You are on page 1of 3

PERIKORONITIS

Perikoronitis adalah peradangan dari jaringan lunak di sekitar mahkota gigi yang erupsi sebagian atau impaksi. Umumnya hal ini berkaitan dengan molar ketiga bawah yang sedang bererupsi tetapi dibatasi oleh ruang yang tidak cukup. Perikoronitis berawal dari keradangan follicle dan selanjutnya dapat meluas ke jaringan lunak di sekitarnya. ETIOLOGI Perikoronitis merupakan infeksi bakteri pada gingiva, meskipun organisme penyebab yang spesifik tidak diketahui secara pasti. Penyebab infeksi ini dapat berupa flora normal rongga mulut yaitu kuman streptokokkus dan beberapa jenis kuman anaerob serta dapat terjadi akibat trauma gigitan dari gigi molar ketiga rahang atas. Operkulum dari mahkota gigi molar ketiga rahang bawah dapat menjadi bengkak karena tergigit dari gigi molar ketiga rahang atas.
Faktor penyebab tersering pada perikoronitis adalah karena gigi molar 3 tidak dapat erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk pertumbuhannya, sehingga sulit untuk erupsi dinamakan impaksi . Impaksi bertendensi menimbulkan infeksi ( perikoronitis ), dikarenakan adanya karies pada gigi geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar 2 dikarenakan gigi molar 3 mengalami impaksiAda sejumlah faktor yang menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan sekitarnya yang terlalu padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan, tanggalnya gigi susu terlalu awal. Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang kesempitan dikarenakan pertumbuhan tulang rahang yang kurang sempurna. Teori lain mengatakan Pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi bergerak maju ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang merintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisi gigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya. Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai rahang kecil, dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan salah seorang anaknya berahang kecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi kekurangan tempat erupsi gigi molar 3, dan terjadilah impaksi. Sempitnya ruang erupsi gigi molar 3, menurut drg. Danardono, itu karena pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang merangsang pertumbuhan tulang rahang. Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang berkembang lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan titik tumbuh atau berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-sendi itu pun kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang yang harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi bungsu yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan tidur di dalam karena tidak ada tempat untuk nongol.

Ada 3 sumber utama infeksi gigi, yaitu : Dari periapikal ( ujung akar gigi ) sebagai akibat kerusakan pulpa dan masuknya kuman ke jaringan periapikal Dari jaringan periodontal ( jaringan pengikat akar gigi ) sebagai akibat saku gusi semakin dalam karena penumpukan karang gigi sehingga penetrasi kuman semakin mudah. Dari Perikoroner akibat akumulasi kuman di sekeliling mahkota gigi saat erupsi / tumbuh. Impaksi gigi molar kadang kadang tampak pada waktu dilakukan pemeriksaan roentgen rutin seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah. Penekanan selaput lender antara mahkota molar 3 dan prothesa menyebabkan rasa sakit. Tekanan pada gusi yang menutupi menyebabkan kematian sel dan dapat menimbulkan penyebaran infeksi.

MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis perikoronitis dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu perikoronitis akut, sub akut, dan kronis. Perikoronitis Akut Pasien mengeluh tentang rasa sakit spontan berdenyut terlokalisasi di daerah radang. Gerakan rahang bawah seperti pengunyahan, membuat nyeri semakin bertambah. Nyeri tidak dipengaruhi oleh rangsangan suhu panas atau dingin. Berdasarkan hasil pengamatan visual dan palpasi didapatkan pembengkakan, peradangan dan terdapat segmen jaringan lunak yang menutupi satu atau lebih permukaan koronal termasuk permukaan oklusal. Pada ekstraoral terdapat suatu pembengkakan edematous ringan di daerah pipi, ventral dari perlekatan otot masseter yang melintasi pinggir rahang bawah ke daerah submandibular. Hampir selalu terdapat trismus ringan dan besarnya trismus tergantung luas pembengkakan. Kelenjar limfe submandibular dapat diraba dan nyeri pada tekanan. Selain itu, nyeri dapat menyebar di daerah wajah, telinga atau angulus mandibula. Perikoronitis Subakut dan Kronik Keluhan subyektif pada perikoronitis subakut adalah lebih ringan daripada yang berbentuk akut. Terdapat keluhan nyeri ringan di daerah geraham sulung bawah, yang dapat bertambah keras pada gerakan pengunyahan dan menjalar ke telinga. Tidak terdapat pembengkakan pipi dan trismus, namun rasa kaku yang tidak menyenangkan pada gerakan rahang bawah. Bila menyedot di daerah tersebut, pus dapat sampai di mulut dan terdapat fetor oris. Kelenjar limfa submandibular dapat diraba dengan jelas dan seringkali nyeri ringan pada tekanan. Jaringan perikoronal dan operkulum membengkak, nyeri pada tekanan dan dapat menunjukkan ulserasi karena traumatik oklusi dengan gigi antagonis. Bila ditekan, pus muncul dari bawah operkulum atau dari dalam pseudopocket. Pada perikoronitis kronik, gejala intra oral ini terdapat hanya sedikit atau tidak sama sekali. Kadang-kadang perikoronitis kronik menunjukkan eksaserbasi. GAMBARAN RADIOLOGI Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan radiolusen di sekeliling giginya, dengan batas kortikal pada sisi distal dari lusensi menghilang atau sangat menebal karena deposisi tulang yang sangat reaktif.

KOMPLIKASI Perikoronitis dapat menyebabkan terjadinya abses perikoronal. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses sublingual, abses submental, abses submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea yang terletak di aspek dalam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang parafaringal. Selain itu, juga ditemukan sebuah selulitis dari pipi atau jaringan submandibular, dengan trismus kuat merupakan suatu gambaran penyakit yang banyak ditemui. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan awal yang harus dilakukan adalah penangan secara simptomatik dengan menghilangkan gejala radang akut dengan pemberian analgesik dan antibiotik. Pada perikoronitis akut mutlak diberikan terapi antibiotik untuk mengurangi infeksi yang ada, mengurangi komplikasi infeksi yang serius dan mempercepat perawatan perikoronitis yang ada. Di samping perawatan umum di atas, perlu disertai pula perawatan lokal pada daerah perikorona, yaitu: Irigasi pocket dengan H2O2 3% untuk foaming action. Irigasi juga dapat digunakan dengan larutan chlorhexidine 0.05%. Bila terdapat trauma dari gigi molar rahang atas, dilakukan pemendekan tontol oklusal gigi tersebut dan bila memungkinkan dapat dilakuakan pencabutan gigi tersebut. Bila terbentuk abses pada jaringan perikoronal, perlu dilakuakn insisi. Penanganan perikoronitis terdiri dari debridemen dan drainase pada pocket perikoronal dengan kuretase gentle dan eksternal pressure. Setelah peradangan hilang, penanganan selanjutnya dapat dilakukan perawatan dengan cara operkuloktomy atau ekstraksi/odontektomi.

You might also like