You are on page 1of 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman dan Kesehatan kepada kita. Shalawat dan salam tak lupa pula kita Doa kan kepada Allah SWT semoga di limpahkan kepada Rasulullah SAW, Amin . Atas selesainya tugas makalah ini dan dapat berjalan dengan baik, penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis tercinta 2. kepada guru pembimbing yang telah memberikan arahan yang dapat membangun. 3. kepada rekan-rekan yang telah membantu baik secara moril maupun secara materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa makalah ini ada kekurangan dan kelebihannya, maka dari itu penulis berharap supaya makalah yang sederhana ini ada manfaatnya, minimal dapat menjadi pedoman bagi siswa yang akan melaksanakan proses belajarnya, Tentunya kritik dan saran yang bersifat untuk menyempurnakan isi makalah ini sangat penulis harapkan. Akhir harapan, doa dan perjuangan kita serahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa semoga amalan dan bantuan yang diberikan-Nya kepada penulis kepada penulis demi selesainya makalah, insyaallah dibalasi-Nya menjadi amal ibadah. Amin-amin ya Rabbalalamin. Talang sari, 28 Maret 2012

Penulis

Sabtu, 26 Maret 2011


Tafsir Quran Surat ar-Rad : 11 tentang nasib
Banyak para dai dalam dakwah mereka kepada umat untuk mau bekerja keras meraih kesuksesan hidup dengan mengutip ayat 11 Surat ar-Rad, sebagai dasar dakwah mereka, yaitu : Dengan mengartikan pada perkataan dan pada perkataan dengan makna nasib, sehingga makna lengkap ayat di atas adalah : "Sesungguhnya Allah tidak merobah nasib sesuatu kaum sehingga mereka merobah nasib mereka sendiri ". dalam ayat di atas secara bahasa adalah isim mausul yang berarti sesuatu, apa saja. Secara mufradat tidak ada bermakna nasib. Apalagi kalau kita terjemahkan seperti di atas, sungguh bertentangan dengan kenyataannya. Ada terjadi dalam kehidupan kita seharihari, misalnya orang tidak berusaha untuk kaya tetapi tiba-tiba dia menjadi kaya, tanpa diduga-duga, dia mendapat warisan berlimpah dan sebaliknya, ada orang yang berusaha siang dan malam dengan kerja keras tetapi Allah tidak menghendakinya kaya. dan lagi pula itu bertentangan dengan rukun iman yang ke-enam, percaya kepada qadha dan qadar datang dari Allah. Lalu apa makna pada ayat di atas ? Ayat al-Quran adakalanya menafsirkan ayat lainnya yang kurang jelas, demikian dijelaskan dalam Ulumul Quran. Oleh karena itu, mari kita perhatikan ayat yang lain yang mirip dengan ayat ini, yaitu dalam Surat al-Anfal : 53 Artinya : Yang demikian itu (siksaan Allah) adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri (dengan berbuat maksiat) dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Q.S. al-Anfal : 53) Apabila kita sesuaikan dengan maksud ayat 53 Surat al-Anfal di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa pada perkataan makna adalah bermakna nikmat, bukan nasib. Ini akan lebih jelas lagi apabila kita perhatikan ayat 11 Surat ar-Rad di atas secara lengkap, yaitu : Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah nikmat sesuatu kaum sehingga mereka merobah apa-apa yang ada pada diri 2

mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Dengan demikian, maksud ayat ayat 11 Surat ar-Rad dan ayat 53 Surat al-Anfal adalah pada adatnya, Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tidak merubah ketaatan dan bersyukur kepada Allah kepada perbuatan maksiat. Penafsiran seperti ini telah disebut oleh pengarang Tafsir Jalalain,1 Tafsir Shawy,2 Tafsir Baidhawy 3 dan lain-lain dari kalangan ahli tafsir yang muktabar. DAFTAR PUSTAKA 1.Al-Jalalain, Tafsir al-Jalalain, dicetak dalam Tasir al-Shawy, Dar Ihya al-Kutub alArabiyah, Indonesia, Juz. II, Hal. 267 2.Ahmad al-Shawy, Tasir al-Shawy, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia, Juz. II, Hal. 267 3. Al-Baidhawy, Tafsir al-Baidhawy, Muassasah Syaban, Beirut, Juz. III, Hal. 148

You might also like