You are on page 1of 95

Aksarayana E-Magazine Edisi 7.

8 April 2012

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Daftar Menu Tim Redaksi Salam Aksarayana Dongeng Si Kaya (Cerita Rakyat Pulau Angan) - stezsen Warta Aksara - KasFan & LCDP Gathering (Bandung, 23 Maret 2012) Aksarapedia: Langit, Bunga, Gula-Gula Lucid Dream - lavender Kota Hujan dan Jembatan Pelangi - H.Lind Serba-Serbi Aksara LCDP's Cullinary Challenge: Cokelat Diet - Jayhawkerz QPLCDP Episode 7 - anggra_t Ungranted Wish - cannongirl who dislikes cannon OOT Club - Bolu Sali
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Halaman 1 Halaman 2 Halaman 3 Halaman 5 Halaman 17 Halaman 23 Halaman 28 Halaman 38 Halaman 50 Halaman 53 Halaman 60 Halaman 74 Halaman 90

Daftar Menu

1
1

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Pemimpin Redaksi: Anggi Virgianti Redaktur: Cecilia Amanda Lika Emir Salim Harbowoputra Karina Chandra Ilustrator: Gem My Ivon Natasa Mahbub Itsnaini Venny Secilia Wongso

Tim Redaksi

Editor: Daniel Dian Teguh Santosa Ragil Prityasning Dyah Rizki A. Nawawi

Layout: M. Rizki Haris Octaviani Nur Hasanah Zoelkarnaen Herry

2
2

2
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Salam Aksarayana Salam Aksarayana

Mendadak masuk ke dunia baru, harapan terkabul, mimpi terwujud, atau mendapat kekuatan superkehidupanmu berubah 180 derajat! Apakah semua itu adalah keajaiban? Cerita-cerita fantasi kerap dikatakan sebagai kisah yang mengedepankan keajaiban, yang tidak mungkin terjadi di kenyataan, yang tidak mungkin dialami oleh sang pengarangnya sendiri, bahkan oleh siapapun. Karenanya, tidak sedikit yang menganggap cerita-cerita seperti itu sebagai pelarian dari kehidupan nyata baik bagi pembaca maupun pengarangnya sendiri. Ilusi. Simulacra. Keajaiban. (Jadi ingat skripsi saya :p) Dunia nyata tidak selalu menyajikan apa yang kita inginkan. Ada kalanya, dunia nyata malah membuat seseorang berharap bisa pergi dari realitas. Sebagai reaksinya (baca: pelarian), manusia akan condong menciptakan 'sosok ideal' dari realitas yang tidak dinginkannya. Menciptakan ilusi. Menciptakan keajaiban demi mengenyahkan realitas yang ada.

3
3

3
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Fantasi, keajaiban yang tidak akan dirasakan melalui realitas. Jadi, apakah teman-teman pun menuliskan kisah fantasi sebagai 'keajaiban', untuk sejenak berisitirahat dari realitas?

Gie - yang mendadak kangen skripsinya

Salam Aksarayana

4
4

4
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Dongeng Si Kaya (Cerita Rakyat Pulau Angan)


Penulis: stezsen Pada waktu hari-hari masih muda dan dunia lebih damai sentosa, tersebutlah sebuah kota kaya raya dengan dinding-dinding dari batu pualam, putih bersih warnanya. Adapun jalan-jalannya berwarna cokelat, rapi lagi rata buatannya, meliuk melingkari seantero kota. Sepertinya banyak manusia yang berdiam di sana selalu bersukaria. Tawa senyum belaka yang keluar dari mulut mereka, terutama dari para bangsawan kaya yang gemar berpesta pora di sotoh-sotoh rumah. Namun kota itu bukanlah berada di negeri impian, di mana tiada air mata ataupun ratap duka. Kota itu masih berjejak pada kaki dunia, sehingga ia pun tiada luput dari penderitaan. Adalah seorang bayi yang tampan rupanya tergolek lemah di dekat pintu gerbang. Rupanya keelokan tubuhnya tiada sebanding dengan pahit nasibnya. Begitu malang bayi tampan itu, ditinggalkan ibunya begitu saja di tengah malam kelam yang dingin merasuk tulang. Hanya selembar selimut biru tebal membalut kulit halusnya. Pun demikian, ia tetap menggigil kedinginan, sementara kedua matanya terkatup rapat. Lonceng kota telah berdentang untuk kedua belas kalinya. Jalan-jalan begitu lengang tanpa jejak manusia. Demikian pula tiada satu orang yang lewat di pintu gerbang, hingga tiada yang dapat mengasihani nasib si bayi malang. Sementara malam terus beranjak tua, dan bayi malang terlelap di alam impiannya, pintu gerbang nan berat terbuka tapak demi tapak. Bukan penjaga pintu yang kekar lagi kuat

Cerpen
Penulis: stezsen

5
5

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


yang membukanya, namun sosok kemerahan kecil bersayap tiga. Sepasang mengepak di punggung, sedang satu lagi pada kepalanya. Rupanya seperti manusia, akan tetapi tingginya tiada sampai sepinggang. Perlahan mendekatlah ia yang keluar dari gerbang karena tertarik pada selimut biru tua yang tergolek di tepi jalan. Betapa terkejut makhluk kemerahan melihatnya, sebab sosok si bayi tampan menyembul dari balik kain tebal. Terenyuhlah hatinya, sehingga ia berkata pelan, Wahai bayi tampan, betapa malang dirimu di tepi jalan. Hatiku tiada tega membiarkan dirimu meninggal muda, namun diriku tiada kuasa memberi keajaiban. Hanya satu inilah yang diriku punya, biarlah dirimu selalu mendapatkan kesenangan. Sebab dirikulah Kesenangan, sebagaimana disebutkan orangorang. Serta merta timbullah cahaya merah bagai kunang-kunang melingkupi tubuh si bayi malang. Sementara Kesenangan mengepak sayapnya, kemudian terbang lenyap di langit malam. Kehangatan menyelimuti bayi malang sehingga tiada beku tubuhnya meski sangat dingin udara, sampai sebuah pintu kecil biru cerah pada sebuah rumah di pintu gerbang lambat-lambat terbuka. Dari baliknya, keluarlah seorang nenek tua. Sudah bungkuk punggungnya dan tertatih-tatih jalannya, namun belum rabun matanya. Nenek Tua terheranheran melihat selimut biru di tepi jalan. Siapa gerangan meninggalkan selimtunya di hari sedingin sekarang? Demikianlah kata Nenek Tua dalam benak. Maka ia pun mendekatlah. Dan terkejutlah ia, sama seperti Kesenangan. Sebab bayi malang dalam selimut begitu elok parasnya. Tiada sampai hatilah Nenek Tua meninggalkannya begitu saja. Walau dirinya bukan bangsawan kaya, dan rumahnya sederhana saja, diangkat jualah si bayi malang. Dibawanya masuk ke rumahnya dan dirawatnya segenap hati. Maka besarlah si bayi malang, semakin elok rupanya seiring semakin dewasa usianya, sehingga kini semua memanggilnya Si Tampan. Dan ia diangkat sebagai anak Nenek Tua,
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Dongeng Si Kaya

6
6

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


yang merawatnya penuh kasih sayang. Tiada kurang perhatian diberikan oleh Nenek Tua, bahkan segala terbaik dari kepunyaannya diberikannya bagi Si Tampan. Namun belum puaslah hati Si Tampan, sebab hidupnya selalu dalam kesahajaan. Ia menginginkan emas perak, karena pikirnya dengan demikian ia dapat memberi kebahagiaan bagi Nenek Tua dan semua manusia penghuni kota. Sebab Nenek Tua suka akan kue madu manisan yang sangat mahal harganya dan tiada pernah mereka sanggup membeli barang sebuah. Dan tiada terhitung rakyat jelata yang dilihat Si Tampan hidup miskin menderita, di bawah bayang-bayang kemakmuran kota pualam. Karena itulah Si Tampan selalu rajin bekerja. Tiada pernah Nenek Tua menemukannya bermalas-malasan. Apa saja yang dapat dikerjakan kedua tangannya akan ia kerjakan sekuat tenaga. Demikianlah tiap hari Si Tampan bekerja, merapikan tanaman para tetangga, mengantar penganan ke penjuru kota, juga merawat kuda-kuda orang bangsawan. Segala pekerjaannya selalu mendapat pujian, sebab ia memang begitu cekatan. Pada usianya yang kelima belas, Si Tampan telah memiliki sekantung kecil keping emas. Maka berkatalah Si Tampan pada Nenek Tua, Kini daku telah tumbuh dewasa, karena Nenek melimpahiku dengan kasih sayang dan berbagai-bagai kesenangan. Tibalah giliran daku untuk membalasnya. Izinkanlah daku pergi berkelana bekerja, sebab sudah waktunya daku mencapai kemandirian. Jikalau nanti daku sudah jaya, niscaya akan daku limpahkan segala kebahagiaan untuk Nenek tersayang. Kemudian berkatalah Nenek Tua, Wahai anakku tersayang, telah tiada lagi yang dapat kuberikan. Hanya satu saja yang kiranya kau ingat. Jikalau dirimu telah berlari begitu kencang, janganlah lupa berhenti sejenak untuk menoleh ke belakang. Niscaya jalanmu tiada menyimpang dan tujuanmu tetap seperti sedia kala. Akan daku pegang segala pesan Nenek tersayang, ucap Si Tampan penuh hormat. Dan sebelum akhirnya melepas Si Tampan berkelana, Nenek Tua mengucap harap untuknya, Semoga jalanmu sering berputar, tetapi semoga langkahmu tiada keluar daripadaSilahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Penulis: stezsen

7
7

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


nya. Sebab buruklah jalan yang terlalu rata dan sering mencelakakan jalan yang tanpa halangan. Maka mulailah Si Tampan berkelana berkeliling kota. Dari rumah ke rumah ia menawarkan pekerjaan, sebab dirinya telah mahir dalam banyak hal, hasil jerih payahnya sejak masa kecilnya. Adapun penghasilannya tiada terlampau banyak, namun cukup baginya untuk menyewa rumah sederhana. Dan semakin giatlah Si Tampan bekerja, tanpa pernah lupa berjumpa Nenek Tua setiap bulan. Tetapi rupanya nasib malang kembali menyapa. Suatu malam terbakarlah rumah kecilnya, hingga habis tiada sisa seluruh hartanya, dan menggununglah utang-utangnya, sebab sang pemilik rumah enggan bermurah hati padanya. Putus asalah Si Tampan, sebab nyata sia-sia segala kerja kerasnya. Keping demi keping emas yang dikumpulkannya penuh keringat lenyap dalam semalam. Hanya sebongkah roti tersisa dalam genggamannya, untuk makannya yang terakhir kali saja. Ia pun melangkah lunglai di jalan-jalan kota. Tanpa disangka-sangka, ia menemukan seorang kecil kekuningan meringkuk lemah di tepi jalan, di mana cahaya lilin tiada tampak dan suara manusia tiada terdengar. Rupanya orang kecil kekuningan tengah kelaparan. Sebab ia menatap roti Si Tampan penuh harap. Berat hati Si Tampan menimbang-nimbang roti terakhirnya. Jika diberikannya bagi orang kecil yang tiada dikenalnya, belumlah pasti ia akan mendapat roti kedua. Namun kasihan akhirnya meluluhkan hatinya, oleh sebab terkenang kasih sayang Nenek Tua di pintu gerbang. Maka dibaginya roti menjadi dua, dan diberikannya setengah pada orang kecil kekuningan. Pulihlah tenaga orang kecil kekuningan setelah menghabiskan bagian rotinya. Ia pun bangkit menegak sehingga mengembanglah sepasang sayap di punggungnya. Takjub Si Tampan melihatnya. Sungguh bukan manusia biasa yang diberinya makan roti di tepi jalan.

Cerpen
Dongeng Si Kaya

8
8

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Orang kecil bersayap membungkuk penuh hormat lalu berucap, Ribuan terima kasih atas pertolongan Tuan yang mulia. Entah apakah yang dapat hamba lakukan untuk Tuan, sebab hamba ini tiada kuat adanya. Siapakah engkau yang memiliki sepasang sayap indah? tanya Si Tampan. Hamba adalah yang kedua dari empat saudara. Hamba disebut Kekayaan, sebab hanya itulah yang hamba punya. Demikian jawab makhluk kecil bersayap. Bukankah itu lebih dari yang kini kubutuhkan. Sebab seluruh hartaku lenyap dalam semalam dan roti ini satu-satunya yang tersisa. Jika memang engkau Kekayaan, kiranya sudi engkau berbagi jalan. Sebab aku ini rajin lagi cekatan namun tiada terbiasa menerima tanpa usaha, kata Si Tampan. Maka Kekayaan berkata, Adapun jawab untuk permintaan Tuan sederhana saja. Jika Tuan tetap menempuh jalan tanpa banyak ratap atau keluh kesah, tentu jaya akan datang menghampiri Tuan. Hanya demikianlah yang dapat hamba berikan. Kekayaan pun menghilang ke cakrawala. Tinggallah Si Tampan dalam keheningan kota. Tetapi, kini telah lahir asa dalam hatinya. Maka kembalilah Si Tampan pada pekerjaannya, berlipat-lipat lebih rajin dan cekatan ia. Dan penghasilannya pun datang berlipat-lipat, sehingga utang-utangnya terbayar lunas. Dan ia masih kaya dan makin bertambah-tambah kaya. Namun kesibukan berlipat juga seiring kejayaannya, maka semakin jaranglah ia berjumpa Nenek Tua di pintu gerbang. Alkisah belasan tahun lewat sudah. Kini Si Tampan telah tumbuh dewasa, dan ia telah sangat kaya lagi termasyhur di antara rakyat sekota. Namanya bukan lagi disebutkan Si Tampan, melainkan Si Kaya, karena memang sangat banyak hartanya.

Cerpen
Penulis: stezsen

9
9

9
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Walau demikian tetap rajin cekatan tabiatnya. Berangkat sebelum naiknya sang surya, kembali setelah terbitnya rembulan. Tiap-tiap hari ditumpuknya bergunung-gunung emas, juga peraknya tiada terbilang. Tirai mirai satin warna-warna lapik tidurnya, keramik penuh hias pialanya. Namun belum lagi senja umurnya, di kala umur masih muda, sakitlah Si Kaya. Seantero kota dikelilingi sudah, namun tiada tabib mampu menyehatkan tubuhnya. Maka Si Kaya mengirim berpuluh utusan, menjelajah negeri dan samudera. Tiada kurang emas perak dipersembahkan pada para pandai bijaksana, namun tiada yang sanggup memulihkan sakitnya. Malahan makin bertambah-tambah parah tubuhnya. Maka habislah harta Si Kaya. Tinggallah tubuhnya tiada berdaya di atas tilam, bersama segenggam emas dan tiga tempayan. Melihat dirinya telah berada di penghujung hidupnya, dan demikan parah keadaannya, mulailah Si Kaya mengucap penuh ratap, Aduhai, malang telah menimpa, reduplah nyawa bagai sumbu tinggal asap. Usia tinggal sekejap mata, namun aku belum berbuat apa. Andai datang kesempatan kedua, bolehlah aku berbuat amal. Tiada disangka-sangka, bertiup kencang angin pada jendela. Jatuhlah kelapa di tepi jendela, entah dari mana datangnya, bergulir masuk ke pangkuan Si Kaya. Si Kaya menggeleng penuh tanya, perlahan-lahan diangkatnya bulat kelapa. Terdengar bunyi setapak kuda dari dalam buah, kian lantang jika kelapa diguncang. Si Kaya pun dirudung penasaran, tiga kali mengguncang kelapanya. Kulit kelapa retak mematah, bergetar-getar lalu terbelah dua. Melompat keluar darinya, orang kecil bersayap empat. Hijau sekujur tubuhnya, namun biru matanya. Si kaya terlonjak heran, Apakah engkau, yang keluar dari dalam kelapa? Salam, wahai yang baik nasibnya. Hamba penghuni tempurung kelapa, yang telah lama terbang melintas masa. Dengan banyak nama hamba dikenal, berbeda-beda tiap suku bangsa. Namun hanya satu yang perlu Tuan ingat, sesuai sebutan orang-orang Tuan sebangsa, hamba dinamakan Keajaiban.

Cerpen
Dongeng Si Kaya

10
10

10

10

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Entah sungguh atau bukan, aku pernah mendengarnya, ucap Si Kaya. Namun belum pernah aku melihat manusia dalam kelapa. Jikalau memang engkau Kejaiban yang datang menjelang akhir hayat, dengarkanlah pinta sedikit saja. Aku hidup belum ada separuh usia, namun ajal hendak menjemput barang sebentar. Berbelas tahun aku menumpuk harta, emas perak menggunung tiada terkira. Namun hati tiada pernah berbahagia. Sebab dahulu aku ingin membagi kebahagiaan pada rakyat sekota, tetapi kini terlalu sibuk aku bekerja, belum sempat berbakti guna. Jikalau engkau sedang bermurah, kiranya berikan aku kesempatan sekali saja. Namun jawab Keajaiban, Yang lahir dengan raga pasti mati meninggalkan dunia. Nanti ataupun sekarang hanyalah berbeda jeda. Hamba takut pinta Tuan hanya berujung siasia. Kata Si Kaya, Bukan emas atau berlian yang kuharap, hanya waktu sedikit saja. Sebab aku tiada pernah berharap untuk meninggal tanpa sempat berbagi amal. Jikalau engkau berkenan, satu dua orang ingin kujumpa. Atau tiga empat ingin kuberi bahagia." Tampaklah raut muram di wajah Keajaiban, "Hamba takut tiada dapat memenuhinya. Sebab pinta Tuan begitu banyak." "Jikalau demikian, biarlah sekurang-kurangnya pada satu saja aku boleh membagi cinta, sebelum nyawa ini melayang lenyap. Ada seorang nenek di pintu gerbang, bijak lagi baik padaku ia. Telah lama kami tiada bersua, sebab aku tenggelam dalam kerja. Jikalau engkau sedang bermurah, kiranya berikan aku tubuh yang sehat, juga waktu barang sejenak. Sebab Nenek Tua senang kue madu manisan, yang dibuat di Barat kota. Kiranya aku boleh ke sana, dan mengantar kesukaan untuk nenek tua. Niscaya tenanglah aku meninggalkan dunia. Demikianlah mohon Si Kaya. Maka kata Keajaiban, Baiklah jika Tuan memang berkehendak. Tetapi pemberian hamba tiada bisa terlampau banyak. Di sini ada tiga tempayan, berkenanlah Tuan memilih sebuah.

