You are on page 1of 21

Kenakalan Remaja admin on January 15, 2008 in Remaja Dan Kriminalitas Perilaku yang penuh dengan kebebasan seringkali

mengarah pada kenakalan yang sangat mencemaskan. Sebut saja kenakalan yang menjurus pada perilaku seksual yang kurang bertanggung jawab. Sungguh mengejutkan saat menonton sebuah acara di televisi yang mengulas tentang adanya Pecun atau perek cumacuma dikalangan remaja. Dengan mudahnya para remaja putri mengobral tubuh mereke pada laki-laki yang mereka inginkan tanpa dibayar sepeserpun. Menurut mereka, mereka bukan pelacur. Karena apa yang mereka lakukan adalah karena kesenangan semata, bukan tuntutan keuangan. Istilah one night stand atau hubungan satu malam saja pun sudah biasa terdengar. Bertemu di klab-klab malam atau bahkan di pusat perbelanjaan. Berlanjut dengan acara jalan dan kencanpun berakhir di sebuah kamar hotel. Seringkali yang menjadi sasaran para remaja putri ini adalah pria-pria dari kalangan anak pejabat, artis terkenal atau remaja pria lain yang tergolong populer. Gaya hidup dengan pergaulan seks yang tidak bertanggung jawab juga mereka lakukan pada pacar sendiri. Dan dianggap sebagai ungkapan rasa cinta bila mereka akhirnya bisa tidur bersama. Bila melirik sebuah tayangan film remaja, cukup mencengakan perlaku mereka di masyarakat. Film yang mengulas cukup gamblang perilaku kenakalan remaja adalah fim Virgin. Dikisahkan bagaimana tidak berharganya sebuah nilai keperawanan masa kini. Begitu mudah si remaja putri menjual kegadisannya hanya di sebuah toilet mall dengan harga sepuluh juta rupiah!. Tragisnya, uang hasil menjual kegadisan itu, hanya digunakan untuk membeli barang-barang mewah guna menunjang penampilan biar keren, biar gaul. Karena tuntutan gaya hidup, maka kebiasaan menjual diri pun dilakukan terus menerus. Maka para pelacur beliapun banyak berkeliaran di mall-mall dengan seragam sekolah mereka. Katanya harga bisa tinggi bila masih sekolah. Sasarannya adalah om-om senang berkantong tebal. Sudah bukan rahasia lagi bila saat ini perilaku seperti ini banyak terjadi di kota-kota besar. Bukan karena tuntutan ekonomi, tapi karena tuntutan gaya hidup yang berlebihan Sangat menyedihkan saat perilaku ini mengakibatkan tingginya anga aborsi dikalangan remaja. Karena perilaku yang tidak bertanggung jawab, maka seringkali kehamilan terjadi diluar kehendak mereka. Maklum, akibat kurangnya pengetahuan dan sikap sembrono, maka mereka cenderung tidak memakai pengaman. Sangat berbahaya mengingat hal ini menyangkut jiwa manusia dan kesehatan reproduksinya dimasa mendatang. Ketidak sadaran akan hal ini sungguh sangat mengkuatirkan. Hal lain yang patut dikuatirkan adalah penggunaan obat terlarang yang marak beredar di pesta-pesta anak muda. Sudah biasa melihat teman-teman mereka mengkonsumsi sabu-sabu, mariyuana dan masih banyak lagi di depan mata mereka sendiri. Bahkan tidak gaul bila mereka tidak pernah mencoba sedikit rasa dari obat-obat ajaib itu. Pernah di suatu klab, seorang teman sekolah tidak percaya ketika saya bilang saya tidak mengkonsumsi salah satu dari obat-obat kategori narkoba. Buat dia anak gaul berarti tahu rasanya, dan bukan anak gaul namanya kalau buta soal ini. Banyak dilihat kasus-kasus narkoba yang mengarah pada sifat suka mencuri atau bahkan merampok. Konsumsi narkoba memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Bila keuangan tidak mencukupi maka mereka harus mencari sumber-sumber keuangan lain yang sanggup memenuhi kebutuhan mereka. Bila meminta pada orang tua mungkin akan dicurigai, maka lebih aman bila langsung mencuri saja atau merampok orang lain. Yang penting orang tua dan keluarga tidak curiga. Dan dudah sangat umum diketahui publik bahwa saat ini, pesta selebritis selalu terkait dengan pesta narkoba, yang juga mengarah pada seks bebas dan konsumsi minuman-minuman beralkohol. Membuka Rahasia Masa muda sebentar, masa berkarir juga sebentar, masa kejayaan sebentar, umumnya gak lebih dari 50 tahun. Sedangkan perjalanan usia kehidupan dipenuhi ketidakpastian, kefanaan, yg ujungnya hanya jadi kenangan. Masihkah menyikapi berlebihan masa hidup kita yg hanya sebentar. Padahal kehidupan ini mengarah kepada keabadian sebuah puncak kebahagian, atau puncak kesengsaraan, semuanya tergantung pilihan kita. Taat kepada Allah atau durhaka kepada-Nya Penyebab Kenakalan Remaja Sekarang Posted by yoedboel Minggu, 16 Oktober 2011 at 06:17

