You are on page 1of 4

Nama NRP

: Lissa Hardanti : 2010310023

Matkul : Dasar Dasar Akuntansi II


I. Pengertian
Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak atas pengahasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan denga pekerjaan / jabatan, jasa, dan kegiatan.

II.

Wajib Pajak PPh pasal 21


a. b. c. d. e. Pegawai Tetap Pegawai Lepas Penerima Pensiun Penerima Honorarium Penerima Upah

III.

Pemotong Pajak PPh pasal 21


Pemberi Kerja Bendaharawan Pemerintah Dana Pensiun, PT. Taspen, PT. Astek, badan penyelenggara Jamsostek Perusahaan Yayasan

IV.

Objek Pajak PPh pasal 21


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan teratur, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun; 2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan yang biasanya dibayarkan sekali dalam setahun; 3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan; 4. Uang tebusan pension, uanng tabungan hari tua atau tunjangan hari tua (THT), uan pesangon dan pembayaran lain sejenis;

5. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak.

V.

Apa yang harus dilaksanakan pegawai tetap bila ia berhenti bekerja atau pensiun?
Apabila pegawai tetap berhenti bekerj atau pensiun pada bagian tahun takwim, maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2) diberikan oleh pemberi kerja selambat lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.

VI.

Bagaimana Penerapan Penghitungan PPh pasal 21 Untuk Pegawai Tetap?


Penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pension termasuk iuran Tabungan Hari Tua (THT), (kecuali iuran THT pegawai negeri sipil/ anggota ABRI/ (pejabat negara) dan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).

VII.

Berapa Besar Tarif Biaya Jabatan?


Biaya jabatan itu ialah biayan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, yang besarnya 5% dari penghasilan bruto setinggi tingginya Rp. 1.296.000,00 setahun atau Rp. 108.000,00 sebulan.

VIII. Besarnya PTKP


1. Untuk diri pegawai Setahun = Rp 2.880.00,00 Sebulan = Rp 240.000,00 2. Tambahan untuk pegawai yang menikah Setahun = Rp 1.440.00,00 Sebulan = Rp 120.000,00 3. Tambahan untuk seorang istri yang mempunyai penghasilan dari usaha atau pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan suami atau anggota lain keluarga lainnya Rp 2.880.000,00 4. Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang setiap keluarga Rp 1.440.000,00.

IX.

Tarif Pajak sesuai dengan pasal 17


Lapisan penghasilan kena pajak tarif pajak : o Sampai dengan Rp 25.000.000,00 = 5% o Diatas Rp 25.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000,00 = 10% o Diatas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 100.000.000,00 = 15% o Diatas Rp 100.000.000,00 sampai dengan Rp 200.000.000,00 = 25% o Diatas Rp 200.000.000,00 = 35%

X.

Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerimaan pensiun yang menerima pensiun secara bulanan
1. Penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan PTKP. 2. Besarnya biaya pensiun yang diperkenankan adalah 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi tingginya Rp 423.000,00 setahun atau Rp 36.000,00 sebulan 3. PTKP sama dengan PTKP untuk pegawai tetap 4. Tariff yang digunakan sama dengan tariff untuk pegawai tetap

XI.

Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai
1. Penghasilan kena pajak dihitung dari pengahsilan Bruto dikurangi dengan PTKP. 2. PTKP sama dengan PTKP untuk pegawai tetap. 3. Tarif yang digunakan sama dengan tariff untuk pegawai tetap.

XII.

Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untu tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
1. Tariff yang digunakan sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau terutang. 2. Perkiraan penhasilan neto adalah sebesar 40% dari penghasilan Bruto berupa honorarium atau imbalan dengan nama apapun.

XIII. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima upah harian, upah mingguan, satuan, borongan dan uang saku harian
Tariff sebesar 10% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp 24.000,00 tetapi tidak melebihi Rp 240.000,00 dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan secara bulanan. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp 240.000,00 maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP yang sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi dengan 360.

Yang dimaksud dengan : 1. Upah/uang saku harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar jumlah hari kerja; 2. Upah mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara mingguan; 3. Upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar banyaknya satuan yang dihasilkan; 4. Upah borongan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaan tertentu.

XIV. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima uang tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus
Dipotong denga tariff bersifat final sebesar : o 10% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya Rp 25.000.000,00 o 15% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya lebih dari Rp 25.000.000,00 Kecuali atas jumlah penghasilan bruto Rp 8.640.000,00 atau kurang, tidak dipotong PPh pasal 21.

XV.

Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima uang pesangon yang dibayarkan sekaligus
Dipotong pajak sebesar : o 10% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya Rp 25.000.000,00 o 15% dari penghasilan Bruto jika penghasilan brutonya lebih dari Rp 25.000.000,00 Kecuali atas jumlah pengahsilan bruto Rp 17.280.000,00 atau kurang tidak dipotong PPh pasal 21.

XVI. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk penerima hadiah dan penghargaan dengan nama dalam bentuk apapun.
o o Penerima hadiah dan penghargaan dengan nama dalam bentuk apapun. Atas hadiah atau penghargaan dipotong PPh pasal 21 dengan tariff sebesar 15% dari jumlah bruto, dan bersifat final.

XVII. Penerapan penghitungan PPh pasal 21 untuk petugas dinas luar asuransi dan petugas penjaja barang dagangan yang menerima komisi
o o Petugas dinas luar asuransi penjaja barang dagangan yang menerima komisi. Atas komisi yang diterima diterapkan tariff sebesar 10% bersifat final dengan syarat petugas tersebut bukan pegawai tetap.

You might also like