Cerpen
Penulis: stezsen

11
11

11

11

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Si Kaya melayang pandang pada tiga tempayan, semua terbuat dari keramik indah polesan. Sejenak Si Kaya merenung diam, kemudian menunjuk satu yang terbesar, yang kiranya cukup menelan seluruh tubuhnya. Maka bertenggerlah Keajaiban di atas tempayan, mengayun jari yang hijau warnanya. Gemericik air terdengar, kemudian penuhlah air dalam tempayan. Lalu berkatalah Keajaiban. Inilah waktu yang Tuan punya. Jikalau air dalam tempayan surut semua, Tuan akan tiba di depan ajal. Kini kuat dan sehatlah tubuh Tuan. Kiranya Tuan berlaku bijak, supaya tidak sia-sia air yang tumpah. Digulingkannyalah tempayan oleh Keajaiban, air pun mulai mengucur tumpah. Seketika kuatlah tubuh Si Kaya, dan melonjaklah ia, dengan emas segenggam di tangan, berlarian keluar rumah. Sementara terbanglah Kejaiban ke awang-awang, hingga ia lenyap di bawah cahaya surya. Air yang tumpah dari tempayan amat sedikit alirannya. Maka sempatlah Si Kaya berlari ke Barat kota. Belum lagi jauh dari rumahnya, di kala menyusur setapak cokelat, mendekatlah seorang tua renta. Amat buruk rupanya, koyak moyak seluruh pakaiannya. Namun tanpa malu-malu, ia menjamah baju Si Kaya. Ketika keduanya bertemu mata, tahulah si kaya bahwasanya emas semata yang diinginkan Si Tua Renta. Namun emasku tiada lagi banyak jumlahnya, sedang kue madu manisan sangat mahal harganya. Jika kuberi ia satu dua keping emas, tentu gagallah sudah segala rencana, demikianlah pikir Si Kaya. Maka melengoslah Si Kaya tanpa mengucap kata, sembari berharap belum surut air dalam tempayan. Telah banyak waktu dibuangnya percuma, demi bersua seorang pengemis tua. Berlarilah Si Kaya sampai ke Toko Manisan. Cantik lagi indah bangunannya, seluruh temboknya dilumur kue gula aneka rupa. Namun tempat ini tiada terlalu ramai, sebab hanya

Cerpen
Dongeng Si Kaya

12
12

12

12

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


bangsawanlah yang sanggup membeli dari Si Empunya. Maka masuklah Si Kaya melalui pintu berambang batang cokelat. Si Empunya berdiri di belakang meja, sedang bercakap dengan seorang anak. Tiada manisan untuk sekeping perak, ucap Si Empunya. Namun ayah menginginkan kue madu manisan, kata si anak. Jikalau memang demikian, kembalilah setelah ada cukup uang, jawab Si Empunya. Si anak pun tertunduk muram, ketika berpaling dilihatnya Si Kaya berdiri di muka. Akan tetapi emas Si Kaya hanya tinggal segenggam saja, tiada cukup dibelikan dua kue madu manisan. Maka mendekatlah Si Kaya pada Si Empunya, lalu berkata sembari mengunjukkan emasnya, Berikanlah padaku sebuah kue madu manisan. Bungkuslah yang indah dengan pita merah, sebab akan kuberikan untuk nenekku yang tercinta. Terimalah emas ini sebagai bayarannya. Tiada perlu menunggu lama, kue madu manisan terbungkus dalam kotak indah berpita merah. Senang hati si kaya mengambilnya, kemudian cepat berlari melintas kota. Air dalam tempayan tentu telah surut banyak, waktunya hanya tinggal sebentar saja. Sedang Nenek Tua tinggal di timur kota, rumahnya bersandar pada pintu gerbang. Maka kian cepatlah Si Kaya melangkah. Pada akhirnya sampailah Si Kaya di pintu gerbang. Ia mengetuk pintu biru rumah Nenek Tua, lalu menunggu dalam diam. Adalah seorang gelandangan kumal yang tinggal di pintu gerbang, dekil penuh borok tubuhnya. Gelandangan kumal menatap nanar pada Si Kaya, berharap sesuap kue madu manisan untuk mengisi perutnya yang telah dua hari tiada mendapat makan. Dari dalam rumah terdengar suara gadis berseru lantang, Siapa itu yang berdiri di muka?

Cerpen
Penulis: stezsen

13
13

13

13

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Maka jawab Si Kaya, Akulah anak yang diasuh Nenek Tua lama berselang. Kini aku telah kaya raya, namun usiaku tiada lagi panjang. Kiranya aku boleh masuk sejenak, sebab telah lama rupa Nenek tiada kulihat. Kue madu manisan telah kubawa di tangan, tanda kasih untuk Nenek tersayang.

Cerpen
Dongeng Si Kaya

Jawab gadis di dalam rumah, Berikanlah kue madu manisan pada Gelandangan malang, yang duduk menanti di samping rumah. Sebab hari ini tiada roti di perapian, tiada dapat kami memberi pada Gelandangan malang. Kiranya tiada perlu terjadi yang demikian, sahut Si Kaya. Sebab kue madu manisan kubawa khusus untuk Nenek Tua. Biarlah aku masuk sejenak untuk berbakti guna terakhir kalinya.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

14
14

14

14

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Namun kata gadis di dalam rumah, Jika demikian bawalah kembali kue madu manisan. Tiada perlu engkau datang, pulanglah ke rumah wahai Tuan Kaya Raya. Sebab demikianlah yang dipesankan Nenek Tua. Mustahillah aku pulang sekarang, sebab diriku belum bertemu Nenek tercinta, ucap Si Kaya. Tolonglah izinkan aku masuk ke dalam. Mengapakah engkau mengusirku pulang? Sebab engkau datang hanya untuk bertemu Nenek Tua, dan memberikan kue madu manisan untuknya, jawab gadis di dalam rumah. Berikanlah kue madu manisan pada Gelandangan malang, lalu pulanglah dengan selamat, demikian pesan nenek tua. Dan di manakah Nenek sekarang? Siapakah engkau sehingga engkau menahanku bersua Nenek Tua? tanya Si Kaya. Jawab gadis dalam rumah, Aku anak Ibunda, cucu Nenek Tua. Akulah yang mengurus rumah, pula merawat Nenek pada masa tuanya. Maka bolehlah aku menahanmu masuk ke dalam. Pula tiada guna aku mengatakan di mana Nenek sekarang. Jika demikian memang layaklah engkau mengusir aku pulang, ucap Si Kaya. Namun setidak-tidaknya katakanlah di mana Nenek sekarang. Niscaya aku dapat pulang, dan dengan tenang menjemput ajal yang tiada lama. Nenek Tua telah tiada. Maka pulanglah engkau ke rumah sekarang, kata gadis di dalam rumah. Terhenyaklah Si Kaya pada tempatnya, kue madu manisan meluncur jatuh dari tangannya. Si Kaya pun jatuh bersimpuh di tanah. Air dalam tempayan telah surut semua, kini ajalnnya telah tiba. Robohlah tubuh Si Kaya, tergeletak di tanah, di depan rumah Nenek Tua, tiada lagi nyawanya.

Cerpen
Penulis: stezsen

15
15

15

15
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Maka datanglah dari pintu gerbang, seorang kelabu yang pendek tubuhnya. Pada tengkuknya ada sebuah sayap. Sebuah saja, bukan sepasang. Ia menghampiri tubuh Si Kaya yang tanpa nyawa, lalu ditariknya raga itu keluar kota untuk dikuburkan di tepi hutan. Dialah Kesia-siaan, yang terakhir dari empat bersaudara, yang selalu dicari anak manusia sepanjang hayatnya. Sebab ketika kecil mereka mencari Kesenangan, ketika muda mereka mencari Kekayaan, ketika tua mereka mencari Keajaiban, namun pada akhirnya tinggallah Kesia-siaan belaka.

Cerpen
Dongeng Si Kaya

16
16

16

16
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

KasFan & LCDP Gathering (Bandung, 23 Maret 2012)


PERHATIAN: Liputan ini diambil dari sudut pandang subjektif si Gie :p Tepat pada hari Jumat, 23 Maret lalu, kopi darat akbar KasFan dan LCDP pun diselenggarakan. Sekitar 25 orang turut hadir dalam acara tersebut. Lebih banyak dari yang diperkirakan di awal! Simak kisah kopdar tersebut dalam artikel ini~ :3 Jadi, sejak jauh hari di dalam kastil kecil LCDP, beberapa orang mengajukan saran untuk berangkat bareng (khusus yang dari wilayah Jakarta dan sekitarnya). Ratu Chie, awalnya sangat-sangat antusias untuk ikut kopdar kali ini. Bahkan beliau juga semangat betul mengajak yang lain untuk berangkat bareng. Tapi pada akhirnya tidak ikut juga, huhu~ ;w; Diskusi berangkat bareng pun berjalan alot, banyak galau juga~ :p (Dan Gie sempat dikira marah, padahal enggak~). Usul naik kereta, naik travel, naik bus, tapi pada akhirnya pilihan jatuh pada: mobil pribadi Harbowoputra! Pada hari H, rombongan Harbowoputra yang berangkat dari wilayah Bekasi (terdiri dari Harbowoputra sebagai sopir, didampingi Sam Riilme dan Smith) bertemu dengan Gie dan Rendi di Pasar Rebo. Gieyang menjadi sangat bahagia karena mendadak sering ditelepon Harbowoputrasesungguhnya sangat was-was karena menjadi satu-satunya makhluk manis di mobil itu (sebenernya kalau ketauan orangtua dan kawan dekat, si Gie pasti enggak
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Warta Aksara

17
17

17

17

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


dibolehin ;A;). Meski demikian, ia lambat-laun terbawa arus kekonyolan para cowok. Ditambah lagi, si Gie yang sedang pilek malah diejek pabrik ing*s oleh Smith. Ckckck... Bukannya didoain supaya cepat sembuh :p Berlima, sepanjang perjalanan Jakarta-Bandung yang diwarnai kemacetan hari itu, mereka berhasil menelurkan sebuah karya: Epic of Sasmudin (bisa dibaca di K.com)! Bercerita mengenai petualangan 5 orang (Mito, Rendi, Sam, Anggie dan Harbowoputar) dalam mengungkap jati diri Sasmudin, seorang teroris yang menjadi buronan internasional yang telah menciptakan Mie Grain: penyebab bencana kelaparan dunia! Proses pembuatan Epic of Sasmudin dipenuhi gelak tawa dan keisengan! Misalnya Smith yang berpose kocak agar orang lain tidak bisa menahan tawa, atau kelitikan, dll. Hebatnya, Harbowoputra tetap bisa menyetir dengan baik walau konsentrasinya terpecah banyak! :] Begitu memasuki Kota Kembang, rombongan Gie feat. Harbowoputra dkk pun segera menemui si empunya kota: Riesling, Dansou dan Jangseng di ITB; juga bertemu Bang RR (Red Rackham) dan adiknya. Bersama-sama, mereka lantas segera mencari lokasi berkumpulnya makhluk fantasi: sebuah restoran bernama Le Marly. Ternyata restoran tersebut tidak terlalu sulit ditemukan, berkat lokasinya yang strategis. Begitu rombongan LCDP tiba di Le Marly, dewa-dewa dari Kastil Fantasi sudah berkumpul di sebuah meja panjang. Oleh karena tidak semua orang berhak duduk bersama para dewa, akhirnya rombongan LCDP berkumpul di meja yang berbeda (yah, pada akhirnya nanti semua jalan-jalan dan menyatu :3). Kopdar kali ini tidak disia-siakan oleh anggota LCDP yang pernah menerbitkan karya secara indie! Bereksemplar-eksemplar kumcer dan light novel pun dikeluarkan dari dalam tas masing-masing, berharap ada dewa yang bersedia membacanya. Tidak lupa petuah-petuah agar karya yang dihasilkan semakin baik!

18
18

18

18

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Senangnya banyak yang beli~ (Ayo, ayo, ayo, ditunggu ripiu untuk masing-masing karya~! ) Dan betapa kagetnya si Gie ketika ada sepasang tangan hangat yang menutupi matanya diiringi suara lembut, Siapa, hayo? Langsung tertebak: Nenek Elbintang~ <3<3<3 Uwiiiiih~! Akhirnya, sang rare item yang ditunggu-tunggu pun muncul! Dalam sekejap mata, Gie segera menyukai sosok penuh wibawa dan keibuan tersebut. Beberapa cowok LCDP pun sungkem kepada beliau! Tak lupa pembagian cokelat dari Nenek kepada para cucu tersayang~ Tidak hanya makan bersama saja, masing-masing saling berkenalan, berbincang, bahkan PDKT~ #EH Ada juga yang fangirling maupun fanboying bersama, saling tukar harta di laptop maupun HD, pamer koleksi, bahkan nonton video bareng! Ah, si Gie sempat makan sepiring dengan Nona Ries, bahagianyaaaa~~~ <3 Tak lupa sesi tanda tangan!!! Hehe. Penulis tidak boleh kalah dari seleb dong, tanda tangannya musti dicari! Bertumpuk-tumpuk buku FF 2010 dan 2011 berpindah dari satu tangan ke tangan lain, diwarnai dengan tinta-tinta yang digoreskan oleh para penulis. Sebelum keluar dari restoran, ada satu kegiatan yang tidak boleh dilewatkan: menulis flash fiction! Flash fiction berjudul Bolu Sali itu cukup berwarna (mulai dari persahabatan yang manis hingga gore!). Flash fiction tersebut pun diakhiri dengan rasa jaruk (?) yang sedikit maksa. Wogh, tidak ketinggalan: foto skandal!!! Siapa lagi kalau bukan Bang RR dan Bos Alfare yang rajin mencari celah untuk mendapatkan foto-foto aneh bin ajaib? Kufufufu~ Hayoooo, siapa saja yang sudah jadi korban kamera Bang RR dan Bos Al? *penulisikuttunjukjari*

Warta Aksara

19
19

19

19

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Dari kiri ke kanan, mulai dari barisan paling atas: Adena RR: Mmmmrrraw ; Bos Alfare: Aku menyerah dengan senang hati! ; Dandi: Sok unyu, ih ; Adena Om Boni: Dua porsi, Bang! ; Jangseng: Kenapa cuman Rehan yang direbutin cewe? ; Bang Rama: To-toilet di mana? ; Mycale: Ha-hantuuuu!!! ; Bang Shao: Om-om yang mendadak populer di LCDP.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

20
20

20

20

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Sammy: Mr. Kaonashi ; Bang RR: Lucuuuuuuu! ; Harhar: Selalu muka nyebelin ; Bang Nael: Fans ChiBi(?) ; Bang Boni: Manis~ ; Om Vil: Malu-malu nih ; Bang Rick: Mongku di dunia nyata ; Om Ren: Overact #hueek ; Mimith: Inilah jurus "Perimbangan Darma"! Oyabun: Baju montir??? ; Mba Dian: Bersama teman-teman ; Panda-nee: Bahagia sekali tampakna :) ; Mba Felita: Nyiiiiw~ ; Mba DPK: Yang tinggi tolong ke belakang~ :p ; Mba Azisa: Neng, maen sama Abang yuk~ ; Nona Ries: Kolonel difoto pun menawan ; Gie: Cici cuman keliatan buntutnya ; Nek El: Ngobrol sama cucu.

Warta Aksara

Perut kenyang, saatnya foto-foto! Sepanjang perjalanan dari restoran menuju studio foto pun dimanfaatkan untuk saling berbincang dan melepas rindu~ Di studio foto yang katanya-dekat-tapi-ternyata-jauh, para makhluk fantasi diharuskan menunggu giliran. Banyak yang memanfaatkan waktu kosong itu untuk beristirahat dengan sekedar memejamkan mata (ingat Harbowoputra dan Dansou yang tidur bertumpuk? :p). Sesi pemotretan hanya berlangsung sekejap mata, tidak sebanding dengan waktu menunggu, hehe. Jepret jepret jepret, selesai~ Terus, rasa-rasanya canggung berfoto dengan orang sebanyak itu di sebuah studio (atau ini hanya berlaku bagi si Gie?). Well, pokoknya tinggal menunggu hasil jadinya~ :3 Setelah foto-foto, semuanya bubar. Acara selesai. *ihiks Ah, tapi anggota LCDP sempat galau apakah bakal melanjutkan acara dengan berkarateoke (baca: karaoke) bersama? Namun karena mempertimbangkan Harbowoputra yang sepanjang hari itu menyetir PP Jakarta-Bandung, mereka pun bubar pula.

