You are on page 1of 14

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO


Sumber : Budiono, Pengantar Ekonomi Makro, Gajah Mada Press

OLEH : KRISDINAR SUMADJA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BANDUNG RAYA


Jl. Cikutra No. 171 Bandung Telp. (022) 7202193

1
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

2
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

I. EKONOMI MAKRO
1. Masalah yang dipelajari alam teori ekonomi makro bisa digolongkan menjadi dua, yaitu, (a) masalah stabilisasi atau masalah makro jangka pendek dan (b) masalah pertumbuhan atau masalah makro jangka panjang. Inti masalah stabilisasi (jangka pendek) adalah bagaimana mengendalikan perekonomian sehingga terhindar dari tiga penyakit utama, yaitu (a) inflasi, (b) pengangguran dan (c) ketimpangan neraca pembayaran atau nilai impor lebih besar dari pada nilai ekspor. Dalam jangka pendek kemungkinan pemilihan kebijaksanaan dibatasi oleh adanya tiga hal, yang diasumsikan konstan yaitu (a) kapasitas produksi total, (b) jumlah penduduk (angkatan kerja) , (c) lembaga-lembaga sosial, politik dan ekonomi yang ada. Dalam praktek, terutama di negara-negara berkembang, masalah jangka pendek sering berakar pada maslah jangka panjang. Keduanya erat hubungannya dan tidak bisa dipisahkan. Ahli ekonomi makro melihat perekonomian terdiri dari empat pasar utama, yaitu (a) pasar barang, (b) pasar uang, (c) pasar tenaga kerja, dan (d) pasar luar negeri. Perubahan situasi pasar-pasar inilah yang dikatakan sebagai perubahan keadaan ekonomi makro suatu negara. Situasi Pasar di sini menyangkut dua aspek, yaitu (a) aspek harga dan (b) aspek volume (jumlah). Teori ekonomi makro mempelajari faktor-faktor apa yang mempengaruhi situasi pasar ini. Dan tujuan selanjutnya adalah menentukan, faktorfaktor mana yang bisa dipengaruhi melalui kebijaksanaan pemerintah, sehingga pemerintah bisa mengendalikan situasi pasar sesuai dengan yang diinginkan. Ahli ekonomi makro juga menggolongkan pelaku-pelaku makro menjadi lima, yaitu (a) rumah tangga, (b) produsen, (c) pemerintah (d) lembaga-lembaga keuangan dan (e) negara-negara lain.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

3
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK


1. Teori makro klasik mempunyai dasar filsafat bahwa perekonomian yang didasarkan pada sistem bebas berusaha (laissez faire) adalah self regulating, artinya mempunyai kemampuan untuk kembali pada posisi keseimbangan pasar secara otomatis. Oleh sebab itu pemerintah tidak perlu campur tangan. 2. Di pasar barang sifat self-regulating (otomatis) dicerminkan oleh adanya proses yang otomatis membawa kembali ke posisi Gross Domestik Produk (GDP) yang menjamin full employment level of activity (tingkat pengerjaan penuh), apabila karena sesuatu hal perekonomian tidak pada posisi ini (inflasi, pengangguran, defisit). Landasan dari keyakinan ini adalah berlakunya (a) Hukum Says yang menyatakan Suply creates its own demand atau penawaran akan menciptakan permintaannya sendiri dan (b) anggapan bahwa semua harga bersifat fleksibel (naik dan turun) berdasarkan hukum pasar. 3. Di pasar tenaga kerja, dalam jangka pendek hanya ada pemgangguran sukarela. Tetapi pengangguran inipun hanya bersifat sementara, karena pabila harga-harga turun (termasuk tingkat upah), maka konsumsi dan produksi akan kembali lagi ke tingkat semula (yaitu tingkat full employment). 4. Di pasar uang, Kaum Klasik mempunyai Teori Kuantitas, yang menyatakan bahwa permintaan akan uang adalah proporsional dengan nilai transaksi yang dilakukan masyarakat (Md = PQ). Di pasar uang ini ditentukan tingkat harga umum; apabila jumlah uang yang beredar (penawaran akan uang) naik, maka tingkat hargapun akan naik. Ms = PQ P = Ms/Q 5. Dalam sistem standar kertas, tidak ada proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga. Disini kaum Klasik melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 6. Dalam sistem standar emas, ada mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan harga. Disini peranan pemerintah tidak dianggap perlu. Pada sistem standar emas, jumlah uang yang beredar akan otomatis menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. 7. Di pasar luarnegeri, mekanisme otomatis menjamin keseimbangan neraca perdagangan, melalui (a) mekanisme Hume, dalam sistem standar emas atau (b) mekanisme kurs devisa mengambang dalam sistem standar kertas.