Benarkah remaja bermasalah itu sudah biasa? Ada 10 penyebab munculnya kenakalan remaja. Tapi dengan komunikasi dua arah dan pemantauan dari orangtua, kenakalan remaja bisa dihindari. Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya. Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik. Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan

munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan. Batasan dan Jenis Kenakalan Remaja Kenakalan remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak di bawah usia 18 tahun.

Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya. Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu: 1. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan. 2. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.

Keluarga yang Memicu.?????? Menurut Karol Kumpfer dan Rose Alvarado, profesor dan asisten profesor dari University of Utah, dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa kenakalan dan kekerasan yang dilakukan oleh anak dan remaja berakar dari masalah-masalah sosial yang saling berkaitan.

Di antaranya adalah kekerasan pada anak dan pengabaian yang dilakukan oleh orangtua, munculnya perilaku seksual sejak usia dini, kekerasan rumah tangga, keikutsertaan anak dalam geng yang menyimpang, serta tingkat pendidikan anak yang rendah. Ketidakmampuan orangtua dalam menghentikan dan melarang perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja akan membuat perilaku kenakalan terus bertahan. Quote: Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja, menurut Kumpfer dan Alvarado : Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya). Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja. Faktor lingkungan atau teman sebaya yang kurang baik juga ikut memicu timbulnya perilaku yang tidak baik pada diri remaja. Sekolah yang kurang menerapkan aturan yang ketat juga membuat remaja menjadi semakin rentan terkena efek pergaulan yang tidak baik. "Guru yang kurang sensitif terhadap hal ini juga bisa membuat remaja menjadi semakin sulit diperbaiki perilakunya. Demikian juga dengan guru yang terlalu keras dalam menghadapi remaja yang bermasalah. Bisa jadi, bukannya ikut meredam kenakalan mereka, malah membuat kenakalan mereka semakin menjadi," ujar Prof. Arif Rachman, pakar pendidikan dari UNJ. Sementara M Faisal Magrie, konsultan psikologi remaja dari Asosiasi Berbagi, menyatakan beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah munculnya perilaku

kenakalan pada anak remaja. Menurut Faisal, mengasuh anak yang memasuki usia remaja dapat diandaikan seperti bermain layangan. "Apabila orangtua menarik talinya terlalu dekat, layangan itu tidak akan bisa terbang. Namun bila orangtua membiarkan talinya terlalu jauh, layangan tersebut akan putus karena angin yang kencang, atau hal lain seperti menyangkut di pohon," kata Faisal. Begitu juga dengan anak remaja, jika orangtua terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah anak tidak mampu berkembang secara mandiri dan mereka akan berusaha untuk melepaskan dirinya dari kekangan orangtua. Ketika hal ini terjadi, lingkungan sosial, terutama teman sebaya, akan menjadi pelarian utama si anak. Apabila ternyata lingkungan sosial tempat anak biasa berkumpul memiliki kecenderungan untuk melakukan kenakalan remaja, anak juga berpotensi besar untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan kelompoknya. Hal yang sama juga dapat terjadi apabila orangtua terlalu membebaskan anak. Perbedaannya adalah, anak yang dibebaskan tidak merasakan tekanan sebesar apa yang dirasakan oleh anak yang dikekang, sehingga dorongan untuk memberontak cenderung lebih kecil dibandingkan anak yang dikekang. Berikan batasan yang jelas. Orangtua disarankan untuk memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku apa yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh anak, misalnya membolos, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. Berdiskusilah untuk tawar menawar. Lakukan tawar menawar melalui diskusi mengenai perilaku lainnya yang dianggap berpotensi membuat anak menjadi nakal, seperti pulang malam, menginap, atau bahkan memilih pacar. Biarkan anak menentukan standar moralnya sendiri. Proses tawar-menawar akan merangsang anak untuk menentukan standar moralnya sendiri. Di sisi lain hal ini dapat membuat anak lebih menghormati orangtuanya karena telah diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri. Aktif berkomunikasi dengan guru di sekolah. Pengawasan dan pemantauan orangtua di rumah bisa dilengkapi dengan pengawasan dari guru di sekolah. Pemantauan terpadu ini akan memberikan banyak masukan yang menyeluruh bagi orangtua mengenai perilaku anaknya di luar rumah. Tak Ada Kata Terlambat