21
21

21

21
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Berbeda dengan yang lain, si Gie ingin tetap tinggal di Bandung hari itu. Ia pun berusaha membujuk Sammy, Harbowoputra dan yang lain untuk menginap di Bandung. Usahanya sia-sia, semua tetap pulang. (Asiknya, si Gie dapat bonus berupa ekspresi-saatberpisah yang manis dari Sammy dan Harhar~)

Gie ~yang terus bermagabut

22
22

22

22
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Aksarapedia

Judul buku Pengarang Penerbit (indie) Bahasa Tahun terbit Halaman

: Langit, Bunga, Gula-Gula : duniamimpigie/Gie, Chichan (ilustrator) & Avenir Luna (penata sampul) : Well+Done : Indonesia : Januari 2012 : 45

Berikut ini adalah kumpulan review kumcer Langit, Bunga, Gula-Gula (selanjutnya akan disebut LBG) dari beberapa pembaca yang juga berprofesi sebagai penulis. Selamat membaca~

23
23

23

23
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Sekilas pandang: Salah satu buku favorit yang saya baca di awal tahun ini. Secara keseluruhan mulai dari judul, sampul dan isinya termasuk pengarangnya memberikan kesan manis. Meski nantinya, menurut saya, masing-masing ceritanya menawarkan rasa tambahan selain manis yang berbeda-beda. (Cloverwitch) Sejak awal membaca cerita-cerita anak yang ditulis Gie di kemudian.com aku sudah menyukainya. Dan aku tidak ragu dengan apa yang akan dia sajikan di kumcer ini. Pertama kali ngelihat bocoran cover kumcernya Gie di LCDP, aku langsung jatuh hati. Warnanya manis dan ceria dengan komposisi gambar yang sangat memikat. Really eyecatching. (Catz) Kesan pertama setelah membaca adalah ... muaniiiiiiiis! Seriously, ini adalah buku termanis yang pernah Bos Meong baca. (Dya Ragil) I've just finished reading 'Langit, Bunga, Gula-gula'. This is a compilation of Gie's short stories. And then, 'mga luha ko' inevitably is pouring down. (David Ezra)

Langit, Bunga, Gula-Gula Gula-

Poko, Penghimpun Kata Negeri Surga Buku: Cerita ringan dan mengajak anak-anak mengenal kata-kata melalui sesuatu yang ringan. Semacam proses dari pengumpulan kata hingga menjadi sebuah buku utuh. Mengajarkan juga tentang dengan adanya kerja sama akan lebih memudahkan proses dalam bekerja. Dan semangat tolong menolong. (Catz) Kisah ringan yang tepat dijadikan cerita pertama, karena bikin mood membaca jadi enak dan memberi gambaran akan seperti apa kisah-kisah fantasi selanjutnya yang bakal ditawarkan oleh penulis. Imajinatif, cukup lucu dan ada serunya juga. Cuma, jika seorang bapak/ibu ingin mendongengkan cerita ini ke anaknya, kemungkinan mereka akan bingung juga, pesan apa yang harus disampaikan, dan bagaimana mengaitkannya dengan kehidupan atau pengalaman si Anak sehari-hari. (R.D. Villam)

24
24

24

24

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Gula-Gula Payung Frou: Cerita ini manis. Entah kenapa aku kembali memikirkan soal permen coklat payung kegemaranku pada saat SD. Ada sesuatu tentang Reduce, Reuse, and Recycle. Cerpen ini juga benar-benar ceria. Dari gaya penceritaan yang seakan mengajak pembaca untuk melompat dan jejingkrakan seirama dengan nada-nada cerita dari Frou. Aku seakan mendengar suarasuara musik dari dalam ceritamu ini. Hanya saja pada anak usia kritis mereka akan mempertanyakan Gula-gula terbuat dari payung bekas? (Catz) Menurut saya ini cerita yang paling manis di kumcer LBG, soalnya ada gula-gulanya (?). Dari pertama baca cerita ini di kemudian.com, sampai saya baca untuk kedua kalinya di kumcer ini, saya tetap keingetan sama cokelat payung yang populer banget pas jamannya saya masih TK. Oh ya, sebagai penggemar dan penulis fantasy romance, saya juga sangat kepengen menggolongkan cerita ini di genre tersebut, walau kadarnya sudah sangat pas karena ini berbau cerita anak. XD Top lah. (Cloverwitch)

Aksarapedia

CLOSE ~ Yang Terkenang: Diawali dengan kisah seorang gadis kecil, yang bisa berbicara dengan bunga dan pohon. Tentang kenangan-kenangannya yang tertinggal sejak ia masih kecil hingga dewasa. Tentang kepolosannya saat kanak-kanak, kelabilannya saat mulai tumbuh dewasa, cintanya (yang gagal maupun yang berhasil), kesalahan-kesalahan yang disesalinya, dan akhirnya keinginannya untuk hidup bersama keluarganya dengan lebih baik. Cerita yang manis, sedih, tapi juga hangat. Like it. (R.D. Villam) Walau awalnya saya sempat ngernyit dan bingung kenapa harus dibawakan dengan setengah narasi setengah puisi begini, ini cerita berhasil menjadi cerpen favorit saya di buku ini. Heartwarming, dan bikin speechless. Membacanya ngasih saya beragam perasaan; mulai dari hangat dan sendu di awal-awal penceritaan masa kanak-kanak si gadis. Mendadak rindu dua orang yang tidak pernah saya jumpai ketika kakek dan nenek si Gadis diceritakan. Miris di bagian perang bantal dengan ayahnya. Ikut merasa sedih dan hampa di bagian ibunya si
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

25
25

25

25

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Gadis yang meninggal, dan ikut menyesal soal masalah kuncir rambutnya. Geli sendiri di dan somewhat I can relate myself to bagian cinta pertamanya. Hingga terakhir, beneran tersentuh sejadi-jadinya di bagian pernyataan cinta. Overall, cerita ini sungguh sangat manis. Manis yang agak muram, tapinya. Mungkin mirip-mirip perasaan yang bakalan didapetin kalo kita ngeliat wanita cantik sedang duduk memandang ke luar jendela di selembar foto berwarna sepia. Ngerti, kan? Manis, indah, tapi ada sesuatu yang bikin hati kita serasa bolong pas ngelihat itu. (Cloverwitch) Kisah yang menceritakan perjalanan hidup dari anak-anak hingga dewasa seorang gadis yang bisa bercakap-cakap dengan bunga ini benar-benar hidup. Gie membuat kisah ini terasa nyata, walaupun unsur fantasinya (bisa bicara dengan bunga) lumayanerrtidak masuk akal untuk ditemui di dunia nyata. Tapi, ini benar-benar terasa nyata dan hidup. Bos Meong salut! <3 (Dya Ragil) Cerpen ini nge-mix antara sesuatu yang hangat dan muram. Ada banyak hal yang bisa dipetik dari cerita ini. Dimulai dari perasaan si gadis kecil yang penuh cinta. Lalu hal kecil yang mengingatkanku pada kasih sayang kakek dan nenekku. Sama seperti si Gadis yang berbicara dengan bunga, aku paling senang Kakek mengantar dan menjemputku saat sekolah. Tapi saat sudah kelas 5 atau 6 SD, sikap senang itu berubah menjadi perasaan malu jika masih dijemput. Kita juga diajarkan tentang keegoisan. Melupakan apa itu kesenangan dan kehangatan pada saat beranjak dewasa. Hanya saja cerpen ini kurang cocok untuk anakanak. Perlu kemampuan untuk mengolah tiap-tiap bagian dari cerita. Untuk anak setingkat SMP, sudah pas untuk diceritakan cerita ini. (Catz) Cerita favoritku. Terfavorit. Pembangunan suasananya bagus, nuansa fantasinya sangat terasa, dan lebih lagi, sangat menyentuh. (Febz Anggra)

Langit, Bunga, Gula-Gula Gula-

Permen Karet Zozo: Wahaa ini cerita yang lucu, tentang seekor gajah yang bertubuh sangat kecil. Ini cerita yang bagus dan menyenangkan. Sebagai sebuah cerita anak, pesannya sangat jelas dan
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

26
26

26

26

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


mengajarkan kebaikan. Walaupun, mestinya sih, akhir kehidupannya (atau ceritanya) tidak berhenti hanya menjadi hewan sirkus atau sebagai tontonan belaka. Mestinya Zozo bisa berbuat lebih baik lagi. (R.D. Villam) Kisah yang ringan dan penuh pesan moral yang sesuai untuk diceritakan pada anakanak. Setelah baca ini, Bos Meong ngotot kepingin naik Zozo! Kenapa Zozo-nya Bos Meong harus berakhir di sirkus? Bos Meong tak relaaaaaa! Daripada jadi tontonan, kasih ke Bos Meong saja untuk terus melakukan kebaikan. (Dya Ragil) Sayangnya, kumcer indie yang hanya dicetak kurang dari 50 eksemplar ini dikabarkan telah habis terjual oleh pihak penerbit W+D beberapa waktu lalu. Apakah akan ada cetakan selanjutnyayang tentunya lebih bagus? Kita tunggu saja~

Aksarapedia

27
27

27

27
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Lucid Dream

Cerpen
Penulis: lavender

Penulis: lavender A hundred days have made me older Since the last time that I saw your pretty face A thousand lies have made me colder And I don't think I can look at this the same But all the miles that separate Disappear now when I'm dreaming of your face* Kujanjikan padanya, aku pasti segera pulang. Aku hanya akan pergi sebentar. Para teroris itu akan segera kami temukan dan ringkus, dan aku bisa secepatnya kembali padanya. Kembali melihat wajah cantiknya yang sudah sangat kurindukan. Aku pergi di tengah pertengkaran kecil kami di Joes Breakfast, meninggalkannya begitu saja Minggu pagi itu setelah mendapatkan telepon tiba-tiba dari Kapten Heinrich yang memerin-tahkanku bergabung dalam sebuah operasi antiteror untuk mengejar keberadaan mafia Rusia, otak pembajakan dan penyanderaan di hotel tempat menginap para delegasi

28
28

28

28
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


konferensi penting dunia sekitar setengah tahun lalu. Operasi besar ini membutuhkan banyak sekali personil gabungan dari beberapa negara bagian dan membuatku bepergian terus melacak target kami, dari kota ke kota. Bukannya Rosalind tidak mendukungku untuk menjadi anggota tim SWAT kepolisian Los Angeles, hanya saja kekhawatirannya berlebihan tentang pekerjaanku ini. Akibatnya, dia sering marah padaku tiap kali aku pergi. Dia bilang padaku, Apakah aku akan selalu ragu kamu bisa kembali atau tidak? Apakah hari ini akan ada penculikan, penyanderaan, operasioperasi rahasia yang tidak kuketahui? Apakah kamu akan baik-baik saja? Aku lelah dengan segala kekhawatiran itu! Begitulah Rosalind. Mungkin sebenarnya dia tidak siap untuk menjadi pendamping seseorang dengan profesi sepertiku. Tapi aku tahu, dia mencintaiku seperti aku begitu mencintainya. Kirby! Rosalind berlari dari pintu depan rumah untuk menyambut kedatanganku. Aku merasa bagai tentara yang baru saja pulang dari perang. Akhirnya aku bisa melihat wajah cantik itu lagi. Langsung aku memeluk dan menciuminya. Aku sudah bilang aku pasti akan kembali, kan? ucapku. Tidak bisakah kamu mencari pekerjaan lain? Aku tertawa. Inilah hidupku, Honey. Aku tidak bisa meninggalkannya. Seperti aku tidak akan meninggalkanmu, karena kamu juga hidupku. Lihat, aku sudah kembali, kan?

Cerpen
Lucid Dream

29
29

29

29
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Aku tahu, sedikit kata-kata manis akan membuatnya tersenyum. Ya, sudahlah, yang penting kamu sudah kembali sekarang. Apa kamu tahu kalau sudah hampir setahun aku tidak melihatmu? Rosalind menggandengku memasuki rumah. Dia sudah menyiapkan banyak sekali masakan. Dan untuk sekian lama, akhirnya aku bisa menikmati makan malam berdua dengan istriku di rumah. Tiba-tiba semuanya gelap. Kurasakan tubuhku ternyata tengah tertidur telentang di dalam sebuah mobil van SWAT. Aku teringat kami tengah dalam perjalanan cukup jauh menuju ke salah satu lokasi yang diyakini sebagai tempat tinggal target. Sial! Aku hanya bermimpi! Aku belum kembali pada Rosalindaku masih terjebak dalam operasi sialan ini! Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Bahkan untuk membuka mata dan bangun dari tidur pun aku tidak mampu. Sial lagi! Aku mengalami Sleep Paralysis. Beberapa kali aku mengalaminya, karena kelelahan dan pola tidurku akhir-akhir ini yang tidak teratur. Dadaku terasa sesak, seperti ada yang menimpaku. Ingin sekali aku berteriak tapi aku tidak bisa. Kucoba sekuat tenaga untuk bergerak. Sa-ngat susah, dan rasanya butuh waktu cukup lama hingga akhirnya aku merasa mampu menggerakkan telapak tanganku satu kali. Flenchbroom! Bangunlah, sebentar lagi kita sampai. Suara teman satu timku terdengar membangunkanku, membuatku membuka mata dan duduk. Pintu van terbuka, dan kami turun satu persatu di sebuah areal bekas pabrik cat yang sudah lama gulung tikar. Dengan senjata di tangan, kami mulai bergerak mengikuti komando

Cerpen
Penulis: lavender

30
30

30

30

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


menyusuri area tersebut, perlahan dan pasti bersiap melakukan penyergapan sesuai strategi yang kami terima dari briefing siang tadi. Tiba-tiba semua terasa gelap lagi. Ternyata aku belum terbangun dari tidurku. False Awakening. Aku masih di dalam mimpiku dan tertidur di dalam van yang menyusuri jalanan. Aku masih merasa belum mampu membuka mataku dan kembali terbawa dalam mimpi. Aku tahu aku tengah bermimpi. Kali ini, aku berada di dalam ruang santai rumah. Tidak ada Rosalind di sana, maka kubayangkan Rosalind datang, masuk dari luar rumah dan berteriak padaku. Kirby! Youre gonna be a daddy! Aku memeluknya, mencoba melompati waktu dan melihat dirinya dengan perut yang besar, menemaninya melahirkan, kemudian menggendong bayi laki-lakiku. Lucid Dreaming. Aku paling suka saat mengalami Lucid Dream, di mana aku tahu betul, aku sadar bahwa aku tengah bermimpi. Dengan begitu, aku bisa mengontrol semua tindakanku dalam mimpi itu. Sesukaku. *-*-*-* Kubuka kelopak mataku dan mendapati senyum Kirby di tengah silaunya sinar matahari yang menerobos masuk dari luar jendela. Jam dinding berbentuk persegi dengan hanya dua angka, 3 dan 9, masih terpasang di dinding kamar. Aku benci dengan jam itu. Kenapa angkanya hanya 3 dan 9? Membuat pusing saja saat membacanya. Tapi, aku tidak pernah menyingkirkannya karena aku tidak enak pada Kirby. Sahabat Kirby yang menghadiahkan
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Lucid Dream

31
31

31

31

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


jam itu untuk hadiah pernikahan kami. Saat ini, tidak apalah kalau aku harus melihatnya lagi di dinding kamar. Good morning, Sunshine, ucapnya. Aku tersenyum. Kalau aku boleh hiperbolis, raut wajah Kirby yang menyambutku bangun tidur terasa bagaikan sinar matahari untukku. Dengan begitu, aku sebenarnya tidak perlu membuka tirai jendela kamar, dan cukup menikmati gelapnya kamar berdua dengan Kirby, seharian. Kubalikkan tubuhku untuk melihat kalender duduk yang berada di atas meja kecil samping tempat tidur. Tanggal dan hari yang sama. Aku berguling lagi, kembali berhadapan dengan Kirby yang masih berbaring miring menghadapku. Suara yang sama. Aku masih ingat betul dengan suara itu. Air terdengar mengalir deras dari dalam kamar mandi. Kirby menyalakan air keran untuk mengisi bathtub. Kugerakkan kakiku yang masih terbungkus selimut. Aku punya banyak rencana. Kamu tidak boleh pergi, kataku kemudian. Im going nowhere, balasnya kemudian mendaratkan sebuah kecupan di bibirku. Rasa ciuman yang sama. Hanya saja kali ini, aku tidak membiarkan bibirnya lepas dari bibirku secepat yang terakhir kali kurasakan. Aku menahan bibirnya lebih lama. Bohong. Kamu akan pergi dua jam lagi, gumamku pelan.

Cerpen
Penulis: lavender

32
32

32

32
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Apa, Rose? Tanya Kirby. Tidak, tidak apa-apa jawabku berbohong. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi, seperti aku pernah melakukannya. Cepat-cepat aku bangun dari ranjang. Kamu mau ke mana? tanya Kirby. Mematikan air keran sekaligus mandi. Sudah luber... Darimana kamu tahu kalau sudah luber, Dear? I just knew setelah mandi, aku akan membuatkanmu pancake dengan saus maple, dan membawakannya ke sini. Hmm pancake? Tumben. Sudah lama kamu tidak memasakkanku sarapan. Kita selalu sarapan di Joes Breakfast. Apakah aku berulang tahun hari ini dan mendadak aku lupa? Tidak. Aku hanya ingin memasakkan makanan kesukaanmu saja. Baiklah. Jadi kita akan sarapan di atas tempat tidur? Iya. Kamu tetap di sini, ya? Jangan kemana-mana. Tidak satu inci-pun menuruni tempat tidur, pesanku sambil menatapnya galak. Wooww, kenapa? Tidak bolehkah aku mandi nanti? Setelah sarapan saja, oke? ucapku sebelum memasuki kamar mandi.

Cerpen
Lucid Dream

33
33

33

33
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Saat aku membawakan sarapan pagi ke kamar, Kirby masih di atas tempat tidur, menyalakan televisi yang berada di depan ranjang dan menonton acara talkshow pagi yang sangat membosankan. Terima kasih telah menurutiku untuk tidak beranjak dari tempat tidur, ucapku sembari meletakkan baki berisi sarapan di meja kecil dekat ranjang. Aku melihat ponsel Kirby ada di sana. Begitu Kirby tengah sibuk menikmati sarapannya di atas ranjang dan matanya menatap layar TV, segera aku meraih ponselnya dan memasukkannya ke dalam laci setelah mematikannya. Ponsel itu tidak boleh aktif. Sekarang aku baru boleh mandi? tanyanya setelah menghabiskan sarapan. Tentu saja, jawabku. Selama Kirby mandi, aku menutup tirai jendela kamar yang tadi sudah dibuka Kirby. Kumatikan televisi dan duduk di atas ranjang, menunggunya selesai mandi. Sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk, Kirby keluar dari kamar mandi. Kok ditutup lagi tirainya? Come here, pintaku. Ada apa? Bisakah kita seharian ini cukup di dalam kamar, dan beristirahat? Kirby memandangiku keheranan.

