You are on page 1of 7

KLASIFIKASI BATUPASIR OLEH PETTIJOHN

Batupasir Klasifikasi Pettijohn merupakan salah satu klasifikasi terhadap batupasir yang banyak dipakai. Batupasir merupakan batuan sedimen yang terdiri dari butiran-butiran yang berukuran pasir. Pasir sendiri didefinisikan sebagai sedimen yang mengandung butiran berukuran antara 63 m hingga 2 mm. Sedangkan pasir ini sendiri dibagi lagi ke dalam lima interval, yaitu: sangat halus, halus, sedang, kasar, dan sangat kasar. Penamaan batupasir ini hanya berdasarkan ukuran partikel penyusunnya. Meskipun banyak batupasir yang mengandung kuarsa, istilah batupasir tidak berimplikasi pada jumlah kehadiran kuarsa dalam batuan karena beberapa batupasir tidak mengandung butir kuarsa sama sekali. Butir pasir terbentuk oleh hancuran batuan yang sudah ada sebelumnya yang merupakan hasil dari proses pelapukan dan erosi, serta dari material yang terbentuk di dalam lingkungan transportasi dan pengendapan. Hasil lapukan terbagi ke dalam dua kategori : butir mineral detrital, tererosi dari batuan yang lebih tua, dan sedimensedimen berukuran pasir dari batuan atau fragmen batuan. Butiran yang terbentuk di dalam lingkungan pengendapan umumnya merupakan material biogenik (bagian dari tanaman atau hewan) tapi ada beberapa yang terbentuk dari reaksi kimia. Berikut ini adalah material umum yang sering ditemukan sebagai penyusun dari batupasir: 1. Butir mineral detrital Butiran mineral berat yang ditemukan dalam sedimen, akibat dari disintegrasi mekanik dari batuan induk. Berikut ini adalah cbeberapa jenis butir mineral yang umum ditemukan sebagai penyusun batupasir: a. Kuarsa Kuarsa adalah mineral yang paling umum ditemukan sebagai penyusun dari batupasir. Hal ini dimungkinkan karena kuarsa memiliki tingkat resistensi yang tinggi sehingga tidak mudah lapuk menjadi soil. Kuarsa merupakan mineral yang kestabilannya sangat tinggi sehingga tahan terhadap pelapukan kimia di permukaan bumi. Butiran kuarsa dapat saja hancur dan terabrasi selama transportasi, tapi dengan kekerasan 7 pada skala Mohs, butir kuarsa masih tersisa setelah transportasi yang panjang dan lama.

b. Feldspar Feldspar merupakan mineral yang paling banyak terkandung dalam batuan beku. Feldspar sangat umum dan keluar dalam jumlah yang besar ketika granit, andesit, dan gabro, beberapa sekis dan gneiss terlapukkan. Namun feldspar dapat terubah secara kimiawi selama pelapukan dan butirannya menjadi lebih halus daripada kuarsa, hal ini terjadi karena kekerasan feldspar lebih kecil dibandingkan dengan kekerasan kuarsa (kekerasan feldspar 6 pada skala Mohs). Felspar cenderung terubah (mengalami alterasi) dan hancur selama

transportasi. Feldspar hanya umum ditemukan dalam keadaan dimana pelapukan kimia batuan induk tidak terlalu hebat dan jarak transportasi ke lokasi pengendapan relatif pendek. K-Feldspar lebih umum sebagai butiran detrital daripada Feldspar yang kaya Natrium (Na-Feldspar) dan Calsium (Ca-Feldspar) karena secara kimia lebih stabil ketika mengalami pelapukan c. Mika Muskovit dan biotit merupakan mineral mika yang keberadaannya dalam batupasir cenderung melimpah, namun muskovit memiliki resistensi yang lebih tinggi. Mineral ini berasal dari batuan beku berkomposisi granitik sampai intermediate dan juga dari batuan metamorf seperti sekis dan gneiss dimana mineral ini terbentuk

