You are on page 1of 29

MIK OGI OL Trichophyton Trichophyton rubrum m entagrophytes Dermatophytes antropofilik, ectothrix Epidem ophyton floccosum Sensitif terhadap suhu

dingin (media perbenihan tidak boleh disimpan di dalam lemari es 40C)

Tesurease H perforation test air Makroskopis

Mikroskopis

Negatif Negatif Tumbuh lambat (2-3 minggu) Koloni putih seperti bludru (velvety), ditutupi oleh aerial miselium Reverse side media : pigmen merah anggur Macroconidia : pencil-shaped Microconidia : teardrops-shaped, hifa

Positif Positif Tumbuh setelah 8- Koloni tumbuh lambat, 10 hari bentuk datar, velvety, Koloni tergantung kuning-hijau menjadi spesies : woolly, coklat muda (warna fluffy, cottony, khaki), bag.perifer granuler, powdery, dikelilingi warna orangevelvety coklat bbrp minggu, Reverse side media : koloni menjadi cottony warna merah dengan aerial hifa putih anggur Macroconidia : - Macroconidia : dinding cigar-shaped tipis & halus, clavate, dengan 2-5 septum club-shaped septate yang menyempit macroconidia (septum 2pada tempat 4), tersusun 2-3 (seperti perlekatan dengan jari tangan) pada dasar konidiofor Microconidia : bulat, - Microconidia : tidak ada, berkelompok spiral hyphae jarang seperti buah anggur, ditemukan, spiral hyphae klamidospora banyak

Definisi Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus, bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.

Etiologi Jamur dermatofita yang sering ditemukan pada kasus tinea kruris adalah, E.Floccosum, T. Rubrum, dan T. Mentagrophytes. Epidemiologi Pria lebih sering terkena daripada wanita. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain. Faktor Riksiko Pada keadaan : Lembab Panas Sepatu yang basah Orang gemuk

D atophytosis - Tinea cruris erm

Gejala klinik: Bervariasi ! Tergantung : lokasi kelainan, respon imun, jenis spesies KHAS !! - Kelainan berbatas tegas & meninggi - Efloresensi kulit (polimorf) - Central clearing - Pruritus ,Tidak khas infeksi sekunder, terapi kortikosteroid (Tinea inkognito)

Komplikasi : super infeksi Dasar Diagnosis Anamnesis :

Wanita, 30 tahun, TB/BB = 160 cm/60 kg, IRT, keluhan berupa makula eritem yang terasa gatal di kedua inguinal. Gatal terutama terasa bila berkeringat dan sangat mengganggu aktivitas. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan lalu, awalnya makula eritem ukuran numular hanya pada inguinal sinistra dan makin melebar mengenai inguinal dextra dan genitalia externa.

Riwayat pengobatan : pakai bedak salisil belum ada perbaikan ; 2 minggu lalu pakai obat anti gatal mengurangi gatal, bercak tetap. Riwayat kebiasaan : mandi 2x/hari ; bekerja dari pagi-sore ; mengganti pakaian sesudah mandi. Px menyangkal penyakit kronis (DM, hipertensi, sakit paru) dan tidak memiliki kebiasaan menelan obat-obatan atau jamu bila tidak sakit.

Pemeriksaan Fisik :

K.U : c.m, secara general tampak sakit ringan. V.S : T 120/80 mmHg (N) ; N 70x/m (N) ; R 22x/m (N) ; S 36,6 oC (N) Kepala, leher, thoraks, abdomen, dan extremitas dalam batas normal Regio inguinal bilateral, supra-pubis, dan genital externa tampak plak tipis eritematosa terutama di tepi, di bagian tengah berupa makula hiperpigmentasi, batas tegas, disertai skuama putih kering terutama di tepi.

Status Dermatologikus :

Pemeriksaan Penunjang (mikros) : Kerokan kulit diberi lar. KOH 10% tampak hifa panjang bercabang.

Pemeriksaan penunjang

Lampu Wood: pada sebagian tinea kapitis, fluoresensi kuning kehijauan. Kebanyakan dermatophytes tidak ber-fluoresen, kecuali Microsporum canis and Microsporum andouinii. Wood's light examination dapat juga membantu menyingkirkan erythrasma yang disebabkan bakteri Corynebacterium minutissimum yang berfloresen merah coral. Jika hasil positif, Wood's light examination dapat membantu menentukan perluasan infeksi, identifikasi area untuk sampling dan evaluasi respon pengobatan. Pemeriksaan ini juga berguna untuk menguji kontak dari orang yang terinfeksi.