Cerpen
Penulis: lavender

34
34

34

34

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Please? Kirby tak menolak. Maka dengan bebasnya aku merancang hari indahku di dalam kamar bersama Kirby. *-*-*-* Kubuka mataku pelan-pelan, meninggalkan keindahan yang kuciptakan dalam tidurku. Kurasakan sinar matahari mengintip di balik tabir jendela. Tidak ada lagi jam persegi jelek terpasang di dinding kamar. Aku sudah melepasnya sebulan lalu. Kulihat kalender di meja dekat ranjang, menunjukkan tanggal dan bulan yang benar saat ini. Aku menoleh ke sampingku. Tidak ada Kirby di sana. Dia tidak pernah kembali sejak pergi karena mendapatkan telepon itu. Yang kudapatkan hanyalah sebuah medali penghargaan, setelah terjadi insiden besar di sebuah pabrik cat tua saat meringkus seorang mafia Rusia. Medal of Valor, begitu mereka menyebutnya. Tapi, apa peduliku dengan medali itu?! Aku hanya menginginkan Kirby! Kurasakan air mata menetes di pipiku, yang selalu mengalir deras tiap kali aku membuka mata di pagi hari. Aku belum sanggup untuk menghentikannya. *-*-*-* Lucid Dreaming. Aku paling suka saat mengalami Lucid Dream, di mana aku tahu betul, aku sadar bahwa aku tengah bermimpi. Dengan begitu aku bisa mengontrol semua tindakanku dalam mimpi itu. Sesukaku.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Lucid Dream

35
35

35

35

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Langkah kakiku terasa berat. Dengan tangan Kirby menggandeng tanganku, kami berjalan menyusuri jalan setapak yang tertutup oleh timbunan salju. Di kanan kiri jalan terlihat pohon-pohon tanpa daun yang berjajar tertutup oleh lapisan salju. Kamu lelah? tanya Kirby dengan suara beratnya. Aku memandangnya. Rambut Kirby telah memutih dengan gurat-gurat halus di keningnya, menaungi matanya yang masih memancarkan cinta yang begitu besar kepadaku. Aku tahu, Kirby pasti tetap tampan walau usianya menua. Aku yakin wajahku pun sudah tampak keriput seiring nafasku yang terasa pendek-pendek meski hanya untuk berjalan pelan-pelan. Yang terdengar hanya suara tapak kaki kami meninggalkan jejak di atas salju. Aku menggeleng pada Kirby, Selama kamu terus menggenggam tanganku, aku tidak akan merasa lelah, jawabku yakin. Kirby tersenyum, membimbingku mendekati sebuah pondok kecil di ujung jalan. Pondok yang terletak di tengah-tengah hutan sebuah desa keciltipikal rumah untuk menikmati hari tua. Sesampainya di dalam pondok, Kirby membantuku duduk di sebuah sofa di dekat perapian. Dia menyalakan perapian sebelum ikut duduk di sofa bersamaku. Aku memeluknya begitu erat, kemudian menciumnya. Kamu boleh pergi, tapi jangan pernah pergi dari mimpi-mimpiku, bisikku padanya.

Cerpen
Penulis: lavender

36
36

36

36
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


I'm here without you, baby But you're still on my lonely mind I think about you, baby And I dream about you all the time I'm here without you, baby But you're still with me in my dreams And tonight it's only you and me*

Cerpen
Lucid Dream

*THE END*

Note : *song lyric : Here Without You, by 3 Doors Down

37
37

37

37
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Tentang Kota Hujan dan Jembatan Pelangi


Penulis: H.Lind Tuhan sedang tidak mendengar ketika perempuan itu membisikkan selarik doa. Suaranya mungkin terlalu kecil atau kalimatnya mungkin yang terlalu pendek. Perempuan itu pun tidak pernah berharap permintaannya akan dikabulkan. Baginya, apa yang ia lantunkan malam itu hanyalah bentuk pelarian dari kekecewaan dan keputusasaannya. Aku ingin suatu tempat di mana perasaanku tak bisa terlihat. Akan tetapi doa tidak hanya bisa didengar oleh Yang Mahakuasa. Alam semesta pun mempunyai telinga yang mendengar apa yang terkadang perlu untuk dikabulkan, karena, memang, di suatu tempat di dunia ini ada tempat seperti yang diinginkan oleh perempuan itu: tempat di mana perasaan seseorang tidak akan terlihat. Perempuan itu bangun esok paginya, mengucek matanya yang berat karena kotoran. Ia terkejut ketika melihat sebuah pintu besar berdiri di hadapannya, persis di depan ranjangnya. Rangkanya terbuat dari kayu mahoni, daunnya tersusun dari lelehan emas murni, dan engselnya berparut besi tempa. Pada permukaan pintunya terukir pahatan-pahatan dengan huruf yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Pintu itu terpancang di tengah-tengah kamar, tanpa menempel pada suatu dinding. Kini ia tidak perlu air untuk menyegarkan wajahnya. Diperhatikannya pintu itu baikbaik, diputarinya lamat-lamat, dirabanya sejengkal demi sejengkal. Sampai akhirnya sebuah
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Penulis: H.Lind

38
38

38

38

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


keingintahuansebuah perasaan yang sering salah diartikan sebagai keberanianmenguasai dirinya. Kenop telah digenggam, kakinya siap melangkah maju. Terbukalah pintu itu. Memang itu adalah sebuah pintu sihir, sebab pemandangan yang didapatinya bukan lagi bagian dari kamar tidurnya. Pemandangan yang dilihatnya sekarang hanyalah hujan lebat yang tak berkesudahan, tak berjeda. Kilat yang bersahutan menjadi satu-satunya penerang di tempat gelap itu. Gemuruh petir beradu dengan percikan air tidak sinkron, membuat pengang telinga. Awan mendung terus membayang, melingkupi tempat itu seperti payung. Terdapat juga bangunan-bangunan di sana. Terbengkalai. Sebagian telah berupa puing, sebagian melengkung, nyaris roboh. Tapi semua tak beratap, sehingga air pun masuk bebas ke dalam bangunan itu. Di tempat itu juga ada jalan, meskipun sudah tertutupi oleh genangan air yang membanjir. Perempuan itu tercenung di depan pintu, lama. Menimbang-nimbang. Bukan basah ataupun dingin yang menjadi penghalangnya, melainkan rasa janggal pada tempat di seberang pintu ini. Apakah ini merupakan sebuah jebakan? Akhirnya perempuan itu berpendirian. Lebih baik masuk dan terjebak daripada abai dan menyesal. Ia pun melangkahkan kakinya menuju dunia di depannya. Kaki jenjangnya yang berbalut piyama bermotif polkadot segera menjejak ke aspal basah. Tangannya merentang lebar-lebar, ingin merasai daya magis dalam hujan yang turun. Seiring rambutnya kian basah dan menggumpal akibat diguyur air hujan, ia pun sadar. Hujan ini hanya hujan biasa. Sempat dilihatnya beberapa siluet di kota berhujan ini, berdiri tanpa payung dan memandang ke atas. Perempuan itu mencoba berteriak memanggil tapi suaranya ditelan derap air jatuh, meninggalkannya bergulir hanya pada ulir telinganya. Sampai datanglah suara itu.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Tentang Kota Hujan dan Jembatan Pelangi

39
39

39

39

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Selamat datang, Manusia. Suara itu terdengar jelas, tak terpengaruh desing air dan deru petir. Perempuan itu menoleh untuk melihat sesosok makhluk miripatau mungkinmanusia yang terbungkus dari kepala hingga kakinya. Dari kepala dengan topeng polos tanpa ornamen, dari bahu dengan sejenis mantel bersurai, dari pinggang dengan sejenis rok yang saking panjangnya sampai dikira sang perempuan itu ekor. Siapa kamu? Calantica. Begitulah orang menyebutku. Lagi, suara itu terhembus dari antah berantah. Dari tempat di mana kebisingan ini tak dapat menyeruak. Perempuan itu bertanya seraya menyeka wajahnya yang dipenuhi bulir air, Di mana ini? Calantica terdiam sejenak, seakan merutuki kebodohan manusia. Ini adalah Kota Hujan. Tak bisakah kau lihat sendiri? Tapi kenapa ini ada di dalam kamarku? Kini perempuan itu berteriak, mengimbangi derasnya tempias air dan angin. Bukankah kau sendiri yang menginginkan itu? Tidakkah kau yang berharap akan adanya suatu tempat dimana perasaan seseorang tidak bisa terlihat, tidak bisa terdengar, teraba, tercium? Benar begitu, Aires? Makhluk itu telah mengetahui namanya lewat doanya semalam. Aires mengingat apa yang telah ia lalui semalam. Makian kasar... pertengkaran mulut... air mata... pintu yang dihempaskan... pria itu. Aires merasa dingin, tak hanya dari luar, tapi juga dari dalam.

Cerpen
Penulis: H.Lind

40
40

40

40
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Mengertikah engkau, Aires? Calantica berinisiatif bertanya setelah melihat Aires kehabisan kata-kata. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke sekeliling, memandang kota suram yang terbalut hujan ini. Aku tidak mengerti. Makhluk itu tidak langsung menjawabnya. Ia sendiri pun, sepertinya, telah kehilangan segala perasaan di sini. Tersamar dalam mantelnya yang terurai panjang dan topengnya yang menutup sempurna. Tiada perasaan yang akan terlihat. Rona wajah akan tertutup oleh bulir-bulir air keruh yang membasahi wajah. Intonasi suara akan tertimpa oleh getaran dan guncangan petir. Pun gesturmu takkan terbaca di tengah awan gelap dan desingan air hujan. Orang tak bisa melihatmu tertawa, tersenyum, ataupun tersedu. Ada keterkejutan di muka Aires yangtentu sajatersembunyi dalam kota ini. Ia lantas berpikir: kota ini mungkin tempat yang tepat. *** Di sisi sebelah sana, tepat di persimpangan jalan utama, seorang pria sedang menengadah. Pakaiannya formal dengan jas mentereng, celana kain, sepatu kulit, serta dasi merah. Melalui Calantica, Aires tahu pria itu adalah seorang politisi. Pria ini sudah tidak tahan. Otot wajahnya sudah capai berpose di depan kamera. Ia ingin lepas, menantang dunia dengan eks -presi bebas. Akan tetapi tentu tidak mungkin itu dilakukannya di dunia dengan cengkraman media. Jadi, ia berpaling ke Kota Hujan. Calantica mengajak perempuan itu berkeliling, membuktikan keajaiban tempat itu. Lihatlah bagaimana hujan telah menyamarkan kegusaran yang selama ini ia rasakan. Memang tak ada yang pernah mengerti betapa beratnya pekerjaan pria itu.

Cerpen
Tentang Kota Hujan dan Jembatan Pelangi

41
41

41

41
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Pertemuan mereka diadakan larut malam. Atau mungkin pagi buta. Tepat ketika semua kelopak mata terkatup, dan seluruh telinga tertutup. Sulit sungguh untuk menjaga hubungan dengan cara demikian. Lelah benar untuk terus beriringan jika tiada yang menginginkan. Apalagi ketika pertemuan mereka kebanyakan terisi oleh pertengkaran. Aires dan Calantica kembali menyusuri Kota Hujan. Di bawah marka jalan yang telah berkarat, mereka melihat seorang anak perempuan. Gesturnya terlihat aneh, teriakannya tercerai-berai hujan. Sesaat seperti menjejak batu ubin kusam, sesaat seperti meninju dinding bata. Entah apa yang dilakukannya, terhalang oleh derasnya hujan dan mendungnya awan. Ia sedang menari dan tertawa, Calantica menjelaskan. Sudah lama benar ia menginginkan bebas dari aturan keluarganya yang mengikat. Pertama kalinya ke tempat ini ia mengeluh tentang kebangsawanan keluarganya dan berbagai kursus yang membebaninya. Pria itu terlalu menghargai orangtuanya. Ia ingin menyenangkan hati ayahnya dengan terus menempuh berpendidikan formal dan berpenampilan elegan. Jelas bukan sandingan dengan perempuan yatim-piatu yang pernah kecanduan obat. Bukan tandingan perempuan pelayan kafe di sudut kota kumuh. Selanjutnya mereka melihat seorang pria yang berdiri menghadap lampu jalan. Catcatnya telah mengelupas terbawa aliran air. Cahaya sudah lindap dari sana, meninggalkan cangkang kosong dengan bola kaca di dalamnya. Satu tangan pria itu menggenggam sebuah gambar dan diletakkannya persis di tiang lampu. Sedang satu tangannya lagi mengepal, meninju gambar itu berulang kali. Aires membisik bingung, Apa yang sedang dilakukannya? Ia hanyalah orang depresi dan menyedihkan, ujar Calantica dingin. Pria itu selalu tidak bisa menghadapi ibu mertuanya. Selalu tunduk di bawah kendali seorang nenek tua hanya karena status penganggurannya. Oleh sebab itu, setiap hari, ia membawa foto ibu dari istrinya itu untuk dihajar.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Penulis: H.Lind

42
42

42

42

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Sebentar saja hubungan mereka menjadi konsumsi publik. Tiada yang pernah tahu siapa yang pernah membocorkan kesukaan pria itu untuk berlama-lama menyantap omelet di Pentize. Selanjutnya hanya ada makian garang dan gosip sembarang. Keluarga pria itu pun tak luput untuk tahu. Mereka mengambil tindakan tegas dengan mengusirnya secara beringas. Meskipun yang ada di kota ini hanyalah tetesan air dan gemuruh petir, manusia tetap mendatangi tempat ini. Candu, bagi mereka yang terkurung ekspresinya. Kebutuhan, bagi mereka yang terkungkung oleh aturan formal. Aires mengangguk perlahan, menyetujui apa yang dikatakan Calantica barusan. Calantica menunggu. Ia ingin melihat seperti apa rupa sebenarnya dari perempuan itu. Sepanjang pengalamannya menjaga tempat ini, orang yang baru pertama kali masuk akan berubah menjadi gila, secara metafor. Menyadari bahwa dunia ini sungguh demokratiseksklusif, seorang manusia akan menampilkan watak dirinya seutuhnya. Sepenuhnya. Ia akan berjoget, menari, menangis, ataupun melakukan apapun yang tak pernah nyaman dilakukannya di dunia nyata. Calantica ingin mengetahui apa ekspresi yang pertama kali ingin disembunyikan perempuan itu. Benar saja, beberapa menit kemudian Aires langsung mengepalkan kedua tangannya. Lalu ia mengacungkannya ke atas. Mulutnya terngaga lebar, mengijinkan air masuk ke kerongkongannya. Kakinya menghentak perlahan, melompat tertahan. Perempuan itu girang. Tapi di saat bersamaan ada kerut di dahinya, taut pada alisnya, dan parut dalam senyumnya. Ekspresi campuran antara gembira dan kesedihan. Aku senang dapat menemukan tempat ini, ujar Aires, jujur. Tempat favorit mereka adalah kafe pinggiran yang buka tiap Selasa dan Jumat pagi. Menunya wafel blueberry dengan es krim satu sekop. Sepiring berdua bukan karena alasan romantis, melainkan

Cerpen
Tentang Kota Hujan dan Jembatan Pelangi

43
43

43

43
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


sesuatu yang praktis, seringkali memang tidak matematis. Akan tetapi, adakalanya, wafel itu berubah lembek akibat genangan es mencair di lubang-lubangnya. Wafel itu memang hanya dimakan ketika berdua. Dunia sempurna. Perempuan itu mendongakkan kepala, membiarkan air menyelimuti tubuhnya. Kemudian mereka diam. Membiarkan Kota Hujan mengambil alih. Mengapa hujan seperti ini tidak pernah ada di dunia tempat kami tinggal? Calantica balik bertanya, Mengapa perlu ada di tempat kalian tinggal? Karena ini sempurna! teriak Aires membendung gemerisik hujan. Semua orang perlu bersembunyi. Ekspresi tidak ada gunanya. Gestur adalah sampah. Intonasi hanyalah penghalang. Semua orang harusnya dapat mengatakan apa yang mereka ingin katakan, meskipun bohong sekalipun. Semua orang memerlukan hujan ini untuk bersembunyi. Jadi, ulang Aires dengan suara bergetar, mengapa hanya terjadi di dunia ini saja? Cukup lama suara Kota Hujan memekakkan gendang telinga Aires, sampai akhirnya ia menemukan secercah suara menyelinap ke hatinya, suara Calantica, Jembatan Pelangi. Jembatan Pelangi? Kepala Calantica seperti mengangguk. Kota ini memiliki keajaiban lain. Jembatan Pelangi. Pikiran Aires mulai menggembara. Sebuah untaian warna-warni yang terbentang di cakrawala, menerangi kota hujan yang kelam, membentuk gurat indah di lukisan semesta?

Cerpen
Penulis: H.Lind

44
44

44

44
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Atau sebuah jembatan melengkung panjang, berwarna-warni dan megah yang melintasi sungai, danau, dan laut? Lebih sederhana, Calantica mengingatkan. Sesuatu yang sungguh sederhana, tapi memiliki daya magis yang tak pernah diperkirakan. Aires mendelik bingung. Memohon jawaban dengan mengangkat pundaksesuatu yang jelas tak terlihat di Kota Hujan. Tapi Calantica hanya diam. Sesaat, Aires merasakan sang penjaga Kota Hujan sedang tersenyum kecil di bawah tudungnya. Meskipun kemudian ia menepis dugaan itu, berkata belum tentu mahluk gaib itu memiliki mulut. *** Si laki-laki bingung, mengapa ada pintu yang menghubungkan satu kamar dengan sebuah kota luas yang selalu berhujan. Belum sempat mencerna semua keanehan ini, disesalinya mengapa tidak membawa payung. Paling tidak mereka bisa berlindung di bawah plastik berangka. Si perempuan diam, seolah air adalah perekat bibirnya yang ranum. Rambutnya menyatu, membentuk sebuah ujung yang menghalangi pandangan matanya. Gelegar kilat seakan memberi semangat, kesempatan baginya untuksekali sajamenjadi kuat. Aku membencimu! Ayah sang laki-laki datang beserta istrinya. Turut dibawanya pula seorang gadis cantik sepantarannya. Kali ini mereka tidak hadir diiringi tatapan mata tajam dan gigi gemeretak. Mata mereka memelas, memohon dengan keras. Sebagian senyum tampak sebagai paksaan, sogokan agar diterima. Ke-

Cerpen
Tentang Kota Hujan dan Jembatan Pelangi

45
45

45

45
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


hadiran gadis muda itu pun hanya salah satu cara melelehkan hatinya. Mereka mencoba menyodorkan bukti nyata bahwa masih ada yang lebih baik daripadanya. Pria itu mendengar perkataan Aires. Lantang sekali menembus kepungan suara Kota Hujan. Dada pria itu mundur, tersentak. Rasanya tetesan hujan telah bertransformasi menjadi butiran es tajam yang mengoyak kemejanya. Aku membencimu! Aires mengulang. Tingkah lakumu yang kekanak-kanakan. Kedata-nganmu berulang-ulang di kafe yang mengesalkan. Segala janjimu yang memuakkan tentang kita. Aku membencimu! Laring perempuan itu tidak bisa menahan suara untuk tidak terdengar lirih. Isak itu terdengar sesak karena dipaksakan keluar. Lendir di hidung perempuan itu pun seolah mencegah perkataannya, menimbulkan getar di dalam suaranya. Tapi tentu saja, derap hujan dan gemuruh petir menyamarkan bunyi itu. Kota Hujan telah membuat suara itu datar, sesekali menggelegar. Ternyata, argumentasi menjatuhkan sudah tidak dipakai oleh orangtua pria itu. Mungkin lelah akibat kebebalan putranya yang menganggap bola kaca buram pun tetap bisa bercahaya, niscaya. Kini mereka menggunakan taktik lain: mengasihani nasib pria itu. Betapa pandangan masyarakat akan beralih miring apabila mereka bersatu. Betapa promosi pekerjaan akan berkurang apabila kabar jelek tersiar. Betapa masuk akal segala prediksi tersebut. Pria itu masih saja diam, memandangi kekasihnya yang tampak kesetanan itu tanpa lepas. Ungkapan tersambar petir sedang berlaku untuknya, walaupun memang benar-benar ada petir meski tak menyambar. Aku lelah dengan kehadiranmu. Aires mengepalkan tangan, mengusir ketegangan. Setiap hari yang kita lakukan adalah bertengkar. Mempersoalkan etis tidaknya hubungan