Menurut Faisal, tidak ada kata terlambat dalam menangani anak remaja yang terlihat 'melenceng'. Karena di usia ini teman adalah segalanya bagi anak, ia dapat dengan mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya. Untuk mengatasi hal ini, tindakan yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah dengan membuat kesan bahwa mereka bisa berdamai dengan pilihan anaknya. Dengan begini, orangtua tetap bisa mengawasi aktivitas dan pergaulan anaknya dengan pasif. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua berkaitan dengan hal tersebut. Ketika orangtua terlalu 'masuk' ke dalam kehidupan anak, pasti anak akan merasa terganggu privasinya. Ia akan merasa risih dan pada akhirnya justru bersikap tertutup kepada orangtuanya. Untuk itu, orangtua harus mengusahakan agar tetap terlibat secara pasif, namun jangan sampai terkesan terlalu ingin ikut campur. kalo ada yg puas dengan trit di atas ane minta nya yahh.. agar mempererat tali persaudaraan sesama kaskuser sebaik nya jangan ada di antara kita.

Kenakalan remaja menghambat kreatifitas anak bangsa

Para remaja mau tidak mau akan menjadi pemimpin bangsa kelak , maju atau makin terpuruknya bangsa ini ada di tangan kita sebagai remaja, namun di sekitar kita banyak sekali masalah masalah yang ditimbulkan oleh para calon pemimpin bangsa ini seperti,putus sekolah, sex bebas,merokok,mencuri,mabuk-mabukan dll. Padahal mereka adalah calon penerus dan pemimpin bangsa dan mereka dituntut untuk berkarya , berinovasi demi mewujudkan

kemandirian Nasional. Jika masalah kenakalan remaja diatas tetap terjadi hingga sekarang , bagaimana nasib bangsa ini 10 atau 20 tahun kedepan ???

kanakalan remaja adalah masalah yang klasik. Namun banyak sekali masalah yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja ini. sebagai contoh kecil adalah putus sekolah atau bolos sekolah, merupakan efek dari kenakalan remaja, padahal sekolah adalah kewajiban setiap warga negara karena masa depan bangsa indonesia ada di pundak para remaja saat ini, dan itu juga demi kebaikan bersama. banyak sekali remaja-remaja atau teman-teman kita yang putus sekolah padahal dia mampu secara fisik dan mental untuk belajar dan mereka mampu untuk berkarya. Belum tentu teman-teman kita yang putus sekolah diluar sana adalah anak yang bodoh, bisa saja salah satu diantara teman-teman kita ini adalah anak yang sangat berpotensi untuk berkarya, berinovasi dan berprestasi. Hanya karena mereka salah memilih pergaulan , para remaja melewatkan kesempatan untuk belajar , dan hari hari mereka hanya dipakai untuk hal yang bisa dikatakan negatif dan tak bermanfaat lingkungan atau keadaan yang membawa remaja bangsa ini untuk terjun dalam dunia yang tidak seharusnya dijalaninya. Kenakalan remaja tentu tidak hanya putus sekolah, masih banyak sekali perbuatan negatif yang ditmbulkan para remaja saat ini antara lain Putus Sekolah (Bolos) Sex Bebas Menentang yang lebih tua Merokok Minum minuman Keras Dll Tentu perbuatan diatas adalah perbuatan yang Negatif , merugikan dan buang-buang waktu dan kesempatan karena mereka melewatkan kesempatan untuk berkarya dan menuntut ilmu guna meningkatkan taraf hidup mereka juga. banyak rintangan yang perlu kita sama sama sadari bahwa masih banyak para remaja bangsa ini yang masih terjerumus masalah kenakalan remaja ini, padahal jika mereka tidak terjerumus dalam

masalah yang disebut kenakalan remaja ini , tentu mereka akan menjadi anak bangsa yang berguna dan dapat berkarya dan menjadi anak bangsa yang kelak menjadi pemimpin bangsa ini dan memajukan-nya, karena teman-teman kita ini bisa belajar dan tidak berbuat yang tidak perlu yang tentu dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Bayangkan saja jika semua remaja jarang atau tidak melakukan tindakan yang disebut kenakalan remaja dan memanfaatkan waktu , pikiran dan fisik mereka ke sesuatu yang positif seperti membantu orang tua , belajar dan berdoa, bukan tidak mungkin kelak negara kita menjadi negara yang maju karena para remaja nya kini menjadi pemimpin yang sukses memajukan negerinya Bangsa ini menantikan para penerusnya membawa nama Indonesia ke negara lain dan mengharumkannya, bangsa ini pun menantikan inovasi-inovasi yang dibuat oleh putra bangsa kelak dikemudian hari dengan tujuan menghapus ketergantungan kepada negara lain menuju negara yang mandiri . Padahal para pemimpin sadar bahwa masih banyak saudara saudara kita yang tidak bersekolah karena kemauan sendiri maupun karena keadaan