sebagai mineral hasil metamorfisme. Mika cenderung terkonsentrasi terkumpul pada bidang lapisan dan sering memiliki daerah permukaan lebih luas daripada butir detrital lain dalam sedimen. Hal ini dikarenakan butirnya yang berbentuk lempengan memiliki kecepatan pengendapan lebih rendah daripada butir mineral berbentuk kotak walaupun memiliki massa dan volume yang sama, jadi mika bersuspensi lebih lama terendapkan daripada butiran kuarsa atau feldspar yang bermassa sama. d. Mineral berat Mineral yang umum ditemukan dalam pasir memiliki berat jenis sekitar 2,6 sampai 2,7 gr/cm3. Kebanyakan batupasir mengandung kurang dari 1% mineral yang memiliki berat jenis besar. Mineral ini secara tradisional dapat dipisahkan dengan mineral lainnya dengan

menggunakan cairan; mineral umum akan mengambang dan mineral berat akan tenggelam. Mineral ini jarang terlihat dalam hand specimen dan terlihat pada sayatan tipis batupasir. Biasanya dapat diteliti setelah dikonsentrasikan dengan teknik pemisahan dengan cairan. Alasan untuk mempelajarinya adalah karena mineral ini dapat menjadi ciri khas daerah sumber tertentu dan berharga dalam mempelajari sumber detritus. Mineral berat yang umum adalah zircon, turmalin, rutil, apatit, garnet, dan sejumlah mineral asesori batuan beku dan metamorf. e. Mineral lain Mineral lain jarang terdapat dalam jumlah yang besar pada batupasir. Kebanyakan mineral umum dalam batuan beku silikat (contoh: olivin, piroksen, dan amfibol) hancur oleh pelapukan kimia. Oksida besi relatif berlimpah. Konsentrasi lokal mineral tertentu mungkin didapatkan jika lokasi cekungan pengendapan (basin) berada dekat dengan sumber batuan induk yang terlapukkan dan tertransport. 2. Fragmen batuan Lapukan batuan yang telah ada sebelumnya, baik itu batuan beku, sedimen, maupun metamorf akan menghasilkan fragmen berukuran pasir. Fragmen batuan berukuran pasir hanya ditemukan pada batuan berbutir halus sampai sedang karena kristal mineral dan butir tipe batuan kasar memiliki ukuran pasir yang kasar. Batuan beku seperti basal dan ryolit mudah terubah secara kimia di permukaan bumi dan hanya umum ditemukan dalam pasir yang terbentuk dekat dengan sumber material volkanik. Pantai di sekitar kepulauan volkanik seperti Hawai berwarna hitam, hampir keseluruhannya terbuat dari butir batuan basal. Batupasir yang berkomposisi seperti ini jarang dalam rekaman stratigrafi, tapi butir tipe batuan volkanik umum dalam sedimen yang diendapkan dalam cekungan yang berhubungan dengan busur volkanik atau volkanisme rift. Fragmen sekis dan pelitik (berbutir halus) dari batuan metamorf dapat dikenali di bawah mikroskop dengan kelurusan kemas yang kuat yang dimiliki litologi ini; tekanan selama metamorfisme menghasilkan butiran mineral terorientasi kembali atau tumbuh dalam kelurusan yang tegak lurus terhadap gaya stress lapangan. Hasil lapukan dari batuan yang terbentuk oleh metamorfisme batuan kaya kuarsa akan menjadi butiran yang relatif resisten dan terdapat dalam batupasir. Fragmen batuan dari batuan sedimen