4
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

III. TEORI MAKRO KEYNES DI PASAR BARANG


1. Keynes berpendapat bahwa sistem laissez faire murni tidak dapat dipertahankan. Pada tingkat makro, pemerintah harus secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian ke arah posisi keseimbangannya (full employment nya), sebab mekanisme otomatis ke arah posisi tersebut tidak dapat diandalkan. 2. Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (atau output/produksi yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi kekurangan produksi. Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersamaan. 3. Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka terjadi situasi kelebihan produksi. Pada periode berikunya output akan turun atau harga akan turun, atau keduanya terjadi secara bersamaan. 4. Inti dari kebijakan makro Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian mempengaruhi situasi makro), agar mendekati posisi full employment nya. 5. Permintaan agregat adalah seluruh jumlah uang yang dibelanjakan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk membeli barangdan jasa dalam suatu tahun tertentu. Barang dan jasa diartikan sebagai barang dan jasa yang diproduksi dalam tahun tersebut (barang bekas atau barang yang yang diproduksikan tahun-tahun sebelumnya atau barang yang tidak diproduksikan seperti tanah, tenaga kerja, tidak termasuk dalam pengertian barang dan jasa disini). 6. Dalam perekonomian tertutup permintaan agregat (Z) terdiri dari tiga unsur yaitu 1. pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga ( C ), 2. pengeluaran untuk investasi oleh Produsen ( I ) dan 3. pengeluaran oleh Pemerintah ( G ). Z = C+ I + G Pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat (Z) secara langsung melalui pengeluaran pemerintah dan secara tidak langsung terhadap pengeluaran konsumsi dan pengeluaran investasi. 7. Masing-masing unsur permintaan agregat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Pengeluaran konsumsi ( C ) bergantung pada pendapatan yang diterima oleh rumah tangga ( Y )dan kecenderungan berkonsumsinya ( c ) C=cY

5
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

Pengeluaran investasi bergantung pada keuntungan yang diharapkan (marginal efficiency of capital) dan biaya modal (tingkat bunga). Produsen akan berinvestasi apabila persentase keuntungan yang diharapkan lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga modal. Pengeluaran pemerintah ditentukan oleh oleh proses politik yang sangat kompleks dan dalam teori ekonomi makro dianggap eksogen. 8. Perubahan dari unsur-unsur permintaan agregat (pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi dan pengeluaran pemerintah) mempengaruhi tingkat permintaan agregat melalui proses berantai atau proses multiplier. Bila unsur ini meningkat dengan Rp 1,00, maka tingkat permintaan agregat akan meningkat dengan suatu kelipatan dari Rp 1,00. Pelipat atau multiplier ini bergantung pada besarnya kecenderungan masyarakat untuk berkonsumsi (marginal propensity to consume).