Pemeriksaan mikologis: Langsung Biakan

Pemeriksaan mikologis langsung Pemeriksaan mikroskopis merupakan pusat utama diagnosis dari infeksi tinea manapun. Pemeriksaannya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah dengan identifikasi dermatofit yang sangat sensitif dan spesifik.
-

Pengambilan spesimen: Bersihkan lokasi dgn alkohol 70% Kulit glabrosa: kerokan skuama pada tepi lesi yg aktif dgn skalpel tumpul, potongan atap vesikel Rambut: cabut rambut yg rapuh, kerokan skuama skalp, pus (kerion) Kuku Bergantung bentuk kelainan: kerokan pd daerah yang rusak oleh invasi jamur, ujung proksimal dari perjalanan penyakit Cara pemeriksaan: Sediaan basah KOH 10% (rambut), 20% (kulit), 30% (kuku) utk hancurkan epitel & debris sediaan jernih Dapat + zat warna, mis: tinta parker blue-black Mikroskop cahaya pembesaran 100X & 400X Hasil positif jika ditemukan hyphae infeksi jamur dan jika ditemukan pseudohyphae atau yeast-forms infeksi Candida or Pityrosporum.

Hifa sejati : Garis sejajar

Sekat lengkap Cabang dikotom

Artrospora: segmen hifa menggembung dan dinding menebal terpisah Pemeriksaan biakan

Media agar dekstrosa Sabouraud Untuk menunjang diagnosis dan menentukan spesies dermatofita Tidak rutin dilakukan; untuk: Penelitian epidemiologis; Prognosis: antropofilik biasanya kronik berulang.

MORFOLOGI KELAINAN KULIT

Distribusi : lokalisata (lokasi tertentu) ; regioner (regio tertentu/ bbrp regio) ; generalisata ( sebagian besar bagian tubuh/ banyak regio tubuh) ; universalis (seluruh tubuh/>90%) Pola karakteristik : simetris, asimetris, unilateral, dermatomal. Lokasi : lokasi lesi Lesi : Jumlah : soliter (satu) ; multiple (>1) Penyebaran : diskret (terpisah) ; konfluens (bersatu) Batas : sirkumskrip (tegas) ; difus ( tidak tegas) Bentuk : teratur atau tidak teratur Susunan : liniar (garis lurus) ; sirsinar/anular (lingkaran) ; arsinar (bulan sabit) ; herpentiformis (vesikel berkelompok) ; serpiginosa (menjalar) ; irisformis (eritem bulat dengan vesikel lebih gelap di tengahnya). Ukuran : miliar (ujung jarum pentul) ; lentikular (biji jagung) ; gutata (tetes air) ; numular (uang logam) ; plakat (telapak tangan) Permukaan : halus /kasar Kering / basah

Efloresensi : Primer : makula, papula, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustula, kista, abses. Sekunder : krusta, skuama, ulkus, erosi, sikatriks.

DERMATOTERAPI Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam cara,: a. Sistemik b. Topical c. Intralesi. Jika cara pengobatan di atas belum memadai, maka dapat dipergunakan cara lain, yaitu: Radioterapi

Sinar ultraviolet Pengobatan laser Krioterapi Bedah listrik Bedah scalpel

Pengobatan topical Kegunaan dan khasiat pengobatan topical didapat dari pengaaruh fisik dan kimiawi obat-obat yang diaplikasikan di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain mengeringkan, membasahi, melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi dari pengaruh buruk dari luar. Prinsip obat topical secara umum terdiri atas 2 bagian: a. Bahan dasar (vehikulum) b. Bahan aktif A. Bahan Dasar (vehikulum) Pada umumnya, keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah, misalnya kompres. Dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering, misalnya salap. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi: 1. Cairan 2. Bedak 3. Salap Disamping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu: 4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.

5. Krim, yaitu campuran cairan dan salap. 6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak. 7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salap.