Cerpen
Penulis: H.Lind

46
46

46

46
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


kita. Mempertanyakan pantas tidaknya melawan amanat orang tua. Akuilah! Sudah sejak lama kau menginginkan hubungan ini putus dan berakhir saja. Aku berpikir seperti itu! Setiap hari! Perempuan itu seorang bodoh, apabila sedang berbohong. Tampangnya benar-benar seperti menyesali apa yang telah ia katakan. Gesturnya berantakanpundak terangkat, tangan terlipatjuga menyatakan benar apa yang dikatakannya tidak benar adanya. Belum lagi ditambah ekspre-sinya yang menggelikan kalau tidak bisa dibilang menyedihkan. Tetapi awan mendung dan pilar air rintik menghalangi semua gerakan dan ekspresi itu. Kota Hujan telah membuat ekspresi itu datar, menjadikan apa yang dikatakannya serasa bukan kelakar. Seorang perempuan muda lain diperkenalkan kepadanya. Muda, cantik, intelek, dan segudang kelebihan yang diperoleh dari sekali pandang. Yang lebih membuatnya rendah diri adalah sopan santun -nya. Tercermin bagaimana ia menghargai seorang perempuan kumuh yang seharusnya menjadi lawan. Pria itu masih berdiri kokoh, bagai patung. Tak bergerak, tak bersuara, tak bereaksi. Tampaknya hawa dingin kota ini telah mematikan tubuhnya, membekukan ototnya. Tinggal lihat sampai berapa lama lagi patung batu itu lapuk dan hancur sendirinya. Ingat kau saat pertama kali kita bertemu? ujar Aires membuat suaranya bergema. Kau berkata bahwa itu seperti pertemuan dengan malaikat. Sedangkan aku berkata bahwa detik itu pula mataku seperti hanya tertuju padamu. Tawa membuncah dari rongga mulut Aires. Itu bohong. Aku berkata begitu hanya untuk membuatmu menjadi pelanggan setia. Lalu uang akan menjejali sakuku. Kemudian air mani akan membasahi sepraiku. Dan... wush! Sekejap aku sudah menjadi istri orang kaya.

Cerpen
Tentang Kota Hujan dan Jembatan Pelangi

47
47

47

47
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Ada air encer yang menyembul dari ujung mata sebelum akhirnya mengalir bebas ke pipi. Hanya ada kesedihan yang terpancar dari wajahnya, sakit yang terasa ketika mengetahui segala yang dilakukannya turut menyakiti hati kekasihnya. Akan tetapi, buliran air hujan menyarukan air yang menempel di wajahnya. Kota Hujan telah membuat muka itu datar, pandangan mata menjadi nanar. Sebelum berpisah, diberikan padanya satu kalimat ampuh. Mengalahkan segala tekadnya. Mema -tikan semua hasratnya. Kalimat itu adalah, Demi kebaikannya... Dua penggal kata saja sanggup mem-buatnya menyerah, mengakui apa yang dinubuatkan orang tua selalu benar untuk anaknya. Apalagi dalam kasus ini. Ia bertekuk lutut. Saat itu, keinginannya satu: membuat pria itu berpaling darinya. Pria itu termenung. Ekspresinya pun tertutup oleh Kota Hujan. Aires berteriak sambil terus terisak, Aku membencimu! Sangat membencimu! Hening antara mereka. Sekeliling masih dipenuhi hujan. Pergi kau dari kehidupanku! Menghilanglah! Bentaknya, putus asa. Pria itu mendekatinya. Menghilangkan jarak antara mereka, meski hujan tetap menyelingi. Pergi! Kali ini tenaganya keluar habis. Aires sudah tidak peduli. Tetapi, Aires tidak pernah menduga momen selanjutnya. Sesaat kehangatan melingkupinya. Rasa nyaman membayanginya. Pria itu sedang memeluknya.

Cerpen
Penulis: H.Lind

48
48

48

48
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Aku mengerti, bisik pria itu di telinga Aires. Aires berusaha berontak, heran dengan apa yang terjadi. Lepaskan! Sudah kubilang aku tak pernah menyukaimu. Dekapan pria itu makin kuat. Aku paham. Perempuan itu masih mencoba berontak dan menyembunyikan tangisan dengan menggeleng-gelengkan kepala. Tapi jangan pernah kaulakukan apapun demi kebaikanku,desir pria, jelas dan jernih. Karena kebaikanku itu berarti kamu. Perempuan dalam dekapan itu tidak mengerti. Bukankah hujan telah membinasakan segala ekspresinya, meniadakan segala gesturnya, membasahi setiap tetes air matanya? Mengapa pria itu tak terpengaruh. Tiba-tiba pikiran perempuan itu tersadar. Kini ia paham sepenuhnya. Di dunia ini ada satu keajaiban. Ia tidak berbentuk, tidak berwujud. Ia hanyalah semburat tanpa warna yang memancar dari hati seseorang. Daya kekuatannya satu: menghubungkan perasaan seseorang dengan orang lain. Ia mengkomunikasikan apa yang tidak terlihat dan menggambarkan apa yang tersembunyi. Jembatan Pelangi.

Cerpen
Tentang Kota Hujan dan Jembatan Pelangi

49
49

49

49
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Pengetahuan dan Kreativitas


Kemarin kita sudah membahas tentang bagaimana huruf P yaitu Pengetahuan atau Pengalaman akan berguna dalam cerita. Ternyata huruf P tersebut juga memiliki hubungan dengan kreati-vitas. Ingin tahu? Sebelum kita melanjutkan, ada baiknya kita spesifikkan kata kreativitas ini. Menurut KBBI, kreativitas berarti 1) kemampuan untuk mencipta; daya cipta; atau 2) perihal berkreasi; kekreatifan. Nah, mari kita khususkan pada arti yang pertama. Kemampuan untuk mencipta... hmmm... apa kalian sebagai penulis sudah memiliki kreativitas? Ya, pastinya! Karena kalian memiliki kemampuan untuk mencipta tulisan. Dan tak hanya penulis, setiap manusia memilikinya. Nah, sekarang apa hubungannya dengan kreativitas? Secara mudahnya, memiliki banyak pengetahuan berarti memiliki sumur-sumur kreativitas. Simpel saja, disaat ia ingin membuat sesuatu maka ia hanya tinggal mencari bahanya di sumur yang dimilikinya. Tanpa biaya. Sama seperti menyimpan sesuatu bukan? Ya, itulah yang kami maksud. Bayangkan bila kamu sedang terluka dan butuh perban. Ternyata kamu tidak menemukannya di rumah. Maka yang akan kamu lakukan pastilah pergi ke toko obat bukan? Oh, ternyata tidak! Kamu sadar bahwa air ludah bisa menjadi antiseptik alami. Untuk apa pergi ke toko? Apa ilustrasi di atas cukup? Hipotesisnya mudah bukan? Lalu mengapa tidak semua orang bisa kreatif? Jawaban atas hal tersebut bisa banyak. Misalnya, kita bisa menjawab karena ada tiap orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda.

Serba-Serbi SerbaAksara

50
50

50

50

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Pengetahuan dan Kreativitas

Gambar diambil dari: http://www.whatmakesthemclick.net/wp-content/uploads/2011/02/creativitymatrix.jpg

Tapi itu hanyalah salah satu jawaban. Memancing daya cipta menurut penulis tidak akan jauh-jauh dari pengalaman dan pengetahuan. Nah, jawaban akhirnya akan menjadi APA SIH YANG INGIN KITA TAHU? Hampir semua orang-orang kreatif selalu banyak ingin tahu atau ingin merasakan sesuatu dari hal yang mereka sukai. Coba kalian tengok orang-orang yang jatuh cinta. Ya, mereka terlihat bodoh di mata kita. Tapi lihat aksi mereka! Mereka bisa memesan stadium khusus untuk menyatakan rasa cinta atau bahkan meminta dukungan sejuta mawar hanya

51
51

51

51

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


agar diterima cintanya. Bukankah pikiran tersebut didatangkan dari apa yang ingin mereka tahu dari orang yang mereka cintai? Salah satu tips yang bisa penulis ajukan adalah dengan mulai bertanya. Apa ini? mengapa begini? Kapan harus begini? Kok harus itu? Siapa ini? Siapa pelakunya? Ingatlah 5W + 1H ( what, who, when, where, why + how). Carilah pertanyaan yang memancing ketertarikan. Secara naluriah, manusia pasti berusaha mencari jawaban atas sebuah masalah. Bila kamu tidak tertarik dengan siapa, gantilah dengan dimana, bila tak suka dengan apa, mengapa tak mencoba kapan? Semakin banyak jawaban yang kalian temukan, semakin mudah otak kalian menggali pemecahan masalah. Maka perbanyaklah tambahan ilmu dah pengalaman. Perluaslah pengetahuan dan pengalaman. Jadikan segala sesuatu sebagai inspirasi dan asahlah dengan rutinitas tersebut. [.Re]

Serba-Serbi SerbaAksara

52
52

52

52
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Culinary Challenge : Coklat Diet


Penulis: jayhawkerz Baiklah, ini saat yang tepat untuk melihat berapa berat badanku sekarang, gumam Beth pada dirinya sendiri. Sambil menutup mata, Beth mulai menaiki timbangan konvensional. APAAAAA?! MASIH DI ATAS SERATUS KILOGRAAAAAAAAM?! TIDAAAAAAAAAK!!! Beth berteriak dan teriakannya itu membahana di seluruh rumah. Tanpa sadar dia pun telah membangunkan semua penghuni rumah. Ibu dan Ayah Beth yang juga memiliki berat badan hampir seratus lima puluh kilo, menghampiri Beth dan berkata, Beth, kamu kenapa? Kok teriak-teriak, sih?! Masih pagi juga. Diet sialan! Berat badan Beth belum berkurang secara signifikan, Ma, Pa. Masih stuck di seratus lima kilogram! kata Beth sambil terisak dan mulailah pagi itu Mama juga pembantu di keluarga Beth mau tidak mau menyiapkan makanan ekstra untuk meredakan kesedihan Beth. Beth adalah anak satu-satunya dari Bapak Kristanto. Hal itu membuat Beth bisa mendapatkan apa saja yang dia mau. Terlebih lagi, ayah Beth yang merupakan pengusaha terkenal di kotanya, bisa membeli apa saja yang Beth minta. Gara-gara itulah, Beth jadi sangat manja dan badannya gemuk seperti sekarang ini.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Penulis: jayhawkerz

53
53

53

53

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Beth masih menangis sesenggukan di ruang makan karena mengetahui kalau berat badannya masih sama seperti biasa, belum juga turun. Padahal, semua kegiatan diet mahal dengan berbagai macam obat herbal, sayuran, permen diet, sampai obat kimiawi sudah dicoba. Satu hal yang Beth tidak ingin adalah sedot lemak. Itu bisa membuat kulitnya tidak kencang lagi dan dia tidak akan cantik lagi. Beth sebenarnya cantik, hanya saja, kurang bersyukur. Badannya yang gemuk sebenarnya tidak terlalu buruk. Hanya saja, Beth ingin terlihat sempurna sebagai orang yang terpandang. Ingin dipandang sempurna sebagai putri satu-satunya Bapak Kristanto. Non, makan dong, Non. Nanti kurus, deh, kata salah satu pembantu Beth pada Beth yang sejak insiden berat-badan-belum-turun tadi mengurung diri di dalam kamar. Nggak mau, ah! Beth pokoknya pengen kurus!! Peduli amat nggak makan seminggu juga! teriak Beth dari dalam kamar dan membuat pembantunya itu menggelengkan kepalanya karena sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk memohon agar Beth mau makan. Ya begitulah, keinginan Beth memang sangat kuat kalau sudah urusan fisik. Dia sudah tidak bisa diganggu gugat lagi kalau menginginkan sesuatu. Keinginannya harus tercapai, kalau kehidupan di rumah Beth ingin tetap damai dan tentram. *** Kamu lagi buat apa, Bim? Kelihatannya enak ya? tanya seorang Ibu yang belum begitu tua pada seorang lelaki seumuran Beth. Ini coklat, Bu. Buat dijual ke orang-orang kaya di sekolah Bimbim, kata lelaki itu. Oh begitu. Uang jualannya mau buat apa, Bim? tanya Ibu itu lagi.

Cerpen
Coklat Diet

54
54

54

54
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Lelaki yang bernama Bimbim itu, menghentikan kegiatan menuangkan coklat cair ke cetakan kecil dan menatap dalam pada Ibunya dan berkata, Buat bantu-bantu Ibu sama buat Lissa sekolah. Mulia sekali kamu, Nak. Ibu doakan supaya lancar ya jualannya, biar bisa bantu Ibu dan sekolah Lissa, kata ibunya sambil menitikkan air mata sejalan dengan tetesan keringat dari dahi Bimbim yang menetes karena terkena uap dari panci. Sekitar setengah jam pengadukan dan penuangan ke dalam cetakan coklat, coklat buatan Bimbim siap untuk didinginkan. Coklat-coklat dengan berbagai bentuk dan rasa itu akhirnya siap untuk dijual di dalam boks-boks kreasi Bimbim sendiri. Keesokan harinya, Bimbim sudah siap untuk berjualan di sekolahnya. Meskipun dia belajar di sekolah internasional karena beasiswa, dia tidak malu untuk tetap belajar sambil berjualan di sana. Selain menjaga kantin sekolah dan menjadi petugas perpustakaan, Bimbim juga sering menitipkan barang dagangannya di kantin. Dan sekarang, dia akan mencoba berjualan coklat kreasinya. *** Bel istirahat sudah berbunyi dan Beth tidak pergi ke kantin seperti biasanya. Kalau sudah masuk jam istirahat, dia pasti sudah membeli bakso, mie ayam, dan es kelapa. Tapi, kali ini Beth diam di kelas. Kepalanya tertunduk di meja dan hanya ada satu botol air minum di mejanya, tanpa makan siang seperti biasanya. Bimbim menghampiri Beth dan mulai membangunkannya, Beth? Beth, tidur lu? Tumben nggak makan siang. Mending lu beli aja coklat gue, nih! Bimbim lalu menyodorkan satu kotak kecil coklat kreasinya itu. Di luar kotak itu tertulis, Hazelnut and Orange. Beth bangun dengan malas dan matanya memicing sedikit pada kotak coklat itu. Choco Bimbim? Jelek amat namanya! Gue tebak yah, pasti rasanya juga nggak karuan! pekik Beth pada Bimbim dan mengenyahkan coklat itu dari hadapannya. Beth

Cerpen
Penulis: jayhawkerz

55
55

55

55

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


sebenarnya tergoda, tapi dia harus menahan godaan itu karena teringat akan program dietnya. Lu nggak mau beli? Hmm. Padahal, ini kan coklat murah. Udah gue desain buat diet juga bahan-bahannya. Rendah gula kok, Beth! kata Bimbim sambil terus mempromosikan coklat pada Beth. Beth yang mendengar kata coklat, murah, diet, dan rendah gula, jadi tertarik untuk membeli coklat itu. Akhirnya, dia membeli satu kotak coklat untuk percobaan. Setelah memakan satu buah coklat, Beth merasakan sesuatu yang lain dari coklat itu. Sesuatu itu membuat perutnya mulas. Rasanya memang enak di lidah, tapi coklat itu sekaligus membuat dirinya ingin segera ke kamar mandi. Beth pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru. Sementara itu, Bimbim yang sudah mengantongi pendapatan dan mendapatkan sasaran penjualan utama, mulai menyusun rencana. Dia kumpulkan teman-teman yang senasib dengannya di sekolah itu dan mulai melancarkan rencananya saat Beth kembali dari kamar mandi. Bim! Coklat lu enak! Tapi, lu mau ngeracunin gue pake bahan coklat apaan sih? Ini broklat ya? tanya Beth sambil marah-marah kepada Bimbim. Sebelum Bimbim membalas perkataan Beth, teman Bimbim sudah lebih dulu berkata, Beth, lu kurusan ya sekarang! Wah, nggak nyangka tuh coklat diet bikinan Bimbim bisa langsung bereaksi! Bimbim kan emang calon ilmuwan, jadi ngerti dia soal diet-dietan! Beth menatap teman Bimbim setengah tidak percaya lantas berkata, Yang bener lu, Gun? Gue kurusan, emang? Wah iya juga. Badan gue jadi lebih enteng.

Cerpen
Coklat Diet

56
56

56

56
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Beth lalu melihat badannya dan masih terkesima dengan perkataan teman Bimbim. Sementara itu, Bimbim dan temannya hanya tertawa kecil saja. Beth mulai menemukan semangat baru. Dia jadi lebih rajin membeli coklat Bimbim setiap istirahat tanpa takut gemuk lagi. *** Hari Minggu yang cerah membuat Beth semangat bangun pagi. Dirinya yang terikat janji diet untuk membiasakan diri lari pagi. Beth sebenarnya tidak suka lari pagi karena dirinya lebih senang menghabiskan waktu untuk tidur sampai siang kalau hari Minggu. Lagi pula, berlari dengan jaket tebal dan celana tebal alih-alih membakar lemak, membuat dirinya terlihat seperti orang bodoh yang kedinginan di siang hari yang sangat terik. Ya begitulah kecantikan fisik membutakan Beth. Beth! Woi, Beth! Beli dulu, dong! teriak Bimbim yang sedang duduk di pinggiran kolam air mancur dekat kompleks perumahan Beth. Bimbim saat itu sedang menghitung pemasukan sambil beristirahat dari kegiatan berjualan yang biasa dia lakukan di hari Minggu. Eh Bim. Lagi ngapain lu? Beli apaan? tanya Beth sambil berlari kecil menghampiri Bimbim. Biasa Beth, gue kan jualan mulu buat bayar buku di sekolahan. Eh, ini coklat diet lagi. Rasa yoghurt buat nyuci perut lu, kata Bimbim sambil terkekeh dan melempar satu kotak coklat pada Beth. Beth dengan senang menangkap coklat itu dan melemparkan sejumlah uang pada Bimbim. Dengan senang pula Bimbim menerimanya. Ternyata, orang kaya itu gampang banget dicuci otaknya, gumam Bimbim dalam hati.