Faktor-faktor penyebab munculnya kenakalan remaja, (menurut Kumpfer dan Alvarado) dan cara mengatasinya (dikutip dari http://health.detik.com/)

1. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial. 2. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial. 3. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya). 4. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak. 5. Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak. 6. Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi dalam lingkungan keluarga. 7. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga. 8. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada pengawasan dari figur otoritas lain. 9. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya pindah ke kota lain atau lingkungan baru. 10. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja

Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik,Jika kita lihat faktor-faktor yang menyebabkan masalah ini, akarnya adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya , karena orang tua tidak mau tahu dengan apa yang di lakukan anaknya dalam bergaul,Faktor lingkungan atau teman sebaya yang kurang baik juga ikut memicu timbulnya perilaku yang tidak baik pada diri remaja. Sekolah yang kurang menerapkan aturan yang ketat juga membuat remaja menjadi semakin rentan terkena efek pergaulan yang tidak baik. ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, Berikan batasan yang jelas. Orangtua disarankan untuk memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku apa yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh anak, misalnya membolos, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. Berdiskusilah untuk tawar menawar. Lakukan tawar menawar melalui diskusi mengenai perilaku lainnya yang dianggap berpotensi membuat anak menjadi nakal, seperti pulang malam, menginap, atau bahkan memilih pacar. Biarkan anak menentukan standar moralnya sendiri. Proses tawar-menawar akan merangsang anak untuk menentukan standar moralnya sendiri. Di sisi lain hal ini dapat membuat anak lebih menghormati orangtuanya karena telah diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri. Aktif berkomunikasi dengan guru di sekolah. Pengawasan dan pemantauan orangtua di rumah bisa dilengkapi dengan pengawasan dari guru di sekolah. Pemantauan terpadu ini akan memberikan banyak masukan yang menyeluruh bagi orangtua mengenai perilaku anaknya di luar rumah. Tak Ada Kata Terlambat

tidak ada kata terlambat dalam menangani anak remaja yang terlihat 'melenceng'. Karena di usia ini teman adalah segalanya bagi anak, ia dapat dengan mudah terpengaruh oleh teman-teman sebayanya.

Kita tidak seharusnya hanya prihatin melihat masalah ini , dan seharusnya para masyarakat,orang tua , guru untuk mengingatkan dan lebih memperhatikan para remaja agar para remaja remaja bangsa ini tidak banyak terjerumus oleh hal-hal yang negatif akibat salah pergaulan. tentu masih sangat banyak potensi-potensi anak negeri yang belum tergali , dan masih sebagian kecil dari para remaja telah menunjukan karya-karya dan trophy atau piagam penghargaan dari kejuaraan international.

Sebetulnya masih banyak kreatifitas , inovasi dan karya yang dihasilkan oleh para remaja sekarang , namun para remaja membutuhkan wadah untuk mengekspresikannya , dan meninggalkan dan menghindari masalah-masalah yang terjadi di lingkungan pelajar (kenakalan remaja) agar para pelajar bisa terus berkarya dan berinovasi.

baru-baru ini Universitas Indonesia mengadakan COMPFEST 2011 yaitu merupakan One Stop It Eventkarya mahasiswa ilmu komputer Universitas Indonesia, di COMPFEST 2011 ini ada berbagai macam acara seperti Seminar, Competition dan exebition dengan tujuan meningkatkan Inovasi anak bangsa menuju pengakuan International, event semacam ini sangat cocok untuk menjaring inovasi-inovasi yang di hasilkan remaja-remaja di Nusantara. acara ini juga memberikan motivasi dan menuntut para Pelajar,mahasiswa dan remaja untuk terus mengekspresikan karya-karyanya agar dunia luar pun mengakui inovasi apa saja yang sudah diciptakan anak negeri.