Cairan Cairan terdiri atas: a. Solusio artinya dalam air b. Tingtura artinya larutan dalam alcohol Solusio dibagi dalam: 1. Kompres 2. Rendam (bath) misalnya rendam kaki, rendam tangan 3. Mandi (full bath) Prinsip pengobatan cairan adalah membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta, dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topical yang pernah dipakai. Di samping itu terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula dan pustule. Hasil akhirnya, yang basah menjadi kering, permukaan menjadi bersih, dan terjadi epitelisasi. Pengobatan cairan berguna untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-macam dermatosis. Pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan harus dipantau secara teliti, kalo sudah mulai kering, pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan dan diganti pengobatan lain. Cara kompres lebih disukain daripada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi. Bahan aktif yang dipakai dalam, kompres adalah biasanya bersifat astringen dan antimikroba. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.

Terdapat 2 macam cara kompres, yaitu:


1. Kompres terbuka atau kompres permeable yang terdiri atas beberapa lapis kain kasa

tipis yang bersifat absorben dan non iritasi. Maksud kompres terbuka adalah penguapan dan absorbs pada radang superficial. Indikasi: dermatitis madidans dengan edema,eritema, dan eksudasi.
2. kompres tertutup atau kompres impermeable ialah cara kompres yang ditutup dengan

bahan impermeable, misalnya plastic. Cara ini mencegah evaporasi, menahan panas, dan menyebabkan maserasi. Indikasi : proses inflamasi yang dalam, misalnya selulitis dan abses. Cara mengompres yang tepat pakailah kain kompres yang halus, putih dan bersih rendam kain ini ke dalam cairan dan kain diperas sedikit agar tidak terlalu basah kain basah diletakkan di atas lesi selama 10 menit dan diulangi 4-6 kali sehari. Kain kompres dapat dipakai lagi setelah dicuci dan dikeringkan. Sewaktu mengompres jangan lakukan hal-hal berikut; o Jangan pakai kain kasa karena kasa terlalu kasar dan daya serap cairan terbatas. o Jangan mengompres terlalu lama karena cairan akan menguap sehingga konsentrasi zat aktif meninggi dan dapat merangsang lesi o Jangan pake kain kompres yang terlalu basah, sehingga mengotori pakaian, seprei, lantai dan sebagainya o Jangan berikan pengobatan kompres kepada orang yang tidak mempunyai kesempatan dan waktu untuk mengompres o Jangan pakai terlalu banyak jenis kompres. Cairan kompres yang dipakai

Bedak

Sol.acid.boric. 2-3% Sol.perm.kalic. 1/10000 1/20000 Liq. Burowi diencerkan 50 kali Air dingin untuk mengurangi gatal Larutan garam untuk membersihkan lesi.

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis dikulit yang tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali. Efek bedak ialah: mendinginkan antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi antipruritus lemah mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertigo) proteksi mekanis.

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya adalah talcum venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini berfiat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptic lemah dan antipruritus lemah. Indikasi pemberian bedak adalah: dermatosis yang kering dan superfisialis mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah misalnya pada varisel dan herpes zoster. Kontaindikasi: dermatitis yang basah terutama bila disertai infeksi sekunder.

Salap Salap adalah bahan berlemak atau sperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tapi dapat pula lanolin atau minyak. Indikasi pemberian salap: 1. dermatosis yang kering dan kronik 2. dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya 3. dermatosis yang bersisik dan berkrusta kontraindikasi ialah dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di seluruh tubuh.

Bedak Kocok Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase tersebut jangan dilamapui. Indikasi bedak kocok adalah: 1. dermatosis kering, superficial dan agak luas yang diinginkan adalah sedikit penetasi 2. pada keadaan subakut. Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah badan yang berambut. Krim

Krim adalah campurang, air (water (W)), minyak (oil (O)) dan emulgator. Krim ada 2 jenis: Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar. Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar. Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di dalam krim. Indikasi penggunaan krim ialah: 1. indikasi kosmetik 2. Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok. 3. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut. Pasta Pasta adalah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat protektif dan mengeringkan. Indikasi penggunaan pasta adalah dermatosis yang agak basah Kontraindikasi: dermatosis yang eksudatif dan daerah yang ebrambut. Untuk daerah yang berambut. Untuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat.

Linimen Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak dan salap. Indikasi: dermatosis yang subakut Kontraindikasi: dermatosis madidans.

