Professional Documents
Culture Documents
II.
III.
IV.
5. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak.
V.
Apa yang harus dilaksanakan pegawai tetap bila ia berhenti bekerja atau pensiun?
Apabila pegawai tetap berhenti bekerj atau pensiun pada bagian tahun takwim, maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2) diberikan oleh pemberi kerja selambat lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
VI.
VII.
IX.
X.
Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerimaan pensiun yang menerima pensiun secara bulanan
1. Penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan PTKP. 2. Besarnya biaya pensiun yang diperkenankan adalah 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi tingginya Rp 423.000,00 setahun atau Rp 36.000,00 sebulan 3. PTKP sama dengan PTKP untuk pegawai tetap 4. Tariff yang digunakan sama dengan tariff untuk pegawai tetap
XI.
Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai
1. Penghasilan kena pajak dihitung dari pengahsilan Bruto dikurangi dengan PTKP. 2. PTKP sama dengan PTKP untuk pegawai tetap. 3. Tarif yang digunakan sama dengan tariff untuk pegawai tetap.
XII.
Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untu tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
1. Tariff yang digunakan sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau terutang. 2. Perkiraan penhasilan neto adalah sebesar 40% dari penghasilan Bruto berupa honorarium atau imbalan dengan nama apapun.
XIII. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima upah harian, upah mingguan, satuan, borongan dan uang saku harian
Tariff sebesar 10% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp 24.000,00 tetapi tidak melebihi Rp 240.000,00 dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan secara bulanan. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 240.000,00 maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP yang sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi dengan 360.
Yang dimaksud dengan : 1. Upah/uang saku harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar jumlah hari kerja; 2. Upah mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara mingguan; 3. Upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar banyaknya satuan yang dihasilkan; 4. Upah borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaan tertentu.
XIV. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima uang tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus
Dipotong denga tariff bersifat final sebesar : o 10% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya Rp 25.000.000,00 o 15% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya lebih dari Rp 25.000.000,00 Kecuali atas jumlah penghasilan bruto Rp 8.640.000,00 atau kurang, tidak dipotong PPh pasal 21.
XV.
Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima uang pesangon yang dibayarkan sekaligus
Dipotong pajak sebesar : o 10% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya Rp 25.000.000,00 o 15% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya lebih dari Rp 25.000.000,00 Kecuali atas jumlah pengahsilan bruto Rp 17.280.000,00 atau kurang tidak dipotong PPh pasal 21.
XVI. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima hadiah dan penghargaan dengan nama dalam bentuk apapun.
o o Penerima hadiah dan penghargaan dengan nama dalam bentuk apapun. Atas hadiah atau penghargaan dipotong PPh pasal 21 dengan tariff sebesar 15% dari jumlah bruto, dan bersifat final.
XVII. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk petugas dinas luar asuransi dan petugas penjaja barang dagangan yang menerima komisi
o o Petugas dinas luar asuransi penjaja barang dagangan yang menerima komisi. Atas komisi yang diterima diterapkan tariff sebesar 10% bersifat final dengan syarat petugas tersebut bukan pegawai tetap.