Kenakalan Remaja
Artikel ini dituliskan ketika mendapatkan mata kuliah akta mengajar di kampus Universitas Islam Negeri Malang, artikel ini disajikan berdasarkan fakta yang didapatkan penulis ketika menempuh pendidikan di SKMA yang notabene dibesarkan di lingkungan asrama,budaya tawuran,contek mencontek,malas,mbolos,tanda tangan palsu,berbohong,malak,mengambil makanan ke dapur tanpa ijin, berebut susu sampai yang didapat bukan susu namun pecahan gelas,memakai pakaian rekan lain sehingga nama berbeda dengan sama sesungguhnya,dijewer akibat tidak ngaji,jalan katak akibat telat shalat jum'at,tidak lari pagi sampai dilarikan sebelum apel pagi,membina adik kelas tanpa alasan semua itu terinspirasi dari kampus hijau sawala yang pada waktu itu betul kenakalan remaja amat terasa melekat

Mar 12, '08 6:41 AM untuk semuanya

wildan toyib skma kadipaten angkatan 2002 Kenakalan Remaja Bukan Pengaruh Pariwisata Kenakalan remaja terutama dalam penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan zat Aditif lainnya) bukan disebabkan oleh pengaruh maupun dampak dari kegiatan sektor kepariwisataan akan tetapi lebih merupakan trend atau kecenderungan sosial yang bersifat mengglobal. Diakuinya bahwa akibat dari pengembangan sektor kepariwisataan terutama di Daerah dan perkotaan khususnya selama ini belum ditemui secara signifikan adanya perkembangan penyalahgunaan NAPZA. Yang jelas dampak dari kegiatan pariwisata di Daerah semakin dikenal masyarakat di dalam maupun di luar negeri. Dan pendapatan melalui PAD dari pariwisata yang diterima daerah semakin meningkat setiap tahun. Pengembangan sektor kepariwisataan khususnya di perkotaan lebih diorientasikan pada wisata hiburan keluarga dengan menyediakan fasilitas wisata yang lengkap berada di Pusat Rekreasi dan Wisata. Sedang untuk wilayah Daerah orientasi kepariwisataannya ditujukan pada adventure tourism atau wisata petualangan yang cukup banyak ragam dan bentuknya. Dengan orientasi wisata hiburan keluarga dan adventure tourism maka penyalagunaan NAPZA hampir tidak terdeteksi. Untuk mengantisipasi semakin meluasnya penyalahgunaan NAPZA adalah dengan lebih selektif dan berhati-hati dalam menyediakan maupun memberikan izin dalam penyelenggaraan hiburan malam di dalam perkotaan maupun di daerah dikarenakan sarana hiburan malam sering kali disalahgunakan sebagai wadah penggunaan dan distribusi NAPZA. Tanggung jawab untuk membendung meluasnya penyalahgunaan NAPZA berada pada seluruh komponen masyarakat bersama pemerintah. Tidak bisa dibebankan kepada salah satu komponen atau pemerintah saja. SEKALIPUN seringkali dikaitkan dengan anak-anak, sehingga dikenal istilah anak nakal,

dan adakalanya disangkutpautkan dengan orang dewasa seperti pengusaha nakal,


Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

kenakalan lebih melekat pada remaja. Mencorat-coret dinding, mabal (bolos sekolah) dan kebut-kebutan adalah jenis-jenis kenakalan yang umum dilakukan remaja kita. Dalam dekade terakhir, kenakalan remaja cenderung sangat memprihatinkan. Media massa, baik cetak maupun elektronik sering memberitakan aktivitas remaja yang membahayakan. Sebut saja perkelahian secara perorangan, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan dan penyalahgunaan obat-obatan seperti psikotropika, yang yang bisa berujung dengan kematian. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nakal adalah "suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu dsb. terutama bagi anak-anak) atau buruk kelakuan." Juvenile deliquency atau kenakalan remaja dapat ditinjau dari empat faktor penyebab, yakni faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama, maupun faktor sekolah dan lingkungan sekitar yang secara potensial dapat membentuk perilaku seorang remaja. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci bimbingan orang tua yang bertanggung jawab dapat mengantar individu manusia menerima hidayah Allah sehingga potensi kemalaikatan yang ada dalam dirinyalah yang akan berkembang. Sebaliknya, tanpa bimbingan orang tua, tidak mustahil justru potensi kebinatangan yang ada dalam diri individullah yang akan muncul. Maka berbagai sifat keji (ahlaqul madzmumah) seperti pemarah, tamak, dengki, pendendam, tidak sabaran, sombong dan tidak amanah seumpamanya yang akan berkembang dan melekat pada pribadi yang bersangkutan. Hal ini berlaku karena individu tersebut telah dikuasai oleh naluri agresif dan tidak rasional yang mewakili nafsu kebinatangan, serta pengalaman yang diterima sejak kecil. Sifatsifat tidak baik itu mungkin telah muncul sejak individu masih anak-anak dan kemudian tambah diperkuat ketika yang bersangkutan memasuki masa remaja.