Gel Adalah sejenis salap yang berbentk cairan kental, jernih dan tidak melekat. Bila dioleskan bertambah lama bertambah tipis. Gel merupakan campuran propilen glikol dengan karboksipolimetilen. Sewaktu dioleskan, kulit sering terasa tersengat. Sangat cocok untuk dioleskan di daerah berambut. Sampo Sampo mempunyai khasiat membersihkan yang lebih unggul daripada sabun padat karena menghasilkan lebih banyak buih. Apabila air di daerah tertentu banyak mengandung kalsium, magnesium dan zat besi, khasiat sampo sabun tersebut dapat berkurang, atau sama sekali hilang. Sampo sekarang kebanyakan mengandung lauril sulfat. BAHAN AKTIF Memilih obat topical selain factor vehikulum, juga factor bahan aktif yang dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topical. Khasiat bahan aktif topical dipengaruhi oleh keadaan fisiko kimia permukaan kulit, di samping komposisi formulasi zat yang dipakai. Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa factor, termasuk konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan efek vehikulum terhdap kulit. Bahan aktif yang digunakan diantaranya adalah: 1. Aluminium asetat Contohnya adalah larutan Burowi yang mengandung aluminium asetat 5%. Efeknya adalah astringen dan antiseptic ringan. Jika hendak digunakan sebagai kompres yang diencerkan 1:10. 2. Asam asetat

Dipakai sebagai larutan 1% untuk kompres, bersifat antiseptic untuk infeksi Pseudomonas sp. 3. Asam benzoate Mempunyai sifat antiseptic terutama fungisidal. Digunakan dalam salap. 4. Asam borat Konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau dalam salap berhubung efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelainan yang luas dan erosi terlebih-lebih pada bayi. 5. Asam salisilat Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topical. Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu. Pada konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik, pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada konsentrasi yang sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam, misalnya kalus dan veruka plantaris. Asam salisil dalam konsentrasi 1% dipakai sebagai kompres, bersifat antiseptic. Penggunaannya misalnya untuk dermatitis eksudatif. Asam salisil 3-5% juga besifat mempertinggi absorbs per kutan zat-zat aktif. 6. Asam undesilenat Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap atau krim. Dicampur dengan garam seng (Zn undecylenic) 20%. 7. Asam vit.A (tretinoin, asam retinoat) Digunakan dengan konsentrasi 0,05% dalam krim atau 0,01% dalam gel. Kerja asam retinoat in vitro adalah meningkatkan proliferasi sel-sel epidermis, merangsang sintesis fibroblast dan kolagen, serta meningkatkan vaskularisasi local. Obat ini dipakai untuk penyakit kulit dengan sumbatan folikular, parakeratosis dan hyperkeratosis. Dalam klinik

di antaranya digunakan untuk acne, proses penuaan kulit, iktiosis, liken planus, keratosis Palmaris et plantaris, dan pitiriasis rubra pilaris. 8. Benzokain Bersifat anestesi. Konsentrasinya 0,5-5% tidak larut dalam air. Lebih larut dalam minyak, lebih larut lagi dalam alkohol. Sering menyebabkan sensitasi. 9. Benzyl benzoate Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan konsentrasi 20-25%. 10. Camphora Konsentrasinya 1-2%. Bersifat antipruritus berdasarkan penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung alkohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dank rim. 11. Kortikosteroid topical Penggolongan Kortikosteroid: 1. Golongan I (lemah) adalah yang mempunyai daya anti-inflamasi, tetapi tidak mempunyai daya antimitotik. Missal: hidrokortison 0,1-1%, deksametason 0,01%,metilprednisolon 0,025%. 2. Golongan II(sedang) adalah yang mempunyai daya anti inflmasi dan antimitotik sedang. Contohnya triamsinolon asetonid, hidrokortison butrirat, flupredniliden, fluokortolon pivalat, fluokortolon heksanat. 3. Golongan III (kuat) yang mempunyai daya anti inflamasi dan antimitotik kuat. Contohnya beklometason dipropionat, betametason 17 valerat, diflukortolon valerat, fluosinolon asetonid, fluosinonid.