Cerpen
Penulis: jayhawkerz

57
57

57

57
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Beth yang mulai memakan coklat itu satu per satu, mulai tidak enak perut. Dengan cepat, Beth berlari ke rumahnya. Sudah tidak dia hiraukan lagi rasa lelahnya. Yang ditujunya kini hanya rumah dan toilet. Setelah Beth sampai di toilet, perut Beth sudah terkuras. Dia mulai merasakan lapar. Dia baru ingat bahwa sejak dia mulai demonstrasi dan mogok makan dua hari yang lalu, dia benar-benar belum makan nasi sekalipun. Akhirnya, sekitar pukul tiga sore, Beth mulai makan nasi lagi. Orang tua dan pembantu-pembantu Beth merasa senang karena Beth sudah mau makan lagi. *** Begitulah Bimbim mengubah pola pikir para orang kaya. Tidak pernah ada yang namanya coklat diet. Semua itu hanya akal-akalan Bimbim dan semua perkataan tentang Beth kurusan ya sekarang! hanyalah basa-basi Bimbim dan teman-temannya dalam rencananya sendiri. Bimbim meraup untung yang tidak sedikit dan Beth telah berubah pola pikirnya. Dirinya tidak lagi mengikuti kegiatan diet yang terlampau berat dan menguras biaya. Beth sekarang sudah lebih rajin olahraga dan makan makanan berserat. Coklat baginya hanya sekedar pelengkap saja sekarang. Beth masih rajin membeli coklat Bimbim untuk sekedar membantunya ingat akan makan sehat. Bimbim malah melihat perubahan Beth yang sangat drastis. Setiap Minggu pagi, Bimbim masih bisa melihat Beth yang lari pagi sudah tidak dengan celana training dan jaket tebal. Beth kadang mulai menggunakan legging dan kaos oblong yang tidak begitu besar. Sudah dua bulan sejak Beth berlangganan coklat Bimbim dan dirinya bahkan tidak tahu kalau sudah ditipu dengan alih-alih coklat diet itu. Tapi, itu semua sudah bukan masalah lagi. Toh sekarang dirinya sudah bisa menikmati coklat tanpa takut gemuk. Sudah tidak ada lagi program diet ketat karena berat badan Beth sekarang sudah tidak sampai enam puluh kilo.

Cerpen
Coklat Diet

58
58

58

58
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Beth sekarang cantikan ya! teriak Bimbim ketika melihat Beth berlari mengitari taman. Beth menghentikan larinya dan menghampiri Bimbim lalu berkata, Jagoan ngerayu ya lu! Mau jualan apa lagi sekarang? Hehe. Bimbim hanya tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya. Dia pun mengeluarkan sesuatu dari ranselnya dan berkata, Mau jual bedak, Beth! Biar lu lebih cantik lagi. Beth tersenyum dan melenggang pergi. Dirinya berlari dengan percaya diri. Sudah tidak perlu diet ketat atau hal lainnya. Beth hanya perlu jadi dirinya sendiri.

Cerpen
Penulis: jayhawkerz

59
59

59

59
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7


Penulis: anggra_t HATCHIM! Eik mengusap hidungnya yang beringus dengan jubah coklat lusuhnya. Semakin mereka mendekati Pegunungan Saxea, semakin sering ia bersin. Kalau saja bukan demi menemukan Le Chteau de Phantasm, ia pasti tidak akan mau menuruti saran kakek tua penjaga perpustakaan itu. Ke Hutan Seribu Pinus? Eik teringat kakek itu menyebutnya. Ia tidak pernah mendengar tentang tempat itu. Maklum, karena asalnya dari Atalia, sebuah desa dalam wilayah Kazandria, daerah padang pasir di sebelah barat Hyrapter. Ia pun tidak pernah berpergian sampai sejauh sekarang. Ya, jawab si Kakek mantap saat itu. Carilah Roh Bijaksana penunggu tempat itu. Ia dapat memberitahu apa pun yang kautanyakan. Dia tahu letak Le Chteau de Phantasm? Yup. Keberadaan Wendy dan Sion?

Cerpen
Penulis: anggra_t

60
60

60

60

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Baru diingat Eik sekarang. Si kakek memang sempat terdiam sejenak sebelum menjawab dengan nada yang tak seyakin sebelumnya. Keberadaan Wendy dan Sion juga. Rasa gatal kembali menyerang Eik. HATCHIM! Ia hendak menyekanya dengan jubah lusuhnya, tetapi karena jubah itu sudah penuh dengan lendirnya, sebuah pohon terdekat menjadi korban Eik selanjutnya. Bagaimana mungkin manusia sejorok kau bisa hidup? gerutu Edgar yang sengaja berjalan agak jauh darinya. Kata-kata itu sebenarnya hanya berupa gumaman, tetapi cukup keras untuk ditangkap telinga Eik. Ini kan gara-gara kau. Eik bersin lagi. Sudah tahu pengendali api tidak tahan dingin, kau malah bersikeras melewati gunung jelek ini. Ini satu-satunya jalan yang masuk akal untuk mencapai Hutan Seribu Pinus. Justru ini jalan yang tidak masuk akal! sanggah Eik sembari kembali bersin. Kita bisa ke selatan, numpang lewat Set, lalu memasuki Hutan Seribu Pinus dari sisi timurnya. SelesaiHATCHIM!semua senang. Aku tidak berniat menghadapi tentara-tentara rendahan penjaga Set yang sudah pasti akan keberatan kita numpang lewat teritori mereka. Edgar membelai rambut hitamnya dengan gaya angkuh. Pertarungan membuatku tidak cantik. Aku bisa menghadapi mereka semua dengan apiku! seru Eik memamerkan kekuatan apinya ke udara. Tetapi, desiran angin gunung yang agak kencang membelokkan arah api itu ke belakangnya, menuju Edgar dan. Ups, maaf. Eik menyengir geli melihat ada bagian kecil rambut Edgar yang hangus.

Cerpen
Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7

61
61

61

61
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Butuh beberapa saat untuk Edgar menyadari apa yang terjadi. Saat kesadaran itu menghampirinya, aura kegelapan berpendar di sekeliling pemuda cantik itu, membuat Eik mendadak ngeri. Terdengar suara benda keras menghantam sesuatu dan sinar dari kejauhan, disusul teriakan menyakitkan yang membahana. *** Pilek Eik semakin parah. Udara pegunungan yang jelas semakin tinggi semakin dingin, menyiksanya habis-habisan. Ia sudah mencoba membuat dirinya hangat dengan selubung api di sekelilingnya, tetapi sihir itu tidak bertahan lama karena suasana dingin membuatnya cepat kehabisan tenaga. Sebelum bertemu dengan hantu itu, bisa-bisa aku sudah jadi hantu duluan. Gumamannya diakhiri dengan bersin. Wajah Eik sudah merah karena keseringan bersin. Tubuhnya diselubungi dengan mantel bulu Edgar, yang kasihan pada penderitaan Eik dan akhirnya merelakan salah satu mantel bulunya dikenakan pemuda jorok itu. Tentu saja, tanpa sepengetahuan Eik, diam-diam Edgar bertekad akan mencuci mantel itu ke laundry terbaik dan termahal bila mereka singgah di kota. Kau sudah seperti hantu, sahut Edgar sambil melempar sebuah ranting kayu lagi di api unggun. Saat ia hendak mengambil ranting kayu lagi, ia hanya menyentuh tanah kosong. Edgar pun menoleh bingung. Sepengetahuannya, masih ada setumpuk ranting kayu di sebelahnya. Ada apa? tanya Eik, nampaknya menyadari kebingungan Edgar. Ranting-ranting yang kukumpulkan dengan mempertaruhkan keanggunanku, mana?!

Cerpen
Penulis: anggra_t

62
62

62

62
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Eik berusaha menahan diri untuk tidak menanggapi kata-kata narsis Edgar. Malas berdebat dengan hidung mampat begini. Mana kutahu? Edgar tidak menyahut. Ia menyadari ada sesuatu yang melingkar-lingkar kecil berwarna cokelat muda di tanah bebatuan pegunungan tempat mereka berpijak. Begitu ia menyipitkan matanya untuk memperjelas dan mengulurkan tangannya menyentuh sesuatu itu, ia berujar heran. Pasir hisap? Hmm? Ada pasir hisap! Tapi kok. Edgar membelalak. Tiba-tiba teringat sesuatu yang pernah dibacanya di buku. Ia menoleh pada Eik. Sanduk! Hah? Sanduk! ulang Edgar kesal. Kau dari Kazandria, kan? Masa tidak tahu sanduk?! Iya, aku tahu sanduk. Monster berupa pasir hisap. Kenapa? Tak mungkin kau menemukan sanduk di sini, kan? Eik langsung diam melihat apa yang ditunjuk oleh telunjuk Edgar. Ia berdiri dan mendekat untuk melihat lebih jelas. Tak lama matanya pun ikut membesar. Itu sanduk!! Bagaimana bisa dia sampai kemari? Sudah kubilang dari tadi! geram Edgar. Habitat sanduk yang sebenarnya adalah pasir, tempat ia menyembunyikan dirinya dari ancaman dan mencari makan, karena wujudnya yang berbentuk pasir hidup. Seperti halnya pasir hisap, menghisap segala yang ada di sekitarnya, sehingga sangat sulit membedakan yang mana sanduk dan pasir hisap sungguhan. Keduanya sama-sama mengancam nyawa siapa pun yang berada di dekat mereka. Tapi itu bila kita bicara mengenai sanduk dewasa yang ukurannya lima kali lipat orang dewasa. Yang ada di hadapan Eik dan Edgar adalah sanduk yang masih kecil. Ukurannya
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7

63
63

63

63

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


hanya sebesar kepalan tangan mereka dan tidak mungkin dapat menelan apa pun yang lebih besar darinya. Alih-alih takut, yang dirasakan Eik malah kasihan melihat seekor sanduk kecil malang yang tersesat jauh dari rumahnya. Tiba-tiba Eik mendapat ide. Saat ia menoleh pada Edgar untuk memberitahu idenya, ia terkejut melihat summoning scholar itu sedang merapal mantra. Hei! Hei! Mau apa kau?! Memusnahkannya dengan bantuan Posseidon tentu saja, sahut Edgar dengan nada merendahkan seakan-akan Eik manusia idiot. Sanduk tidak tahan sihir air. Jangan! Dia hanya sanduk kecil malang yang tersesat. Eik bersin lagi. Ini bisa jadi pemecahan masalahku. Hah? *** Edgar mengerang merana memikirkan berapa ongkos yang harus dihabiskannya untuk mencuci mantel bulunya yang dipinjamkannya pada Eik. Seharusnya ia membiarkan pemuda jorok itu mati kedinginan sekalian! Benar-benar tidak tahu terima kasih! Pemuda itu menggunakan sanduk sialan itu untuk menyelubungi tubuhnya yang dingin dengan kehangatan. Sanduk kan memiliki panas tubuh yang hampir setara dengan elemen api. Dan kemampuan menghisapnya, bisa menghisap seluruh lendir dalam hidungku, ujar Eik riang. Sementara sanduk itu melingkar-lingkarkan pasirnya gembira di sekeliling Eik. Nampaknya makhluk itu menyukainya. Edgar mengernyit mendengar kalimat terakhir Eik. Ingin muntah rasanya. Yah, sebenarnya ia tidak keberatan makhluk itu menghangatkan Eik, tetapi yang menjadi masalahnya adalah mantel bulunya dipakai sebagai perisai Eik. Mencegah makhluk itu
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Penulis: anggra_t

64
64

64

64

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


bersentuhan langsung dengan tubuh Eik. Untuk jaga-jaga jangan sampai si Sanduk menghisap tubuhnya, katanya. Seharusnya sekalian saja sanduk itu menelannya hidup-hidup! Jangan jadikan mantel malangnya sebagai tumbal! Ia tak sanggup lagi melihat penderitaan mantel bulu malangnya. Dialihkannya pandangan ke pemandangan di hadapannya. Hutan Seribu Pinus sudah nampak dalam jarak pandangnya. Satu-satunya penghiburannya. Daerah hutan pasti tak sedingin gunung. Eik mungkin akan melepaskan mantel bulunya dari penderitaannya. *** Hutan Seribu Pinus sama saja dengan hutan-hutan lainnya. Pohon-pohon pinus yang berbatang kurus tinggi memenuhi daerah itu. Jarak-jarak mereka yang tak terlalu jauh menyamarkan apa yang ada di penghujung hutan. Ditambah hari menjelang sore dan rimbunan dedaunan pinus bagaikan tudung penutup dari cahaya mentari membuat sekeliling mereka agak gelap. Suasana yang cocok sebagai tempat tinggal roh yang telah hidup selama ratusan tahun, Eik setuju. Bersama Sandinama si Sanduk yang baru saja diberinyadi pundaknya dan Edgar di belakangnya yang memanggul tas dan karung berisi mantel bulu yang dipinjam Eik selama di gunung, ia memberanikan diri melangkahkan kaki memasuki hutan itu. Walaupun penampilan hutan itu seperti hutan biasa, namun perasaan dingin yang dirasakan Eik membuatnya merasa hutan ini jelas berbeda dari hutan biasa. Baru mereka melakukan beberapa langkah perlahan, terdengar suara yang entah dari mana asalnya, Siapa kalian? Rombongan itu melonjak terkejut. Sementara Sandi bersembunyi di balik jubah Eik. Siapa kau?! seru Eik. Tubuhnya bersiap dalam kuda-kuda. Perlihatkan dirimu!

Cerpen
Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7

65
65

65

65
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Hei! Aku yang bertanya duluan! Dasar manusia tidak sopan! bentak suara itu. Eik dan Edgar saling berpandangan sejenak. Edgar yang akhirnya membuka suara. Maafkan ketidaksopanan manusia hina yang satu ini, Tuan, ucap Edgar sopan, diselingi seruan protes dari Eik. Namaku Edgar Maxwell dan ini Eik Moonfang. Kami pengembara yang sengaja datang ke tempat ini demi bertemu dengan Roh Bijaksana yang dapat memberi kami petunjuk akan perjala-nan kami, sekaligus menemukan dua kawan kami yang hilang. Tiba-tiba semilir angin berputar di sekeliling mereka, lalu melayangkan dedaunan kering di bawah kaki mereka ke udara. Sosok tembus pandang seorang pria berkumis dan berjanggut tipis muncul di tempat dedaunan tadi berputar-putar. Hmm ... kalian ingin bertemu Roh Bijaksana? Roh itu lalu menyadari kedua pengembara di hadapannya yang sedang menatapnya dengan tatapan takjub. Baru pertama kali melihat roh, ya? Eik mengangguk, sementara Edgar berkata bahwa dirinya biasa hanya melihat dewadewi yang biasa dapat dipanggilnya melalui summoning dan mereka jelas tidak tembus pandang. Roh itu tertawa. Kalian lucu. Baiklah. Panggil saja aku Lon. Aku adalah salah satu roh yang tinggal di sini. Salah satu roh? tanya Eik heran. Jadi, masih ada lagi? Lon mengangguk. Begitulah. Selain aku, masih ada tiga lain. Tiga roh pelayan dan tentu saja ada Roh Bijaksana. Apa kau akan mengantar kami pada Roh Bijaksana? tanya Edgar. Tentu saja. Tapi ada syarat yang harus kalian penuhi.

Cerpen
Penulis: anggra_t

66
66

66

66

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Apa itu? Lon tidak menjawab. Sekeliling mereka tiba-tiba berubah. Mereka berada di tengahtengah hutan dalam kegelapan. Di hadapan mereka nampak sebuah pondok kecil yang berdiri di tengah-tengah kolam kecil. Berkas-berkas cahaya dari jendelanya yang menerangi kegelapan itu. Yang selanjutnya terjadi mengejutkan Eik setengah mati. Berkas-berkas cahaya dari jendela, tiba-tiba membentuk gumpalan bola-bola cahaya. Tiga bola tepatnya. Dan berkas cahaya itu berterbangan dan singgah di depan rumah itu. Perlahan-lahan mereka membesar membentuk sosok, lalu mengerjap hilang. Nampaklah tiga sosok tembus pandang baru di sana. Eik berusaha menyipitkan mata, memperjelas penglihatannya. Kegelapan membuat mereka agak sulit dikenali. Sosok pemuda berwajah murung, seorang gadis kecil bermata tajam dan seekor anak serigala putih. Perkenalkan, ujar Lon tersenyum simpul. Memperkenalkan mereka berurut dari si Pemuda, gadis kecil, dan anak serigala putih. Ini Cyant, Nanami, dan Felix. Mereka semua, termasuk juga aku, ada di tempat ini karena penyesalan yang kami rasakan semasa kami hidup. Karena itulah kami semua terikat antara ruang dan waktu di tempat ini. Ada empat roh, ujar Edgar heran. Bukankah tadi kau bilang hanya ada tiga roh pelayan dan satu roh bijaksana? Kau jeli juga rupanya, Pengembara Edgar, puji Lon. Ini syarat yang harus kalian penuhi untuk mendapatkan pengetahuan yang kalian cari. Tebaklah, siapa di antara kami yang adalah sang Roh Bijaksana!