6
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

IV. TEORI MAKRO KEYNES DI PASAR UANG DAN PASAR TENAGA KERJA
1. Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan uang dengan penawaran akan uang. Permintaan akan uang adalah kebutuhan masyarakat akan uang tunai untuk menunjang kegiatan ekonominya. Sedangkan penawaran akan uang adalah jumlah uang yang disediakan oleh pemerintah dan bank-bank, yaitu seluruh uang kartal dan uang giral yang beredar. Menurut Keynes, permintaan akan uang akan bersumber pada 3 (tiga) motif kebutuhan akan uang, yaitu (1) kebutuhan transaksi, (b) kebutuhan berjaga-jaga dan (c) kebutuhan spekulasi. Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh : (a) volume output yang ditransaksikan (yaitu GDP riil) dan (b) tingkat harga umum. Dalam hal ini Keynes tidak berbeda dengan teori makro klasik. Permintaan uang untuk berjaga-jaga relatif kecil dan dalam analisis biasanya diabaikan. Permintaan untuk spekulasi (yang membedakan teori Keynes dengan teori kuantitas) adalah permintaan akan uang tunai untuk memperoleh keuntungan. Caranya adalah dengan berspekulasi dalam pasar obligasi (surat berharga). Apabila harga obligasi diharapkan (diperkirakan) untuk naik di masa akan datang, maka orang akan membeli obligasi dengan uang tunainya pada saat ini. Sebaliknya apabila harga obligasi diperkirakan turun, maka permintaan akan uang tunai saat ini bertambah (atau orang lebih senang menjual obligasi yang dipegangnya dan memperoleh atau memegang uang tunai sekarang/saat ini). Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berlaku adalah kebalikan. Harga obligasi naik berarti tingkat bunga turun. Sebaliknya, harga obligasi turun berarti tingkat bunga naik Bila harga obligasi diperkirakan akan naik, ini berarti harga obligasi saat ini dianggap terlalu rendah. Bila harga obligasi diperkirakan akan turun, ini berarti harga obligasi saat ini dianggap terlalu tinggi Atas dasar logika dalam point 4, 5 dan 6 di atas, Keynes menyatakan bahwa permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi, apabila tingkat bunga saat ini (dirasa) terlalu rendah, dan permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini rendah apabila tingkat bunga saat ini (dirasa) tinggi. Hubungan berkebalikan antara permintaan akan uang dengan tingkat bunga adalah inti dari teori moneter Keynes.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

7
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

8.

Perminmtaan total masyarakat terhadap uang tunai adalah permintaannya untuk transaksi ditambah permintaan untuk transaksi. Md = P[k.Q + (r)] (Permintaan untuk berjaga-jaga diabaikan)

9.

Permintaan total tersebut adalah Liquidity Preference. Di pasar uang, liqudity preferece bertemu dengan penawaran akan uang dan menentukan harga dari penggunaan uang, yaitu tingkat bunga.

10. Tingkat bunga merupakan penghubung utama antara pasar uang dengan pasar barang, sebab tingkat bunga menentukan pengeluaran investasi oleh para investor. Selanjutnya pengeluaran investasi tersebut menentukan permintaan agregat (Z) 11. Penghubung lain antara kedua pasar barang dan pasar uang adalah tingkat harga (P) dan output (Q), karena kedua variabel ini mempengaruhi Liquidity preference (Md). Jadi hubungan antara kedua pasar tersebut adalah timbal balik

Pasar Barang

Tingkat bunga ( r )

Pasar Uang

P dan Q

12. Dalam teori Keynes, pasar tenaga kerja mengikuti pasar barang. Apabila output (Q) naik maka jumlah orang yang bekerja (N) juga naik. Sebaliknya apabila output (Q) turun maka jumlah orang yang bekerja (N) juga turun. 13. Keynes menekankan bahwa proses makro adalah proses menuju keseiimbangan umum (general equilibrium). Apabila terjadi suatu perubahan (misalnya, I atau G atau Ms berubah), maka akan mempunyai pengaruh berantai terhadap semua pasar. Perekonomian akan menyesuaikan diri (terhadap perubahan tersebut) sehingga tercapai posisi keseimbangan umum yang baru. Posisi keseimbangan umum diartikan sebagai posisi di mana semua pasar (barang, uang, tenaga kerja) berada pada posisi keseimbangannya secara bersama-saman. Suatu perekonomian akan selalu bergerak menuju posisi keseimbangan umumnya.

