pertukaran ion pada NaAB karena faktor kompetisi antar ion mengecil.

KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivasi dan modifikasi zeolit alam menjadi Na-zeolit alam teraktivasi dapat 3+ meningkatkan kapasitas penukaran ion Cr pada zeolit alam. 2. Kapasitas penukaran kation terbesar dicapai oleh Na-zeolit alam teraktivasi dengan cara pengasaman menggunakan H SO . Urutan kapasitas 2 4 penukaran kation adalah Na-zeolit teraktivasi H SO (Na-AA) > Nao 2 4 zeolit alam teraktivasi dengan refluks HCl-kalsinasi pada suhu 400 C (Na-AR) > Na-zeolit alam teraktivasi NaOH (Na-AB). Sedangkan 3+ daya penukaran ion Cr secara berurutan adalah Na-AA=Na-AB > Na-AR.
LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000 ISSN: 1410-2315

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

33

DAFTAR PUSTAKA Atkins, P.W.(1982), Physical Chemistry, Second Edition, Oxford University Press, Oxford. Catlow, C.R.A(1992), Modelling of Structure and Reactivity in Zeolistes, Academic Press, London. Cotton, F.A., dan Wilkinson, G.(1989), Kimia Anorganik Dasar, UII-Press, Jakarta. Harjanto(1985), Endapan Zeolit di Indonesia, Laporan Kolokium Direktorat Sumber Daya Mineral Vol. I, No.2 , PPTM, Bandung. Husaini (1992), Daya Pertukaran Ion Zeolit Polmas terhadap Beberapa Ion Logam Berat, Buletin PPTM Vol. 14, No.2, PPTM, Bandung. Loukatos, A., Loizidou, M., Spyrellis, N. (1993), Ion Exchange Behaviour of Mercury Using Natural and Sinthetic Zeolites, Feenius Envill Bull Juornal 2:250-225, Chemical Eng. Dept., National Technical University of Athens, Greece. Oudejans, J.C.(1984), Zeolites Catalysis in Some Organic Reactions, Nederland Fondation for Chemical Research, Holland. Parfitt, G.D., dan Rochester, C.H.(1983), Adsorption from Solution at the Solid /Liquid Interface, Academic Press Inc., London. Ribeiro, F.R.(1984), Zeolites; Science and Technology, Martinus Nijhoff Publisher, Nederland. Suganal (1990), Pemanfaatan Zeolit Bayah untuk Pengolahan NH4 +, NO2 2-, NO32- dalam Air Buangan Industri Monosodium Glutamate di PT. Miwon Indonesia, Surabaya, Buletin PPTM Vol.12, No.3, PPTM, Bandung. Suyartono dan Husaini (1991), Tinjauan terhadap Kegiatan Penelitian Karakteristik dan Pemanfaatan Zeolit Indonesia yang Dilakukan PPTM Periode 1980-1991, Buletin PPTM Vol.13, No. 4, PPTM, Bandung. Svehla, G.(1979), Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi V, PT.Kalman Media Pusaka, Jakarta.
ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000

34

Iis Fatimah, Penggunaan Na-Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai Penukar Ion Cr 3+ Dalam Larutan

Tchobanouglous, G. dan Burton, F.L.(1991), Waste Water Engineering , Treayment, Disposal, and Reuse, Third Edition, Mc Graw Hill Book, Inc., New York. Torii, K. (1978), Utilization of Natural Zeolites in Japan dalam Sand, L.B. dan Mumpton, F.A (1978), Natural Zeolites; Occurences, Properties, Use, Pergamon Press, Oxford. Vaughan, D.E.W (1978), Properties of Natural Zeolites dalam Sand, L.B., dan Mumpton, F,A. (1978), Natural Zeolites; Occurences, Properties, Use, Pergamon Press, Oxford. Widodo, D.S. (1997), Kemampuan Zeolit Alam Sebagai Penukar Kation terhadap Ion-Ion Cu2+, Mn2+ dan Ni2+ dalam Suatu Larutan, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Yuliatun, S.(1996), Mempelajari Pengaruh Perlakuan Awal Terhadap Kemampuan Zeolit Alam sebagai Penukar Kation Kromium III, Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

LOGIKA, Volume 4, Nomor 5, 2000

ISSN: 1410-2315

You might also like