4. Golongan IV (sangat kuat) yang mempunyai daya anti inflamasi dan antimitotik yang sangat kuat. Contohnya klobetasol propionate, halsinonid, beklometason dipropionat, diflukortolon valerat. 12. Mentol Bersifat antipruritik seperti camphora pemakaiannya seperti pada camphora. Konsentrasinya 0,25-2%. 13. Podofilin Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk kondiloma akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci. 14. Selenium disulfide Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea versikolor. 15. Sulfur Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad-abad dalam dermatologi. Bersifat antiseboroik, antiakne, antiskabies, antibakteri Gram positif dan antijamur. Dapat digunakan dalam pasta, krim, salap dan bedak kocok. 16. Ter Didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara kayu dan fosil. Yang berasal dari batubara misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Yang berasal dari kayu misalnya oleum kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari fosil adalah iktiol. 17. Tiosulfas natrikus Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan laruatan 25%. 18. Urea

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein. 19. Zat antiseptic Golongan antiseptic: a. Alkohol Etanol 70% mempunyai potensi antiseptic yang optimal. Efek sampingnya menyebabkan kulit menjadi kering. b. Fenol Contohnya fenol, timol, resorsinol, heksaklorofen. c. Halogen Yodium. Bersifat bakteriostatik, misalnya pada tingtur yodium dan lugol. Tingtur yodium berwarna coklat, dapat menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit dan deskuamasi. Khasiatnya antibacterial dan antimikotik dengan konsentrasi 1%. Dalam klinik yodium dipakai untuk desinfeksi kulit pada pembedahan. Segera sesudah itu, kulit harus dibersihkan dengan alkohol 70%. d. Zat-zat pengoksidasi Zat pengoksidasi dipakai sebagai desinfektan pada dermatoterpai topical. Contohnya permanganas kalikus dan benzoil-peroksid. e. Senyawa logam berat Senyawa logam berat. Contohnya merkuri, perak (larutan perak nitrat dan sulfadiazine perak). f. Zat warna Efeknya adalah astrigen dan antiseptic. Misalnya zat warna akridin, misalnya akridin laktat (rivanol) yang dipakai untuk kompres dengan konsentrasi 1% juga

bersifat deodorant. Metal rosanilin klorida atau gentian violet, dipakai dalam konsentrasi 0,1-1% dalam air. Zat ini juga mempunyai efek antimikotik terhadap candida albicans di daerah intertrigo atau anogenital. Penatalaksanaan Non Farmakologi dan Pencegahan Oleh sebab itu pengobatan yang tepat untuk tinea pedis ( kutu air ) dan tinea kruris ( kurap ) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Bila gatal , jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi . 2. Jaga kebersihan kulit dan kaki. Bila berkeringat keringkan dengan handuk. Ganti pakaian dan juga kaos kaki yang lembab . 3. Gunakan pakaian dan kaos kaki yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun dan ganti setiap hari . 4. Untuk menghindari penularan penyakit jamur pakaian , kaos kaki , handuk , saputangan dan sandal yang digunakan penderita harus segera dicuci dan direndam air panas. 5. Untuk pasien obese, direkomendasikan untuk menurunkan berat badan. Farmakologi Untuk mendapatkan hasil terbaik, direkomendasikan untuk menggunakan kombinasi topical dan sistemik. Antifungal agents Terdapat 2 kelas antifungi yang paling sering digunakan untuk mengobati tinea cruris, yaitu golongan azole, dan allylamine. Azole menghambat enzim lanosterol 14-alpha-demethylase, yang merupakan enzim yang menguba lanosterol menjadi ergosterol, ergosterol merupakan komponen yang pentiing dari dinding sel fungi. Kerusakan membrane menyebabkan masalah permeabilitas dan menghambat jamur untuk bereproduksi. Allylamine menghambat squalene epoxidase, merupakan enzim yang mengkonversikan squalene menjadi ergosterol, sehingga terjadi penumpukan kadar toxin dari squalene di sel hidup dan mati. Penelitian menunjukkan

terbinafine efektif dan toleran bagi anak-anak. Terbinafine 1% emulsion gel lebih efektif daripada ketoconazole 2% cream pada tinea cruris. Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak tahun 1958. Sekarang, dematofitosis pada umumnya diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam bentuk fine particle dapa diberikan dengan dosis 0,5-1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg per kg berat badan. lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,penyebab dan keadaan imunitas penderita, setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. BEARE dkk (1972) menganjurkan dosis harian dibagi menjadi 4 kali sehari. Dalam klinik, cara pemberian dengan dosis tunggal harian member hasil yang cukup baik pada sebagian besar penderita. Untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama adalah cephalgia pada 15%penderita. Sedangkan efek samping obat yang lain dapat beruapa gangguan traktus digestivus seperti nausea, vomitus, dan diare. Obat ini juga dapat menyebabkan fotosensitif dan dapat menggangu fungsi hepar. Obat per oral yang juga efektif untuk dematofitosis adalah ketokenazol yang bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin, dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.