8
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

V. UANG BEREDAR DAN KEBIJAKAN MONETER


1. Jumlah uang yang beredar tidak seluruhnya ditentukan oleh pemerintah. Perilaku bank-bank dan masayarakat umum ikut menentukan pula proses timbulnya uang beredar, meskipun pemerintah masih tetap merupakan pelaku yang paling menentukan. 2. Ada dua pengertian mengenai uang yang beredar yaitu a. Narrow money (uang kartal plus uang giral dan b. Broad money (uang kartal plus uang giral (narrow money) plus quasi money). Quasi money mencakup saldo deposito berjangka dan simpanan tabungan di bank. Dalam keadaan normal kedua konsep uang beredar tersebut berkembang sejalan satu satu sama lainnya, dalam keadaan lain tidak. 3. Proses penciptaan uang beredar berawal dari timbulnya uang inti (reserve money). Uang inti adalah seluruh uang yang dikeluarkan oleh pemerintah (bank sentral) plus saldo rekening koran milik- bank-bank (atau masyarakat) pada bank sentral. Uang inti bisa dilihat pula sebagai penjumlahan antara uang kartal dengan cadangan bank (reserve). 4. Jumlah uang inti di masyarakat meningkat karena tiga sebab yaitu : a. surplus neraca pembayaran (nilai ekspor) b. defisit APBN yang dibiayai dengan pencetakan uang baru c. Kenaikan kredit bank sentral pada bank-bank umum dan kepada lembaga-lembaga lain. Sebaliknya uang inti akan berkurang karena a. Defisit neraca pembayaran (nilai impor) b. Surplus APBN dan penrurunan kredit bank sentral kepada bank-bank umu dan lembaga lainnya. 5. Dalam proses penciptaan uang, bagian dari uang inti yang dipegang oleh masyarakat umum langsung menjadi uang kartal, sedangkan sisanya yang dipegang oleh-bank-bank umum sebagai cadangan bank, kemudian melipat diri menjadi uang giral. 6. Proses penciptaan uang beredar dari uang inti tersebut diringkas dalam konsep money multiplier (nilai pelipat uang) yang menghubungkan antara uang inti dengan jumlah uang beredar. Nilai dari money multiplier tergantung pada (a) kecenderungan masyarakat memegang uangnya dalam bentuk kartal (u = K/Ms) dan (b) berapa besar cadangan yang dipegang bank umum untuk menjamin uang giral (v = R/D). Semakin besar u dan v semakin kecil nilai money multiplier. Nilai money multiplier biasanya lebih besar dari satu, artinya setiap Rp 1,00 uang inti bisa menimbulkan lebih dari Rp 1,00 uang beredar.

9
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

7. Kebijakan moneter adalah kebijakan untuk mempengaruhi proses penciptaan uang beredar tersebut. Pemerintah atau bank sentral bisa melakukan hal ini dengan mempengaruhi secara tidak langsung nilai money multiplier dan secara langsung besarnya uang inti. Berbagai intrumen kebijakan moneter sanagt diperlukan untuk mempengaruhi variabel tersebut. 8. Menurut Keynes, kebijakan moneter bisa mempengaruhi situasi makro lewat jumlah uang beredar, kemudian tingkat bunga, kemudian pengeluaran investasi dan selanjutnya permintaan agregat. 9. Ada dua kritik mengenai keampuhan kebijakan moneter dalam praktek. Pertama Keynes menyatakan bahwa kebijakan moneter tidak efektif dalam masa depresi karena ada Liquidity trap. Liqudity trap timbul karena tingkat bunga menjadi tidak elastis (tidak berubah) terhadap perubahan jumlah uang yang beredar. Kedua, pengaruh kebijakan moneter sulit diterka (kapan dan berapa besarnya) sehingga menyulitkan penggunaanya dalam praktek. Disarankan agar pemerintah secara otomatis dan teratur menaikkan jumlah uang beredar sesuai dengan kenaikan kebutuhan uang rata-rata sebagai ganti dari kebijakan moneter.
Tingkat bunga