dihasilkan ketika strata yang lebih tua terangkat, terlapukkan, dan tererosi. Butiran pasir dapat mengalami proses reworked, oleh proses ini dan butir-butir individu ini dapat mengalami sejumlah siklus erosi dan pengendapan kembali. Batulempung mungkin hancur menjadi butiran berukuran pasir, meskipun ketahanannya terhadap pelapukan selanjutnya selama transportasi bergantung sekali pada derajat kekerasan batulumpur. Pecahan batugamping juga biasanya ditemukan sebagai fragmen batuan dalam batupasir, meskipun begitu batuan sebagian besar penyusunnya sebagian besar berupa butiran karbonatan akan diklasifikasikan sebagai batugamping. Salah satu litologi paling umum yang terlihat sebagai butir pasir adalah rijang yang tersusun oleh mineral silika yang merupakan mineral yang resisten. 3. Partikel biogenic Hancuran cangkang moluska dan organisme lain yang memiliki bagian keras bersifat karbonatan dapat ditemukan menjadi penyusun batupasir. Jika fragmen karbonatan menyusun lebih dari 50% dari seluruh batuan maka dianggap sebagai batugamping. Fragmen berupa tulang dan gigi mungkin ditemukan dalam batupasir dari berbagai jenis lingkungan pengendapan tapi umumnya jarang. Bagian tanaman darat seperti kayu, benih dan lain-lain mungkin ada dalam endapan batupasir baik dalam lingkungan pengendapan kontinen dan maupun laut. 4. Mineral authigenic Mineral authigenic merupakan mineral yang belum mengalami transportasi tetapi telah ditemukan pada tempat di mana mineral tersebut terbentuk. Banyak mineral karbonat terbentuk secara authigenic, dan mineral lain yang penting yang terbentuk dengan cara ini adalah glaukonit. Glaukonit terbentuk ketika kecepatan sedimen lambat, dan berguna dalam analisis stratigrafi , dan karena terbentuk dalam lingkungan pengendapan, penanggalan radiometri dari kristal glaukonit dapat digunakan untuk menentukan umur endapan.

Penamaan Batupasir berdasarkan Klasifikasi Pettijohn Klasifikasi ini menggunakan dasar segitiga sama sisi dimana setiap sudutnya terdiri dari kuarsa, feldspar (plagioklas + K. feldspar) dan fragmen batuan. Dalam klasifikasi ini keberadaan fragmen lain seperti mika dan material biogenik tidak diperhitungkan.

Segitiga pertama sampai segitiga kedua merupakan batupasir yang memiliki matriks mineral lanau atau lempung kurang dari 15%. Batuan di daerah antara segitiga pertama dan kedua tersebut di beri nama arenit.

Gambar 1

Klasifikasi batupasir oleh Pettijohn

[Dari Pettijohn J. F., P.E. Potter, dan R. Siever, 1987, Sand and Sandstone, 2nd ed., Berlin: Springer-Verlag,]

Sedangkan di antara segitiga kedua dan ketiga merupakan batupasir yang terdiri dari matriks mineral lempung atau lanau lebih dari 15% hingga 75%. Batuan di daerah antara segitiga kedua dan ketiga tersebut di beri nama wackes. Untuk daerah dibelakang segitiga ketiga mengantung matriks mineral lempung atau lanau lebih dari 75% dan batuan yang berada pada daerah ini merupakan batulumpur (batulempung atau batulanau). Kuarsa adalah tipe butiran paling umum dalam kebanyakan batupasir, jadi klasifikasi ini mengutamakan kehadiran butiran lain. Hanya 25% feldspar yang diperlukan dalam batuan agar bisa disebut arkose. Jika terdapat 25% fragmen batuan dalam batupasir maka disebut lithic arenite. Agar dapat disebut sebagai arenit kuarsa maka harus ada lebih dari 95% kuarsa dalam batuan. Untuk arenit yang memiliki kuarsa kurang dai 95% dengan feldspar lebih dari 25% disebut subarkose arenite,

sedangkan yang memiliki kuarsa kurang dari 95% dengan litik (fragmen batuan) lebih dari 25% disebut sublithic arenit. Wacke juga dibagi ke dalam kuarsa wacke, feldspathic (arkosic) graywacke dan lithic graywacke. Jika tipe butir selain daripada tiga komponen utama hadir dalam kuantitas penting (sedikitnya 5% atau 10%), kata imbuhan digunakan seperti kuarsa arenite mikaan. Istilah greywacke terkadang digunakan untuk batupasir yang mungkin juga disebut feldspathic atau lithic wacke. Greywacke adalah campuran fragmen batuan, kuarsa, dan butiran feldspar dengan matriks berukuran lempung dan lanau.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Sedimen Klastik Terrigenous. http://www.geofacts.co.cc/2010/02/ sedimen-klastik-terrigenous.html, diakses tanggal 19 April 2010. Pettijohn J. F., P.E. Potter, dan R. Siever, 1987, Sand and Sandstone, 2nd ed., Berlin: Springer-Verlag.

You might also like