Pada masa kini selain obat topical konvensional, misalnya asam salisil 2-4%, asam benzoate 612%, sulfur 4 6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan zat warna (hijau brilian 1% dalam cat Castellani) dikenal banyak obat topical baru. Contohnya tolnaftat 2%,tolsiklat,haloprogin, derivat azol, siklopiroksolamin dan naftine masing-masing 1%.

Terbinafine (Lamisil) Derivat sintesis allylamine yang menghambat squalene epoxidase,merupakan enzim kunci pada biosintesis sterol pada fungi yang menyebabkan defisiensi ergosterolsel fungi mati.

Dewasa : Topikal: oleskan pada daerah infektif 4 kali sehari untuk 1-4 minggu. Oral: 250 mg/hari untuk 2 minggu Pediatric Topikal: sama seperti dewasa Pengobatan oral berdasarkan berat badan: 12-20 kg: 62.5 mg/hari untuk 2 minggu 20-40 kg: 125 mg/hari untuk 2 minggu >40 kg: 250 mg/hari untuk 2 minggu Jika dikombinasikan oleh cyclosporine, administrasi oral dari terbinafin akan meningkatkan klirens cyclosporine, sebaliknya rifampin menurunkan klirens terbinafin. Simetidine menurunkan kliren terbinafin. When administered concurrently with cyclosporine, oral administration of terbinafine may increase cyclosporine clearance; conversely, rifampin may decrease terbinafine clearance; cimetidine may decrease terbinafine clearance. Perhatian: Hentikan bila terjadi gejala disfungsi hepatobilier atau kolestatik hepatitis atau terjadi iritasi kimia, gunakan hanya untuk bagian luar, hindari kontak dengan mata.

Butenafine (Mentax) Antifungi poten berhubungan dengan allylamines. Merusak membrane sel jamur sehingga menghentikan pertumbuhan jamur. Sediaan hanya cream 1%. Dewasa Oleskan pada bagian yang terkena 4 kali sehari untuk 2-4 minggu.

Pediatric >12 tahun: seperti dewasa. d in studies in humans but has been shown in some studies in animals perhatian: gunakan topical (bukan di mata, vagina) Clotrimazole (Lotrimin, Mycelex) Sering digunakan sebagai first line drug untuk pengobatan tinea cruris. Agen antifungi spectrum luas yang menginhibis pertumbuhan yeast dengan cara mengubah permeabilitas membrane sel sehingga sel fungi mati. Lakukan evaluasi jika tidak ada perbaikan klinis setelah 4 minggu. Tersedia dalam bentuk cream 1%, solution spray dan lotion. Dewasa Secara gentle, pijat daerah yang terkena dan daerah sekitarnya 2x1 untuk 4 minggu. Perhatian: Bukan untuk pengobatan infeksi fungi sistemik, hindari kontak dengan mata, jika terjadi iritasi dan hipersensitivitas, hentikan penggunaannya. Miconazole (Micatin, Monistat-Derm) Merusak membrane dinding sel fungi dengan menghambat biosintesis ergosterol.permeabilitas membrane meningkat, menyebabkan kekurangan protein sel fungi mati. Tersedia dalam bentuk cream 2%, solution spray,lotion, dan bentuk bubuk. Lotion dipilih untuk daerah intertriginosa. Dewasa Cream dan lotion: oleskan hingga menutupi area terkena 2x1 selama 4 minggu. Bubuk : gunakan 2x1 selama 4 minggu

Perhatian: Hentikan jika terjadi hipersensitivitas atau iritasi kimia. Hanya digunakan untuk daerah luar, hindari kontak dengan mata.

Ketoconazole (Nizoral) Cream 2% .Imidazol, agent antifungi spectrum luas.menghambat sintesis ergosterol. Adult Gunakan 2x1 selama 2-4 minggu. Econazole (Spectazole) Efektif untuk infeksi kutan. Mengganggu dengan metabolism RNA dan sintesis protein. Merusak permeabilitas dinding sel fungi. Dewasa Gunakan 2-4 kali sehari untuk 2-4 minggu.