Ms

Ms

Liquidity Trap

Jumlah uang beredar

Gambar 1. Liquidity trap pada saat depresi

10
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

KONSEP DASAR KEBIJAKAN MONETER


1. Uang beredar Arti sempit : Ms = K + D Arti luas : Ms = K + D + T K = Uang kartal yaitu uang tunai yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat untuk menggunakannya G = Giral yaituseluruh nilai saldo rekening korang (giro) yang dimiliki masyarakat pada bank-bank umum T = Uang kuasi yaitu saldo deposito berjangka ari tabungan milik masyarakat pada bank-bank 2. Uang inti merupakan inti dari proses penciptaan uang, baik penciptaan uang kartal maupun giral. Dengan kata lain tanpa uang inti maka tidak akan tercipta uang kartal maupun giral. 3. Uang inti bertambah atau berkurang ( H ) karena : a. Defisit/surplus neraca pembayaran (X-M) ; X = nilai penerimaan ekspor, M = nilai pengeluaran impor b. Defisit/surplus APBN (A) c. Jumlah Kredit Langsung Bank Sentral (Bank Indonesia) kepada badan-badan resmi tertentu, misalnya Pertamina atau BUMN lainnya ( B1) d. Kredit Liquiditas Bank Sentral (Bank Indonesia) kepada bank-bank umum, misalnya dalam rangka program pembangunan prioritas (B2) H = (X-M) + A + B1 + B2 Uang inti dapat berbentuk kartal maupun giral, oleh sebab itu dilihat dari jenisnya maka perubahan uang inti adalah H = K + R apabila uang inti berbentuk giral (R) maka uang giral tersebut akan mengalami pelipatan nilai uang (money multiplier) dengan koefisien . 1 . u + v ( 1 u)

u = K/Ms, adalah persentase uang kartal yang dipegang oleh masyarakat dari seluruh jumlah uan yang beredar v = R/D, adalah persentase jaminan (nilai uang tunai atau inti/Cash Ratio) yang dipegang bank-bank umum bagi saldo rekening giro milik masyarakat yang

11
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

dikelola (disimpan) dan tidak diusahakan (digolang-sd). Besarnya v (cash ratio) ditentukan (a) Pemerintah (Bank sentral) dan (b) bank yang bersangkutan 4. Dengan demikian perubahan jumlah uang beredar bergantung pada koefisien pelipat uang dan uang inti : Ms = . 1 . [(X-M) + A + B1 + B2] u + v ( 1 u)

5. Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (atau bank sentral) untuk mempengaruhi situasi makro yang dilaksanakan melalui proses perubahan jumlah uang yang beredar atau proses penciptaan uang yang dilakukan melalui pasar uang. 6. Dengan mempengaruhi jumlah uang yang beredar maka akan mempengaruhi tingkat bunga. Dengan perubahan tingkat bunga maka akan mempengaruhi jumlah Investasi dan selanjutnya permintaan agregat ( ingat ! Z = C + I + G ). Kebijakan moneter Ms r I Z P,Q (harga dan GDP)

7. Dalam mengeluarkan kebijakan moneter pemerintah menggunakan intrumen kebijakan moneter yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi variabel yang mempengaruhi jumlah uang yang beredar sebagai berikut : Yang mempengaruhi koefisien multiplier 1. Cash Ratio 2. Discount rate 3. Bunga giro dan deposito Yang mempengaruhi uang inti : 1. Pajak ekspor 2. sertifikat ekspor 3. Bea masuk 4. Pajak lain 5. Pengeluaran pemerintah 6. Bunga kredit bank 7. Pengawasan kuantitatif 8. Batas/plafond kredit
Keterangan : Ms r I Z P,Q = = = = =