Pada tahap perkembangan awal sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di lingkungan rumah atau dalam pengawasan keluarga. Ini berarti bahwa perkembangan mental, fisik dan sosial individu ada di bawah arahan orang tua atau terpola dengan kebiasan yang berlaku dalam rumah tangga. Dengan demikian jika seorang remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar faktor keluarga turut memengaruhi keadaan tersebut. Kondisi keluarga yang dapat menyumbang terhadap terjadinya kenakalan anak adalah kurangnya perhatian yang diberikan orang tua, serta kurangnya penghayatan dan pengamalan orang tua/keluarga terhadap agama. Sekolah merupakan lingkungan belajar kedua yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan ketidakberhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan, anak. Faktor sekolah yang berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin sekolah yang longgar, ketidakacuhan guru dan pengelola sekolah terhadap masalah siswa di luar urusan sekolah, serta tidak lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang menyebabkan kecilnya peran orang tua dalam kemajuan pendidikan anaknya. Faktor lingkungan merujuk kepada peranan masyarakat, multimedia dan berbagai fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan yang menyediakan pelbagai produk yang bisa
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

menumbuhkan dan meningkatkan rangsangan seksual dan nafsu hewani . Aktivitas lingkungan yang menyumbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas di antara pria dan wanita, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusatpusat hiburan serta pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan dan pornografi. Pada praktiknya kontribusi keempat faktor tersebut berbeda-beda dalam berbagai kasus kenakalan remaja. Sekalipun demikian jika seorang remaja terjatuh dalam kenakalan, maka orang tualah yang memiliki tanggung jawab terbesar. Ketimbang menyalahkan pihak lain, orang tua pulalah hendaknya yang mengambil inisiatif memperbaikinya.

Dalam keadaan demikian seyogianya orang tua: 1) dapat memaafkan dan berlaku adil terhadap anak. 2) Tidak terlalu menampakkan kekecewaan dan dapat menerima anak apa adanya. 3) Memberi pertolongan dan membimbing dengan sabar, lemah lembut dan penuh kasih sayang. 4) Meminta pendapat remaja yang bersangkutan tentang bagaimana mencari solusi masalah yang sedang dihadapi. Berjaga-jaga dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, selalu lebih baik dari pada mengobati. Sebelum atau sekurang-kurangnya pada saat memohon dianugerahi anak saleh, kita seyogianya siap menjadi orang tua yang saleh. Orang tua yang saleh adalah pria yang mampu menjadi pemimpin buat istri dan anak-anaknya. Ibu yang selalu berusaha menyiapkan surga bagi anak-anaknya di telapak kakinya. Orang tua yang siap memberikan teladan buat putra putrinya dan orang tua yang bertanggung jawab terhadap kebahagiaan dunia akhirat anak-anaknya."Setiap saat bayi terlahir dalam keadaan suci, terpulang kepada orang tuanyalah untuk meyahudikannya atau menasranikannya (Hadis Riwayat Bukhari). Kalo berani satu lawan satu! Itu ungkapan spontan setelah membaca rubrik tawuran antar-pelajar, mahasiswa, bahkan pejabat teras ataupun aksi yang kini marak dikategorikan sebagai tindakan premanisme. Di antara rubrik itu, ada persamaan yang jelas terlihat. Pelaku yang terlibat umumnya kaum adam. Jelas, jika ungkapan itu sangat lazim diucapkan. Tapi persamaan lainnya, mereka umumnya golongan remaja. Tapi bagaimana jika pelakunya kaum hawa? Seperti kasus penganiayaan terhadap Ica, siswi SMUN 7 yang tengah diusut. Yang menarik dari kasus ini, korban dan pelaku adalah kaum hawa yang konon sering dikategorikan sebagai kaum yang lemah, Juga Cliff Muntu, Praja IPDN yang tengah diusut juga. Sebenarnya itu bukan hal baru . Penganiayaan itu lebih beken disebut salah satu tindakan penggencetan. Penggencetan itu sendiri tidak hanya dilakukan dengan kontak fisik, tapi bisa hanya dengan teguran keras, atau teror lewat sms atau media lainnya.