Naftifine (Naftin) Agen antifungi spectrum luas dan derivate sintesis allylamin, menurunkan sintesis ergosterol, tersedia dalam sediaan cream 1% atau solution. Jika tidak ada perbaikan setelah 4 minggureevaluasi. Dewasa Cream/gel: 4kali sehari 2-4 minggu

Oxiconazole (Oxistat) Agen antifungi spectrum luas, menghambat sintesis ergosterol komponen sel keluar dari sel sel fungi mati. Cream 1% atau lotion. Dewasa 4x1 selama 2-4 minggu. Tolnaftate (Tinactin) Tersedia dalam sediaan cream 1%, solution/spray dan bubuk. Dewasa: gunakan 2x1

Haloprogin (Halotex) Agen untuk pengobatan tinea cruris. Merupakan suatu antijamur sintetik berbentuk Kristal putih kekuningan, sukar larut dalam air tapi larut dalam alcohol. Dewasa: gunakan 3x1. Dapat menimbulkan iritasi local, rasa terbakar, vesikel, meluasnya maserasi dan sensitisai.

Ciclopirox (Loprox) Agen antifungi sintetik spectrum luas. Mengganggu sintesis DNA, RNA, dan protein dengan menginhibisi elemn-elemen penting pada sel fungi. Tersedia ddalam sediaan cream 1% dan lotion. Dosis: 2x1 reevaluasi jika tidak terjadi perbaikan setelah 4 minggu.

Itraconazole (Sporanox)

Merupakan fungistatik. Agen antifungi sintetik triazole, memperlambat pertumbuhan sel fungi dengan menghambat sitokrom P450-bertanggung jawab dalam sintesis ergosterol. Itraconzole lebih mudah ditoleransi daripara griseofulvin. Hasil terbaik digunakan 2-3 minggu setelah akhir pengobatan. Dosis dewasa: 200 mg PO 4x1 selama 1 minggu. Jangan lebih dari 400 mg/hari. Tingkatkan tiap 100 mg jika tidak ada perbaikan. (berikan >200 mg/hari dalam dosis terbagi. Anak-anak: 5 mg/kg/hari untuk 1 minggu. Hindari penggunaan alcohol karena dapat menyebabkan reaksi disulfiram like. Penggunaan antacid dapat menurunkan absorpsi.. rhabdomyolysis dapat muncul sebagai akibat penggunaan HMG-CoA reductase inhibitors, penggunaan cisapride dapat menyebabkan aritmia cordis, penggunaan midazolam dan triazolam meningkatkan jumlahnya dalam level plasma. Perhatia: sakit kepala, mual, muntah, peningkatan enzim hepar reversible, hepatotoksik, hipokalemia, dan edema.

Sulconazole (Exelderm) Agen antifungi spectrum luas. Menghambat sintesis ergosterol. Sediaan: cream 1% atau solution.gunakan 4x1 untuk 2-4 minggu. Griseofulvin (Fulvicin-U/F, Grifulvin-V) Fungistatik.merusak pembelahan fungi dengan mengganggu menggunakan microtubule. Mengikat sel prekusor keratin. Keratin terus menerus digantikan oleh jaringan yang tidak terinfeksi, menimbulkan invasi fungi. Kurang efektif daripada itraconazole pada tinea cruris. Dewasa: 500 mg microsize (330-375 mg ultramicrosize) PO 4x1 atau dibagi 2x1 untuk 2-4 minggu. Anak: 10-25 mg/kg/hari PO; 20 mg microsize/kg/hari (5 mg/lb/hari) PO or 7.3 mg ultramicrosize/kg/d (3.3 mg/lb/hari) PO. Hindari penggunaan alcohol disulfiramlike reactions, paparan sinar UV berlebihan fototoksik.menurunkan hipoprotrombinemi warfarin, contrasepsi menurunkan efektivitas, griseofulvin dapat menurunkan efek siklosporin, menurunakn konsentrasi salisilat serum, barbitura meningkatkan level griseofulvin. Precautions

Untuk terapi jangka panjang, observasi pasien, monitor ginjal, hepar, dan fungsi hematopoietic, sindrom atau eksaserbasi SLE dapat muncul, fotosensitivitas, sehingga sarankan pasien untuk menghindari paparan sinar UV atau sinar matahari.

Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak tahun 1958. Sekarang, dematofitosis pada umumnya diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Griseofulvin dalam bentuk fine particle dapa diberikan dengan dosis 0,5-1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg per kg berat badan. lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,penyebab dan keadaan imunitas penderita, setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. BEARE dkk (1972) menganjurkan dosis harian dibagi menjadi 4 kali sehari. Dalam klinik, cara pemberian dengan dosis tunggal harian member hasil yang cukup baik pada sebagian besar penderita. Untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama adalah cephalgia pada 15%penderita. Sedangkan efek samping obat yang lain dapat beruapa gangguan traktus digestivus seperti nausea, vomitus, dan diare. Obat ini juga dapat menyebabkan fotosensitif dan dapat menggangu fungsi hepar.

Obat per oral yang juga efektif untuk dematofitosis adalah ketokenazol yang bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin, dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg per hari selama 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar.

Pada masa kini selain obat topical konvensional, misalnya asam salisil 2-4%, asam benzoate 612%, sulfur 4 6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan zat warna (hijau brilian 1% dalam cat Castellani) dikenal banyak obat topical baru. Contohnya tolnaftat 2%,tolsiklat,haloprogin, derivat azol, siklopiroksolamin dan naftine masing-masing 1%.

Definisi

Tinea cruris ( jock itch) penyakit pada jaringan yang mengandung keratin, yang disebabkan golongan jamur dermatofita

Psoriasis Penyakit inflamasi dan hiperproliferasi yang kronik residif dengan gambaran klinik khas berupa bercak eritema berbatas tegas dengan skuama putih, kasar, berlapis lapis dan transparan 15 30 tahun Wanita = pria

Candidiasis Infeksi jamur (mycosis) yang disebabkan oleh Candida sp. yang paling sering adalah Candida albicans

Eritrasma Infeksi pada lapisan kulit paling atas yang disebabkan oleh bakteri Corynebacteriu m minutissimum

Dermatitis seboroik Kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan berpredileksi di tempat-tempat seboroik

Pitiriasis Eksantema akut dan mempunyai karakteristik khusus yaitu diawali dengan timbulnya primary plaque disebut Herald Patch. 10-35 tahun Pria=wanita

Insidensi

Laki-laki > wanita Orang gemuk

Bayi dan orang tua

Predileksi

-daerah genitocrural -sekitar anus -gluteus -kadang-kadang sampai perut bagian bawah

Kulit kepala Perbatasan scalp dan muka Ekstremitas bagian ekstensor

Etiologi

T. rubrum T. mentagrophytes Epidermophyton floccosum

GK

gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai

Genetic Imunologik Factor pencetus (trauma, dingin, infeksi, obat,alcohol ) Fenomena tetesan lilin Auspitz + Fenomena

- Kulit - Kuku - membran mukosa - traktus gastrointestin al - daerah lembab, misalnya pada daerah lipatan kulit Jamur Candida albicans

dewasa dan penderita diabetes; paling banyak ditemukan di daerah tropik - di bawah payudara dan ketiak - sela-sela jari kaki - daerah kelamin (terutama pada pria, dimana kantung zakar menyentuh paha) Bakteri Corynebacteriu m minutissimum

18-40 tahun, pria > wanita

Kulit kepala Dahi Posaurikular Leher Lipat paha anogenital

Permukaan tubuh yang umumnya tertutup baju

Infeksi bakteri atau Pityrosporum ovale

Belum diketahui

Tergantung factor predisposisi dan lokasi

bercak-bercak pink dengan bentuk yang tidak beraturan,

Gatal pada predileksi

Ruam memiliki batas yang tegas dan

dengan keluarnya kobner keringat Gatal ringan Pitting nail

keterlibatan

yang kemudian akan berubah menjadi sisiksisik halus berwarna coklat

Status dermatolo gikus

Eritema dengan tepi lesi aktif,

Eritematosa Skuama putih kering berlapislapis

Tergantung factor predisposisi dan lokasi keterlibatan

Bercak merah muda yang menjadi skuama berwarna coklat

Eritema, skuama berminyak dan kekuningan, batas tidak jelas

menyebar, kulitnya tampak seperti sisik, kulit tampak merah dan meradang, disertai gatalgatal Makula, papula, vesikel, multiple, oval (lesi bilateral susunan sumbu panjang parallel dengan garis lipatan kulit.

You might also like