Cerpen
Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7

67
67

67

67
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Eik melongo, sementara Edgar membelalakan matanya. Apa yang akan terjadi bila kami gagal? Lon tersenyum misterius. Kalian akan melupakan segalanya mengenai kami maupun hutan ini. *** Apa yang harus kita lakukan, Edgar? Eik menghela nafas, entah sudah keberapa kalinya. Bagaimana kita bisa tahu, siapa di antara mereka si Roh Bijaksana itu? Mereka sedang berdiskusi sementara diawasi keempat roh yang berbaris rapi di depan pondok itu. Edgar tak menjawab. Ia sedang memutar otak. Berpikir keras. Membuka lembarlembar kamus imajiner dalam kepalanya mencari pengetahuan dari buku-buku yang pernah dibacanya selama ini. Tetapi nihil. Entahlah, katanya putus asa. Tak ada satu pun petunjuk mengenai roh ini pernah kutemukan dalam buku-buku yang kubaca. Kalau kau tidak tahu, apalagi aku, sahut Eik menghela nafas lagi. Beberapa saat mereka terdiam. Apa mungkin ada hubungannya dengan penyesalan mereka? cetus Eik tiba-tiba. Edgar seperti mendapatkan titik terang. Tumben kau pintar. Boleh kita coba tanyakan. Pertanyaan bagus, ujar Lon tiba-tiba. Sepertinya mendengar bisik-bisik mereka. Dengan gaya seperti memperkenalkan tadi, ia berkata, Penyesalan Cyant, karena ia tidak bisa menyelamatkan seluruh desanya yang hancur. Roh yang bernama Cyant itu tak bereaksi sedikit pun ketika Lon menyebutkan penyesalannya. Penyesalan Nanami, karena tidak bisa menyelamatkan jiwa majikannya. Roh gadis kecil itu berlagak tegar, tetapi Eik dapat melihat air mata menitik di salah satu pipinya.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Penulis: anggra_t

68
68

68

68

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Sementara Felix, kehilangan sahabatnya. Roh anak serigala itu mengaum sedih. Lalu, penyesalanmu? Lon mendesah sedih. Aku tidak bisa menyelamatkan nyawa wanita yang kucintai. Kesedihan terasa kentara di penjuru hutan yang gelap itu. Baik Eik maupun Edgar merasa sedikit bersalah karena menanyakan hal sensitif itu. Jangan merasa bersalah, Pengembara, Entah bagaimana, Lon dapat mengetahui apa yang dirasakan keduanya. Membuat kesalahan adalah bagian dari hidup. Sebuah perjalanan untuk mencapai kebijaksanaan sejati. Seketika Eik menyadari wajah Edgar menjadi cerah seperti biasanya bila ia mendapatkan suatu jawaban. Benar saja. Aku tahu siapa di antara kalian yang adalah sang Roh Bijaksana, ucap si Pemuda Cantik itu mantap. Gaya angkuhnya yang biasa mulai tampil. Pasti Lon, pikir Eik yakin. Tak mungkin Cyant yang pemurung, atau Nanami dan Felix yang kelihatan lemah. Satu-satunya yang nampak tegar adalah Lon. Kalian semua adalah sang Roh Bijaksana. APA?! Eik membelalak terkejut. Seperti katamu, kesalahan adalah bagian dalam jalan menuju kebijaksanaan. Kalian semua telah melakukan kesalahan dan sudah hidup ratusan tahun mempelajari kesalahan itu. Walaupun mungkin reaksi kalian terhadap kesalahan kalian berbeda-beda, tetapi ada satu hal sama yang kalian dapatkan....

Cerpen
Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7

69
69

69

69
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Kebijaksanaan, serempak keempat roh itu menjawab. Tak seperti sebelumnya, seulas senyum menghiasi wajah mereka semua. Wajah Edgar pun penuh dengan senyuman kemenangan. Aku juga bisa menebak apakah tiga roh pelayan yang kau maksudkan, Lon. Kedua tangannya melayang anggun ke bawah. Tanah. Lalu mengarah pada kolam kecil itu, Air. Terakhir ke atas, Udara. Tiga unsur penting penuntun kehidupan, menurut catatan Guru Besar Flik Morales, lanjut Edgar lagi. Apa aku benar? Tiba-tiba pintu pondok itu terbuka dan muncul sinar terang menyilaukan dari sana yang memaksa Edgar dan Eik menutup mata. Beberapa saat kemudian, akhirnya mereka memberanikan diri membuka mata dan menemukan diri mereka di sebuah ruangan serba putih. Di mana kita? tanya Eik melihat sekelilingnya. Tidak ada jalan keluar. Seakan mereka terperangkap dalam dunia lain. Namun, Eik sama sekali tidak merasa takut. Sensasi dingin yang dirasakannya dalam hutan itu memang masih ada, tetapi kali ini ia merasakan adanya kelembutan yang terpancar. Tempat ini sama sekali tidak jahat. Dunia kekosongan, sahut Edgar di sebelahnya. Bisa dibilang, dunia antara dunia nyata dan roh. Benar sekali, wahai Pengembara Yang Pandai. Sinar berbentuk bola cahaya muncul di hadapan mereka. Wujud asli Roh Bijaksana. Kami harus memanggilmu apa kali ini? goda Eik. Lon-kah? Atau Cyant? Roh Bijaksana tertawa. Kau boleh memanggil kami apa saja. Baiklah. Kami tidak akan membuang waktu lagi. Inilah jawaban dari pertanyaan yang ingin kalian tanyakan, wahai Pengembara.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Cerpen
Penulis: anggra_t

70
70

70

70

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Tapi kami belum mengajukan pertanyaan. Tapi kami tahu. Baik Eik maupun Edgar segera terdiam. Menahan nafas siap mendengarkan jawabannya. Gadis yang kalian cari, berada di lawan aliran sungai Flumine. Seorang pria sedang bersamanya. Wendy bersama Alcyon, gumam Edgar. Lawan aliran sungai Flumine, berarti sebelah barat dari hutan ini. Lalu, bagaimana dengan Sion? tanya Eik. Temanmu yang lembut hati itu berada dalam batas hidup dan mati. Tetapi dia akan selamat dan kalian akan berjumpa kembali. Entah apa yang harus Eik rasakan. Sion selamat walaupun mungkin hampir mati, tetapi mereka akan bertemu kembali. Ada sedikit rasa lega dalam hatinya. Ya, itu yang terpenting. Tiba-tiba Roh Bijaksana memecah keheningan dengan sajaknya, Le Chteau de Phantasm, carilah gadis yang kalian cari. Dia adalah kuncinya. Carilah terang yang abadi, ia pun kuncinya. Hatimu adalah petamu. Nuranimu adalah kompasmu. Bersatulah, maka kalian akan menemukannya. Ujung barat timur utara dan selatan menjadi angkamu. Apa itu maksudnya? Eik bertanya lagi. Tetapi, bola cahaya itu sudah menghilang. Sekeliling mereka seakan berputar-putar, lalu kembali terang menyilaukan memaksa mata mereka menutup.

Cerpen
Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7

71
71

71

71
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Ketika mata mereka membuka kembali, ternyata mereka sedang merebah di tengahtengah dedaunan kering Hutan Seribu Pinus. Cahaya matahari sore menyusup di antara dahan dan dedaunan pohon menerpa wajah mereka, memaksa mereka bangun dari sana. Sekeliling mereka sunyi. Seakan tak pernah terjadi apa pun.

Cerpen
Penulis: anggra_t

Sandi melompat keluar dari balik jubah Eik. Pasir kecil itu mengeluarkan seruanseruan kecil sambil menatap ke salah satu arah. Baik Eik maupun Edgar mau tak mau harus segera memulihkan kesadaran mereka dan menatap arah yang ditunjuk Sandi. Sesuatu mendekat. Bulu kuduk Eik seketika merinding. Ia merasakan adanya energi mengerikan yang terpancar dari sesuatu itu. Alcyon. Seperti yang dikatakan Roh Bijaksana.
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

72
72

72

72

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Alcyon yang menyandera Wendy sedang mendekat ke arah mereka. Edgar, bisakah kau menggunakan kemampuan summoning-mu, mengirim Sandi kembali ke habitatnya? Hah? Kumohon, pinta Eik memelas. Ia bisa mati bila sampai terkena sihir es Alcyon. Edgar mengangguk. Disiapkan buku mantranya. Phoenix, panggilnya pelan. Sosok burung api keemasan muncul di hadapannya. Perlahan Eik mengangkat monster pasir kecil itu. Sampai bertemu kembali, Sandi. Terima kasih karena telah mengingatkanku pada kampung halamanku. Sandi meraung-raung tak rela, tetapi selubung api dari Phoenix telah membungkusnya dan meletakkannya di punggung si Burung. Kepak sayap dengan pendaran api mengiringi kepergian-nya lurus ke arah barat. Terima kasih, ucap Eik tulus pada Edgar. Aku berhutang padamu. Edgar memutar bola matanya dengan lagak angkuh. Kau memang banyak berhutang padaku. Eik tertawa. Akan kubayar semuanya setelah kita mendapatkan kembali Wendy dan Sion. Ia memasang kuda-kuda bertarung. Pemuda pesolek itu tersenyum tipis. Setuju. Sementara itu, suara langkah kaki cepat semakin lama semakin jelas terdengar. Dan dari balik rimbunan pohon-pohon pinus, sosok yang sudah mereka kenali, muncul dari sana.

Cerpen
Quete Pour Le Chateau de Phantasm Episode 7

73
73

73

73

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

UNGRANTED WISH
Penulis: cannongirl who dislikes cannon Hidup adalah beban Hidup adalah suatu ketidakpastian Hidup, hal yang kusesali Hidup, penderitaan Hidup merupakan suatu ketidakadilan Hidup adalah ungkapan dari kata sakit Aku bermimpi, berharap untuk tak pernah hidup Aku berlari dalam gelapnya malam. Rintik-rintik air turun pelan dan pasti, membasahi tubuhku. Gemuruh angin terdengar keras. Bagaikan hujaman ribuan jarum, air menusuknusuk tubuhku. Air bercipratan ke segala arah, membuat pemandangan di sekitarku menjadi kabur. Namun, rasa mencekam yang dalam ini menghantuiku dari belakang. Pengejarku tak kunjung lelah, bagaikan singa yang tak akan melepaskan mangsanya.

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

74
74

74

74
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Aku melangkahkan kakiku lebih cepat. Berusaha untuk menghindari mata merah darah yang mengejarku. Pintu pagar hitam rumahku terlihat di depan. Dengan cepat, aku membukanya dan segera berlari masuk ke dalamnya. Terburu-buru aku hendak menutup dan mengunci pagar tersebut. Namun, terlambat sudah. Aku telah tertangkap. Seekor anjing hitam bermata merah darah menatapku. Tatapan matanya seakan hendak mencabut nyawaku. Ia terlihat bagaikan setan pencabut nyawa dalam rupa seekor anjing. Aku ingin berlari. Namun, kakiku kaku, dingin bagaikan tak dapat bergerak. Aku membatu, mematung. Tubuhku bagaikan paku yang ditancapkan ke tanahtak mampu bergerak. Saat itu, dewa kematian dalam rupa anjing tersebut melompat, seakan-akan hendak menerkamku. Mata merah darahnya adalah hal yang terakhir kulihat. Aku membuka mataku. Melihat tepat ke langit-langit kamarku yang gelap. Tanganku berada di atas dahiku. Tubuhku berkeringat dingin. Argh! Teriakku frustasi sambil aku bangun dari tempat tidurku. Mimpi itu lagi, ucapku dalam hati. Berkali-kali aku bertemu dengan hound of death yang seakan-akan keluar dari novel Agatha Christie tersebut. Berulang kali aku bermimpi melihat sesosok pria dalam jubah hitam dan membawa sabit besar. Ratusan kali aku menyaksikan diriku di ambang kematian. Tak pernah habis. Selalu berulang. Mimpi-mimpi tersebut menghantuiku tiap malam, tiap aku memejamkan mataku, berusaha untuk tidur. Dengan nafas terengah-engah, aku berdiri dan melangkah ke meja belajarku. Aku mengambil sebuah botol kaca berisi pil-pil lonjong berwarna putih dan membukanya. Tanpa air, aku langsung menelan benda putih tersebut. Mungkin saja obat tidur akan membantuku menghilangkan mimpi buruk tersebut. Lagipula, paman penjual obat ini mengatakan bahwa obat ini ampuh 150% menghilangkan mimpi-mimpi aneh dan mendatangkan tidur lelap.

Cerpen
UNGRANTED WISH

75
75

75

75

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Tapi, aku ragu obat ini dapat menghilangkan semua mimpi burukku, karena aku mengetahui alasan mengapa mimpi-mimpi ini terus menghantuiku, mengerjarku, dan berusaha membunuhku dalam alam bawah sadarku. *** Aku mendesah, mengamati bintang-bintang bergemerlapan di langit. Betapa bahagianya menjadi seperti mereka. Bersinar terus, bagaikan tak ada halangan atau hambatan dalam hidup ini. Bagaikan, mereka terus bahagia, tak mengenal kata sedih. Dah, Kana! Kata temanku seraya melambaikan tangannya. Aku hanya tersenyum kecil dan melambaikan tanganku kepadanya. Rutinitas yang membosankan. Setiap pagi, aku bangun, bersiap untuk memulai hariku dengan kuliah. Lalu, dari sore hingga malam, aku bekerja di sebuah butik untuk membantu orang tuaku dalam membiayai kuliahku. Ya, aku berasal dari keluarga sederhana. Ayah dan ibuku membanting tulang sekuat tenaga untuk biaya hidup kami. Tak mau merepotkan mereka dengan biaya kuliah yang mahal, aku bekerja paruh waktu di dua tempat. Butik kecil ini, dan meja kasir di sebuah restoran, menjadi tempat dimana aku menghabiskan soreku dan akhir pekanku, sementara mahasiswa-mahasiswi yang lain menghabiskan waktu mereka dengan bersenang-senang, berpesta dan menghambur-hamburkan uang mereka. Hidup ini tak pernah adil. Orang-orang tak tahu berterima kasih seperti mereka diberikan kehidupan yang mewah, uang dan rumah yang besar. Sebuah amplop dapat membuat mereka lulus dari universitas ternama. Sedangkan orang-orang seperti diriku, yang hidup dengan sekuat tenaga, yang bekerja keras demi keberhasilan, harus terlahir di keluarga yang tak cukup mampu dan kesusahan merupakan makanan sehari-hari kami.

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

76
76

76

76

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Aku membenci orang-orang seperti mereka. Sangat benci. Kana! Sebuah suara membuatku berhenti dari lamunanku. Aku menoleh dan mendapatkan pacarku sedang berjalan menuju ke arahku. Aku tersenyum saat melihat ia datang menjemputku. Yah, kecuali pria iniia adalah suatu pengecualian. Walaupun ia berasal dari keluarga kaya, ia mau mengambil diriku sebagai kekasihnya. Untuk dialah, aku bertahan dalam kesusahan ini. Untuk orang yang kucintai ini, aku rela melakukan segalanya. Ia adalah mimpiku, harapanku. *** Hei! Roy! Jangan ngelamun terus! Lo denger gak gue bilang apa? Aku terbangun dari lamunanku dan menatap sahabatku. Oh, Dio, kenapa? Jah, orang ngomong gak didengerin! Ngelamun apa lo? Mimpi buruk lagi? Tanyanya. Kurang lebih kayak gitulah. Aku menjawabnya dan meletakkan kepalaku di atas kedua tanganku yang terlipat. Berusaha untuk tidur kembali. Obat tidurnya gak ampuh? Tanyanya lagi.

Cerpen
UNGRANTED WISH

77
77

77

77

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Sangat gak ampuh. Gue ga bisa tidur kemaren. Sahutku dengan nada mengantuk. Ya udah, protes aja ke om-om yang kemaren, katanya memberi saran. Aku hanya menganggukkan kepalaku sedikit dan berusaha untuk tidur. Eh, Roy. Kalo lo ada masalah bilang aja ke gue. Kita kan sohib. Sahutnya dengan nada khawatir. Masa cowok curhatan? Kayak cewek aja, kataku sambil setengah mengantuk. Yah, siapa yang bilang curhat? Gue bilang, kalo lo ada masalah, cerita aja ke gue, katanya mengelak. Sama aja kayak curhat, tau, sahutku tak mau kalah. Udalah, anggep aja beda. Bentar lagi UN, jangan murung terus lo. Nilai-nilai lo dah mulai turun loh. Ntar bisa-bisa gue kalahin lo, ujarnya, berusaha menghiburku. Gak peduli. Gue yang peduli, Roy. Udah ah, serem lo ngomong kayak gitu. Kayak lo pacar gue aja, pake acara khawatir segala! Yah enggak lah! Gue sohib lo! Gue yah peduli sama lo. Justru kalo gue gak peduli, gue bukan temen lo. Bilang aja ke gue kalo lo ada masalah. Gue janji buat ngebantuin lo, katanya lagi. Ya, ya, terserah, sahutku tak peduli.

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

78
78

78

78

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Dio menatapku dengan tampang khawatir. Walaupun aku tak pernah menceritakan masa-lah-masalahku kepadanya, entah kenapa ia selalu mengetahuinya. Mungkin karena kami telah berteman semenjak kami dapat berjalan. Untungnya, ia belum tahu apa penyebab mimpi-mimpi burukku datang terus. Kalau tidak, mungkin ia sudah memaksaku untuk pergi ke psikolog-psikolog ternama. Kadang kala, perhatiannya terhadap sahabat-sahabatnya cukup membuatku merinding. Bagaimana tidak, ia mengetahui hampir semua permasalahankuapalagi dengan yang lain. Perhatiannya bagaikan seorang ibu, atau kekasih. Padahal, kami sama-sama cowok, dan tentu saja kami tak punya kelainan seksual! Kami tak menyukai sesama jenis tentunya. Eh, gue balik dulu ke kelas, yah. Udah mau bel! Lo jangan ngelamun terus selama pelajaran. Ntar lo dibunuh sama Si Kumis! Ujarnya seraya pergi ke kelasnya. Iya, iya. Gue masih pengen hidup. Tenang aja, sahutku. Dio menghilang dari pintu kelasku. Iya, iya. Gue masih pengen hidup. Tenang aja. Aku memikirkan perkataanku yang baru saja kuucapkan. Gue masih pengen hidup. Entah kenapa rasanya getir saat aku kembali mengucapkan kata-kata tersebut. Sebab, selama ini, selalu terlintas di benakku untuk mengakhiri hidupku. *** Aku menekan kedua bibirku erat-erat, berusaha untuk menahan air mataku agar tak keluar. Seharusnya, aku tahu. Seharusnya aku sadar! Ia hanya memanfaatkanku selama ini.