Ms

P,Q

Uang beredar Tingkat suku bunga Investasi Permintaan Agregat Gross Nasional Produk (yang ditentukan oleh harga dan jumlah produk)

12
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

VI. KEBIJAKAN FISKAL


1. Kebijakan fiskal adalah kebijakan makro yang dilaksanakan lewat APBN. Suatu kebijakan fiskal dicerminkan oleh struktur pos-pos dalam APBN, dan bukannya hanya oleh nilai total penerimaan dan pengeluarannya 2. Secara garis besar ada tga pos utama pada sisi pengeluaran APBN, yaitu pembelian barang dan jasa (G), gaji pegawai (W) dan transfer of payments ( R ). Pada sisi penerimaan adda empat po penting, yaitu peneriaan pajak (T), keredit dari bank sentral (U), pinjaman dari masyarakat dalam negeri (B) dan pinjaman dari luar negeri (F). Masing-masing pos mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perekonomian. 3. Pengeluaran total APBN selalu sama dengan penerimaan totalnya. Dalam pengertian akuntansi ini APBN selalu seimbang. Dalam penegrtian ekonomi, APBN bisa efisit, surplus atau seimbang. Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit, surplus dan seimbangan. Pengertian a. Perbandingan antara penerimaan pajak (T) dengan seluruh pengeluaran (G+W+R) yaitu : Apabila (G+W+R) > T, maka APBN disebut defisit Apabila (G+W+R) < T, maka APBN disebut surplus Apabila (G+W+R) = T, maka APBN disebut seimbang b. Perbandingan antara penerimaan pajak (T) ditambah pnijaman ari masyarakat alam negeri (B) dengan seluruh pengeluaran (G+W+R) yaitu : Apabila (G+W+R) > T + B, maka APBN disebut defisit Apabila (G+W+R) < T + B, maka APBN disebut surplus Apabila (G+W+R) = T + B, maka APBN disebut seimbang c. Jumlah Pinjaman dari bank sentral atau ada tidaknya pencetakan uang baru atas permintaan pemerintah : Apabial U > 0, maka APBN disebut defisist Apabial U < 0, maka APBN disebut surplus Apabila U = 0, maka APBN disebut seimbang 4. Pengaruh dari perubahan masing-masing pos terhadap perekonomian bisa dibedakan menjadi dua, yaitu : pengaruh putaran pertama dan putaran terakhir. Pengaruh pertama adalah pengaruh awal dari kebijakan tersebut terhadap permintaan agregat. Pengaruh akhir adalah pengaruh dari kebijakaan tersebut pada proses menuju pada keseimbangan umum yang baru. 5. Pada putaran pertama setiap rupiah perubahan pengeluaran pemerintah (G) akan mengubah permintaan agregat (Z) sebesar 1/(1-c) rupiah dan setiap rupiah perubahan upah pegawai (W) dan Transfer of payments (R) akan mengubah

13
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

RINGKASAN MATERI KULIAH EKONOMI MAKRO

permintaan agregat (Z) sebesar c/(1-c) rupiah. Dengan demikian G akan lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan W atau R. 6. Pada putaran pertama, setiap perubahan Pajak (T) akan mengubah permintaan agregat (Z) sebesar c/(1-c). Pajak bisa dianggap sebagai transfers of payments (R) negatif. Pos-pos lain pada sisi penerimaan menpunyai pengaruh utama pada pasar uang dan melalui ini akan berpengaruh terhadap permintaan agregat. Kredit dari bank sentral mempunyai pengaruh inflasioner.

14
Dosen : Ir. Krisdinar Sumadja

You might also like