Tidak bisa dipungkiri, hal itu sudah menjadi tradisi dari senior kepada junior yang dilakukan karena banyak alasan. Mulai dari alasan yang jelas sampai alasan yang lucunya tidak disebutkan si senior sampai kapanpun. Ya.. seperti tayangan di sinetron remaja yang lagi "in" sekarang ini.
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

Hal yang terjadi saat tawuran, sebenarnya perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok. Agresi itu sendiri menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, Psikologi kepribadian, 1993) didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau singkatnya agresi tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Menurut Raymond Tambunan, Psi, dalam pandangan psikologi, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam dua jenis delikuensi, yaitu situasional dan sistematik. Pada delikuensi situsional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharukan mereka untuk berkelahi. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada dalam satu geng atau organisasi. Di sini ada norma, aturan, dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggota termasuk berkelahi. Sebagai anggota mereka bangga melakukan apa yang diharapkan. Kejadian itu berkaitan dengan emosinya yang dikenal dengan masa strom dan stress. Dipengaruhi lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan teman sebaya serta semua kegiatan sehari-hari. Memotivasi diri Goleman (1997) mengatakan, koordinasi suasana hati inti dari hubungan sosial yang baik. Seorang yang pandai menyesuaikan diri atau dapat berempati, ia memiliki tingkat emosionalitas yang baik. Kecerdasan emosional lebih untuk memotivasi diri, ketahanan

dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Lima wilayah kecerdasan emosional sebagai pedoman setiap individu, untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni mengendali emosi, kesadaran diri dalam mengenali perasaan ketika perasaan itu terjadi sebagai dasar kecerdasan emosi, sehingga kita bisa peka pada perasaan sesungguhnya dan tepat dalam pengambilan keputusan masalah. Mengelola emosi, berarti menangani perasaan agar perasaan terungkap dengan tepat memotivasi diri mengenali emosi orang lain empati atau mengenal emosi orang lain, dibangun berdasar pada kesadaran diri. Orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosi sendiri, dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. Membina hubungan dengan orang lain, sebagai makluk sosial, individu dituntut dapat menyelesaikan masalah dan mampu menampilkan diri, sesuai aturan yang berlaku. Karena itu remaja agar memahami dan mengembangkan keterampilan sosialnya.
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial). Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb. Beberapa aspek yang menuntut keterampilan sosial (dalam Davis dan Forsythe, 1984). Yaitu keluarga, hal yang paling penting diperhatikan orang tua, menciptakan suasana demokratis dalam keluarga. Sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua dan saudara. Lingkungan, pengenalan lingkungan lebih luas dari keluarga. Kepribadian, diberikan

penanaman sejak dini, nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal fisik seperti materi dan penampilan. Rekreasi, pergaulan dengan lawan jenis, pendidikan, persahabatan dan solidaritas kelompok. Remaja diajarkan lebih memahami diri sendiri (kelebihan dan kekurangannya), agar ia mampu mengendalikan dirinya. Sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif, dibiasakan untuk menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya. Dengan cara itu remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari sekitar, mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas tinggi, diterima di lingkungan lain. Sehingga akan mampu membantu menemukan dirinya sendiri dan mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Kenakalan remaja semakin menunjukkan kompleksitas akar permasalahannya sehingga diperlukan suatu ancangan teoretik (theoretical approach) yang cukup komprehensif untuk memahaminya guna menemukan langkah pemecahan yang lebih efektif. Tulisan ini dimaksudkan untuk memperoleh ancangan teoretik yang lebih komprehensif tersebut dengan mencari kaitan logis dan dinamis dari sembilan ancangan teoretik yang sering diacu untuk menerangkan fenomena kenakalan remaja (pemahaman self, paradigma juvenile delinqency, krisis identitas, teori imitasi, internalisasi-sosialisasi-identifikasi, value expectation, teori massa, teori alienasi, dan pandangan modernisasi. Gagasan Analisa : Prinsip-Prinsip Efisiensi Perilaku Individu untuk Kehidupan yang Sukses Sukses pada dasarnya adalah pencapaian sesuatu tujuan yang dengan segala daya upaya diperjuangkan seseorang sehingga sungguh-sungguh terwujud. Hidup sukses adalah hidup seseorang yang sungguh-sungguh mencapai tujuan yang didambakannya dengan diiringi kepuasan batin dan kesehatan fisik-mental serta prospek pengembangan diri yang seluas mungkin. Kepuasan batin berarti perasaan bahagia dalam diri seseorang tanpa adanya kerisauan, ketakutan atau pertentangan batin. Kesehatan menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera jasmaniah, rohaniah maupun sosial dan bukan semata-mata ketiadaan penyakit dan kelemahan. Sedang pengembangan diri yang selengkapnya meliputi segi-segi fisik, sosial, emosional, intelektual, moral, dan spiritual. Kalau hidup ini diterima sebagai suatu kurnia yang baik,
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