Cerpen
UNGRANTED WISH

79
79

79

79

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Kemarin malam, aku melihatnya bersama gadis lain. Bercanda mesra, tersenyum dan ia menciumnya. Tak pernah ia lakukan hal tersebut kepadaku. Padahal, aku melakukan semuanya untuknya! Tiap kali ia meminta bantuanku untuk tugas-tugas kuliah, aku mengerjakannya, bahkan sampai aku kekurangan waktu tidurku. Bodoh, diriku sungguh bodoh! Seharusnya, seharusnya aku menyadarinya! Namun, karena dimabuk asmara, aku rela mengorbankan waktuku demi dirinya. Air mata mengalir di pipiku, aku mulai terisak. Benteng pertahananku runtuh sudah. Aku membencinya. Sangat membencinya. Selama ini aku hidup demi dirinya. Dan semua itu hanyalah kesia-siaan! Aku benci, kepada semua orang, dirinya, dan diriku sendiri. Aku benci semuanya. Aku benci dunia ini yang penuh dengan ketidakadilan. Aku benci dirinya yang selama ini telah memperdayaiku dengan kata-kata manisnya. Aku benci diriku yang telah tertipu. Aku benci, benci, benci. Aku benci segalanya! Aku ingin mati saja. *** Aku hidup di keluarga berkecukupan, bahkan sedikit berlebih. Hidupku sungguh beruntung. Hingga, pada saat aku duduk di bangku SMP, adikku lahir. Tentu saja, aku baha-

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

80
80

80

80

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


gia menjadi seorang kakak. Apalagi mendapatkan adik perempuan, yang tentunya tak mungkin senakal adik laki-laki. Dan, biasanya, adik perempuan bergantung pada kakak lakilakinya, kan? Namun, kelahiran adikku juga membawa kesedihan bagiku. Kadang kala, saat aku berjalan sendirian di belakang, adikku digandeng kedua tangannya oleh ayah dan ibuku. Mereka terlihat bahagia, dan aku merasa diacuhkan. Seakan-akan, bila diriku tak ada, mereka akan tetap bahagia. Dan, sayangnya hal tersebut benar. Saat aku beranjak ke kelas 2 SMP, aku menemukan fakta menyakitkan. Aku menemukan alasan mengapa selama ini adikku lebih disayang oleh kedua orang tuaku. Aku bukan darah daging kedua orang tuaku. Aku hanyalah anak adopsi. Sejak mengetahui hal tersebut, aku merasa marah, sangat marah. Mengapa mereka tak pernah memberitahuku? Mengapa mereka lebih menyayangi adikku? Perasaan-perasaan itu membuatku membenci semuanya, aku membenci orangtuaku, adikku, dan diriku sendiri. Mengapa mereka pilih kasih? Mengapa adikku lebih disayang? Mengapa aku hanya anak adopsi? Seharusnya, aku adalah darah daging mereka! Seharusnya, aku bukanlah anak angkat! Aku merasa tersisihkan, terkucilkan dan terabaikan. Aku mencari-cari kesalahan semua orang.

Cerpen
UNGRANTED WISH

81
81

81

81
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Ini kesalahan orang tuaku yang mengadopsiku! Ini salah adikku karena telah dilahirkan! Ini salah kedua orang tuaku yang sesungguhnya! Mereka meninggalkan anak mereka yang masih bayi di panti asuhan! Ini salah semuanya! Ini salahku, karena aku dilahirkan di dunia ini. Aku ingin mati saja. Aku ingin menghilang dari dunia ini. Lagipula, tak akan ada yang peduli. Namun, aku benar-benar seorang pengecut. Aku tak berani memutus urat nadiku, atau mencekik leherku sendiri. Bahkan, menggores pergelangan tanganku dengan pensil saja aku tak berani. Aku tak ingin hidup. Namun, aku juga tak ingin mati. Aku menjadi orang yang pesimis, tak pedulian, dan mudah sekali depersi maupun frustasi. Berulang kali aku berpikir untuk menghabisi nyawaku sendiri. Namun, keberanianku selalu ciut. Aku hanya menunggu, menunggu hingga sang dewa kematian datang sendiri untuk menjemputku. Dan, sejak hari itu, mimpi-mimpi buruk itu datang silih berganti. *** Kilatan lampu-lampu mobil berwarna warni, bercahaya dengan indahnya. Namun, perasaanku tetap sama, aku merasa hampa. Air mataku telah habis kusia-siakan untuk orang itu.

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

82
82

82

82
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Hanya selangkah, hanya satu langkah saja, dan semuanya akan usai. Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidupku di jalan raya yang ramai ini. *** Aku berdiri di trotoar jalan, tepat di depan zebra-cross. Kilatan cahaya kendaraan yang berlalu-lalang sungguh indah. Namun, tak sesuai dengan perasaanku yang gundah. Sial, pikirku. Si Kumis ngasi tugas banyak banget! Tuh guru maunya apa, coba!? Akhir pekan kayak gini dikasi tugas banyak banget. Gak tau apa orang udah depresi kayak gini? Gumamku kepada diriku sendiri. Aku menatap lampu lalu lintas. Argh! Lama banget sih! Kapan coba nih mobil-mobil berhenti!? Gue pengen cepetan pulang, tahu!! Menunggu memang selalu menyebalkan, sebab selama lima tahun ini aku juga selalu menunggu. Menunggu kematian datang menjemput. Mobil-mobil berseliweran seenaknya, begitu pula sepeda motor. Orang yang berkalikali ingin mati seperti diriku pasti akan langsung berpikir, Nih jalanan cocok juga untuk tempat mati. Bagaimana tidak, puluhan mobil berjalan dengan cepat. Hanya satu langkah saja, hidup usai sudah. Selesai, deh, masalah nggak bakal datang lagi! Namun, seperti biasa, aku tak berani untuk melakukannya. Aku menoleh ke sampingku, ada seorang gadis, yang tingginya hanya sekitar pundakku. Ia cantik. Sepertinya gadis ini masih berumur belasan, belum puluhan. Namun, ia tak mengenakan baju putih-abu seperti diriku. Mungkin baru mahasiswi semester pertama. Tapi,

Cerpen
UNGRANTED WISH

83
83

83

83

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


entah kenapa, tatapan matanya hampa. Kilatan cahaya lampu terpantul dari matanya. Entah kenapa, aku memiliki perasaan, bahwa ia sama denganku. Ia ingin mengakhiri hidupnya. Lalu, apa peduliku? Aku juga ingin mengakhiri hidupku, berulang kali malah. Mungkin bisa saja aku dituduh sebagai orang yang mendorong gadis ini. Mungkin saja aku bisa masuk penjara karena hukum yang tak pernah adil. Tapi, untuk apa aku peduli? Sebagai orang yang mati segan, hidup tak ingin, untuk apa aku mempedulikan orang lain? Namun, melihat gadis ini dan gerakan kakinya menuju ke jalan raya, tanpa aba-aba, tubuhku bergerak sendiri. *** Inilah akhir hidupku. Selamat tinggal, dunia yang tak adil! Selamat tinggal, hidupku yang penuh kesakitan. Selamat tinggal, hidupku yang penuh ketidakpastian. Selamat tinggal. Aku mulai melangkahkan kakiku. Namun, sebuah tangan membuyarkan niatku. *** Apaan sih!? Sahut gadis itu kesal, berusaha melepaskan lengannya dari genggamanku.

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

84
84

84

84
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Kau berniat bunuh diri? Tanyaku langsung. Mata gadis itu terbelalak. Ia langsung mengelak, Enak aja! Jangan nuduh orang sembarangan! Jangan bohong! Dari tatapan mata lo, udah ketauan niat lo! Bodoh! Apa yang kulakukan? Jerit hatiku, bertentangan dengan perkataan yang keluar dari mulutku. Gadis itu kembali berusaha untuk melepaskan cengkeraman tanganku. Jangan! Jangan sekali-kali kau berpikir untuk menghabisi dirimu, ucapku lagi. Bodoh!! Gue sendiri pengen mati! Apa yang kulakukan!? Bukan urusanmu! Kata gadis itu ketus. Air mata mulai bercucuran dari matanya. Seketika itu juga, aku melepaskan cengkeramanku. Hei, hei! Jangan nangis! Sial, udah ngomong gak jelas kayak tadi, sekarang gue bikin anak cewek nangis. Du-dunia ini nggak adil! Kata gadis tersebut sembari terisak. Aku hanya menatapnya. Gue mau mati aja! Dan itu ga ada urusannya sama lo! Ia berteriak tepat ke wajahku. Matanya menatapku tegas. Ia keras kepala. Gadis itu kembali menatap ke arah jalan raya. Woy! Jangan! Masih ada banyak orang lain yang pengen hidup! Lo malah nyia-nyiaan nyawa lo!

Cerpen
UNGRANTED WISH

85
85

85

85

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Argh!! Gue ngapain?! Sudah lama aku mengetahui fakta tersebut. Banyak orang di dunia ini yang ingin hidup. Mereka menderita untuk hidup, dan banyak pula yang menderita karena hidup. Namun, aku selalu mengacuhkan hal tersebut. Aku selalu tak peduli. Keegoisanku untuk mengakhiri nyawaku membuatku tak peduli pada orang lain, sampai saat ini. Tapi, entah kenapa, sebuah perasaan bersalah muncul pada hatiku. Perasaan bersalah karena banyak orang yang berusaha mati-matian untuk hidup. Dan di saat orang-orang tersebut berusaha untuk hidup, aku memilih untuk mati saja. Sebuah kesadaran muncul dalam hatiku. Seharusnya, aku tak menyia-nyiakan hidupku seperti ini. Tiap hari, aku hanya berpikir kapan diriku akan dijemput oleh kematian. Hari ini, sebuah keajaiban terjadi. Aku disadarkan oleh suara yang tak lain adalah suara dari diriku sendiri. Gadis itu hanya menatapku dengan kedua matanya, seakan-akan ia akan menangis lagi. Namun, tiba-tiba sebuah ledakan keras terdengar, dan hal berikutnya yang kuingat adalah kegelapan. Aku membuka mataku dalam kegelapan. Di mana ini? Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Ada seseorang di belakangku. Dengan cepat, aku menoleh ke belakang dan menemukan seseorang dalam jubah hitam panjang. Wajahnya tak terlihat. Tangannya terjulur ke arahku dan menggenggam erat pundakku. Walau tak melihat wajahnya, aku seakan-akan bisa mengetahui bahwa ia sedang tersenyum. Tiba-tiba ia mencengkeramku, menarikku, dan ber-usaha membawaku ke dalam kegelapan.

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

86
86

86

86

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Sebuah pintu muncul. Pintu itu terbuka, kobaran api panas menyala-nyala dari dalamnya. Aku berteriak, berusaha menyingkirkan tangannya dari pundakku. Saat itu, aku menyadari tangan orang ini tak mempunyai daging ataupun otot. Tangannya hanyalah tulang belaka. Seharusanya aku senang, bukan berteriak-teriak seperti ini! Akhirnya mimpiku terkabulkan. Sang dewa kematian sendiri datang untuk menjemputku dan menghempaskanku ke dalam neraka. Namun, aku berteriak-teriak tak karuan, berusaha untuk melepaskan genggamannya yang makin erat dan menahan tarikannya yang makin keras. Aku menoleh ke belakang, berusaha untuk mencari pertolongan. Hanya ada satu titik putih di belakangku. Tak ada orang lain. Aku menggapai-gapai ke arah cahaya putih itu, berusaha untuk meraih cahaya dalam hidupku yang telah hancur. Aku belum ingin mati! Saat itu juga, aku bangun, dan melihat keluargaku berkumpul di sekitarku. *** Perlahan, keluarga dari pemuda SMA yang tadi menolongku keluar. Aku masuk ke dalam ruang perawatannya. Setelah tiga hari terbaring di rumah sakit, akhirnya pemuda itu bangun juga. Setelah menyadarkanku akan perbuatkanku yang salah, tiba-tiba saja sebuah ban mobil meledak, dan mobil itu berlari kencang ke arah pemuda itu. Lalu, ia berakhir di dalam rumah

Cerpen
UNGRANTED WISH

87
87

87

87

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


sakit ini. Untung saja nyawanya terselamatkan. Kata dokter, tak ada kerusakan pada otaknya. Namun, tulang rusuknya patah tiga buah, tulang lengan atasnya retak dan tulang betisnya juga retak. Menurut dokter, ia hanya terserempet oleh mobil tersebut lalu jatuh. Masa keserempet doang nyampe separah itu!? Biarkanlah, yang penting ia selamat! Aku masuk ke dalam kamar rawat inapnya, yang akan menjadi kamar tidurnya untuk sementara. Walaupun ia baru saja terkena musibah, senyum bahagia terlukis pada wajah pemuda ini. Udah baikan? Emang kayak gini terlihat baik? Tanyanya balik kembali sambil memperlihatkan balutan perban dan gips di tangannya. Aku hanya tersenyum dan bertanya lagi, Terus, kenapa lo senyum-senyum? Gak pa-pa. Cuma seneng aja, dijenguk sama keluarga gue. Katanya lagi. Oh, responku terhadap alasannya. Makasih, yah. Aku duduk di bangku yang terletak tepat di samping tempat tidur pemuda tersebut. Makasih buat apa? Ia balik bertanya sambil menatapku. Buat nolongin gue kemarin, setelah ngeliat lo berjuang hidup dari kecelakaan, gue tau, apa yang gue lakuin kemaren tuh salah, kataku lagi.

Cerpen
Penulis: cannongirl who dislikes cannon

88
88

88

88

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Namun, ia malah menggelengkan kepalanya, dan berkata, Nggak, terima kasih. Sebenernya, gue juga berkali-kali berniat buat bunuh diri. Tapi, entah kenapa waktu itu, badan gue reflek nolongin lo, dan tiba-tiba aja gue sadar, selama ini gue punya keluarga yang baik, sahabat yang perhatian dan gue belum pengen mati, jelasnya panjang lebar. Jadi, makasih, tambahnya sembari tersenyum. Sejenak, ada suatu keheningan yang aneh di antara kami. Erm, nama lo siapa? Kana. Namamu? Aku bertanya lagi, kali ini dengan senyuman ramah. Roy. Salam kenal, jawabnya sambil tersenyum. Kadang kala, mimpi yang tak terkabulkan, ada bagusnya juga.

Cerpen
UNGRANTED WISH

89
89

89

89
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012

Bolu Sali OOT Club


Penulis: Peserta KasFan & LCDP Gathering (Bandung, 23 Maret 2012) Hari ini Lisa sedih. Kue bolu rasa blueberry buatannya gagal karena ia kehabisan bahan utamanya. Alasan utamanya adalah seluruh tabungannya habis digunakan untuk membeli kue bolu. Eksperimennya selalu gagal. Padahal ia ingin menyenangkan hati Sali, temannya yang sedang sakit. Sali beberapa hari yang lalu divonis dokter bahwa umurnya tinggal 1 bulan lagi. Kata dokter Sali sakit berat dan dilarang makan kue bolu sampai mati. Tiba-tiba langit runtuh. Dari lubang yang tercipta di langit muncullah dewi Eris yang mewakili balas dendam, dan tiba-tiba saja merekomendasikan jenis bolu yang bisa Sali makan. Dan bolu yang dimaksud haruslah dibuat dengan di s dengan gula dari negeri Apel, yang rasanya antara manis dan masam dan asin dan pahit. Lisa bingung. Galau. Bagaimana mungkin ia mencampurkan gula yang rasanya antara manis dan masam dan asin dan pahit dalam kue bolu rasa blueberry? Padahal seharusnya kue blueberry itu rasanya bagaikan air yg tidak man berasa? Tapi tidak ada pilihan lain. demi membahagiakan sahabatnya, Sali, Lisa akan mengorbankan segalanya, bahkan walaupun nyawa Sali taruhannya.

90
90

90

90
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


Ya, Lisa muak. Sali dimutilasinya. Lalu dimakan jenazahnya. Darah menguarkan wangi yang tak tertahankan. Nikmat. Ini adalah perjamuan kemuakan yang paling berhasrat. Lisa berdecak. Buat apa membuat bolu untuk Sali, pikir Lisa. Aku akan membuat bolu untuk diriku sendiri. Apalagi kalau bukan bolu rasa Sali!!! Apa yg telah dilakukan Lisa memang sangat kejam. Tanpa perasaan menyesal, dia memotong seluruh tubuhnya dengan golok tajam. Namun saat hendak mengambil jantung SALI, kepalanya ditimpuk oleh Batu. Dan ketika ia membalikkan wajah, ia semakin terkejut saat melihat seekor monyel berbulu emas & bajing terbang berdiri di hadapannya. S-Siapa kalian? tanyanya heran. Namaku Mongku. dan temanku ini adalah Barnabas. Katanya tegas. Kau telah emmbunuh temanmu sendiri. Tidak bisa dimaafkan. Kami berdua akan menghajarmu sampai babak belur. Sepasang jagoan itu meloncat dan mencakari wajah Lisa. Aaaakh! Apa? Mongku suka jeruk? Kamu ini, sudah kejam, budge lagi, kata Mongku. Aku bilang, kami berdua akan menghajarmu! Ciaat! kata Barnabas sambil menyepak wajah Lisa. Aduh! kata Lisa seraya melindungi wajahnya. Tapi l aku dengar jelas kamu bilang suka jeruk!

Bolu Sali

91
91

91

91

Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Aksarayana E-Magazine Edisi 7. 8 April 2012


JERUK ATAU TANPA JERUKKAMI AKAN MENGHAJARMU! KESEIMBANGAN DUNIA HARUS DIPERTAHANKAN! DENGAN TERIAKAN YANG TERDENGAR GANJIL OLEH TELINGA LISA, KEDUA MAKHLUK ITU KEMBALI MENERJANGNYA. Lisa menyesal. Ternyata membunuh Sali adalah ancaman *is this even grammatically correct -> bagi keseimbangan dunia Perlahan kesadarannya hilang. Ia sudah tidak merasakan lagi sakit dari badannya yang tercabik-cabik. Sali, maafkan aku. bolunya gosong. Tidak bisa dimakan, kata Lisa. Setidaknya isinya matang. Buang saja bagian gosongnya. Hmm, ternyata enak. Rasa jaruk!

OOT Club

THE END

P.S.: Cerita ini fiktif, kesamaan nama, rasa, dan kata hanyalah kebetulan belaka. Cerita ini memang demikian adanya, tak ada yang ditambah dan tak ada yang dikurangi. (Riesling)

92
92

92

92
Silahkan unduh tiap edisinya di: www.aksarayana.com

Seluruh dokumen di Aksarayana E-Magazine dapat dibaca dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau mengubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Aksarayana E-Magazine. Email redaksi: redaksi@aksarayana.com Untuk informasi seputar Aksarayana E-Magazine, silahkan kirimkan email ke: info@aksarayana.com

You might also like