pengalaman yang indah, dan kenyataan yang benar, maka setiap orang perlu berusaha mencapai suatu hidup yang sukses. Dengan demikian, segenap potensi kemampuan yang tertanam pada setiap orang (misalnya kemampuan berpikir, berkemauan, bercitarasa) tidaklah tersia-siakan. Demikian pula, dapatlah berkembang sepenuhnya empat dimensi pokok hidup manusia berupa: berada (to be), mengetahui (to know), berbuat (to do), dan memiliki (to have). Penggunaan Bibliokonseling sebagai Salah Satu Strategi Membantu Klien Konseling sebagai teknologi bantuan kemanusiaan memerlukan strategi yang tepat agar subjek layanan memperoleh manfaat bagi dirinya. Bibliokonseling merupakan salah satu strategi bantuan dengan menggunakan informasi dalam bahan pustaka. Strategi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa meningkatkan prestasi belajar, mengubah konsep diri, memodifikasi sikap sosial, meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Dalam kerangka itu, konselor perlu mengembangkan bibliokonseling yang sudah dirancang itu dapat disajikan dengan teknik kelola sendiri, kontak minimal, kelola-konselor, dan arahan konselor. Pelaksanaannya, tentu saja, memperhatikan prinsip seperti kebenaran dan keberdayaan informasi, keefisienan, kemanfaatan, keaktifan klien, dan kemenarikan. Urgensi Pemberian Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Siswa Luar Biasa di Sekolah Luar Biasa Siswa luar biasa sebagai bagian integral dari siswa pada umumnya memiliki berbagai jenis kebutuhan untuk tetap aksis dalam kehidupan di masyarakat. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya, siswa luar biasa juga mengalami kesulitan seperti halnya

kesulitan yang dialami oleh siswa pada umumnya di sekolah biasa. Akan tetapi tingkat kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa luar biasa lebih tinggi ketimbang dengan tingkat kesulitan pemenuhan kebutuhan siswa biasa sebagai akibat dari keluarbiasaan yang diderita. Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa luar biasa tersebut, maka pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah luar biasa sangat urgen untuk dilakukan. Alat Penilaian Kemampuan Konselor Mengelola Konseling Behavioral Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Konselor sebagai petugas profesional mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah siswa. Sebagai helper ia bertugas sangat berat, sekalipun sudah dibekali wawasan dan ketrampilan ini pun belum cukup menjamin keterlaksanaan program bimbingan dan konseling secara efisien dan efektif. Sehubungan dengan keterlaksanaan layanan konseling khususnya, para konselor banyak mengalami kerisauan terhadap hasil bantuan yang diberikan kepada siswa/kliennya. Ia merasa kurang yakin apakah perubahan perilaku, sikap, pikiran, dan perasaan klien itu dari hasil intervensi konseling? Selama konselor belum berupaya mencari solusi kesulitan yang dialaminya maka perasaan-perasaan tersebut senantiasa mengganggu. Melalui tulisan ini dicobatawarkan salah satu alat atau instrumen yang memadai untuk mengevaluasi kemampuan atau ketrampilan para konselor maupun calon konselor dalam praktik konseling. Alat/instrumen ini memadai untuk mengevaluasi cara mengelola konseling berorientasi
Doc,reading report; Kenakalan Remaja : thoyib@gmail.com

tindakan (behavioral), disebut "Alat Penilaian Kemampuan Konselor Mengelola Konseling Behavioral". Kenakalan Remaja dan Upaya untuk Mengatasinya Kenakalan remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang

kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat. Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja. Penyebab kenakalan remaja sangatlah kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh lingkungan akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif. Tanggung jawab terhadap kenakalan remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Uji Persyaratan Analisis dan Implikasinya dalam Riset Pendidikan Statistika merupakan alat bantu untuk menyajikan data sehingga menjadi lebih informatif dan untuk menguji hipotesis suatu penelitian. Sesuai dengan sifatnya sebagai alat bantu, statistika tidak mengenal apakah angka yang dianalisis itu mempunyai arti atau tidak. Setiap angka yang masuk akan keluar hasil analisisnya. Penelitian pendidikan merupakan kelompok penelitian bidang ilmu-ilmu sosial yang kegunaannya lebih praktis dan penting dalam kehidupan manusia. Dalam perannya yang tidak diragukan, maka penelitian pendidikan dituntut memiliki kualifikasi yang memadai. Kualifikasi itu sebagian ditentukan oleh kualitas dan analisis data. Dalam analisis itulah peneliti harus berhati-hati termasuk di antaranya peneliti harus memperhatikan asumsi yang disyaratkan oleh teknik analisis tertentu. Dalam kajian ini penulis mencoba mengemukakan pentingnya uji asumsi dan seberapa jauh peneliti harus memperhatikan.

You might also like